Oleh : Martin Simamora
Tuhan Tidak Dapat Mencegah
Manusia Untuk Berbuat
Jahat?
Bacalah lebih dulu bagian8
Ketika kejahatan, kesadisan, kekejaman, kehilangan, bencana
dan malapetaka melanda bahkan terlihat sedemikian leluasa dan mematikan, maka
Tuhan disangkakan sebagai tidak dapat mencegah hal-hal jahat atau bahkan tidak
dapat mencegah manusia untuk berbuat jahat atau tidak dapat mencegah hal-hal
buruk. Kita sudah melihat atau
menjumpai “pola” semacam ini dalam
Perjanjian Lama, pun sebentar
lagi akan kita temui dalam Perjanjian Baru. Bagaimana Yesus sendiri
menyingkapkan fakta sebenarnya ketika orang-orang jahat melakukan tindak kejahatan
terhadap Yesus ; ketika kemalangan dan penderitaan tak terkatakan menimpanya?“Apakah Tuhan tidak dapat mencegah manusia untuk mlakukan
kejahatan terkeji Pada dirinya?” Perhatikan perkataan Yesus berikut ini, sebagai sebuah “indikator” pandu yang sangat penting, untuk melihat apa yang
DISANGKA manusia dari sudut pandang Tuhan:
Matius 26:53 “Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?”
Mengapa Yesus berkata demikian? Tetapi sebelum kita meninjau Yesus, mari kita melihat lebih ke belakang lagi pada sejumlah kejadian atau peristiwa unik yang dapat membuat manusia (termasuk saya dan anda kala membacanya) MENYANGKA bahwa Dia TIDAK DAPAT BERBUAT APA-APA atas peristiwa-peristiwa jahat, bencana, kesedihan, malapetaka.
1. Kedukaan dan
Kematian tragis Lazarus
Lazarus menurut catatan Injil Yohanes bab 11 bukanlah seorang yang “biasa,” setidaknya digambarkan memiliki relasi yang istimewa dengan Yesus. Hal ini terungkap dari bagaimana 2 saudara perempuan Lazarus menyampaikan berita kepada Yesus :” "Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit" (Yohanes 11:3).
Tak hanya Lazarus yang terbilang “istimewa,” demikian juga dengan Maria dan adiknya, Marta. “Maria ialah perempuan yang pernah meminyaki kaki Tuhan dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya,” (ayat 2). Dapat dikatakan ketiga saudara ini sama-sama dikasihi oleh Yesus.
Bahkan bagaimana istimewanya ketiga tokoh dalam ini terhadap Yesus ditegaskan pada Yohanes 11: 5 “Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus”
Mengetahui fakta istimewa ini, jika itu anda dan saya, tidakkah anda berpikir bahwa Yesus akan
segera melakukan sesuatu yang spesial untuk menyembuhkan orang yang
dikasihinya? Saya pasti akan berpikir demikian bahkan memiliki keyakinan yang sangat kokoh bahwa
Dia tidak mungkin berlambat-lambat untuk menyembuhkan Lazarus.
Dan memang benar bahwa Yesus pun memberikan sebuah respon
yang sangat didambakan, sebagaimana terlihat dari pernyataan Yesus : ”Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: "Penyakit itu tidak akan membawa kematian,...”
(Yohanes 11:4). Yesus segera memberikan
jaminan bahwa Lazarus tidak akan mati
karena penyakitnya.
Saya sengaja
hanya mengutipkan bagian “penyakit itu tidak
akan membawa kematian” pada Yohanes 11:4 sebab pada dasarnya ini saja
yang paling penting bagi manusia ketika berseru meminta tolong kepada Tuhan.
Pun demikian juga saya pada dasarnya! Tidakkah
secara alamiah bagian ini bergaung lebih kuat atau sangat kuat,
sampai-sampai kita tidak memiliki minat untuk memberi ruang kesukaan yang sama
besar untuk bagian selanjutnya?
