F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Selamat Menyambut dan Memasuki Tahun 2015



Oleh : Martin Simamora

Selamat Menyambut dan Memasuki Tahun 2015
"Ketika Kristus Berdoa Bagi Masa Depanmu"



Sebentar lagi, dalam hitungan jam, jika Tuhan berkenan maka saya dan anda akan memasuki tahun baru  entah dalam keadaan sehat atau sakit dan entah apapun juga keadaanmu. Saya katakan demikian sebab juga ada mereka yang  memasuki tahun baru dalam keadaan perang, dalam pelarian atau pengungsian akibat perang atau kelaparan, atau dalam kesedihan dan duka yang mendalam. Pada kesempatan ini saya  ingin menyatakan turut bersimpati dan berduka  kepada setiap keluarga yang berduka karena anggota keluarganya mengalami musibah dalam jatuhnya pesawat AirAsia, penerbangan Surabaya-Singapura, biarlah kasih Tuhan kiranya mendekap setiap hati yang berduka. Dan bagi setiap orang Kristen atau keluarga Kristen hendaklah setiap dari kita memandang ke belakang- apa yang telah terjadi untuk  tetap mengucap syukur dalam segala hal, ya dalam segala hal termasuk keadaan yang menyedihkan bukan saja menggembirakan dan termasuk keadaan sukar bukan saja keadaan mudah atau menyenangkan (renungkanlah 1 Tesalonika 5:18, Efesus 5:20), dan juga hendaklah setiap kita memandang masa depan dengan senantiasa melibatkan Tuhan dalam segala yang direncanakan sebab kita tak tahu sama sekali apa yang akan terjadi pada esok hari dan pada diri kita sendiri; kita sama sekali tak berkuasa atau tak memiliki kendali apapun akan masa depan bahkan pada hidup diri sendiri (bandingkan dengan Yakobus 4:13-15, Amsal 20:24, Amsal 37:23, Yeremia 10:23).


Masa lalu dan masa depan, dalam kedua hal tersebut kita tidak memiliki kuasa dan kendali apapun itu sebabnya  kepada masa lalu yang telah dilalui atas apapun juga kita diperintahkan untuk mengucap syukur dan kepada masa depan yang belum dilalui kita diperintahkan untuk melibatkan Tuhan. Jika kita tidak melibatkan Tuhan  dalam setiap hal yang hendak kita lakukan maka kita adalah manusia-manusia sombong atau congkak (Yakobus 4:16, Amsal 27:1), dan itu adalah sebuah dosa (Yakobus 4:17).

0 BOLEHKAH MERAYAKAN NATAL? (2)



Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div

BOLEHKAH MERAYAKAN NATAL? (2)



Bacalah lebih dulu bagian 1
5)Natal berasal dari kekafiran.
Internet
1.“Catatan-catatan sejarah di dalam Ensiklopedia, yang bisa kita dapatkan di perpustakaan-perpustakaan, dan yang dapat dipercaya, memberikan fakta-fakta ini: bahwa Natal berasal dari bangsa kafir. Jika ditelusuri, Natal merupakan kepanjangan dari penyembah-penyembah matahari di antara bangsa-bangsa kafir. Banyak hari kelahiran dari para pemimpin kafir dirayakan oleh bangsa Babilonia. Semua perayaan penyembahan berhala ini berasal dari bangsa kafir. Kata Christmas (Natal) berarti Misa Kristus. Kata ini kemudian disingkat menjadi Christ-Mass; dan akhirnya menjadi Christmas. Kita kenal misa ini sebagai Misa Roma Katolik. Tetapi dari mana mereka mendapatkannya? Oleh karena kita mengenalnya lewat Gereja Roma Katolik, dan tidak ada wewenang selain Gereja Roma Katolik, marilah kita selidiki Ensiklopedia Katolik, yang diterbitkan oleh denominasi ini. Di bawah judul Christmas (Natal) engkau akan menemukan kata-kata ini: Natal tidak terdapat pada perayaan-perayaan Gereja jaman dahulu … Bukti awal dari perayaan ini adalah dari Mesir. Adat kebiasaan dari para penyembah berhala yang berlangsung sekitar bulan Januari ini kemudian dijadikan Natal. ... ENSIKLOPEDIA AMERICANA, edisi 1969, berkata: Natal, nama ini berasal dari bahasa Inggris kuno Chrites Maesse dan ejaan sekarang ini nampaknya mulai digunakan pada sekitar abad ke 16. Semua gereja Kristen kecuali gereja Armenia merayakan hari kelahiran Kristus pada tanggal 25 Desember. Tanggal ini tidak dikenal di negeri Barat sampai kira-kira pertengahan abad ke 4 dan di Timur sampai kira-kira seabad kemudian”.

0 Yesus : Pewahyuan Akbar Tuhan (2)



Oleh: Pastor Dr.J.Ligon Duncan III


Yesus : Pewahyuan Akbar Tuhan (2)




Bacalah lebih dulu : Bagian 1


Kembali kita melihat gagasan yang sama di dalam Filipi 2:5-6 “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan.” Penekanannya adalah, bahwa Yesus memiliki bentuk yang persis, memiliki substansi yang persis pada Tuhan. Seperti apakah Tuhan, dimanifestasikan di dalam Tuhan Yesus Kristus karena natur-Nya. Yesus turut memiliki natur atau substansi Tuhan, dan keserupaan Kristus terhadap Tuhan kerana esensi  siapakah Dia sesungguhnya. Anda tahu bahwa anda dapat menciptakan sebuah keserupaan yang palsu. Pada derajat yang bagaimanapun anda dapat menyerupai sesuatu dan tidak  menjadi atau memiliki realitanya. Tetapi ini tidak terjadi pada kasus Yesus Kristus, Dia seperti Tuhan, Dia menyingkapkan, karena di dalam esensinya=hakekatnya Dia juga turut memiliki ketuhanan Tuhan.

