Oleh: Dr. John Frame
Hai Kamu, Orang Kristen! Akankah Menjadi Agen Belas
Kasihan Tuhan atau Agen Kejahatan Dunia?
Sekilas pandang
terlihat janggal bahwa sebuah konferensi
tentang pelayanan-pelayanan belas kasihan harus mencakup pembicaraan aborsi, tetapi dipikir-pikir
kemudian, itu merupakan kombinasi yang luar biasa tepat. Belas kasihan dalam kitab suci
diarahkan utamanya pada mereka seperti para janda dan anak-anak yatim piatu
yang tak dapat menolong diri mereka sendiri, yang tidak memiliki kekuatan
efektif dalam masyarakat untuk membela urusan mereka sendiri. Siapa, kemudian,
yang merupakan obyek-obyek yang lebih
pantas daripada bayi-bayi yang masih berada di dalam kandungan?
Bayi-bayi ini tidak berdosa (berdosa didalam Adam, tetapi secara legal tanpa kesalahan) yang secara literal memang
tak berdaya, yang tidak dapat berbicara
atau bertindak membela dirinya sendiri.
Namun banyak dari bayi-bayi dalam kandungan ini mengalami serangan ganas pada
hari ini oleh kekuatan-kekuatan masyarakat dominan: diajarkan dalam sistem
pendidikan, media, pemerintah termasuk pengadilan-pengadilan yang seharusnya
dapat dituntut untuk adil. Bahkan
pemikiran paling etis dalam masyarakat moderen pun melawan bayi-bayi
yang belum dilahirkan ini.
Dan bagian yang paling
mengerikan pada perihal ini adalah,
bahwa anak-anak ini mengalami serangan dari para ibu kandungnya sendiri. Ibu
adalah garis pertahanan terakhir si anak. Jika ibu meninggalkan anaknya, siapa
yang akan menolong? Siapa yang sungguh-sungguh menolong? Mazmur 27:10
memberikan jawaban: “Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN
menyambut aku.” Yesaya mengatakan dalam horor mengenai kemungkinan bahwa
seorang ibu mungkin melupakan anaknya. Tetapi melalui Yesaya, Tuhan berkata, “Dapatkah
seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari
kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.”
Tuhan adalah penolong bagi orang miskin, suami bagi para janda, Ayah bagi yang
tak berayah. Dia peduli pada mereka yang
tidak dipedulikan dunia. Dan Tuhan memanggil umatnya menjadi
agen-agen-Nya: ”belajarlah berbuat baik; usahakanlah
keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah
perkara janda-janda!” (Yesaya 1:17). Bayi yang masih di dalam
kandungan ibu mewakili kemanusiaan dalam wujudnya yang paling tak berdaya. Dalam ancaman
serangan yang tak berbelas kasihan. Mereka
memiliki, dengan demikian, sebuah
klaim unik pada belas kasihan umat Tuhan.
Kedewasaan
Kristen diuji oleh kesediaannya untuk pergi menentang kejanggalan-kejanggalan
ini, pergi menentang cara-cara intelektual dan praktek yang sedang menjadi
budaya dalam melayani Raja kita. Memang
cukup mudah untuk menjadi seorang Kristen ketika menjadi seorang Kristen semata
hanya mensyaratkan kita menjadi orang yang manis. Tetapi kasih pada Yesus,
kasih yang dimotivasi oleh pengorbanan akbar, membutuhkan jauh lebih daripada
itu. Kasih meminta kita untuk membuang apa yang Kitab suci katakan “hikmat atau
wisdom dunia ini,” gagasan-gagasan yang
yang menjadi gaya dunia dan praktek-praktek dalam masyarakat kita, dan
memperhitungkannya sebagai sampah demi Kristus. Kita menghormati mereka seperti
Nuh, yang membangun bahteranya walau dunia mencemooh; seperti Abraham, yang
mengesampingkan bukti akalnya dan tawa isterinya sendiri untuk mempercayai apa
yang Tuhan mau menyediakan sebuah anak
mujizat; seperti Musa yang berdiri menentang Firaun sang totalitarian dengan
kekuasaan absolut untuk menyampaikan firman Tuhan; seperti Daniel, yang
bertahan terhadap singa-singa ketimbang menyembah seorang raja duniawi; seperti
Petrus dan Yohanes, yang berkata secara resmi : “kita harus mematuhi Tuhan
daripada manusia “ (Kisah Para Rasul 5:29).
