Lalu apakah suara hati yang baik itu?
“Baik” berasal dari kata dalam bahasa Yunani “agathos”. Kata ini biasa digunakan untuk menyatakan hal yang baik dalam artian memberikan hal-hal yang bermanfaat dalam hal hasil-hasil dan tindakan-tindakan (Matius 7:11; Efesus 4:29; Roma 8:28); apa yang sehat, memiliki kemampuan, dan berguna serta juga apa yang benar dan berguna secara moral. Suara hati yang baik, pertama-tama, adalah suara hati yang yang selaras dan benar secara moral , tetapi juga sehat atau mampu berfungsi secara tepat. Hal ini berlawanan dengan sebuah suara hati yang telah terbakar dan mengeras (bandingkan dengan 1 Timotius 4:2) atau terkotori oleh sebuah sistem kepercayaan yang berdasarkan perbuatan yang sia-sia (bandingkan dengan Ibrani 9:14). Suara hati yang baik, berlawanan dengan suara hati yang telah dicemari atau dirusak, pertentangan-pertentangannya yaitu :
Bacalah lebih dahulu bagian-bagian sebelumnya :
“Baik” berasal dari kata dalam bahasa Yunani “agathos”. Kata ini biasa digunakan untuk menyatakan hal yang baik dalam artian memberikan hal-hal yang bermanfaat dalam hal hasil-hasil dan tindakan-tindakan (Matius 7:11; Efesus 4:29; Roma 8:28); apa yang sehat, memiliki kemampuan, dan berguna serta juga apa yang benar dan berguna secara moral. Suara hati yang baik, pertama-tama, adalah suara hati yang yang selaras dan benar secara moral , tetapi juga sehat atau mampu berfungsi secara tepat. Hal ini berlawanan dengan sebuah suara hati yang telah terbakar dan mengeras (bandingkan dengan 1 Timotius 4:2) atau terkotori oleh sebuah sistem kepercayaan yang berdasarkan perbuatan yang sia-sia (bandingkan dengan Ibrani 9:14). Suara hati yang baik, berlawanan dengan suara hati yang telah dicemari atau dirusak, pertentangan-pertentangannya yaitu :
Bacalah lebih dahulu bagian-bagian sebelumnya :
- Gereja Waspadalah (1) : PARA PENYESAT Tampil Diatas Mimbar Terhormat!
- Gereja Waspadalah (2) : PARA PENYESAT Memanipulasi Jemaat !
- Gereja Waspadalah (3) : PARA PENYESAT adalah PEMBOHONG …
- Gereja Waspadalah (4) : PARA PENYESAT Mengajarkan Agar Melakukan …
- Gereja Waspadalah (5) : PARA PENYESAT Mengaku MENGENAL Tuhan…
- Hati
nurani dengan seperangkat standar-standar biblikal dan norma-noram atau
konsep-konsep tentang yang benar
dan salah, suara hati yang telah dibersihkan dari pekerjaan-pekerjaan yang
sia-sia (peraturan-peraturan seremonial dan perintah-perintah manusia) dan sejalan dengan prinsip-prinsip anugerah
Firman (bandingkan dengan Ibrani 5:14; 9:14).
- Suara
hati yang sensitif dan berfungsi
secara tepat bertolak belakang dengan suara hati yang telah mengeras atau menjadi tidak
sensitif baik karena perbuatan-perbuatan yang sia-sia ( jangan sentuh ini,
jangan makan ini, dan seterusnya) atau karena diabaikan (bandingkan dengan
1 Timotius 4:2)
- Suara hati yang bersih dari rasa bersalah
dengan berpegang pada penuntun yang Tuhan berikan, misal
dengan segera mengakui dosa, yang membersihkan suara hati (bandingkan
dengan Kisah Para Rasul 24:16; 1 Timotius
3:9)
- Hati nurani yang hidup menimbang dan menyetujui hanya pada pikiran-pikiran, tujuan-tujuan, motif-motif, kata-kata dan tindakan dari hati yang selaras dengan prinsip-prinsip anugerah dan tujuan besar yang berasal dari instruksi biblikal, yaitu kasih, perbuatan-perbuatan yang biak atau pelayanan dan karakter yang meneladani Kristus.