Perhatikan juga sebuah hal kelima yang kita pelajari di dalam ayat 3. Dia tidak hanya  cahaya memancarkan kemuliaan Allah dan sebuah represenstasi atau gambaran jitu akan naturNya, tetapi Dia menopang segala sesuatu oleh firman  kuasaNya (Ibrani 1:3). Dalam frasa itu, kita diberitahukan bahwa Yesus adalah penopang yang providensial, Dia adalah penopang yang providensial atas dunia ini. Kembali, jika kita kembali  ke Kolose 1; anda akan melihat Paulus menekankan hal yang sama. Dalam ayat 17 kita membaca “Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.” Dan demikianlah keterlibatan Yesus dalam karya Providensial ditekankan. Dia pada dasarnya bukan seperti Atlas dalam mitologi Yunani. Tugas Atlas adalah  menahan atau menopang dunia di atas pundaknya. Tetapi penopangan Yesus  jauh lebih dinamik daripada itu. Dia menopang segala sesuatu secara bersamaan. Itu bukan hanya Dia sedang menopang sebuah obyek yang statik. Dia menopang segala sesuatu secara bersamaan, dan Dia  memegang kendali providensial atas sejarah, yang mana merupakan sebuah hal yang sedang berlangsung dan dinamik. Sehingga Yesus jauh melampaui gambaran Atlas dalam mitologi Yunani. PerkataanNya bukan hanya mempengaruhi; perkataanNya menghasilkan atau mengerjakan apa yang dimaksudkan perkataan itu sendiri.

0 BOLEHKAH MERAYAKAN NATAL? (1)



Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div

BOLEHKAH MERAYAKAN NATAL? (1)


 Pro & kontra perayaan Natal.
Selama ratusan, atau bahkan ribuan tahun, Natal dirayakan / diperingati oleh orang-orang kristen di seluruh dunia, dari segala macam aliran dan bahkan sekte. Tetapi akhir-akhir ini muncul orang-orang kristen yang menentang perayaan Natal, dan kelihatannya makin lama makin banyak orang-orang kristen yang menentang perayaan Natal, dan mereka menentang dengan cara yang sangat fanatik dan keras, dan menyerang / menghakimi orang-orang kristen yang merayakan Natal. Kalau ini dibiarkan, maka:

  • Natal bisa berkurang kesemarakannya, dan menurut saya itu akan sangat merugikan kekristenan. 
  • orang-orang kristen yang kurang mempunyai pengertian Kitab Suci bisa terseret ke dalam gerakan anti Natal ini. 
  • Karena itu mari kita membahas persoalan ini, supaya bisa memberi jawaban kepada orang-orang yang anti Natal.


Macam-macam alasan untuk menentang perayaan Natal dan jawabannya:
1)Orang kristen dilarang merayakan hari ulang tahun, dan dengan demikian merayakan hari ulang tahun Yesus tentu juga salah.

0 Yesus : Pewahyuan Akbar Tuhan



Oleh: Pastor Dr.J.Ligon Duncan III

Yesus : Pewahyuan Akbar  Tuhan
Teks: Ibrani 1:2-4



Jika anda membawa Alkitab-Alkitabmu, saya mengundang anda untuk membuka bersamaku Kitab Ibrani untuk mempelajarinya. Kita telah diberitahu sebelumnya bahwa Kitab Ibrani menuturkan  perihal pemeliharaan atau penjagaan iman (oleh Tuhan). Dan itu mengingatkan kita akan beragam ancaman-ancaman atau tantangan-tantangan terhadap iman Kristen dan kitab ini mengarahkan kita pada satu fondasi  kokoh dan da sumber kuasa yang vital bagi Kekristenan dan  itu merupakan sebuah pemahaman akan supremasi dan kecukupan akan Tuhan Yesus Kristus. Selalu dan berulang, Kitab Ibrani mengarahkan kita kembali  kepada Yesus sebagai jawaban  bagi pertanyaan yang sedang kita pertanyakan, atau Yesus adalah jawaban bagi problem yang sedang kita hadapi. Dan begitulah Ibrani akan menekankan finalitas pewahyuan Tuhan di dalam Tuhan Yesus dan seperti kita katakan  pada kesempatan terdahulu, Kitab Ibrani ini dimulai dengan Yesus. Keyakinan diri yang total di dalam diri Yesus harus menjadi basis hidup baru kita dan identitas kita sebagai orang-orang Kristen.


Memang penting untuk menyadari  bahwa semua hal mengenai keselamatan  hanya ditemukan di dalam Yesus. Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih besar daripada mengenal Yesus. Tidak ada yang  melampaui mengenal Yesus yang merupakan kunci kepada  yang  dianggap sebagai sebuah pengalaman spiritual yang lebih tinggi. Dan demikian juga ayat-ayat pertama Kitab ini menekankan  tema penting ini. Lihat kembali bersama saya pada  Ibrani 1: dan  kita akan melihat  pada empat ayat pertama, dan secara khusus ayat-ayat 2,3 dan 4.

0 Selamat Natal



Oleh: Martin Simamora



Selamat Natal


Mengapa anda mengucapkan Selamat Natal? Saya berpendapat lebih tepat dan memang memiliki kebenaran  terdasar untuk berkata : Selamat bagimu, sebab anda telah menerima Yesus sebagai Juruselamat, Penebus dan Tuhan pribadimu. Tentu saya tidak akan mengharamkan siapapun untuk berucap  Selamat  (hari) Natal, namun pada kesempatan indah ini, saya hendak mengajak kita semua untuk menangkap makna terhakiki mengapa Putera Allah satu-satunya itu, hadir atau datang atau natal ke dunia ini? Bagi saya pribadi natal bermakna, saya oleh kasih Allah yang besar, menjadi memiliki momentum keselamatan yang sejati atau yang sesungguhnya atau yang otentik, sebab Yesus yang telah natal di Bethlehem, juga mau dan telah natal di dalam diri saya. Dan tergenapilah sudah deklarasi sorga oleh malaikat, yang sebetulnya merupakan deklarasi yang  sangat personal dan dan sangat  mesra atau penuh dengan nuansa cinta kasih yang mulia. Mari kita baca sebagaimana  injil Lukas menyampaikanya bagi kita:

Lukas 2:8-11Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.”