Ada banyak orang Kristen yang berpikir adalah cukup untuk
mengaku iman mereka, hidup sebagai orang
yang baik dalam masyarakat, dan pergi ke gereja. Dengan derajat kebebasan beribadah yang masih
tersedia di dalam negara ini, adalah mungkin untuk mengakui Kristus selama
bertahun-tahun tanpa menjadi dipaksakan untuk melawan masyarakat. Tetapi
semakin anda bertumbuh dalam Kristus, semakin lebih anda memahami radikalisme
berita Kristen, semakin lebih anda merasakan panggilan Tuhan untuk menentang
ketentuan atau kebijakan negara yang
jahat atau berlawanan dengan firman Tuhan, untuk menolak dan mengecam
standard-standard dunia. Keberbedaan
tajam atau keunikan kehidupan Kristen tidak sama sekali seperti kehidupan
seorang non Kristen yang baik. Keberbedaan tajam kehidupan Kristen adalah
kehidupan seorang musafir, kehidupan
yang bukan milik dunia ini, tetapi kehidupan yang berjalan menuju sorga di
atas. Kita adalah warga negara lain (Filipi
3:20). Kita tidak dapat begitu saja menyetujui secara nyaman pada filosopi
dan moral-moral yang ada di planet ini. Sebaliknya, kita berupaya melemahkan
dan membuangnya; tidak dalam sebuah cara kekerasan, tetapi, seperti orang-orang
kudus hebat di Perjanjian Lama, dengan kuasa firman Tuhan dan Roh yang maha
kuasa.
Ini memang benar demikian
dalam kehidupan intelektual kita, dalam ibadah kita, dalam bisnis kita, dalam
rekreasi kita, dalam kehidupan keluarga kita, seksualitas kita, dan tentu saja
dalam segala hal. Karena kitab suci berkata “Jika engkau makan atau jika engkau
minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu
untuk kemuliaan Allah (I Kor 10:31).” Dalam semua area ini harus ada sebuah rejeksi atas
standard-standard dunia dan kepatuhan yang setia terhadap firman Tuhan. Ini
juga harus menjadi benar pada pelayanan
belas kasihan kita. Firman Tuhan memanggil kita untuk menolong mereka yang
paling dibuang oleh dunia, mengasihi mereka yang dikasihi dengan kasih terkecil. Sehingga harus ada , akan
tetapi banyak orang di dunia ini yang akan
mengolok kita sebaga fanatik-fanatik religius, memang benar, khususnya
sejak dunia mencemooh para terdakwa ini,
sebuah tempat khusus dalam hati kita bagi bayi-bayi yang masih ada di dalam
kandungan.
Selagi kita berjuang bagi
pelayanan belas kasihan Kristus terhadap para bayi yang masih di dalam
kandungan, pertama-tama adalah penting bagi kita untuk memiliki kejelasan prinsip-prinsip biblikal.
Pada awalnya, kita mungkin menjadi
dipermalukan oleh fakta bahwa Alkitab tidak memberikan arahan-arahan
spesifik terkait aborsi. Pada 1972, ketika saya berpartisipasi dalam sebuah
studi aborsi oleh sebuah denominasi
gereja, dokumen pro-life (menentang aborsi) kita telah dikritisi pada dasar
sola scriptura, kitab suci saja. Para lawan kita telah mengatakan bahwa kita
tidak harus mensyaratkan orang-orang Kristen untuk mematuhi prinsip-prinsip
yang tak dinyatakan oleh Kitab suci; dan karena kitab suci tidak berbicara
tentang membunuh bayi yang belum dilahirkan, kita harus membiarkan pertanyaan
itu terbuka. Akan tetapi, kita telah mencatat bahwa Kitab suci tidak juga menyebut jangan membunuh tukang ledeng,
atau jangan membunuh orang Presbiterian
Skotlandia diatas usia 43 tahun. Apa yang dikatakan kitab suci,: ”Jangan membunuh.” Kekhasan
perintah-perintah skriptural yang mencakup keluasan yang umum, dan
adalah tanggungjawab kita kita untuk membuat
penerapan-penerapan sepesifik dalam kehidupan ini. Jika kita tidak
diperbolehkan bahkan diminta untuk tidak membuat penerapan-penerapannya yang spesifik, Alkitab menjadi sebuah
surat yang mati. Sehingga argumen harus
dibuat: membunuh orang adalah salah;
membunuh bayi yang belum dilahirkan adalah membunuh manusia; oleh karena itu
membunuh bayi yang berada di dalam kandungan adalah salah.