Sembuh dari penyakit tanpa disadari telah berubah menjadi sebuah keharusan dalam pengharapan teramat kuat kala berdoa, meminta kesembuhan dari Tuhan. Apakah salah memiliki pengharapan yang demikian, sembuh dari penyakit? Tidak, sama sekali tidak salah dan memang seharusnyalah kita beriman bahwa Tuhan mendengarkan dan menjawab doa permohonan kita (bandingkan dengan Filipi 4:6, Efesus 6:18, 1 Timotius 2:1, 1 Timotius 5:5).
Namun ketika anda,
sebagaimana juga saya, secara manusiawi “mengarahkan” Tuhan sepenuhnya kepada “kepentingan diri sendiri (sehingga pada hakikatnya Tuhan menjadi
berkewajiban untuk memenuhinya),” maka hal ini dapat membuat kita gagal atau
keliru dalam memandang Tuhan, TERUTAMA dalam bagaimana Dia MENENTUKAN bagaimana jawaban doa yang dipanjatkan DIJAWAB; apakah DIA
MENYEMBUHKAN ATAU TIDAK MENYEMBUHKAN
sesuai dengan kepentingan-Nya.
Jika saya
meneruskan penggalan Yohanes 11:4 tersebut diatas, maka kita akan melihat “KEPENTINGAN TUHAN”
yang berbunyi : ”tetapi
akan menyatakan kemuliaan Allah,
sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan .”
Sembuh dari penyakit adalah hal atau jawaban doa yang paling mudah untuk diterima atau yang paling diantisipasi dan paling rasional untuk memandangnya sebagai jawaban Tuhan yang SEMESTINYA.
Perhatikan dan pahamilah dengan jernih bahwa dalam hal ini sekalipun, tidak hendak mengatakan bahwa Tuhan dengan demikian tidak tulus dalam MENJAWAB doa atau dalam menyembuhkan, namun harus dimengerti bahwa di atas “ANDA DISEMBUHKAN” terdapat “ANAK ALLAH AKAN DIMULIAKAN.” Dengan demikian, juga harus dimengerti bahwa di atas “JAWABAN TUHAN YANG DIINGINKAN” terdapat “KEPENTINGAN TUHAN.”
Bila kita terlepas dari hal ini atau hanya meletakan
“kepentingan diri sendiri” sebagai yang tertinggi dalam berdoa atau memohon
apapun kepada Tuhan, maka resiko untuk menjadi kecewa dan BERSANGKA BURUK/JAHAT
berpotensi besar. Mulai dari berpikir
bahwa Tuhan tidak mendengarkan doa saya sampai menyangka Tuhan tidak
berkuasa atas (semua) penyakit; demikian juga dalam aspek-aspek lainnya, Tuhan
dapat dikatakan TIDAK DAPAT MENCEGAH MANUSIA UNTUK BERBUAT JAHAT.
Memang harus diakui bahwa kenyataan sedemikian tidaklah
memuaskan diri ini akan pengharapan-pengharapannya pada Tuhan. Tetapi seperti halnya Yohanes 11:4, jika kita mau melihat pada sisi “KEPENTINGAN TUHAN--(dan
tidakkah kita seharusnya mengakui bahwa dalam segala hal Tuhanlah yang terutama
dalam SETIAP aspek hidup kita SEPERTI yang dikatakan Yesus sendiri dalam Markus
12:28-31; Matius 22: 34-40; Lukas 10:25-28?)--,” maka kita tahu secara pasti bahwa apapun WUJUD JAWABAN dari
Tuhan, ternyata Dia sendiri ada didalam setiap jawaban tersebut dan itu menjadi
dasar untuk tetap tidak meragukan Tuhan sebagai tetap berotoritas total dalam
apapun yang kita SANGKA sebagai Tuhan tidak
berdaya, asalkan kita tidak egois dengan memaksakan
kehendak diri sendiri dalam setiap permohonan doa. Sebab jika sebuah jawaban doa adalah HARUS seperti
apa yang diinginkan, maka jelas itu
BUKAN lagi doa atau permohonan kepada Tuhan.
Sekarang,
mari kita lanjutkan
tinjauan kita atas peristiwa tragis Lazarus ini.
Setelah mendengarkan jawaban Yesus yang didambakan tadi maka tindakan seharusnya yang dilakukan oleh Yesus adalah tindakan SEGERA untuk
menyembuhkan. Tidakkah demikian yang akan
kita harapkan dan pikirkan kala kita sedang memohon dalam doa-doa kita?