Saya sebagai  seorang bersuku Batak telah menjadi bagian dari penerima kesukaan besar bagi seluruh bangsa. Dari Bethlehem telah sampai kepada seorang yang bersuku Batak; dari Sorga telah sampai berita itu kepada seorang bersuku Batak. Dan demikian juga siapapun anda dan suku apapun anda, berita injil atau kabar baik itu telah sampai kepada telinga anda. Tinggal anda bagaimana mengapresiasi berita dari sorga itu, apakah menerimanya ataukah menganggapnya sebagai angin lalu saja.

0 Sang Raja Datang



Oleh:  Pastor Mike Osborne


Sang Raja Datang
Teks: Yesaya 40:1-11




Pada khotbah kali ini, kita akan melihat sejumlah nas Alkitab yang  telah digunakan oleh Handel dalam karyanya “Messiah” sebagai teks-teks khotbah kita. Sebagai pengenal bagi para pembaca, berikut ini sekilas pengantar: Handel dengan “Messiah”-nya:

  • George Frideric Handel (1685-1759): komposer opera-opera, komposer musik untuk untuk komposisi musik yang dikomposisi dalam  3 bagian, seorang komposer musik berskala besar –oratorio-  yang melibatkan orkestra, kor,  para solois, sebuah ensemble, beragam karakter yang unik, dan aria. Secara khusus yang paling terkenal adalah oratorio : Messiah.
  • Walau lahir di Jerman, Handel  pindah ke London pada usia 27, dan di London dia berkarya paling kreatif dan meninggalkan penulisan  berbahasa Italia menjadi berbahasa Inggris.
  • “Messiah” telah dikomposisi olehnya hanya dalam waktu 24 hari pada rentang Agustus dan September 1741

Alur khotbah ini akan menyelaraskan dirinya pada alur “Messiah” pada porsi “Christmas” saja. Sehingga memang sangat dianjurkan untuk menyaksikan terlebih dahulu  “Messiah.”

0 Yesus, Sang Kristus: Anak Daud, Anak Abraham (2)



Oleh: Pastor Dr. J. Ligon Duncan

Yesus, Sang Kristus: Anak Daud, Anak Abraham (2)
Teks: Matius 1:1-17



Bacalah terlebih dahulu bagian 1


V. Yesus adalah (secara manusia dikatakan) keturunan dari Daud: Dia adalah seorang anak  yang telah dilahirkan sah dari keturunan Daud
Ketiga, kita mencatat dalam nas ini  kita diberitahu bahwa Yesus  adalah sepenuhnya manusia. Dia tidak hanya sang Mesias. Dia tak hanya ilahi, tetapi dia sepenuhnya manusia. Yesus secara manusia dikatakan keturunan Daud. Dia adalah anak yang dilahirkan sah dari keturunan Daud. Dan ini ditekankakan secara keseluruhan pada keseluruhan silsilah. Hal signifikan apa yang mungkin dapat ada di sini? Baiklah, ini memiliki nilai penting yang sangat nyata di era Matius, karena dalam era Matius, baik orang-orang Yahudi dan Roma telah menuding Kristus sebagai anak haram dari seorang prajurit Roma dan  seorang  gadis Yahudi. Ada banyak kisah-kisah sejenis yang dicoba untuk menghancurkan reputasi karakter Yesus Kristus dan untuk memicu pertanyaan asal-usulnya. Anda ingat dalam Yohanes 8 dimana orang-orang Yahudi mengatakan beragam hal mengenai Kristus. Mereka pertama-tama mengatakan bahwa Dia berasal dari Galilea. Mereka mengatakan, yang kedua, bahwa dia adalah orang Samaria. Dan hal ketiga, bahwa dia sebetulnya dikandung di luar pernikahan atau anak haram. Dan Matius menanggapi semua tudingan-tudingan ini dengan mengatakan mari saya  buatkan catatan yang meluruskan semua hal ini mengenai Tuhan Yesus Kristus. Silsilahnya adalah sebuah silsilah yang sah dari kaum Daud dan Dia telah dilahirkan dari seorang perawan. Dan demikianlah Matius membela legitimasi kelahiran Kristus, dan situasi-situasi kelahiran-Nya melawan serangan-serangan dari musuh-musuh utama Kekristenan.

0 Yesus, Sang Kristus: Anak Daud, Anak Abraham



Oleh: Pastor Dr. J.Ligon Duncan III

Yesus, Sang Kristus: Anak Daud, Anak Abraham
Teks: Matius 1:1-17




Mari bersama saya, kita membaca, pada Alkitabmu, Matius bab 1. Mari kita mendengarkan firman dari Tuhan yang hidup mulai dari ayat 1:

Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya, Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, Peres memperanakkan Hezron, Hezron memperanakkan Ram, Ram memperanakkan Aminadab, Aminadab memperanakkan Nahason, Nahason memperanakkan Salmon, Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai, Isai memperanakkan raja Daud. Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria, Salomo memperanakkan Rehabeam, Rehabeam memperanakkan Abia, Abia memperanakkan Asa, Asa memperanakkan Yosafat, Yosafat memperanakkan Yoram, Yoram memperanakkan Uzia, Uzia memperanakkan Yotam, Yotam memperanakkan Ahas, Ahas memperanakkan Hizkia, Hizkia memperanakkan Manasye, Manasye memperanakkan Amon, Amon memperanakkan Yosia, Yosia memperanakkan Yekhonya dan saudara-saudaranya pada waktu pembuangan ke Babel. Sesudah pembuangan ke Babel, Yekhonya memperanakkan Sealtiel, Sealtiel memperanakkan Zerubabel, Zerubabel memperanakkan Abihud, Abihud memperanakkan Elyakim, Elyakim memperanakkan Azor, Azor memperanakkan Zadok, Zadok memperanakkan Akhim, Akhim memperanakkan Eliud, Eliud memperanakkan Eleazar, Eleazar memperanakkan Matan, Matan memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus. Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus.


