F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

Showing posts with label prayer. Show all posts
Showing posts with label prayer. Show all posts

0 Hidup Di Dalam Dunia Yang Dijejali Ketakadilan

Oleh: Martin Simamora


 Ketika Allah  Mempertontonkannya
(Refleksi)

Habakuk adalah nabi yang harus menghadapi dan menatapi secara amat lekat akan setiap hal yang tak dikehendaki setiap manusia:

Habakuk 1:2-4 Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu:"Penindasan!" tetapi tidak Kautolong? Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku memandang kelaliman? Ya, aniaya dan kekerasan ada di depan mataku; perbantahan dan pertikaian terjadi. Itulah sebabnya hukum kehilangan kekuatannya dan tidak pernah muncul keadilan, sebab orang fasik mengepung orang benar; itulah sebabnya keadilan muncul terbalik.


Takkah ini begitu dekat dengan realita kehidupan kita sehari-hari? Dalam pemberitaan tv, koran dan media elektronik/internet begitu mudah untuk menonton: kekerasan, pertikaian, hukum kehilangan kekuatannya, orang fasik mengepung orang benar, sehingga keadilan muncul terbalik?


Itulah dunia Habakuk yang pada hakikatnya menceritakan juga dunia kita saat ini, bahkan di negeri kita sendiri. Frustasi adalah kealamian yang akan menimpa setiap orang yang percaya bahwa TUHAN adalah mahakuasa dan berdaulat penuh, tak kecuali Habakuk: “berapa lama lagi TUHAN, aku berteriak tetapi tidak Kaudengar?

Berapa lamakah engkau memperjuangkan keadilan bagi dirimu atau keluargamu, atau komunitas yang kauwakili namun tak jua sukses, sekalipun sudah bertahun-tahun…tapi tak jua membuahkan….  atau apapun juga hal lainnya? Tak jua Tuhan menjawab??

0 “Keselamatan Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman Kepada-Nya” (3Q-3g6- Selesai)

Oleh: Martin Simamora



Bacalah lebih dulu bagian3Q-3g5


Yesus bukan saja menunjukan siapakah dia, namun apa yang juga begitu pentingnya bagi dunia ini, yaitu menunjukan bagaimanakah keadaan manusia itu di hadapan Allah. Tak satupun manusia yang dapat menunjukan kehakikatannya adalah mahkluk-mahkluk mati terhadap kehendak dan menggenapi kudus Allah. Manusia tak memiliki suara-suara didalam jiwanya sendiri untuk memerintahkan pada dirinya dalam kuasa penuh: datangilah Yesus dan ikutilah dia, apapun juga yang dikehendakinya. Yesus juga menunjukan ketakberdayaan manusia itu untuk mendengar dan melakukan; untuk menaati dan bertekun di dalam ketaatannya, sebab tak ada kehidupan pada jiwanya yang sehakikat dengan kehendak Allah. Begitu jauh dan begitu dalamnya ketakterjangkauan jiwa manusia itu untuk menyambut perintah-Nya, sekalipun Sang Kerajaan Allah begitu dekat, yang berbunyi: “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya-Matius 7:13.” Tragedi manusia yang dianggap abstrak, kini begitu otentik. Kejatuhan Adam yang dikatakan menjalari seluruh generasi manusia:

Roma 5:12,14 Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa, (14) Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang

Memang dipertontonkan begitu keras oleh Yesus dalam khotbah-Nya di bukit.


Memang benar, semua manusia setelah Adam tidak berbuat dosa sebagaimana Adam telah lakukan, tetapi tegas dinyatakan bahwa dosa bukan sekedar soal perbuatan yang melanggar ketetapan Allah,tetapi momentum berkuasanya maut atas segenap manusia. Maut mencengkram semua manusia. Itu sebabnya dalam epistel Ibrani, kematian Yesus begitu bertaut dengan problem abadi bagi manusia yang mustahil ditanggulanginya: “maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut-Ibrani 2:14, atau dalam  ucapan Yesus sendiri: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup- Yoh 5:24.”

0 “Keselamatan Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman Kepada-Nya” (3Q-3g5)