Kamu hanya dapat menghindari
argumen ini dengan memperlihatkan bahwa bayi yang ada di dalam kandungan ini
bukanlah manusia. Dan kembali ke 1950-an dan 1960-an, pernah ada sebuah debat
serius atas isu ini yang masih memiliki dampaknya dalam diskusi masa kini. Pada
hari-hari itu, sejumlah gereja injili
berpendapat bahwa kitab suci tidak menganggap anak-anak yang belum dilahirkan sebagai pribadi-pribadi. Carl
F.H. Henry, sebagai contoh, jika saja tidak maka dia adalah salah satu
pahlawanku, telah berpendapat bahwa “citra Tuhan” yang menghasilkan kemanusiaan
terdiri atas akal kita; sehingga
bayi-bayi tidak menjadi manusia
sepenuhnya hingga mereka telah mencapai atau memiliki level kemampuan tertentu
untuk menggunakan akal atau bernalar. Sedihnya, saya harus katakan bahwa Dr.
Henry masih menganut posisi ini, walaupun memang dapat diizinkan untuk membunuh
bayi dalam kandungan hingga sebuah derajat yang tak terbayangkan bahkan oleh orang-orang yang
paling sekular. Kapankah orang menjadi benar-benar rasional seutuhnya? Saya
terkandang bertanya-tanya jika ada diantara kita telah mencapai sebuah rasional
yang utuh! Tetapi jauh lebih serius lagi: citra Tuhan bukan beberapa bagian
dari manusia, bukan sejumlah kemampuan
indrawi manusia. Citra itu adalah segala hal manusia. Citra itu bukan sesuatu
yang ada di dalam kita; sebaliknya, kita ada di dalam citra itu. Sehingga pengajaran Alkitab mengenai citra Tuhan tidak
boleh digunakan untuk menyangkal kepribadian bayi yang masih ada di dalam
kandungan.
Kemudian pernah ada pendapat
mengenai hidup dan nafas yang kelihatannya telah mempengaruhi Presiden Southern Baptist. Beberapa orang
berkata bahwa hidup dalam Kitab suci dimulai dengan nafas, dan oleh karena itu anak-anak yang masih ada di
dalam kandungan, yang tidak bernafas,
tidak dapat dianggap hidup. Baiklah, ada sebuah korelasi antara hidup
dan nafas dalam kitab suci. Anda bahkan dapat membuat argumen yang lebih baik
dengan menautkan kematian dengan berakhirnya nafas; karena kitab suci kerap
merujuk pada kematian dengan mengatakan “dia
telah menghembuskan nafas terakhirnya – misal Markus 15:37 With a loud cry, Jesus breathed his last,
ditambahkan oleh editor. ”Tetapi tentu saja kita tahu bahwa itu bukanlah sebuah
deskripsi kematian yang bersifat klinis. Kita tahu bahwa orang kadang dapat
dipulihkan kesadarannya/dibuat kembali bernafas/resuscitated setelah mereka berhenti bernafas untuk beberapa saat.
Sebagaimana pada permulaan hidup, memang benar bahwa kehidupan manusia Adam
pertama telah dimulai dengan menghembuskan nafas ilahi: bukan dengan nafas Adam
sendiri, tetapi dengan penghembusan kehidupan Tuhan ke dalam dirinya. Lebih
dari itu, tidak ada korelasi skriptural antara bernafas dengan permulaan kehidupan. Pandanganku sendiri
adalah : anak-anak yang masih ada di
dalam kandungan juga menerima
manfaat-manfaat nafas, mendapatkan oksigen melalui penunjang kehidupan sesaat
dari paru-paru ibunya. Jadi nafas Adam ditransmisikan tanpa putus ke semua
keturunannya. Tak ada perbedaan didalam ras manusia antara mereka yang bernafas
dan mereka yang karena tak bernafas,
bukan pribadi-pribadi.