Apakah
demikian yang Yesus lakukan? “Namun setelah didengar-Nya,
bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja
tinggal dua hari lagi di tempat,
di mana Ia berada;” (ayat 6).
Jika menjadi sembuh dari sakit atau kepentingan dirmu (untuk sembuh-dan ini memang tidak salah) adalah HAL TERTINGGI dalam doa permohonan kepada Tuhan , maka ketika (andai saja dapat selalu) kita mengetahui bagaimana Tuhan menjawabmu, menentukan terjadinya kesembuhan (jika Dia mau melakukan-Nya) dalam sebuah cara yang “tidak selalu produktif atau berlawanan dengan apa yang kita pikirkan semestinya,” maka niscaya akan kecewa dan berujung pada MENYANGKA TUHAN dengan sangkaan-sangkaan buruk; Tuhan sedang ”bermain-main” dengan kehidupan seseorang.
Pada ayat
6 tersebut, Yesus sudah mendengarkan berita DARURAT, dan berkata
penyakit itu tidak akan membawa kematian.
Namun kita membaca bahwa Yesus secara SENGAJA berhenti tidak bergerak selama 2
hari, dan itupun tidak berbuat apa-apa seperti berdoa agar sembuh! Tidakkah ini justru akan membuat Lazarus
beresiko mati (karena terlalu lama dibiarkan dalam sakitnya) dan sama sekali tidak akan membuat Anak Allah
dimuliakan? Dan demikianlah pikiran kita
kala melihat kenyataan menyedihkan di ruang-ruang perawatan di rumah-rumah
sakit, melihat betapa penuh iman dan tulus mereka memohon kesembuhan dalam doa
dan pada akhirnya kematian adalah akhirnya, bukan kesembuhan!
Dalam banyak hal, ini memang alamiah bagi setiap manusia, kala
KEPENTINGAN DIRINYA berada di atas KEPENTINGAN TUHAN. Kesedihan, takut
kehilangan, rasa sayang yang kuat tentu telah menjadi “lautan” yang menenggelam
kita dalam doa-doa permohonan kita. Ini pun saya katakan
sebagai sebuah hal yang wajar sehingga
tidak ada lagi ruang dalam diri manusia bagi “kepentingan Tuhan” dalam setiap
aspek kehidupan setiap anggota keluarga yang berdoa dan bahkan bagi orang-orang
sekitar yang menyaksikannya.
Dengan Yesus melakukannya secara SENGAJA,--tentu saja Maria dan Marta tidak akan mengetahui bahwa hal itu terjadi sebagai yang DISENGAJA--pastilah ini tidak akan dapat kita terima. Perbuatan sengaja Yesus bagi saya dan anda justru membuat penderitaan Lazarus yang telah sekarat semakin berat dan kesedihan serta kecemasan Marta dan Maria semakin tajam. Sama sekali bukan sebuah tindakan Tuhan! Bukankah demikian kita akan berteriak?
Marta dan Maria, saya
dapat menduga kuat, selain penuh cemas dan kuatir dalam menantikan kehadiran Yesus bagi
kepentingan saudaranya Lazarus, pun mulai bertanya-tanya mengapa Yesus
demikian lama tiba di kediaman mereka?
Tak hanya SENGAJA berhenti 2 hari ditempat dia berada! Yesus bahkan membuat situasinya semakin
mencemaskan dan semakin SUKAR UNTUK DIPAHAMI, bahkan oleh murid-muridnya sendiri
yang menyertainya dan tentu saja tahu bahwa Lazarus sedang membutuhkan Yesus
sesegera mungkin! Yesus semakin membuat siapapun tidak mengerti dan berangkali
oleh perbuatannya membuat orang meragukan Tuhan sebagai Tuhan yang maha kasih dan maha baik, ya
SANGKAAN-SANGKAAN BURUK akan cepat menyeruak dalam pikiran siapapun :
“tetapi sesudah itu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Mari kita kembali lagi ke Yudea (ayat7)."