Oleh: Martin Simamora


kredit: thewealthfountain.com
Bacalah lebih dulu bagian 3Q-3g4

Wujud kebedaan [Matius 7:28-29] Yesus dengan ahli-ahli Taurat lainnya adalah penekanan satu-satunya pada kesempurnaan Bapa didalam maksud dan didalam pewujudan maksud Bapa itu yang bersemayam di dalam diri Kristus (kehendak diri Kristus, sejatinya tak pernah eksis oleh sebab kehendak Bapa yang memerintah absolut), berlangsung sempurna dan berdaulat yang terpancar dari perkataan [Yohanes 12:49] dan berbagai pewujudan di dalam tindakan-tindakan [Yohanes 4:34, 6:38, 8:29, 17:4] olehnya. Dengan demikian Yesus kala berada di bumi, bukan sekedar Guru yang mengajarkan kitab suci atau seorang nabi yang mensyi’arkan agama, seolah ia adalah murid dari seorang  atau salah satu nabi besar. Kala Ia berkata, semacam ini: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya,” maka jelas Yesus sedang mengunjukan dirinya adalah Yang Berkuasa  bukan saja melakukan tetapi menyelesaikan atau menuntaskan pekerjaan Allah atau apa yang hanya berkuasa untuk dilakukan Allah. “Menyelesaikan pekerjaan-Nya,” dengan demikian adalah ke-Tuhan-annya, tanpa perlu berkata: “lihat Aku ini Tuhan.” Karena Allah pada hakikatnya bukan Allah yang  hanya  bercakap atau berbicara, tetapi berfirman (dengan demikian berfirman itu tak terpisahkan dengan kuasa untuk menggenapi apa yang dikehendaki firman itu sendiri) atau  bekerja mewujudkan segala ketetapan-ketetapan-Nya. Yesus dengan demikian, berdasarkan perbuatan dan perkataannya dengan demikian menunjukan ke-siapa-an dirinya dihadapan semua manusia. Tak ada sedikitpun kejengahan bagi dirinya sendiri untuk menuturkan perihal dirinya dalam kemuliaan dan kemartabatan Allah Sang Pencipta Langit Bumi, seperti ini: “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga - Yohanes 5:17.” Tak ada satu saja ruang penghakiman yang bisa dimunculkan baginya.

0 “Keselamatan Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman Kepada-Nya” (3Q-3g4)

Oleh: Martin Simamora



Bacalah lebih dulu bagian3Q-3g3

Sekarang, Yesus secara sangat tajam memandang kepada mereka yang telah dilepaskan dari kehakikatan mereka yang digambarkannya bagaikan “anjing dan babi,” saat ia bersabda “Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik [bukan malapetaka] kepada mereka yang meminta atau bermohon kepada-Nya untuk pertolongan atau jawaban- Mat 7:9-11." 


Ini adalah sebuah pengajaran  yang menakjubkan pada 2 realita sekaligus. Pertama: Yesus mengatakan bahwa dihadapan Allah, dunia manusia yang mengandung kebenaran-kebenaran luhur telah ditegaskannya sebagai tak berkuasa mengubah hakikat manusia yang jahat menjadi berkenan di hadapan-Nya. Saat Yesus berkata “jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu.’ Sebelumnya kita telah melihat sebuah larangan yang begitu keras yang harus dilakukan oleh murid-murid-Nya ”jangan memberikan mutiara dan barang kudus kepada babi dan anjing,” sebuah relasi di dalam kematian, yang menunjukan relasi manusia-manusia pada hakikatnya dengan Allah. Dan, sekarang Yesus menyingkapkan kehidupan mereka yang telah memiliki hakikat baru dari bagaikananjing dan babi terhadap mutiara dan barang kudus menjadi bagaikan “anak-anak terhadap Bapa di sorga.” Kedua: Yesus mengajarkan bahwa  fondasi hubungan anak – anak Bapa terhadap Bapanya yang di sorga, adalah  percaya atau beriman kepada Bapa sebagai sumber di atas segala sumber jawaban atas tantangan dan kekuatan untuk mengarungi atau menghadapi berbagai problem perjalanan hidupnya; bahwa Bapa adalah  Sang Penjawab doa yang bukan sekedar menjawab memenuhi segala permintaanmu dan permohonanmu, namun Ia adalah Sang Mahatahu atas apapun yang  terbaik dari-Nya untuk diterima oleh anak-anak-Nya. Apa yang menunjukan bahwa Bapa itu lebih baik daripada ayah-ayah dunia ini, bukan pada menjawab segala apapun yang diminta dan sesegera mungkin dijawab, tetapi, bagaimana Bapa memiliki kebaikan yang tak terjamah atau tak mungkin dilakukan oleh ayah-ayah di dunia ini: “jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga


Apalagi” bukan sebuah perbandingan, tetapi pada apa yang begitu sempurna dan begitu berkuasa dan tak tak dapat gagal. “Di sorga” adalah realita yang membuat diri-Nya tak dapat diperbandingkan pada sebuah kemuliaan yang dapat dilahirkan diri manusia. Semua kemuliaan manusia tak bernilai dihadapan-Nya.

0 Sarana Anugerah



Oleh: Henry Clarence Thiessen




Allah menggunakan banyak sarana-sarana yang berbeda untuk membawa orang kepada dirinya sendiri untuk persekutuan dan keselamatan, dan semua ini dapat dinilai, dalam makna yang lebih luas, sarana-sarana anugerah.