Argumen lainnya terkait interpretasi
Keluaran 21:22-24. Kasus hukum Perjanjian Lama menggambarkan sebuah
situasi yang mana dua laki-laki sedang
berkelahi dan salah satu dari mereka menyerang seorang perempuan yang sedang
hamil. Jika bahaya tidak mendatangkan maut, ujar teks itu, hukuman ditentukan
oleh pengadilan dan suami si perempuan. Jika ada timbul maut, akan ada pembalasan mata ganti mata, tentu saja nyawa
ganti nyawa. Beberapa orang
mengasumsikan bahwa “bahaya yang mendatangkan maut” merujuk pada ibu
saja; sehingga cidera pada anak yang ada di dalam kandungan ada dalam kategori “bahaya
yang tidak mendatangkan maut” dan hanya dihukum dengan sebuah denda. Sejumlah
penganjur aborsi kemudian berpendapat bahwa di dalam nas ini ada sebuah
perbedaan dalam penghukuman antara
bahaya/maut pada ibu dan bahaya
atau maut pada anak dalam kandungannya dan bahwa karena itu di sini anak yang
dalam kandungan dinilai kurang untuk
dinilai sebagai seorang pribadi. Akan tetapi, sebuah perbedaan belaka dalam
penghukuman tidak bertautan dengan sebuah perbedaan dalam kepribadian sebagai
manusia. Pembunuhan seorang budak dalam bab yang sama (ayat 20-21,31) adalah
subyek terhadap hukuman yang lebih
ringan dalam sejumlah kasus,
dibandingkan dengan membunuh seorang manusia merdeka’ tetapi tidak seorang pun
akan berpendapat pada pandangan bahwa seorang budak adalah kurang daripada
seorang pribadi dalam kemanusiaannya.
Bahkan pada interpretasi dari
nas tersebut, karena itu, tak ada konsekuensi-konsekuensi pro abortion yang
dapat ditarik. Tetapi, faktanya, saya percaya bahwa interpretasi itu sendiri
adalah salah. “Bahaya yang menimbulkan
maut” dalam nas ini tak memiliki batasan; itu diberlakukan baik pada ibu atau
anak. Jika tidak ada “bahaya yang
mendatangkan maut” pada keduanya, penghukumannya adalah sebuah denda untuk luka
itu sendiri. Jika ada bahaya yang menimbulkan maut, penghukuman dapat menjadi
hingga sebesar-besarnya hukuman mati. Karena membunuh secara tak sengaja
semacam ini biasanya bukan sebuah kejahatan besar dalam Kitab suci, nas
ini secara aktual memberikan sebuah
proteksi khusus pada anak-anak yang
masih di dalam kandungan dan ibu-ibunya. Ini adalah teks yang pro life
atau anti aborsi.
Bukan hanya itu saja teks
pro life dalam Alkitab. Dalam Mazmur 139:14-16, Daud merefleksikan pada
keajaiban pada bagaimana Tuhan telah membentuk dirinya dalam kandungan ibunya. Itu adalah Daud yang ada di
dalam kandungan, Daud adalah pribadi, Daud yang sama yang kemudian telah
diurapi oleh Tuhan. Dalam Mazmur 51:5, Daud mengaku bahwa dia telah menjadi
pendosa, bukan saja sejak perzinahannya, tak hanya sejak kelahirannya, tetapi
sejak ibunya telah mengandung dirinya. Dalam Lukas 1:41,44 Yohanes Pembatis yang masih di dalam
kandungan melonjak kegirangan dalam kandungan ibunya dalam hadirat Mesias yang sama-sama masih di dalam
kandungan ibunya. Yesus sendiri adalah Tuhan yang berinkarnasi, bukan melalui
kelahiran, tetapi melalui sebuah pembuahan yang ajaib dalam rahim sang perawan.