Menunda perjalanan dengan berhenti selama 2 hari, sudah
merupakan fakta yang sukar untuk diterima oleh siapapun dengan alasan yang
seperti apapun, terlebih lagi setelah itu, Yesus malahan berkata kepada
murid murid-Nya : “Mari kita kembali ke Yudea.” Ini justru membuat KETERLAMBATAN yang telah tercipta semakin
MENJADI-JADI. Nah... saya tahu SANGKAAN
buruk segera muncul dalam benak anda mengetahui hal ini.
Jawaban Yesus yang sebelumnya berbunyi “penyakit itu tidak akan membawa kematian,” tidakkah kini terlihat seperti omong kosong atau teringkari dengan sendirinya? Apalagi Yesus pada faktanya tidak melakukan sebuah tindakan spektakuler yang memungkinkan kesembuhan terjadi dari jarak jauh-tanpa perlu kehadirannya sama sekali (bandingkan dengan apa yang dia lakukan dalam Yohanes 4:46-53 dimana Yesus tidak perlu datang namun si sakit SEMBUH). Ini terlihat bagi manusia seperti Tuhan BERLAMBAT-LAMBAT SEKALI sehingga berangkali sia-sia untuk percaya kepadanya sebab toh....penyakit itu akan semakin parah dan harapan hidup semakin menipis hingga tiada sama sekali.
Ajakan Yesus untuk kembali ke
Yehuda tak hanya MEMPERPARAH
situasi yang terjadi di kediaman Maria dan Marta, tetapi justru malah MENIMBULKAN
KEKUATIRAN BARU :
“Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Rabi, baru-baru ini orang-orang Yahudi mencoba melempari Engkau, masih maukah Engkau kembali ke sana?" (ayat 8)
Jika anda ingin
mengetahui betapa benar dan rasionalnya peringatan para murid-murid-Nya untuk
diperhatikan dan dituruti, bacalah Yohanes 10 dan perhatikan ayat 31!
Yesus tahu sekali kecemasan yang melanda
para murid-murid-Nya.
Kebingungan dan kegundahan hati menggelora hebat, berangkali sama cemasnya kala
perahu yang mereka tumpangi diamuk badai dahsyat dan Yesus sekalipun demikian
tidak juga bangun dalam tidurnya yang lelap untuk melakukan sesuatu (bacalah Markus
4 :35-41)? Sehingga dia pun bertindak menenangkan badai kecemasan yang mengamuk
didalam jiwa mereka dengan berkata :
Jawab Yesus: "Bukankah ada dua belas jam dalam satu hari? Siapa yang berjalan pada siang hari, kakinya tidak terantuk, karena ia melihat terang dunia ini. Tetapi jikalau seorang berjalan pada malam hari, kakinya terantuk, karena terang tidak ada di dalam dirinya (ayat 9-10)"
Yesus jelas melihat bahwa para muridnya pun mulai meragukan siapakah dia-- ( dan saya pikir ini adalah manusiawi
sebab rentet tindakan yang
Yesus lakukan tidak sedikitpun memberikan “pengharapan” dalam benak mereka. Saya yakin , pun anda dan
saya akan mengalami hal yang sama pada posisi mereka)-- terkait
keputusan-keputusannya yang DISANGKA sebagai tidak tepat, tidak rasional, ngawur sama sekali.
Yesus
menenangkan badai keraguan dalam diri para muridnya dengan menyatakan bahwa mereka tidak sedang berjalan didalam hari yang gelap
tetapi didalam hari yang siang. Yesus hendak mengatakan bahwa mereka sedang berjalan dengan terang dunia itu
sendiri yaitu dia sendiri (Yesus)
dan dengan demikian tidak perlu takut
akan mengalami hal-hal buruk atau hal-hal yang tidak terkendali. Dan tentu saja para murid seharusnya dapat
mengingat segera maksud Yesus ini sebab SEBELUMNYA Yesus telah menyatakan bahwa
dirinya adalah terang dunia :
Yohanes 8:12 “Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."