Demikianlah akhir pembacaan firman Tuhan yang kudus dan diinspirasikan. Semoga Dia menambahkan berkatnya pada pembacaan ini. Mari kembali kita  kembali memandang Dia dalam doa.

0 Lihat, Engkau Akan Mengandung dan Melahirkan Seorang Putera



Oleh: Pastor Dr Kim Riddlebarger

Lihat, Engkau Akan Mengandung dan Melahirkan Seorang Putera
Teks: Hakim-Hakim 13:1-14:20; Lukas 1:26-38



Banyak dari kita telah dibesarkan pada “kisah-kisah Alkitab.” Salah satu yang paling terkenal adalah kisah Simson berambut panjang, dan kekasihnya yang  jahat, Delilah. Sebagaimana telah kita lihat seluruh era kita dalam Hakim-Hakim, berbagai macam pria (dan satu perempuan-Deborah) yang kita kenal sebagai “Hakim Hakim” dibangkitkan oleh Tuhan untuk menyelamatkan umatnya dari situasi sulit setiap kali Israel jatuh ke dalam dosa, dan nyaris ditaklukan oleh musuh-musuh sekelilingnya. Sementara banyak kisah Alkitab menghadirkan orang-orang ini sebagai model-model panutan bagi orang-orang Kristen untuk diimitasi bahkan dalam kualitas yang lebih baik, fakta terkait soal ini adalah: orang-orang ini bukanlah model-model panutan. Sebaliknya, mereka adalah ilustrasi-ilustrasi aktual bagi kita terkait bagaimana dalamnya dosa itu berakar di dalam hati manusia, termasuk hati kita sendiri. Gideon tidak disajikan dalam Hakim-Hakim sebagai contoh sehingga kita dapat menjadi seorang “Gideon.” Gideon adalah seorang yang lemah iman, yang membutuhkan  jaminan konstan, dan yang menggunakan suksesnya dalam perang sebagai dasar untuk mendirikan kerajaan dirinya. Gideon bukanlah sebuah contoh bagiku untuk diikuti. Sebaliknya Gideon adalah sebuah  gambar bagiku akan ...... diriku.  Hakim-hakim yang jumpai di dalam kitab ini adalah orang-orang berdosa, semuanya digunakan  oleh Tuhan untuk menyelamatkan Israel. Tetapi fakta gelapnya adalah, hakim-hakim ini tidak dapat berbuat apapun terkait dengan masalah terdalam Israel-dosa manusia. Karena itu, hakim-hakim ini adalah seorang pengingat  yang konstan, sementara Tuhan dapat dan memang menggunakan para pria dan perempuan berdosa untuk menyelesaikan maksud-maksudnya. Itu akan membutuhkan seorang  Mesias, yang adalah Tuhan dan manusia, untuk menyelamatkan kita dari dakwaan dan kuasa dosa.

0 Setiap Orang Melakukan Apa yang Benar Menurut Pandangannya



Oleh: Pastor Dr.Kim Riddlebarger

Setiap Orang Melakukan Apa yang Benar Menurut Pandangannya
Teks acuan: Hakim-Hakim 17:1-18:31; 2 Korintus 6:14-7:1



Beberapa tahun telah  berlalu semenjak Israel memasuki Kanaan dan pemimpim mereka, Yosua telah wafat. Generasi-generasi Israel telah datang dan pergi,dengan setiap generasi penerus yang kian lama semakin  terkanaanisasi dari pada generasi moyangnya. Enam kali, kita membaca orang Israel  telah melupakan sama sekali mengenai TUHAN, begaimana mereka mendapatkan diri mereka sendiri telah diancam olah tetangga-tetangga mereka yang pagan, hanya berteriak kepada TUHAN untuk kelepasan. Enam kali, TUHAN  beriba pada umatnya dan telah membangkitkan seorang “hakim” atau seorang pembebas yang telah menyelamatkan orang-orang Israel dari bangsa-bangsa tersebut yang berupaya untuk menaklukan atau mengusir mereka dari tanah yang TUHAN telah berikan kepada mereka. Tetapi sekarang sebagaimana kita  masuk ke dalam bab-bab penutup Kitab Hakim-Hakim, menjadi jernih bahwa musuh sejati yang dihadapi Israel sangat kecil berhubungan dengan pasukan bangsa-bangsa tetangga Israel, yang taj mengenal Tuhan. Musuh sejati Israel adalah Israel sendiri. Kita dapat melihat  sejauh mana Israel telah jatuh ketika kita mempertimbangkan hal itu dalam  lima bab final Hakim-Hakim. TUHAN hampir-hampir tak tersebutkan. Faktanya, apa yang mencirikan bagian penutup Hakim-Hakim adalah deklarasi berulang bahwa “Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.” Bab-bab ini pada Hakim-Hakim menggambarkan sebuah bangsa yang memiliki kepercayaan-agama yang telah direduksi hingga semata tradisi, dan yang mengaku dengan mulut suatu hal tetapi kemudian berbuat hal yang lain. Telah melupakan segala sesuatu mengenai TUHAN, orang-orang Israel telah menjadi sebuah hukum bagi diri mereka sendiri.