I.Firman Allah
Oleh Firman Allah, kita di sini memaksudkan Alkitab, yang terdiri dari kitab-kitab kanonik Perjanjian Lama dan Baru. Kitab-kitab  yang yang telah diinspirasikan secara ilahi ini “memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2Tim 3:16). Firman Tuhan ini  menggambarkan dirinya sendiri kepada kita sebagai sebuah sarana anugerah dalam beragam cara, dan penggambaran itu berlangsung di bawah sejumlah simbol. Alkitab adalah sebuah “palu yang menghancurkan bukit batu” (Yeremia 23:29), seorang hakim “ atas pikiran-pikiran dan maksud-maksud hati” (Ibrani 4:12), sebuah cermin untuk menyingkapkan kondisi sebenaranya manusia (Yakobus 1:25), sebuah bejana air untuk membersihkan yang  bernoda (Yohanes 15:3; Efesus 5:26), benih (Lukas 8:11; 1Pet 1:23), makanan bagi yang lapar (Ayub 23:12), sebuah terang bagi pejalan (Maz 119:105), dan sebuah pedang bagi  prajurit (Efesus 6:17; Ibra 4:12).

0 II RAJA 20:1-11



Oleh:Pdt. Budi Asali, M.Div

credit:  foxnews.com
2Raja 20:1-11 - “(1) Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah nabi Yesaya bin Amos, dan berkata kepadanya: ‘Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi.’ (2) Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada TUHAN: (3) ‘Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mataMu.’ Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat. (4) Tetapi Yesaya belum lagi keluar dari pelataran tengah, tiba-tiba datanglah firman TUHAN kepadanya: (5) ‘Baliklah dan katakanlah kepada Hizkia, raja umatKu: Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu; sesungguhnya Aku akan menyembuhkan engkau; pada hari yang ketiga engkau akan pergi ke rumah TUHAN. (6) Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi dan Aku akan melepaskan engkau dan kota ini dari tangan raja Asyur; Aku akan memagari kota ini oleh karena Aku dan oleh karena Daud, hambaKu.’ (7) Kemudian berkatalah Yesaya: ‘Ambillah sebuah kue ara!’ Lalu orang mengambilnya dan ditaruh pada barah itu, maka sembuhlah ia. (8) Sebelum itu Hizkia telah berkata kepada Yesaya: ‘Apakah yang akan menjadi tanda bahwa TUHAN akan menyembuhkan aku dan bahwa aku akan pergi ke rumah TUHAN pada hari yang ketiga?’ (9) Yesaya menjawab: ‘Inilah yang akan menjadi tanda bagimu dari TUHAN, bahwa TUHAN akan melakukan apa yang telah dijanjikanNya: Akan majukah bayang-bayang itu sepuluh tapak atau akan mundur sepuluh tapak?’ (10) Hizkia berkata: ‘Itu perkara ringan bagi bayang-bayang itu untuk memanjang sepuluh tapak! Sebaliknya, biarlah bayang-bayang itu mundur ke belakang sepuluh tapak.’ (11) Lalu berserulah nabi Yesaya kepada TUHAN, maka dibuatNyalah bayang-bayang itu mundur ke belakang sepuluh tapak, yang sudah dijalani bayang-bayang itu pada penunjuk matahari buatan Ahas”.


I) Hizkia sakit dan hampir mati.
1) Hizkia sakit berat dan hampir mati (ay 1a).
Ay 1: “Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah nabi Yesaya bin Amos, dan berkata kepadanya: ‘Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi.’”.

Kalau dilihat dalam 2Raja-raja ini, baru saja Hizkia selesai dengan problem perang melawan Sanherib, raja Asyur (2Raja 18-19), maka sekarang ia terkena penyakit yang membahayakan jiwanya.

0 Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?- Bagian 19

Oleh : Martin Simamora


Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat? 



Bacalah lebih dulu Bagian 18

Sekarang, mari kita kembali ke kisah Yesus sebagaimana  Injil mencatat dan menuturkannya. Yesus Kristus yang sedang menghadapi pengadilan yang dipimpin PontiusPilatus – Gubernur dan sekaligus Hakim bagi Yesus, akan menghasilkan keputusan penting atas dirinya.

Yohanes 19: “(1)Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia...(4) Pilatus keluar lagi dan berkata kepada mereka: "Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya."(5) Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: "Lihatlah manusia itu!"(6) Ketika imam-imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Dia, berteriaklah mereka: "Salibkan Dia, salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Ambil Dia dan salibkan Dia; sebab aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya."(7) Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: "Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah."(8) Ketika Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia,(9) lalu ia masuk pula ke dalam gedung pengadilan dan berkata kepada Yesus: "Dari manakah asal-Mu?" Tetapi Yesus tidak memberi jawab kepadanya.(10) Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?"(11) Yesus menjawab: "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya."

(12) Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Dia, tetapi orang-orang Yahudi berteriak: "Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar."...(14) Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas. Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu: "Inilah rajamu!"(15) Maka berteriaklah mereka: "Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Haruskah aku menyalibkan rajamu?" Jawab imam-imam kepala: "Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!"    



Kita akan meninggalkan sejenak rangkaian  pertanyaan Bung Andy Wicaksono yang masih akan mewarnai sajian saya. Jawaban  saya atas pertanyaannya akan “melebur” di seluruh badan penjelasan pada bagian ini. Baiklah, apa yang menarik dari adegan diatas ini?