Garis dasarnya adalah , sebagaimana
seorang temanku pernah menyatakannya, bahwa Kitab suci selalu membicarakan
anak-anak yang belum dilahirkan—sejak dari pembuahan!- sebagai
pribadi-pribadi telah lahir; dan kitab suci tidak pernah membicarakan
mereka dalam cara lain yang bagaimanapun. Alkitab adalah buku pro kehidupan.
Dan jika masih ada keraguan tersisa, kitab suci berkata pada keraguan itu juga.
Karena secara pasti dalam terang perintah Tuhan ke enam, setiap kebimbangan
akan diselesaikan dalam kesukaan hidup
daripada kematian. Beban pembuktian selalu pada pundak mereka yang akan
membenarkan pembunuhan.
Ilmu pengetahuan kita
mengenai reproduksi manusia mengkomfirmasi pengajaran-pengajaran kitab suci.
Anak-anak yang ada di dalam kandungan
ibunya bukan bagian dari tubuh ibunya, tetapi
dari pembuahan dia laki-laki atau dia perempuan yang secara genetik berbeda dari ibunya. Dan tidak ada titik
dalam periode perkembangan dalam uterus dari pembuahan hingga kelahiran dimana
orang dapat berpendapat sebagai sebuah kebenaran, bahwa sebuah non pribadi
berubah menjadi sebuah pribadi. Periode gestasi adalah sebuah periode yang
mulus pada perkembangan tanpa adanya
putus-putus yang tajam. Organisme yang dibuahi adalah organisme yang sama pada
saat dilahirkan.
Belakangan ini, beberapa
orang, termasuk yang pada umumnya pro kehidupan, telah berpendapat bahwa
kepribadian anak dimulai bukan pada
saat pembuahan tetapi pada saat implatasi telur
yang telah dibuahi dalam kandungan. Ini akan membolehkan
penghancuran telur-telur semacam ini,
sebagai contoh, dalam pembuahan in vitro (pembuahan dalam tabung tes) atau
segera setelah persetubuhan sebagaimana dalam kasus-kasus perkosaan atau
incest. Argumen mereka adalah, bahwa sebelum implantasi telur yang telah
dibuahi dapat dipisahkan menjadi dua, menghasilkan anak kembar. Jadi, mereka
percaya, kepribadian tidak dibentuk sampai setelah implantasi.
Sebesar saya bersimpati
dengan para korban perkosaan dan incest, dan dengan mereka yang membutuhkan
pertolongan pembuahan in virto, saya tidak dapat menerima argumen ini. Meng-kembarkan
adalah sejenis reproduksi yang dalam derajat tertentu dapat diperbandingkan dengan
kloning. Hal semacam ini hanya dapat terjadi pada titik paling dini dalam awal
kehidupan manusia, tetapi tidak setelahnya, menyatakan bahwa tidak ada
kepribadian dalam reproduser. Satu-satunya konklusi yang dapat kita tarik
dari fakta menarik ini adalah bahwa pada
satu titik dalam kehidupan manusia, satu pribadi dapat menjadi dua. Tetapi kepribadian itu sendiri masih harus
dikatakan dimulai pada saat pembuahan.
Saya telah mengatakan bahwa debat ini telah
terjadi terutama pada tahun 1950-an dan
1960-an. Tentu saja, pada saat itu, banyak ahli injili mengambil
apa yang pada saat ini akan kita nilai
sebagai pandangan-pandangan agak liberal pada aborsi. Mitra seniorku di
Westminster di Philadelphia, Dr. Paul Woolley, mempertahankan pandangannya
hingga akhir hidupnya bahwa aborsi adalah sah atau dapat dilakukan dalam
sejumlah kasus; dan saya menyebutkan bahwa Dr Carl Henry bahkan pada hari ini
memiliki pemikiran yang sama. Akan tetapi, para ahli lainnya seperti Dr. Bruce
Waltke dan Meredith G. Kline telah mengubah posisi mereka secara radikal, dari
pro aborsi yang moderat menjadi
pendukung pro kehidupan yang sangat kokoh. Ini memberikan dorongan, karena hal ini memperlihatkan bahwa kitab suci masih
berbicara di dalam gereja, bahwa firman Tuhan masih mampu mengubah
pikiran-pikiran orang, dalam sebuah cara yang cukup menakjubkan! Dan setelah
Roe versus Wade pada 1973, sebuah konsensus secara cepat telah berkembang
diantara para injili, bergabung dengan konsensus Roma Katolik yang telah ada,
untuk mengecam aborsi. Bahkan para pemikir sekular, yang benar-benar pemikir pro aborsi, semakin
banyak yang datang untuk mengakui fakta bahwa aborsi telah mengambil nyawa
manusia.