Yesus, melihat
para muridnya mulai digelayuti kecemasan dan kekuatiran yang sungguh tak
terbayangkan, dengan gamblang
sebetulnya berkata bahwa mereka sedang
mengikut Yesus, tidak berjalan dalam kegelapan. Tidak perlu mencemaskan
apa yang mereka cemaskan seolah-olah Tuhan
tidak tahu akan semua resiko atau lebih tepatnya Tuhan DISANGKA tidak
sanggup untuk melakukan apa yang SEHARUSNYA DILAKUKAN.
Setelah
Yesus menenangkan badai kecemasan (akibat tindakan-tindakan Yesus yang “kontraproduktif”) yang
melahirkan KERAGUAN terhadap dirinya,
Yesus kemudian menyingkapkan hal yang lebih mencengangkan lagi. Tak hanya bagi
para murid tetapi juga bagi anda dan saya. Mari kita lihat penjelasan Yesus
berikut ini :
“Demikianlah perkataan-Nya, dan sesudah itu Ia berkata kepada mereka: "Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya." Maka kata murid-murid itu kepada-Nya: "Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh." Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa. Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: "Lazarus sudah mati;” (ayat 11-14)
Lazarus sebenarnya telah MATI, sebagaiman Yesus sendiri telah nyatakan, dengan demikian Lazarus TIDAK
ATAU GAGAL DISEMBUHKAN? Faktanya memang demikian dan Yesus pun menegaskannya "Lazarus
sudah mati.” Bukankah Yesus telah mengatakan bahwa penyakit
itu tidak akan membawa kematian? Namun kini Yesus berkata dengan terus terang : “ Lazarus
sudah mati.”
Adakah Yesus TIDAK BERDAYA atau TIDAK BENAR-BENAR BERKUASA ATAS SAKIT
PENYAKIT? Secara gamblang kita akan secepat kilat MENYANGKA demikianlah adanya!
Namun sebelum anda
segera MENUDING YESUS sebagai
tidak benar-benar berkuasa, tidak memiliki kuasa atas penyakit dan tidak
memiliki kasih terhadap YANG
DIKASIHINYA, mari kita perhatikan
sejumlah fakta yang MENGAWALI
kondisi Lazarus yang sakit sehingga pada akhirnya mati :
- Yesus secara SENGAJA menunda perjalanannya dengan BERHENTI selama 2 hari! (ayat 6)
- Yesus, bahkan, secara SENGAJA HENDAK mengajak para muridnya kembali ke Yudea (ayat7)
Dua hal yang SENGAJA dilakukan Yesus jelas membawa konsekuensi FATAL bagi
seseorang yang sakit dan membutuhkan kesembuhan. Sebuah tindakan PENUNDAAN yang
dilakukan secara SENGAJA jelas bukan sebuah tindakan positif untuk kesembuhan,
malah membuat kondisi si sakit semakin parah. Dengan kata lain, dapat dikatakan Yesus memang MENGANTISIPASI kematian Lazarus!
Jika itu adalah secara SENGAJA, maka KEMATIAN yang dialami
Lazarus, maka jelas Kematiannya adalah sebuah
hal yang DIKEHENDAKI oleh Yesus!
Fakta ini, jelas-jelas TELAH MEROBEK DAN MENGHANCURLEBURKAN “citra” Tuhan “dihadapan” manusia (ketika saya menuliskan ini, seolah citra Tuhan itu dapat bersifat relatif di hadapan dan ditentukan oleh manusia berdosa), dan PASTI demikian adanya, sebab fokus manusia ketika berdoa atau memohon apapun termasuk kesembuhan pastilah dipatrikan pada kepentingan diri sendiri (sembuh).
SENTRALITAS PADA DIRI SENDIRI atas setiap jawaban untuk doa
permohonan tidak terelakan. Seolah TUHAN tidak boleh memberikan JAWABAN SALAH
kepada manusia yang memohon; seolah
TUHAN wajib memberikan JAWABAN BENAR kepada manusia SESUAI dengan EKSPEKTASI
manusia pada APA yang SEHARUSNYA TUHAN
LAKUKAN bagiku.
Kedua bola mata saya PASTI akan terpaku SANGAT KUAT pada :”Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: "Penyakit itu tidak akan membawa kematian,... .”Dalam kemalangan, kedukaan, penderitaan dan malapetaka maka yang saya butuhkan HANYALAH SEBUAH JAWABAN YANG SEGERA dan tidak bertele-tele. Saya tidak membutuhkan Tuhan yang berlama-lama dalam menjawab!Kita TIDAK TERTARIK dengan KEPENTINGAN TUHAN yang berbunyi demikian : ”tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan .”