0 Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?- Bagian 18

Oleh : Martin Simamora



Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?



Bacalah lebih dulu bagian17

Memang sungguh sulit untuk dibantah bagaimana Yesus secara ketat mengaitkan dirinya dengan Perjanjian Lama; tudingan kelompok  ateis bahwa Yesus tidak lebih baik daripada Tuhan Perjanjian Lama atau setidak-tidaknya Yesus memangmengafirmasi semua kitab Perjanjian Lama dengan demikian dimanipulasi untuk justru mengontradiksikan Yesus dengan nubuat-nubuat Perjanjian Lama atau bahkan dikatakan bahwa Yesus terkait dengan PL semata-mata adalah rekayasa semua penulis Injil!


Namun bagi orang percaya sejati, Injil Markus. Misalnya, justru akan memberikan sebuah sudut pandang yang sangat keras terkait relasi kokoh antara Yesus dan Perjanjian Lama :

Markus 9:2-7  “Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka,(3) dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus.(5) Kata Petrus kepada Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia."(6) Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan.(7) Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia."


Injil Matius memberikan juga sebuah perspektif yang sangat ketat terkait relasi antara Yesus dengan Perjanjian Lama, khususnya Musa:


Matius 19:6-8 “(6) Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."(7) Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?"(8)Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian.”

0 Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?- Bagian 17

Oleh : Martin Simamora



Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?


Bacalah lebih dulu bagian16
Apakah sedemikian pentingnya perihal “Allah telah  menetapkan sebelumnya,” untuk dibicarakan sebagai salah satu fondasi iman Kristen? Atau terlampau dibesar-besarkan sebagai teramat penting? Jika ya, apakah yang menjadi dasar terkokoh? Mengulangi kembali apa yang telah saya nyatakan sebelumnya: baik Allah dan Yesus Kristus sendiri melontarkannya. Bahkan Yesus Kristus berkata bahwa  Perjanjian Lama pada dasarnya berbicara tentang dirinya yang  belum dan akan digenapi secara pasti. Mari kita lihat salah satu pernyataan Yesus tentang hal ini, dalam sebuah cara yang keras terhadap ketakpercayaan para pendengar “istimewanya” :

Lukas 24:25-27 “Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya  segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia  dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. [Yohanes 5:39-40, 1 Korintus 15:3, Matius 26:54, Markus 9:12, Lukas 24:46,]


Yesus  secara terus terang, tegas dan keras menyatakan betapa segala sesuatu terkait dirinya telah dituliskan jauh sebelumnya didalam kitab suci sebagaimana telah dikatakan para nabi. Yesus mengklaim bahwa segala sesuatu yang dia telah, sedang dan akan lakukan telah  dikatakan para nabi. Yesus mengatakan sebuah fakta “Allah telah menetapkan sebelumnya” dalam sebuah cara yang teramat keras bagi manusia bahwa dia harus menderita untuk kemuliaan-Nya? (saya sudah mengulas perihal ini pada seri sebelumnya). Kepada mereka yang TIDAK PERCAYA akan hal ini, Yesus mengatakan : “hai kamu orang bodoh.” Inilah sebuah jawaban dari Yesus terkait dirinya dalam bingkai “Allah telah menetapkan sebelumnya.” Coba juga bandingkan dengan PENJELASAN YESUS bagaimana tanggung jawab manusia dan  betapa manusia dalam hal ini TIDAK terberangus KEHENDAK BEBASNYA [bacalah bagian 11 dari serial ini] dalam injil Matius 18:7; 26:24; 26:31-35; 26:56; Injil Markus 14:21.

0 Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?- Bagian 16

Oleh : Martin Simamora


Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?


Bacalah lebih dulu bagian15
Saya sekilas telah mendeklarasikan bahwa ateisme dalam dosis ringan namun mematikan telah menyusup kedalam gereja; saya  menunjukan bahwa kala gereja berkata “Tuhan tidak dapat mencegah manusia untuk berbuat jahat,” maka racun ateisme yang digambarkan si orang gila ala Nietzchse sudah menyebar ke seluruh organ orang percaya, penginjil bahkan si hamba Tuhan/pendeta. Pada kesempatan ini, saya ingin mengutip seorang tokoh ateisme kaliber internasional yang disegani reputasinya dalam upayanya “membasmi” Tuhan dan atau agama, almarhum Christopher Hitchens. Kutipan berikut ini saya ambil dari karyanya tersohor berjudul “GOD IS NOT GREAT : How Religion Poisons Everything,” pada bab ke 8 “The “New” Testament Exceeds the Evil of the “Old” One :