Jadi, Titus 1:15 mendemonstrasikan bahwa kemurnian yang sejati
tidak terletak pada pelaksanaan
peraturan-peraturan dan ritual-ritual eksternal, tetapi pada kemurnian (kekudusan) batiniah hati yang telah
dibersihkan dan diperbarui melalui
memercayai pribadi dan karya Kristus sebagai sebuah bagian yang telah
selesai dan lengkap bagi keselamatan
kita (bandingkan dengan Ibrani 9:13-14). Hal inilah yang akan memimpin kepada
kebenaran moral dan karakter hidup dan kapasitas untuk membedakan apa yang
sesungguhnya baik dan jahat ( Ibrani 5:14). Jadi, obsesi menyimpang: kemurnian
eksternal tumbuh dari sebuah kegagalan
untuk diam didalam kecukupan karya Kristus
yang telah tuntas. Dari sinilah mereka memutuskan/memisahkan diri mereka
sendiri dari Dia yang dapat membersihkan dan memberi kuasa kepada mereka untuk
hidup dalam kehidupan yang telah diberikan Kristus.
Pada Titus 1:16 Paulus memberikan rangkuman praktis dan tajam atas hal ini dalam kaitannya
dengan guru-guru palsu
Pengakuan Mereka : “Mereka mengaku mengenal Allah.” Rasul Paulus membuat
hal ini menjadi cenderung empatik dengan
susunan kata. Secara harfiah, “Tuhan,
mereka mengaku mengenalinya.” Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya,
ini tidak berarti bahwa guru-guru palsu tidaklah mesti bukan orang-orang percaya.
Salah satu dari banyak masalah yang dihadapi oleh gereja sejak semula adalah bahwa mereka yang telah datang kepada Kristus, selanjutnya berupaya menambahkan aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan Judaisme kedalam kabar Anugerah. Inilah masalah yang dihadapi oleh Paulus dalam Galatia (bandingkan dengan 3:1 dan seterusnya; 5:1-2,6,11; 6:15) dan yang dihadapi oleh gereja mula-mula (Kisah Para Rasul 10:45; 15:1 dan seterusnya, catatan khsusus pada ayat 5).
Jadi , untuk “mengaku mengenal Allah” dapat bermakna:
semata mengenal Dia sebagai Juru selamat
( bandingkan 1 Tesalonika 1:8), tetapi maknanya dapat juga menjadi: sebuah
pengakuan mengenal dia lebih dalam dan lebih intim dengan cara menjalankan
aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang mereka upayakan untuk diberlakukan
kepada orang lain. Istilah dalam bahasa
Yunani untuk “mengenal” dalam ayat ini adalah “oida” yang dapat bermakna
“menjadi teman sekerja (secara intim), dalam hubungan yang dekat “ (bandingkan
dengan Matius 26:72, 74; Yohanes 7:28).77 Walaupun kata “ginosko” bermakna “mengenal, mengenal cukup
lama, mengenal dengan sangat akrab,” digunakan, konsep ini jelas ada dalam sudut pandang jawaban Juru
selamata kepada Filipus. Yesus tidak sedang mempertanyakan apakah Filipus
mengenali Yesus sepenuhnya atau Juru selamatnya. Sebaliknya, Yesus sedang
menanyai kedalaman pengetahuannya terhadap diri Yesus.
Hal-hal ini tidaklah berubah. Kita sedang melihat hal yang
sama pada hari ini. Beberapa mengklaim memiliki pengalaman yang lebih dalam atau memiliki pengetahuan yang lebih
dalam karena mereka tetap menjalankan
pantangan-pantangan atau mereka berbahasa lidah, bersikukuh bahwa siapapun yang ingin menjadi sungguh-sungguh rohani harus
melakukan hal yang sama.
Tindak-Tanduk mereka :” tetapi dengan perbuatan mereka, mereka menyangkal Dia.”