Tak akan pernah,
hal kepentingan Tuhan, terpikirkan oleh
kita bagaikan sangat berharga, para pembaca
yang terhormat. TELAMPAU JAUH DAN BESAR bagi kita untuk dapat sedikit saja
menangkap perkataan Yesus yang berbunyi : akan MENYATAKAN kemuliaan
Allah, OLEH penyakit itu Anak
Allah akan dimuliakan?”
Tidakkah ini terdengar di telinga manusia hal yang MENGERIKAN dimana “Allah menggunakan atau memanfaatkan penyakit untuk menyatakan kemuliaan Allah? Atau OLEH penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan?”
Saya yakin tidak akan ada
yang kuat untuk membayangkan bahwa memang demikian maksud rangkaian huruf-huruf itu berkata-kata. Saya
yakin akan banyak pembaca Alkitab akan MENGABAIKAN bagian ini dan MENGARAHKAN
PEMBACAAN pada hal-hal yang NORMAL sebagaimana TUHAN SEHARUSNYA.
Jika
demikian maka tidaklah aneh Tuhan DISANGKA JAHAT sebab ORIENTASI MANUSIA MEMANG
PADA DIRINYA SENDIRI dan TIDAK PERNAH
MEMBERI RUANG PADA KEPENTINGAN TUHAN!
Memang, saya tidak hendak mengatakan bahwa KEPENTINGAN TUHAN yang
berbunyi OLEH penyakit itu Anak Allah
akan dimuliakan?” seperti sebuah hal yang menyenangkan atau kebenaran sehingga
kita tidak lagi memiliki dasar untuk berharap dan percaya teguh bahwa Tuhan
adalah Tuhan yang penuh kasih dan untuk
menyembuhkan penyakit kita bukanlah hal mustahil untuk dilakukan-Nya! Kedagingan kita memang terlampau lemah dan itu
mengakibatkan kita AKAN MERAGUKAN TUHAN SEBAGAI TUHAN, mana kala eksptasi atau
pengharapan kita tidak tepenuhi sama sekali. Ya... tepat SEPERTI para murid tadi yang SEMAKIN
CEMAS DAN KUATIR kala Yesus MERESPON
permohanan Maria dan Marta untuk segera datang karena Lazarus yang
dikasihi-Nya telah sakit. Para murid tadi
MALAH diajak kembali Ke Yudea SETELAH 2 HARI MENUNDA perjalanan menuju kediaman Maria! Ketika
Jawaban doa tidak selaras dengan apa yang kita bayangkan sebagai yang seharusnya maka ini adalah titik awal
lahirnya berbagai jensi SANGKAAN jahat yang mendiskreditkan Tuhan.
Seperti
para murid yang mengalami”konflik” berat dalam batinnya ketika Yesus dinilai seperti melakukan kesalahan
fatal dengan kembali ke Yudea? Ya...ajakan Yesus itu terlihat nyata seperti
ajakan yang sangat konyol atau mungkin sangat bodoh.
Perhatikan pernyataan para murid ini : ”masih maukah Engkau kembali ke sana?" (ayat 8). Seperti orang yang dungu sekali Yesus dalam pandangan para muridnya. Bukankah demikian juga anda akan berkata, bahwa Tuhan terlihat dungu sebab dia memberi jawaban yang salah atas doa permohonanmu?
Ini
kembali mengingatkan saya akan perkataan yang ditujukan kepada Ayub oleh
isterinya : “Masih bertekunkah engkau dalam
kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah! (Ayub 2:9)."
Tidakkah menjadi sangat mungkin bagi saya dan anda akan berkata sama dengan isteri Ayub, JIKA saya adalah saudara Lazarus? Tentang isteri Ayub dan penderitaan Ayub yang tak berdasar ini, kisahnya dapat anda temukan dalam bagian 3. Atau sangat mungkin juga anda atau saya bahkan, untuk berkata dalam NADA PENUH PERENDAHAN terhadap Tuhan seperti yang diucapkan oleh orang Israel yang SEDANG DIBEBASKAN DARI MESIR “Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini?” (Keluaran 14:11) yang dapat anda temukan kisahnya pada bagian 2 dalam artikel berseri ini.