The "New" Testament Exceeds the Evil of the "Old" One
The work of rereading the Old Testament is sometimes tiring but always necessary, because as one proceeds there begin to occur some sinister premonitions. Abraham—another ancestor of all monotheism—is ready to make a human sacrifice of his own firstborn. And a rumor comes that "a virgin shall conceive, and bear a son." Gradually, these two myths begin to converge. It's needful to bear this in mind when coming to the New Testament, because if you pick up any of the four Gospels and read them at random, it will not be long before you learn that such and such an action or saying, attributed to Jesus, was done so that an ancient prophecy should come true. (Speaking of the arrival of Jesus in Jerusalem, riding astride a donkey, Matthew says in his chapter 21, verse 4, "All of this was done, that it might be fulfilled which was spoken by the prophet." The reference is probably to Zechariah 9:9, where it is said that when the Messiah comes he will be riding on an ass. The Jews are still awaiting this arrival and the Christians claim it has already taken place!) If it should seem odd that an action should be deliberately performed in order that a foretelling be vindicated, that is because it is odd. And it is necessarily odd because, just like the Old Testament, the "New" one is also a work of crude carpentry, hammered together long after its purported events, and full of improvised attempts to make things come out right.

[Perjanjian “Baru” Jauh Melampaui Jahatnya Perjanjian “Lama”: Melakukan pembacaan berulang pada Perjanjian Lama terkadang membosankan tetapi selalu perlu, karena manakala seseorang melakukannya, ada mulai muncul/ditemukan beberapa keyakinan atau kepercayaan akan peristiwa-peristiwa teramat buruk yang akan terjadi di masa mendatang. Abraham—moyang lainnya bagi semua monoteisme—sedang bersiap untuk mengadakan sebuah kurban manusia, anak kandung pertamanya. Dan sebuah rumor tampil bahwa “seorang perawan akan mengandung, dan melahirkan seorang putera.” 


Secara bertahap, dua mitos ini mulai bergerak menuju satu titik pertemuan. Adalah  perlu untuk mengingat hal ini dalam benak ketika beralih ke Perjanjian Baru, karena jika anda memilih injil manapun dari empat injil dan membacanya secara acak, tidak akan berlama-lama sebelum anda mempelajari berbagai macam tindakan dan perkataan yang diatributkan pada yesus, telah dilakukan sehingga sebuah nubuat kuno menjadi terwujud. (Berbicara kedatangan Yesus  ke Yerusalem dengan menunggangi seekor keledai, Matius berkata dalam bab 21, ayat 4,” Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi.” Rujukannya berangkali pada Zakaria 9:9, dimana dikatakan bahwa ketika Mesias datang dia akan menunggangi seekor keledai. Orang-orang Yahudi masih menantikan kedatangan ini dan orang-orang Kristen mengklaim bahwa peristiwa  ini telah terjadi!). 


Jika hal ini sedemikian janggal dimana sebuah aksi harus secara sengaja dilaksanakan agar supaya sebuah ramalan terbukti benar, hal itu karena memang janggal adanya. Dan memang sewajarnyalah janggal karena, tepat seperti Perjanjian Lama, Perjanjian “Baru” juga merupakan sebuah karya konstruksi yang keji, dan penuh dengan upaya-upaya yang diimprovisasi untuk membuat hal-hal bergulir secara benar.]

0 Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?- Bagian 15

Oleh : Martin Simamora




Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?
Bacalah lebih dulu  bagian 14
Ketika anda berpendapat dan percaya bahwa Tuhan tidak dapat mencegah manusia untuk berbuat jahat, mengacu pada kebanyakan fakta betapa manusia-manusia jahat dapat secara bebas melakukan kejahatannya dan Tuhan tidak mencegahnya; bahkan tidak terlihat bertindak sebagaimana Polisi  akan segera bertindak mencegahnya bilamana dia berada di lokasi kejadian. Ini sebetulnya lebih dari sekedar benih-benih meragukan  Tuhan; ini pada puncaknya akan meragukan  keselamatan adalah tindakan kedaulatan Allah terhadap manusia, bahkan Allah sendiri melakukan penjaminan atas apa yang diberikanNya.( bandingkan dengan Efesus 1:3-6; Ibrani 6:17-18;Efesus 1:11, Yoh 1:12-13, KPR 4:12;Roma 8:28-29)

Pemikiran bahwa Tuhan tidaklah seandal atau sehebat yang dikemukakan oleh Kitab Suci, pun  telah sejak lama berkembang menjadi sebuah pandangan umum yang normal-normal saja dalam dunia yang tidak selalu membahagiakan ini. Hanya untuk sebuah contoh, pada bagian “parable of the madman,” (perumpamaan orang gila) yang  dapat ditemukan dalam karya Friedrich Nietzcshe  berjudul “The Gay Science,” halaman 119 [Nietzcshe sendiri  dikenal sebagai filsuf yang menantang fondasi-fondasi Kristen], perhatikan kalimat-kalimat ini:

Have you not heard of that madman who lit a lantern in the bright morning  hours, ran to the market-place, and cried incessantly: "I am looking for God! I am looking for God!" As many of those who did not believe in God were standing together there, he excited considerable laughter. [“Tidakkah kamu ada mendengar orang  dengan tingkah yang gila menyalakan sebuah lentera pada saat pagi yang  cerah, berlari ke pusat bisnis, dan berteriak tanpa henti :”Aku mencari Tuhan! Aku mencari Tuhan!” Banyak dari mereka yang tidak percaya kepada Tuhan sedang  berkerumun di sana, dia tertawa terbahak-bahak penuh makna.]