Memang benar itu terihat
hingga akhir 1980-an walaupun sejumlah
perubahan dalam Mahkamah Agung dapat mengembalikan bangsa ini secara cepat kepada pelarangan aborsi secara legal
yang bersejarah. Gerakan pro kehidupan telah mengendus kemenangan dalam
genggamannya, setelah perjuangan yang sukar. Tetapi sesuatu telah terjadi,
kasarnya selama periode pemerintahan
Bush (walau saya tak sepenuhnya menyalahkan pada Presiden Bush) mengambil
kemenangan itu dari tangan kita, dan adalah penting bahwa kita memahami apakah
yang sudah telah terjadi.
Kala Uni Soviet runtuh,
secara paradoks, marxisme telah semakin
mengokohkan dirinya sendiri bahkan jauh lebih kuat daripada sebelumnya dalam
universitas-universitas Amerika Serikat dan lingkaran-lingkaran intelektual.
Dalam pemikiran Marxis, diantaranya ada relativisme etikanya, ada satu kejahatan
yang digambarkan dalam sebuah terminologi-terminologi etikal yang absolut : ”opresi”
atau penindasan pada satu kelompok oleh
kelompok lainnya. Di masa kita ini,
aplikasi dominan dari ideologi ini adalah mengecam opresi (oleh pria kulit
putih Kristen) pada orang berbasis ras, kebangsaan, jenis kelamin, agama,
seksual, orientasi, tinggi, berat, kecerdasan, kebiasaan-kebiasaan, dan
seterusnya. Sehingga kita mendengar apa yang disebut sebagai “political
correctness: “upaya beragam institusi
khususnya universitas-universitas yang
sebelumnya telah membuat klaim-klaim yang memiliki dasar yang dinilai sebagai
kebenaran menjadi penjaga-penjaga kemerdekaan intelektual, untuk menjadi polisi
atas kata-kata, pemikiran-pemikiran, perilaku orang sehingga tak satupun
orang-orang yang diopresi atau ditekan ini akan
mengalami sedikit saja diserang.
Saya tak berniat untuk
melecehkan sebuah kepedulian yang tulus pada ketidakadilan; kepedulian semacam
itu adalah biblikal. Tetapi di dalam
masyarakat kita kini, isu tunggal grup penekan dihadirkan dalam sebuah cara yang begitu terdistorsi dimana
efeknya melipatgandakan ketakadilan dengan seenaknya mengecam tanpa hak
memperoleh keadilan pada orang-orang Kristen pria berkulit putih, dan itu membutakan kita
pada jenis-jenis iblis atau kejahatan lainnya.
Namun
demikian, TUJUAN utamaku adalah selama
kurun 5 tahun lalu, gerakan pro aborsi telah menautkan dirinya secara ketat
dengan gerakan marxis untuk political correctness. Argumen kini bukan bahwa
anak-anak dalam kandungan adalah
manusia-manusia dengan pribadi yang kurang. Argumen dominan masa kini adalah,
bahwa membatasi aborsi adalah menindas para perempuan dengan membatasi
pilihan-pilihan mereka. Bahwa argumen telah dibuat, tentu saja, sejak 70-an, ketika terminologi “pro choice”
lahir. Tetapi dalam lima tahun terakhir benar-benar periode yang sangat berbahaya.