Menyangkal berasal dari kata arneomai
(yun), yang bermakna, “menolak, mengabaikan, menolak untuk mengakui atau
menerima, menolak otoritas.” Tetapi penyangkalan dapat memanifestasikan wujudnya dalam berbagai cara. Ini dapat
bermakna menentang mengenali sesuatu seperti menyangkal bahwa Yesus adalah
inkarnasi Kristus ( 1 Yoh 2:22) atau ini dapat diterapkan untuk kegagalan orang
percaya untuk memedulikan hal ini demi dirinya sendiri, sebuah perilaku yang tidak konsisten dengan mereka yang berjalan
dalam persekutuan dengan Juru selamat ( 1 Tim 5:8).
Pada umumnya,…arneomai berarti mengundurkan diri dari hubungan sebelumnya dengan dia menjadi tidak setia. Ini adalah makna pada penyangkalan Petrus (Markus 14:30, 68,70). Lawan untuk penyangkalan ini adalah “memegang teguh” (Wahyu 2:13), atau “menjadi setia ( Wahyu 2:10). Digunakan secara absolut, arneomai dapat bermakna melepaskan diri dari persekutuan dengan Yesus Kristus ( 2 Timotius 2:12).
Dengan kata lain, guru palsu ini, jika sungguh-sungguh
diselamatkan, telah tegelincir kembali kedalam peraturan-peraturan manusia atau legalisme dan telah terlepas dari
anugerah jalan hidup atau hubungan anugerah sebelumnya yang dahulu dimilikinya
bersama Tuhan ketika ia pertama kali
menerima Yesus.
Ketika seorang percaya hidup didalam terang, kuasa, dan kemerdekaan yang berasal dari anugerah Tuhan, dia baik pria dan perempuan memiliki kuasa untuk menolak hal-hal yang tidak saleh sebagai bagian dari kehidupannya (bandingkan dengan Titus 2:12). Tetapi untuk seseorang berpaling dari kehendak anugerah, dalam derajat tertentu, membawa kepada sebuah kehidupan yang menyangkali Dia dengan tindakan-tindakan yang hanya memberikan sedikit atau tanpa bukti adanya persekutuan atau Roh yang memberikan kekuatan untuk berjalan bersama dengan Tuhan.
Sebuah kebenaran penting dalam Perjanjian Baru adalah : salah satu dari hasil-hasil dari berpaling dari konsep anugerah-bahkan sebagai orang-orang percaya—tindakan ini membuat kita berada didalam kendali kedagingan atau pola-pola dominan dalam kehidupan kita. Hal ini ditekankan oleh Paulus dalam Kolose 2:23 dan Galatia 5:1-5. Dengan kata lain, menambahkan sistem-sistem yang berdasar pada upaya-upaya manusia untuk keselamatan atau penyucian bermakna bahwa keuntungan-keuntungan yang ada pada posisi baru kita didalam Kristus menjadi tidak lagi beroperasi selama semangat legalisme itu ada. Ini mengarah pada sebuah revisi injil yang berarti kita telah terlepas dari cara hidup dalam anugerah kedalam kesia-sian hidup yang berada dibawah kuasa kedagingan (bandingkan dengan Galatia 5:1-5 dengan 16-26).
Jadi bagaimana mereka menyangkal Dia? Hal ini dijelaskan dalam kalimat berikut ini
yang menunjukan kondisi mereka yang sebenarnya. Terlepas dari anugerah, jatuh
kedalam legalisme adalah sebuah hal yang mengerikan karena apa yang sedang
terjadi, tidak hanya terhadap orang yang
telah sedemikian jatuhnya, tetapi karena apa yang dilakukan oleh kejatuhan itu
terhadap berita anugerah kemuliaan
Tuhan dan kepada orang lain. Jadi dalam
menggambarkan kondisi mereka. Paulus memiliki beberapa kata-kata yang kuat.
Bersambung ke Bagian 7
Bersambung ke Bagian 7
Study By: J. Hampton Keathley, III | Martin Simamora
No comments:
Post a Comment