‘Have you lost him, then?’ said one.  [‘Apakah kamu kehilangan dia, saat ini?’ ujar salah satu dari kerumumunan.]
‘Did he lose his way like a child?’ said another. [‘Apakah Tuhan telah kesasar seperti seorang anak?’ kata yang lainnya]
‘Or is he hiding? Is he afraid of us? Has he gone on a voyage? or emigrated?’ [“Atau apakah Tuhan sedang bersembunyi? Apakah dia takut  dengan kita? Telah lenyapkah dia dalam sebuah perjalanan panjang? Atau telah pergikah dia meninggalkan dunia ini?’]

Thus they shouted and laughed. The madman sprang in to their midst and pierced them with his glances.[mendengarkannya,mereka berteriak dan tertawa-tawa. Orang  yang bertingkah gila itu menyeruak ke tengah-tengah kerumunan tersebut dan memaku mereka dengan tatapan matanya]

‘Where has God gone?’ he cried. [‘Kemanakah Tuhan telah pergi?’]
‘I shall tell you.  [ Aku akan  beritahu anda]
We have killed him - you and I.[ Kita telah  membunuhnya-kamu dan aku]
We are his murderers. [Kita asdalah pembunuh-pembunuhnya]


Kita tidak akan mengulas Nietzcshe sama sekali. Tidak sama sekali! Selain hanya hendak menunjukan bahwa meragukan Tuhan hingga derajat yang merendahkan serendah-rendahnya adalah hal yang sangat mudah menyerang kemanusiaan kita yang fana kala kita melihat sekeliling kita; kala kita membaca koran; kala kita menyaksikan berita-berita di TV; kala kita menyaksikan keadilan dapat diserongkan. Dan apakah menurutmu Allah benar-benar ada? Jika ada, mengapa Dia membiarkan kejahatan beranak pinak? Tetapi yang paling menakutkan jika peraguan terhadap Tuhan ini bersifat LATEN seperti “Tuhan tidak dapat mencegah manusia untuk berbuat jahat,”maka gereja sebetulnya sudah disusupi “ateisme” dalam dosis “ringan,” namun ini sudah memiliki daya rusak permanen pada optik-optik mata orang-orang percaya. Ketika matanya melihat realita suram dunia ini maka akan dipersepsikan sebagai Tuhan telah kehilangan kebesaran dan kedaulatannya atau Tuhan tidak lagi Tuhan.

0 Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?- Bagian 14

Oleh : Martin Simamora



Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?
Ilustrasi dari " I’ve Loved You So Long" deep-focus.com


Bacalah  lebih dulu bagian13
Kita sudah melihat dari jarak yang amat dekat, dari Yesus sendiri bagaimana dia menyatakan apa-apa saja yang  HARUS terjadi; kita baru  saja melihat sebuah penggenapan atas apa yang telah ditetapkan untuk harus terjadi :

Matius 26:31 “Maka berkatalah Yesus kepada mereka: "Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai.”

Sebuah indikator teramat vital bahwa apa yang baru saja terjadi, para murid yang   meninggalkan dia bahkan melarikan diri, bukanlah sebuah indikasi bahwa Yesus takluk kepada sejarah manusia! Sebaliknya sejarah manusia telah menjadi OBYEK KEDAULATAN ALLAH yang berdiam didalam manusia Yesus melalui “ketetapan Allah yang telah ditetapkan jauh sebelum semua pelaku bahkan ada di dunia ini”. SEJARAH MANUSIA TIDAK PERNAH  MENETAPKAN APA YANG HARUS DIALAMI OLEH YESUS, sebaliknya: KEDAULATAN ALLAH YANG BERDIAM DIDALAM YESUS TELAH MENETAPKAN BAGAIMANA SEJARAH MANUSIA BERLANGSUNG. Kita melihat betapa Allah sepenuhnya berdaulat, tidak ada satupun peristiwa KEJUTAN yang dihadapi Yesus; tidak ada satu peristiwa boleh terjadi di dunia ini tanpa dia menghendaki. Termasuk boleh tidaknya telinga seseorang terputus oleh pedang:

Lukas 22: 49  : “Ketika mereka, yang bersama-sama dengan Yesus, melihat apa yang akan terjadi, berkatalah mereka: "Tuhan, mestikah kami menyerang mereka dengan pedang?" Dan seorang dari mereka menyerang hamba Imam Besar sehingga putus telinga kanannya. Tetapi Yesus berkata: "Sudahlah itu." Lalu Ia menjamah telinga orang itu dan menyembuhkannya.”

0 Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?- Bagian 13

Oleh : Martin Simamora



Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?