0 Aku Akan Menjadi Tuhanmu dan Kamu Akan Menjadi Umatku



Oleh : Pastor Dr.Kim Riddlebarger


Aku Akan Menjadi Tuhanmu dan Kamu Akan Menjadi Umatku
Teks  acuan: Hakim-Hakim  8:4-35; 1 Timotis 6:2-16



Seperti banyak darimu, saya teringat akan khotbah-khotbah yang tak terhitung banyaknya di sepanjang tahun-tahun yang pada dasarnya merupakah studi-studi karakter orang-orang kudus hebat dari sejarah penebusan. Salah satu orang kudus itu adalah Gideon. Andai semua anda telah  membaca Hakim-Hakim 6-7 dan Ibrani11, maka kamu dapat menyimpulkan secara kokoh bahwa Gideon adalah orang hebat kepunyaan Tuhan, yang telah Tuhan gunakan untuk menyelamatkan Israel pada salah satu  era tergelap bangsa ini. Itu sebabnya Gideon Society memilih namanya ketika memulai pelayanan mereka sedunia dalam mendistribusikan alkitab-alkitab. Faktanya, the Gideons memberitahukan pada kita bahwa “Gideon adalah seorang yang ingin melakukan secara tepat apa yang Tuhan inginkan dia lakukan, terlepas dari pemikirannya sendiri terkait rencana-rencana dan hasil-hasil. Kerendahan hati, iman, dan kepatuhan merupakan elemen-elemen hebat karekater. “Tetapi ketika anda membaca seterusnya kisah Gideon – Hakim-Hakim 8:4-35-menjadi  sangat jelas bahwa Gideon adalah seorang berdosa yang telah menggunakan kuasanya untuk melakukan tindakan balas dendam atas musuh-musuhnya. Adalah Gideon yang membuat sebuah efod (sebuah pakaian imam) yang kemudian menjadi  sebuah batu sandungan bagi umat Israel (Hakim-Hakim 8:27). Karena itu, karakter Gideon seharusnya dipelajari oleh semua kita. Mengapa? Apakah dia sebuah model teladan? Bukan. Kita mempelajarinya karena kita tepat seperti dirinya. Kita juga berdosa dari kepala hingga ujung kaki, dan satu-satunya hal-hal baik yang kita lakukan mengalir keluar dari fakta bahwa Tuhan mengerjakannya di dalam kita melalui kuasa Roh Kudus. Kala kita menyandarkannya pada diri kita sendiri, kita akan melakukan tepat seperti yang telah Gideon lakukan—kita akan menggunakan pemberian-pemberian baik yang Tuhan telah berikan kepada kita untuk keuntungan dan manfaat diri kita sendiri.

0 Predestinasi dan Kelahiran Sang Juru Selamat



Oleh:  Martin Simamora

Predestinasi dan Kelahiran Sang Juru Selamat


Ketika ada pendapat yang mengatakan bahwa predestinasi membuat manusia tidak perlu bertindak yang sepatutnya, misal dalam hal ini  tidak perlu berdoa dan bertindak apapun juga sewajarnya seorang manusia; maka saya berpendapat itu adalah asumsi yang tidak tepat sama sekali kala itu diujikan pada Kristus sendiri, pada pertama-tama. Mengatakan pada pertama-tama sebab Yesus adalah demonstrasi terakbar perihal semacam ini. Ini memang satu hal yang  tidak mudah bagi manusia untuk diterima seperti makanan yang lezat, kelihatannya memang inilah naturnya, bahkan Yesus sekalipun kala memperkatakan tak lantas membuat para murid tunduk tanpa rejeksi atas perkataan yang menentukan sebuah peristiwa mendatang dan kejadian tanpa koreksi. Sebuah dialog sangat berharga menjadi dasar artikel sederhana ini dituliskan.




Sekarang mari kita  aplikasikan asumsi di atas pada  diri Yesus sendiri, sebab dia sendiri ada 3 kali mempredestinasikan dirinya untuk mati dimana 3 kali juga, ia telah membuat murid-muridnya cemas dengan caranya yang dapat disalahmengerti sebagai fatalisme, dan pada akhirnya tak pernah secara jitu memahami  terminologi yang sangat erat dengan kedaulatan Tuhan dalam mewujudkan kasihnya yang akbar itu  kepada manusia di bumi



Mari, sebagai jembatan emas untuk memahaminya, kita sangat perlu memandang 3 predestinasi itu dan apa  reaksi para murid secara cermat:

0 Sebuah Nama yang Dimuliakan



Oleh: Pastor  Prof. Richard Gamble, Th.D


Sebuah Nama yang Dimuliakan



I.Pengantar
Kitab Ibrani dimulai secara tak biasa dan tajam dengan seketika melompat kedalam tema utamanya: keunikan dan finalitas pewahyuan Tuhan dalam Anaknya Yesus Kristus. Pada empat ayat pertama saja, enam kebenaran penting  sedang diproklamasikan mengenai Yesus Kristus.

Di sini kita akan memfokuskan perhatian kita pada 3 kebenaran yang terkait dengan pekerjaannya selama di bumi. Tetapi sementara kita melakukannya, harus dicamkan dalam benak kita bahwa pengetahuan karya menyelamatkan yang diusung Kristus bagi kita tidak pernah dapat dipisahkan dari pengetahuan akan siapakah Kristus itu sendiri. Juga, kita harus mengingat bahwa pengetahuan mengenai Kristus adalah berbeda dari semua tipe pengetahuan. Seorang dokter tahu lebih  banyak mengenai tubuh-tubuh kita daripada apa yang kita sendiri ketahui, dan pengetahuan itu mempengaruhi dia—dokter itu memandang dunia secara berbeda dari kita. Sama benarnya dengan para petani, insinyur, guru,dan banyak bidang lainnya. Sebagai orang-orang Kristen, kita akan memandang bahwa pengetahuan akan Kristus tak hanya mempengaruhi kita, tetapi  mentransformasi manusia kita sendiri.

Selagi mempelajari karya Kristus  melalui Ibrani 1:1-4, satu poin utama yang akan kita tekankan adalah bahwa setiap hal yang telah Kristus terima, kita juga telah menerimanya.

0 APOLOGETIKA PRESUPPOSISIONAL : SEBUAH PENGANTAR (2)



Oleh: Dr. John Frame

APOLOGETIKA PRESUPPOSISIONAL : SEBUAH PENGANTAR
Bagian 2 dari 2 : Kejatuhan dan Penebusan; dan  Intisari dan Kesimpulan



Sebaiknya membaca bagian 1 terlebih dahulu


A. Dosa, Anugerah, dan Pengetahuan
Alkitab mengajarkan bahwa kita bukan hanya mahluk- mahluk ciptaan Tuhan, tetapi juga orang-orang berdosa (Roma 3:23). Dosa telah mendistorsi semua  bidang kehidupan manusia (Kejadian 6:5; Roma 3:10-18); karena itu dosa memberi dampak pada pengetahuan kita akan Tuhan dalam cara-cara yang penting. Kita telah mendiskusikan perbedaan tajam antara hidup oleh Firman Tuhan dan hidup oleh semata hikmat manusia. Kitab suci mengajarkan  bahwa banyak orang, sedihnya, menjadikan hal terakhir  sebagai pilihan, karena dosa di dalam diri mereka.