Berbicara
Kepentingan Tuhan adalah hal yang SANGAT TINGGI tak terjangkau dan terpahami
oleh pikiran, perasaan dan kekuatan kita sebagai manusia. KEPENTINGAN MANUSIA adalah: TUHAN
SEHARUSNYA SEGERA BERTINDAK DAN MENGATASI MASALAH SAYA. Dan jika manusia
bersikukuh dalam sikap yang seperti ini maka PERMOHONAN dan PENGHARAPAN berubah
menjadi TUNTUTAN dan KEPASTIAN SEGERA.
Dengan demikian relasi yang asalinya
adalah bersifat pengharapan, permohonan dan doa telah berubah menjadi relasi
yang bersifat TUNTUTAN yang BERSIFAT MANDATORI UNTUK DIJAWAB OLEH TUHAN, SESUAI
DENGAN PENHARAPAN ATAU KEPENTINGAN MANUSIA.
Apa yang hendak saya nyatakan disini, bukan berarti dengan demikian TUHAN lantas berubah menjadi sosok yang otoriter dan kejam. Sekali lagi saya katakan, JIKA kita masih tertaut pada KEPENTINGAN DIRI maka memang Tuhan akan DISANGKA otoriter dan kejam.
Tuhan pada dasarnya TIDAK PERNAH SEPERTI yang DISANGKAKAN APAPUN oleh manusia, sebagaimana
dalam kasus Lazarus ( dan tentu dalam
kasus Keluaran Israel dari Mesir dan juga Ayub). Mari kita perhatikan apa yang terjadi sebenarnya :
- Maria, Marta dan Lazarus adalah orang-orang yang secara
khusus dituliskan dalam Injil Yohanes sebagai yang DIKASIHI. Dengan demikian
jelas MUSTAHIL Tuhan adalah sosok yang otoriter dan kejam. Tuhan MENGASIHI
mereka!
- Yesus sendiri telah mengatakan bahwa penyakit tersebut tidak akan
membawa kematian. Ini sebuah deklarasi bahwa penyakit tersebut tidak
memiliki kuasa kematian atas diri Lazarus. Sama pentingnya untuk diperhatikan, bahwa Lazarus
memang sakit, tetapi jelas ada SESUATU yang LEBIH BESAR DARIPADA SEKEDAR MENYEMBUHKAN--(tindakan rasional yang diharapkan untuk menangani orang yang sedang sakit)-- kala
Yesus berkata tidak akan membawa KEMATIAN.
Bukankah tidak ada penyakit yang tidak tersembuhkan oleh Yesus? Bukankah penyakit kusta pun dapat disembuhkan (Lukas 17:11-19)? Bukankah orang lumpuh pun disembuhkannya (Matius 9:1-7)? Atau jika anda membaca Yohanes 4:46-53 kita malah melihat Yesus melakukan penyembuhan dari “jarak jauh” sehingga si sakit tidak perlu mati! Tidak satupun berujung kematian? Mengapa Yesus berbicara atau mengaitkan dengan kematian kali ini pada orang yang sedang sakit dan masih hidup? Adakah sesuatu yang tidak diketahui oleh manusia didalam benak Yesus? - Ini terkait dengan poin 2 diatas, dan ini sekaligus PERIHAL TERSUKAR UNTUK DAPAT DIPAHAMI manusia : “akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan”(ayat 4). Poin 3 ini adalah perihal KEPENTINGAN TUHAN, sesuatu yang pada dasarnya TIDAK MENARIK bagi manusia manapun. Padahal Yesus secara terus terang menyatakannya! Manusia berpikir bahwa YESUS datang untuk MENYEMBUHKAN penyakit Lazarus. Yesus berpikir dan telah menetapkan bahwa dia datang untuk MEMBANGKITKAN Lazarus yang mati akibat penyakit yang PADA AKHIRNYA merengut nyawanya sebagai akibat YESUS MENUNDA kedatangan. Sebuah penundaan yang membuat penyakit tersebut menewaskan Lazarus adalah hal yang telah ditetapkan pasti terjadi.