Bacalah lebih dulu bagian 12
Setelah dua kali Yesus memberitahukan bahwa dia harus ke Yerusalem dan akan dibunuh di sana, maka satu kali lagi Yesus memberitahukan hal yang sama. Namun, dalam kali ini  disertai dengan sebuah  tindakan “pembuka” bagi pewujudannya dan sebuah perincian  lebih  lengkap bagaimana dia akan disembelih atau dibunuh :

Matius 20:17-19 “Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan: Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan."


Kini situasinya adalah : para murid melihat dan mengalami secara personal, bagaimana ketetapan Allah tidak hanya dinyatakan oleh Yesus sebagai sebuah firman Yesus tetapi dalam sebuah dinamika pewujudannya. Dengan kata sederhana, para murid kini telah memasuki dan hidup dalam "zona peristiwa" yang bertautan keras dengan ketetapan Allah yang sungguh keras; sebuah  kehidupan baru yang akan membentuk masa depan mereka; sebuah kehidupan baru yang akan “mengepung” kehendak bebas mereka sebab bagaimanapun  tak hanya mata, tetapi jiwa dan pikiran mereka akan terarah pada Yesus Kristus sebagai jantung ketetapan Allah yang telah membelenggu  bola bumi beserta segenap isinya. Bahkan, penguasa dunia – si Setan pun tak kuasa telah turut menjadi Obyek ketetapan Allah. Dalam hal ini bukan pada levelnya lagi para manusia untuk meributkan  porsi kehendaknya atau berpikir bahwa karya Yesus ini semata hanya menebus manusia menjadi manusia merdeka dari belenggu dosa, dan dalam kemerdekaan itu seolah manusia-manusia itu memiliki kemandirian untuk boleh memilih percaya kepada Yesus atau tidak. Seolah Allah tidak berkuasa atas orang-orang yang telah Dia pilih sendiri melalui penarikan.

0 Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?- Bagian 12

Oleh : Martin Simamora



Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?


Bacalah lebih dulu bagian11
Filipus dan Andreas, bahkan orang banyak, juga tercatat, telah   lebih dahulu menghadapi apa yang  telah  dihadapi oleh Petrus, sebuah realita  dalam bingkai “Allah telah menetapkan,” yang kali ini  wujudnya adalah:  “...Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan - Yohanes 12:23” Menurut anda, bagaimana semestinya peristiwa yang akan mendatangkan kemuliaan itu? Melalui peritiwa mencekam? Peristiwa menyedihkan? Atau Peristiwa mengagumkan dan membahagiakan?  Pasti atau hampir semua orang, normalnya, tidak akan membayangkan hal-hal kelam  berwujud tragedi.
Oposisi “pengharapan manusia” terhadap Tuhan, pun nampak nyata dan keras menghantam kemampuan manusia untuk menerimanya dalam damai, apalagi sukacita.

Mari kita mendengarkan penjelasan  Yesus ,pada kesempatan ini, bagaimana dia HARUS mati :

Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” Yesus sedang mengaitkan “dimuliakan” dengan “jatuh dan mati. ” (Yohanes 12:24)


Yesus sedang membicarakan sebuah jenis kematian yang menghasilkan banyak buah, sebab dia berkata “jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” Dengan demikian, haruslah dipahami sedari awal, kematiannya bukanlah sebuah hal yang akan menggagalkan kemuliaanya atau akan menjadi batu sandungan bagi para murid-nya. Kematiannya akan menghasilkan banyak buah! Tetapi jelas ini sungguh teramat sukar dan jiwa telah terlanjur digentarkan!

0 Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?- Bagian 11

Oleh : Martin Simamora


Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?

Peter strikes Malchus
at Jesus’ arrest in the Garden of Gethsemane
Bacalah lebih dulu Bagian10
Petrus, bukan satu kali itu saja berusaha “menjauhkan” Yesus dari peristIwa kelam; bukan satu kali itu saja dia tidak memikirkan apa yang dipikirkan Allah. Bahkan, semenjak Yesus menyatakan ““...harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan, lalu dibunuh,...” kelihatannya Petrus adalah seorang murid  yang siap melindungi  Yesus dengan segenap jiwa dan raganya. Bahkan Pedang adalah bukti betapa dia tidak bermain-main untuk “menjauhkan Yesus dari peristiwa kelam : ”Lalu Simon Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu, menetakkannya kepada hamba Imam Besar dan memutuskan telinga kanannya. Nama hamba itu Malkhus (Yohanes 18:10)” Pada yang pertama, Petrus telah memperlihatkan ketidaksetujuannya akan apa yang terjadi pada Yesus melalui kata-kata. Pada yang kedua, Petrus mewujudkan kata-katanya melalui Pedang. Pedangnya berbicara, refleksi sempurna akan pikiran, perkataan dan perbuatannya. Tetapi,  Yesus, untuk kedua kalinya, menyatakan bahwa hal itu HARUS, itu dikehendakinya untuk terjadi : ”Kata Yesus kepada Petrus: "Sarungkan pedangmu itu; bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?” (Yohanes 18:11). HARUS dan DIKEHENDAKI oleh Bapa sendiri untuk dialami oleh Yesus. “SARUNGKAN PEDANGMU.” Yesus melakukan intervensi untuk memastikan semua yang menjadi KEHENDAK BAPA  terjadi, bahwa dia harus minum cawan!