Paulus dalam Roma 1 mengajarkan bahwa Tuhan telah secara jelas menyingkap dirinya pada semua  manusia melalui sarana-sarana dunia  yang telah diciptakan. Pewahyuan ini mencakup natur ilahi Tuhan (ayat 20), murkanya terhadap dosa (ayat 18), ketentuan-ketentuan moral-Nya (ayat 32). Pewahyuan yang jernih itu membuat setiap orang tanpa ampun bagi dosa-dosa mereka (ayat 20). Memang, karena pewahyuan itu, bahkan mereka yang tanpa kitab suci dapat dikatakan “mengenal” Tuhan (ayat 21). Tetapi manusia yang berdosa itu “tidak merasa perlu untuk mengakui Allah” (ayat 28). Mereka “menindas kebenaran dengan kelaliman” (ayat 18). Mereka “telah mengganti” kemuliaan Tuhan dengan berhala-hala” (ayat 23), kebenaran diganti dengan dusta (ayat 25). Hati mereka telah digelapkan (ayat 21). Hasil dari  ini adalah degradasi atau penurunan moral, bentuk-bentuk terburuk perilaku dosa (ayat 24-32).


Ini adalah kondisi pada semua manusia yang terpisah dari anugerah Tuhan. 

0 APOLOGETIKA PRESUPPOSISIONAL : SEBUAH PENGANTAR



Oleh: Dr. John Frame

APOLOGETIKA PRESUPPOSISIONAL : SEBUAH PENGANTAR
Bagian 1 dari 2 : Pengantar dan Penciptaan


Bacalah : bagian utama dari Bagian 1


C.Problem-Problem
1.Psikologi Mengasumsikan Firman Tuhan Adalah Kebenaran sejak awalnya ( Presupposing)

Saya mengakui adalah sukar untuk menginterpretasi atau memahami piskologi iman semacam ini. Bagaimana bisa orang menjadi percaya pada sebuah Kata dari Tuhan yang berkontradiksi dengan semua sarana-sarana normal pengetahuan mereka? Bagimana bisa dahulu Abraham mengenali suara yang memanggil dirinya untuk mengorbankan puteranya (Kejadian 22:1-18; bandingkan dengan Ibrani 11:17-19; Yakobus 2:21-24) memang benar adalah suara Tuhan? Apa yang telah dikatakan suara itu padanya untuk dilakukan merupakan  hal bertentangan dengan naluri-naluri pada seorang ayah, pertimbangan-pertimbangan etika normal, dan malahan. Kelihatannya, bertentangan dengan Kata-Kata lain Tuhan (Kejadian 9:6). Tetapi dia telah mematuhi suara tersebut dan telah diberkati. Lebih dekat dengan pengalaman kita sendiri: bagaimana bisa orang menjadi percaya kepada Yesus walaupun mereka tidak pernah, seperti Tomas, melihat tanda-tanda  Yesus dan keajaiban-keajaiban ( Yohanes 20:29)?

Saya tidak dapat menjelaskan psikologi di sini untuk kepuasan bagi setiap banyak orang. Dalam kasus ini sebagaimana dalam kasus-kasus lainnya (karena kita berjalan oleh iman, bukan oleh melihat!) kita tak terhindarkan harus menerima fakta bahkan tanpa sebuah penjelasan fakta. Untuk alasan  tertentu yang tak selalu dipahami, Tuhan  mengupayakan agar Firman-Nya mencapai kita, sekalipun terdapat halangan-halangan yang bersifat logika dan psikologi. Tanpa menjelaskan bagaimana  hal itu bekerja, Kitab suci menggambarkan dalam berbagai cara sebuah “faktor supernatural” dalam komunikasi  ilahi-manusia :

0 APOLOGETIKA PRESUPPOSISIONAL : SEBUAH PENGANTAR



Oleh: Dr. John Frame

APOLOGETIKA PRESUPPOSISIONAL : SEBUAH PENGANTAR
Bagian 1 dari 2 : Pengantar dan Penciptaan



Dalam mempertahankan atau mempertanggungjawabkan atau menjawab pertanyaan atau tudingan atau serangan  yang diajukan  terhadap seorang Kristen dan dibidikan pada iman Kristen kita, pertanyaan paling penting bagi kita adalalah “Jenis jawaban atau pertanggungjawaban yang seperti apakah yang paling memuliakan Tuhan kita (bandingkan dengan 1 Korintus 10:21)?” Tuhan melarang, dalam upaya memberikan jawaban atau pertanggungjawaban iman Kristen dihadapan orang-orang lain, sama sekali untuk  mengkompromikan firman dalam melakukannya.

Apa yang disebut sebagai mashab apologetika-apologetika presupposisional [1]peduli dengan semua hal di atas tersebut, menjawab pertanyaan ini. Tentu saja, ada pertanyaan-pertanyaan lain dalam apologetika yang, walau kurang  memiliki nilai penting ultimat, juga layak menerima jawaban-jawaban. Para Presupposisionalis juga mendiksusikan hal-hal ini. Namun, menimbang keterbatasan ruang, dan agar berlaku adil pada inti sari presupposisionalisme, saya harus memfokuskan perhatian kita pada pertanyaan yang paling penting dan kemudian sejauh ruang mengizinkan, akan mengaitkan beberapa isu dengan upaya menjawab atau mempertanggungjawabkan iman Kristen pada orang-orang lain yang mempertanyakannya.