Ringkasnya, saya mau memperlihatkan betapa menyebarnya satu kata ini “choice” yang telah memasuki era kita. Saya membawa sebuah kartu “Choice Visa.” Saya mendengarkan sebuah stasiun radio yang menyebut dirinya “the classical choice.” AT&T selama beberapa tahun telah menggambarkan dirinya sebagai “the right choice.” Para guru Nutrisi telah mengatakan pada kita, bukan makanan apa yang seharusnya kita makan, tetapi makanan apa yang merupakan “the best choices.” Saya biasanya hampir tak pernah memusingkan terminologi, dan saya tidak suka mendengar orang lain memusingkan hal istilah. Tetapi saya harus mengatakan bahwa saya sedang benar-benar tidak menyukai istilah satu itu berbunyi, karena popularitasnya, saya telah diyakinkan, hasil dari “choice” itu pada umumnya adalah sebuah mentalitas yang tak saleh dan pembunuhan.
Inilah yang menjelaskan
mengapa gerakan pro aborsi telah menjadi
begitu ekstrim. Kebanyakan orang Amerika, jajak pendapat mengindikasikan, memberikan
dukungan pada aborsi legal tetapi menentang aborsi yang dimintakan; mereka
menginginkan pengekangan-pengekangan, batasan-batasan. Tetapi gerakan pro
choice akan menoleransi tanpa batasan-batasan sama sekali. Seorang remaja
puteri harus memiliki izin orang
tuanya hingga izin 3 hari dari
sekolahnya; tetapi penganjur aborsi akan menoleransi ketidakterlibatan orang
tua dalam keputusan anak anak remaja puteri tersebut untuk mengaborsi seorang anak. Dibolehkan tanpa syarat
persetujuan dari orang tua bahkan pemberitahuan. Presiden Clinton telah
mengkampenyakan sebuah slogan bahwa
aborsi seharusnya menjadi “aman, legal, dan jarang,” tetapi pemerintahanya
menunjuk dan dukungannya pada Freedom Of Choice Act yang mungkin meningkatkan jumlah aborsi
melampaui bayangan-bayangan terburuk kita. Bagi ideologi pro choice,
batasan-batasan apapun pada aborsi merupakan opresi atau penindas pada
perempuan-perempuan, menyangkali autonomy mereka.
Kata
“autonomy” membawa kita pada jantung masalah ini. Ini berlokasi tepat pada
kontradiksi antara ideologi pro choice dan berita Kristen. Alkitab mengajarkan
bahwa kita tidak bertindak otonomi,
bahwa kita memiliki tubuh dan jiwa bukan milik kita, dan kita dalam kendali atau arahan Tuhan. Seorang manusia yang menuntut autonomy seperti seekor
ikan yang menuntut merdeka dari air,
kemerdekaan untuk hidup di daratan. Kemerdekaan semacam ini destruktif bagi
naturnya. Itu bukan cara untuk pemenuhan diri sendiri; itu adalah cara
kematian. Cara untuk pemenuhan diri sendiri adalah, bersifat paradoks, yaitu
sebuah cara mati bagi diri sendiri, kematian dengan Kristus, dan kehidupan
kekal melalui iman dalam Dia. Cara untuk hidup melimpah adalah cara pelayan Tuhan. Ini adalah firman Tuhan bagi
gerakan pro choice dewasa ini. Inilah berita yang harus kita bawa dalam
pelayanan belas kasihan kita.
Berita itu adalah sebuah
penghakiman pada era kita, pastinya. Kita membawa kepada era kita sebuah
dakwaan profetik, bahwa masyarakat kita telah merusak kovenan Tuhan. Tetapi berita kita juga adalah satu belas
kasihan. Elemen belas kasihan, saya berpendapat, harus ditekankan lebih jauh dalam gerakan pro kehidupan dan
ini membawa kita kembali kepada tema utama. Ketika kita berhubungan dengan para
perempuan yang sedang menghadapi pilihan yang mengerikan, kita harus datang
kepada mereka sebagai pelayan-pelayan belas kasihan; dan karena itu kita harus
menyajikan berita yang penuh dengan belas kasihan—lebih jauh lagi daripada yang
telah kita miliki sebelumnya. Yesus
berlaku keras pada orang-orang Farisi, tetapi tidak terhadap perempuan
Samaria—walaupun dapat dipastikan kata-kata Yesus yang lemah lembut telah
menginsafkan dosanya.