0 Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?- Bagian 10

Oleh : Martin Simamora


Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?

Michiel van der Borch, Last Supper Christ gives a piece of bread to Judas,
Koninklijke Bibliotheek, The Hague, 1332. REFLECTIONS
Bacalah  lebih dulu bagian 9
Mempertanyakan secara khusus :“apakah Tuhan tidak dapat mencegah manusia untuk berbuat jahat?” Berangkali akan  ada yang berupaya membantah, bahwa kejahatan keji yang menimpa diri Yesus, pada dasarnya memang  sebuah peristiwa yang dibiarkan terjadi atau dikehendaki atau telah ditetapkan jauh sebelumnya(bandingkan dengan Matius 26:53); hanya SEMATA kejahatan, dan memang mata manusia akan melihat dia tidak berdaya atas persekongkolan jahat terhadap dirinya (bandingkan dengan Yohanes 11:45-47), sebab pada akhirnya dia tidak memiliki sokongan politis yang bagaimanapun dari para  penguasa manapun!

Yohanes Pembaptis dengan tegas telah menyatakan bahwa Yesus sebetulnya datang ke dunia ini, bukan sebagai sosok yang gagah perkasa apalagi seorang tokoh kampiun, penggambaran Yesus sebagai Mesias jelas terlihat janggal di telinga manusia dahulu apalagi moderen: “...Lihatlah Anak domba Allah,” (Yohanes 1:29). Dan perhatikan bagaimana Rasul Petrus menggambarkan Yesus, selaras dengan Yohanes Pembaptis : “dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat” ( 1 Petrus 1:19).  Petrus bahkan menyatakan bahwa: ”Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan,” (1 Petrus 1:20). 

0 Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat? - Bagian 9

Oleh : Martin Simamora



Tuhan Tidak Dapat Mencegah Manusia Untuk Berbuat Jahat?


Bacalah lebih dulu bagian8
Ketika  kejahatan, kesadisan, kekejaman, kehilangan, bencana dan malapetaka melanda bahkan terlihat sedemikian leluasa dan mematikan, maka Tuhan disangkakan sebagai tidak dapat mencegah hal-hal jahat atau bahkan tidak dapat mencegah manusia untuk berbuat jahat atau tidak dapat mencegah hal-hal buruk. Kita sudah melihat atau menjumpai  “pola” semacam ini  dalam  Perjanjian Lama, pun sebentar lagi akan kita temui dalam Perjanjian Baru. Bagaimana Yesus sendiri menyingkapkan fakta sebenarnya ketika orang-orang jahat melakukan tindak kejahatan terhadap Yesus ; ketika kemalangan dan penderitaan tak terkatakan menimpanya?“Apakah  Tuhan tidak dapat mencegah manusia untuk mlakukan kejahatan terkeji Pada dirinya?” Perhatikan perkataan Yesus berikut ini, sebagai sebuah “indikator” pandu  yang sangat penting, untuk melihat apa yang DISANGKA manusia dari sudut pandang Tuhan:


Matius 26:53 “Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?”

Mengapa Yesus berkata demikian? Tetapi sebelum kita  meninjau  Yesus, mari kita melihat lebih ke belakang lagi pada sejumlah kejadian atau peristiwa unik  yang dapat membuat  manusia (termasuk saya dan anda kala membacanya) MENYANGKA bahwa Dia  TIDAK DAPAT BERBUAT APA-APA atas  peristiwa-peristiwa jahat, bencana, kesedihan, malapetaka.

0 Pengembara Padang Belantara (2)

Oleh :  Joseph Philpot





PENGEMBARA PADANG BELANTARA




Credit : independent.co.uk
--Bacalah lebih dulu bagian 1

PENGEMBARAAN-PENGEMBARAAN  di  padang belantara


Mereka mengembara di padang belantara dalam  sebuah cara tersendirikan.” Padang  belantara  atau gurun pasir tidak  memiliki jalan-jalan  jenis apapun juga, atau arahan kemanapun juga.  Tidak ada jalan-jalan dimana orang biasa lalu-lalang ada dibuat, untuk memandu  para pengembara, dan kecuali dari bintang-bintang mereka tidak tahu utara –selatan,  atau tidak juga tahu timur-barat, kemanapun mereka mengembarainya masihlah tetap sebuah gurun yang luas, terpencil, pasir tandus, yang  mana hampir-hampir tidak mungkin bagi mereka bisa menemukan tempat perhentian. Mengambil sosok ini secara rohani, tidakkah tokoh ini secara khusus menggambarkan berapa banyak umat Tuhan sedang melakukan pengembaraan di sebuah padang belantara dunia, tidak mengetahui kemana mengarahkan langkah-langkah mereka, dan meragukan apakah mereka akan pernah  dapat keluar dari situasi sulit ini, kerap  takut bahwa mereka akan  mati di padang belantara, dan tanpa pengharapan?

Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9