Diantara semua sumber-sumber pewahyuan ilahi (termasuk alam, sejarah, umat manusia dalam citra Tuhan), Kitab suci memainkan sebuah peran sentral. Benar sekali, walau poinnya tak dapat diargumentasikan dalam detail di sini, pandanganku  adalah, bahwa kitab suci merupakam otoritas terpuncak, firman Tuhan tidak dapat menjadi salah, dituliskan secara ilahi/divinitas, konstitusi tertulis gereja Yesus Kristus [2]. Firman Tuhan atau kitab suci dengan demikian otoritas paling mendasar bagi seluruh kehidupan manusia termasuk apologetika. Sebagai otoritas terpuncak, Firman Tuhan itu sendiri, menyediakan justifikasi-justifikasi terdasar bagi semua penjelasan atau jawaban [3]  tanpa Firman Tuhan itu sendiri menjadi  tunduk pada justifikasi-justifikasi itu sendiri.

0 Hai Kamu, Orang Kristen! Akankah Menjadi Agen Belas Kasihan Tuhan atau Agen Kejahatan Dunia?



Oleh: Dr. John Frame


Hai Kamu, Orang Kristen! Akankah Menjadi Agen Belas Kasihan Tuhan atau Agen Kejahatan Dunia?



Sekilas pandang terlihat  janggal bahwa sebuah konferensi tentang pelayanan-pelayanan belas kasihan harus mencakup pembicaraan aborsi, tetapi dipikir-pikir kemudian, itu merupakan kombinasi yang luar biasa  tepat. Belas kasihan dalam kitab suci diarahkan utamanya pada mereka seperti para janda dan anak-anak yatim piatu yang tak dapat menolong diri mereka sendiri, yang tidak memiliki kekuatan efektif dalam masyarakat untuk membela urusan mereka sendiri. Siapa, kemudian, yang  merupakan obyek-obyek yang  lebih  pantas daripada bayi-bayi yang masih berada di dalam kandungan? Bayi-bayi ini tidak berdosa (berdosa didalam Adam, tetapi secara legal  tanpa kesalahan) yang secara literal memang tak berdaya, yang tidak dapat  berbicara atau bertindak  membela dirinya sendiri. Namun banyak dari bayi-bayi dalam kandungan ini mengalami serangan ganas pada hari ini oleh kekuatan-kekuatan masyarakat dominan: diajarkan dalam sistem pendidikan, media, pemerintah termasuk pengadilan-pengadilan yang seharusnya dapat dituntut untuk adil. Bahkan  pemikiran paling etis dalam masyarakat moderen pun melawan bayi-bayi yang belum dilahirkan ini.

Dan bagian yang paling mengerikan  pada perihal ini adalah, bahwa anak-anak ini mengalami serangan dari para ibu kandungnya sendiri. Ibu adalah garis pertahanan terakhir si anak. Jika ibu meninggalkan anaknya, siapa yang akan menolong? Siapa yang sungguh-sungguh menolong? Mazmur 27:10 memberikan jawaban: “Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku.” Yesaya mengatakan dalam horor mengenai kemungkinan bahwa seorang ibu mungkin melupakan anaknya. Tetapi melalui Yesaya, Tuhan berkata, “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.” Tuhan adalah penolong bagi orang miskin, suami bagi para janda, Ayah bagi yang tak berayah. Dia peduli pada mereka yang  tidak dipedulikan dunia. Dan Tuhan memanggil umatnya menjadi agen-agen-Nya: ”belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!” (Yesaya 1:17). Bayi yang masih di dalam kandungan ibu mewakili kemanusiaan dalam wujudnya  yang paling tak berdaya. Dalam ancaman serangan yang tak berbelas kasihan. Mereka  memiliki, dengan demikian,  sebuah klaim unik pada belas kasihan umat Tuhan.

0 Bertumbuh Dalam Kasih Karunia dan Pengenalan



Oleh: Dr. John Frame

Bertumbuh Dalam Kasih Karunia dan Pengenalan



Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya.- 2 Petrus 3:18



Khotbah ini datang dari hati dalam sebuah cara yang spesial, karena, setelah banyak pembicaraan dengan Tuhan dan menelisik firmannya, itulah yang  saya pikir apa yang paling perlu untuk didengarkan, pada hari ini. Ini tidak harus menjadi area kebutuhan  kita  yang terbesar, tetapi ini memang ada diantara subyek-subyek yang saya pikir, saya dapat  menggumulinya dan memberikan manfaat, inilah yang terlihat paling keras  berteriak meminta perhatian kita.

Subyek itulah yang disumarikan dalam ayat terakhir dari teks kita ini: “Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juru selamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya” (2 Petrus 3:18).

Orang Kristen bertumbuh, itulah subyeknya; itulah kebutuhan kita. Bayi-bayi manis dan menggemaskan dalam banyak hal. Tetapi jika seseorang tetap seorang bayi selama 10 tahun, 20 tahun, sesuatu yang sangat salah sedang terjadi. Kita akan mendapatkan bahwa di dalam “bayi” itu sesuatu yang sangat menyedihkan, sesuatu yang sangat abnormal.

0 Galatia 3:15-29, Sebuah Dialog Tradisi, Taurat Vs Anugerah



Oleh: Dr. John Frame

Galatia 3:15-29, Sebuah Dialog Tradisi, Taurat Vs Anugerah


Galatia 3:15-17 Saudara-saudara, baiklah kupergunakan suatu contoh dari hidup sehari-hari. Suatu wasiat yang telah disahkan, sekalipun ia dari manusia, tidak dapat dibatalkan atau ditambahi oleh seorangpun. Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan "kepada keturunan-keturunannya" seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: "dan kepada keturunanmu", yaitu Kristus. Maksudku ialah: Janji yang sebelumnya telah disahkan Allah, tidak dapat dibatalkan oleh hukum Taurat, yang baru terbit empat ratus tiga puluh tahun kemudian, sehingga janji itu hilang kekuatannya.