Injil membawa belas kasihan
pada anak-anak yang masih berada di dalam kandungan, tentu saja. Tetapi injil juga berbicara belas kasihan
pada para wanita dengan ”masalah
kehamilan” mereka. Tidak pernah sebelumnya para perempuan ini mengalami sakit hati, ketakutan, dan kerap
keputus-asaan sekaligus, telah menjadi subyek manipulasi ideologi. Para juru
bicara yang menunjuk diri sendiri sebagai feminis tidak menginginkan para
perempuan dengan problem kehamilan untuk mengetahui semua fakta relevan. Mereka
tidak menginginkan para wanita ini mengetahui bahwa fetus mereka adalah seorang
bayi, bahwa terdapat bahaya dalam aborsi, bahwa ada alternatif-alternatif.
Sebuah artikel National Review melaporkan bahwa
para penganut ideologi yang sedang ngetren ini sekarang berupaya
mendiskreditkan atau menjelekan pengangkatan anak, memunculkan
gambaran-gambaran bahwa ayah angkat yang buruk dan kekerasan pada anak,
sekalipun kebanyakan pengangkatan anak berlangsung dengan baik. Mereka kuatir
jika adopsi anak menjadi lebih luas diterima, aborsi akan semakin tidak
didukung. Dihadapan manipulasi semacam ini, orang Kristen membawa belas
kasihan. Kita berkata, tidak, anda tidak harus membunuh bayi-bayimu. Ya, ada
alternatif-alternatif; ya ada pertolongan; ya, memang benar, ada kehidupan
berlimpah dalam keluarga Tuhan. Dan itu adalah pekerjaanmu untuk memastikan
bahwa pertolongan itu tersedia.
Khotbahkanlah subyek ini,
jika anda adalah seorang gembala sidang atau pendeta, karena ada banyak orang di dalam gereja sedang
dibingungkan terkait apa yang diajarkan Alkitab terkait hal ini, dan
sebagaimana para domba yang tak terawat, mereka mendapatkan moral-moral
standardnya dari acara-acara talk show di tv atau dari majalah-majalah terkenal
dan populer. Demonstrasikan; bawa sebuah spanduk bertuliskan “ABORSI MEMBUNUH
ANAK-ANAK,” karena spanduk semacam ini memperkatakan kebenaran yang simpel.
Dukung legislator atau wakil rakyat atau kandidat pejabat publik atau kandidat
presiden yang berpihak pada pro life.
Gunakan sarana-sarana legal untuk melemahkan para pelaksana aborsi dan membuat
mereka sukar untuk berpraktek. Aborsi bisa jadi legal, tetapi kita tidak harus
membawany kedalam komunitas-komunitas kita jika kita tidak menginginkannya.
Memegang teguh prinsip dan
fleksibel secara bersamaan. Jika sebuah RUU diajukan dengan pembatasan aborsi
hanya pada kasus-kasus tertentu, dukunglah yang semacam ini. Jangan ambil
posisi dimana kamu akan mendukung sebuah
larangan total. Sebuah pasukan menduduki teritori satu inchi pada setiap
pertempuran. Hal yang penting adalah membuat kemajuan.
Bahkan yang jauh lebih
penting adalah menjadi setia. Dalam Kristus, Tuhan telah memperlihatkan belas
kasihan yang tak dapat dihitung. Kita tidak dapat mengukur kedalaman, keluasan,
dan kelebaran, dan ketinggian kasih Tuhan. Pastilah kasih itu sungguh
menakjubkan, sungguh ilahi, meminta jiwa kita, hidup kita, semua diri kita. Marilah kita dengan demikian
bergerak maju secara agresif(!) untuk mengasihi orang-orang lain sebagaimana
Kristus telah mengasihi kita.
Amin
MINISTRIES
OF MERCY TO THE UNBORN|diterjemahkan dan diedit oleh: Martin Simamora
Kredit Foto cover : Documenting Reality
Baca Juga:
Kebenaran(Tentang Aborsi) Akan Memerdekakan Anda, Dr. John Piper
No comments:
Post a Comment