Ada banyak pengajaran baik dalam teks ini, tetapi memang sulit untuk mengkomunikasikannya kepada orang lain. Sebagaimana dilakukan para teolog, kami secara luar biasa tergoda untuk masuk ke dalam banyak bahasa teknis. Tetapi  biarkan saya  untuk  sedikit menjauh dari hal semacam itu  dengan menggunakan sarana sebuah  konstruksi imajinatif, jika anda bersedia untuk mengikuti saya.

Katakanlah bahwa anda seorang Yunani yang hidup di abad pertama (saya akan memanggilmu Jason), dan anda  mendengar seorang pengkhotbah bernama Paulus sedang membicarakan seorang lain bernama Yesus. Yesus ini, ujarnya, telah melakukan  mujizat-mujizat, telah mati sebagai seorang korban penebus dosa, dan telah bangkit kembali. Dan Paulus berkata bahwa jika kamu percaya pada Yesus, Tuhan akan mengampuni seluruh dosa-dosamu, setiap dari mereka. Sesuatu mencengkram  hatimu, dan anda berlari kepada Paulus:

0 Alkitab Pada Problem Kejahatan



Oleh: Dr. John Frame


Alkitab Pada Problem Kejahatan


Roma 3:1-8 (1) Jika demikian, apakah kelebihan orang Yahudi dan apakah gunanya sunat?(2) Banyak sekali, dan di dalam segala hal. Pertama-tama: sebab kepada merekalah dipercayakan firman Allah.(3) Jadi bagaimana, jika di antara mereka ada yang tidak setia, dapatkah ketidaksetiaan itu membatalkan kesetiaan Allah?(4) Sekali-kali tidak! Sebaliknya: Allah adalah benar, dan semua manusia pembohong, seperti ada tertulis: "Supaya Engkau ternyata benar dalam segala firman-Mu, dan menang, jika Engkau dihakimi."(5) Tetapi jika ketidakbenaran kita menunjukkan kebenaran Allah, apakah yang akan kita katakan? Tidak adilkah Allah--aku berkata sebagai manusia--jika Ia menampakkan murka-Nya?(6) Sekali-kali tidak! Andaikata demikian, bagaimanakah Allah dapat menghakimi dunia?(7) Tetapi jika kebenaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliaan-Nya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa?(8) Bukankah tidak benar fitnahan orang yang mengatakan, bahwa kita berkata: "Marilah kita berbuat yang jahat, supaya yang baik timbul dari padanya." Orang semacam itu sudah selayaknya mendapat hukuman.
Harus juga membaca: Roma 3:21-26, Roma 5:1-5, Roma 8:28-39

Bagi banyak orang dewasa ini dan di sepanjang sejarah, problem kejahatan telah digambarkan sebagai keberatan paling serius  pada iman Kristen. Beberapa filsuf yang sangat brilian telah berpendapat bahwa problem ini secara konklusif/tak terbantahkan menyanggah keyakinan dalam Tuhan Kristen. Namun tak hanya para profesor dan filsuf—orang awam, juga, kerap merasa ini problem yang mendalam. Anda tidak perlu menjadi seorang  filsuf yang canggih untuk meragukan realita Tuhan ketika seorang yang dikasihi sedang  mengalami penderitaan yang mengerikan. Pada saat-saat semacam ini “problem kejahatan” bukanlah semacam argumen yang perlu dipelajari sebab hal itu  pada dasarnya sebuah teriakan hati, “Bagaimana bisa  Tuhan yang kasih mengizinkan hal ini?”

0 Rasisme, Lonceng Maut Kemanusiaan



Oleh: Martin Simamora


Rasisme, Lonceng Maut Kemanusiaan




Kolose 3:11  dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.

Ketika saya mendengar dan menonton berita di televisi bahwa Amerika Serikat sedang dilanda kerusuhan bernuansa rasialisme di Ferguson, sekali lagi dan berangkali untuk kali ke sekiannya, saya diyakinkan bahwa Rasisme dan diskriminasi dalam segala wujudnya dapat menjadi lonceng maut kemanusiaan. Manusia oleh hal ini dapat menjadi brutal untuk saling menghancurkan tak hanya manusia lainnya, namun peradaban manusia itu sendiri. Walau  tak semematikan bom atom hirosima dan nagasaki, namun rasisme memiki semacam radiasi nuklir yang “kekal”dan tak pernah benar-benar lenyap  residunya, sekali itu meledak di sebuah wilayah atau negara. Saya tak akan spesifik mengulas apa yang sedang berlangsung di AS dan juga  tidak akan berbicara secara khusus dalam terminologi-terminologi sosiologi apalagi politik yang pelik. Namun demikian, saya menilai penting untuk mencukil apa yang ditulis oleh Profesor Thomas  M.Saphiro dalam bukunya berjudul “The Hidden Cost of Being African American: How Wealth Perpetuates Inequality.” Saya akan cukup serius menyentuh buku ini, untuk kemudian kita bergerak menyorot isu ini dalam sudut pandang pengajaran Kristen.

0 Kejatuhan Orang Percaya



Oleh: Dr. R.C. Sproul

Kejatuhan  Orang Percaya


Kita mungkin hidup dalam sebuah budaya yang percaya bahwa setiap orang akan diselamatkan, bahwa kita “dibenarkan oleh kematian” dan yang perlu anda lakukan  untuk pergi ke sorga adalah mati, tetapi firman Tuhan secara pasti tidak memberikan kepada kita kenyamanan hebat semacam ini untuk dipercayai. Sebuah pembacaan Perjanjian Baru yang  seksama dan tulus memperlihatkan bahwa Rasul-Rasul telah diyakinkan bahwa tak seorangpun dapat pergi ke sorga  kecuali mereka percaya kepada Kristus saja demi keselamatan mereka:


Yohanes 14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.

Roma 10:9-10 Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.

Mengacu pada sejarah, orang-orang Kristen Injili pada umumnya sepakat pada poin ini. Posisi mereka menjadi berbeda kala pada posisi soal keamanan keselamatan. Orang yang bersepakat bahwa hanya mereka yang percaya kepada Yesus akan diselamatkan telah mengalami ketaksepakatan pada apakah setiap orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Kristus dapat kehilangan keselamatannya.
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9