Berdasarkan
3 poin yang sejauh
ini dapat kita munculkan, maka dapat secara pasti kita katakan bahwa:
- TUHAN MENGASIHI Marta, Maria dan
Lazarus.
- Yesus tidak
otoriter dan kejam sebab dia MEMILIKI TUJUAN/MAKSUD, dan ini bukan
untuk atau terkait kepentingan manusia tetapi TUHAN. Dalam setiap tindakan
yang dia lakukan pasti MEMILIKI TUJUAN/
MAKSUD, tidak pernah tanpa tujuan atau maksud sekalipun dalam hal ini manusia
tidak dapat melihatnya.
Perhatikan bahwa Yesus mengatakan, terkait penyakit Lazarus: “akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan,” inilah yang menjadi tujuan atau maksud Tuhan – bacalah kembali bagian1 dari artikel berseri ini. Tidak otoriter dan kejam, jika sebaliknya- seolah-olah Yesus bisa berbuat suka-sukanya dari dalam kemanusiaannya adalah SANGKAAN yang sama sekali lemah, sebab Yesus berkata mengenai dirinya ”Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh 14:9), “Aku dan Bapa adalah satu” (Yohanes 10:30), “Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya” (Yohanes 14:10). “
Jelas dan nyata bahwa dalam kasus Lazarus dapat kita katakan bahwa keputusan Yesus untuk menghentikan perjalanannya/menunda bukan keputusan yang lahir dari dirinya sendiri!
Sukarnya manusia, bahkan orang-orang percaya untuk melihat
KEPENTINGAN TUHAN atau MAKSUD TUHAN yang
hadir dalam setiap peristiwa yang bagaimanapun secara jelas tergambarkan dalam
sebuah penggambaran yang saya pribadi akan katakan sebagai tak lagi sanggup
untuk dipahami manusia sehingga melahirkan sebuah reaksi yang sangat mirip
dengan reaksi keras yang diterima oleh
Ayub dari isterinya atau diterima oleh Musa dari bangsanya sendiri. Mari kita saksikan dialog yang terjadi antara Yesus dan
murid-murid-Nya :
Yohanes 11:15 “tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah kita pergi sekarang kepadanya."
Tidak salahkah Yesus berkata “Syukurlah Aku tidak hadir?”
Tidak sama sekali, ini justru MENYINGKAPKAN apa yang menjadi MAKSUD atau
KEPENTINGAN YESUS yang secara sengaja MEMPERLAMBAT kedatangannya. Apa yang menjadi MAKSUD dan
KEPENTINGAN YESUS kali ini?
Yesus katakan “Supaya kamu dapat belajar percaya.” Saya sebelumnya sudah
katakan bagaimana para murid mulai meragukan Yesus dan bagaimana Yesus
menenangkan badai kebimbangan mereka
dengan mengatakan bahwa dirinya adalah terang dunia.
Perkataan Yesus diatas juga menunjukan secara gamblang bahwa Yesus memang
menghendaki agar Lazarus mati akibat penyakitnya atau dengan kata lain bahwa Lazarus memang tidak akan disembuhkan
tetapi sesuatu yang LEBIH BESAR dari menyembuhkan.
“Syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu,.... Marilah kita pergi sekarang kepadanya.” “Pada waktu itu” adalah SAAT LAZARUS MATI (baca ayat sebelumnya Yohanes 11:14), dan setelah Lazarus mati barulah Yesus MENGAJAK MEREKA PERGI kepada Lazarus.
amerrylife.com |
Saudara-saudaraku, sekalipun saya telah melihat bahwa KEPENTINGAN TUHAN berada di atas KEPENTINGAN MANUSIA, hal ini bukanlah hal yang dapat diteguk seperti susu manis rasa coklat yang dingin diteguk di siang hari terik; berangkali ini lebih tepat diandaikan sebagai makanan yang berguna bagi tubuh tetapi sangat tidak nikmat atau mengundang selera makan sebab rasanya tidak menyenangkan lidah.
Dan betapa kebenaran yang diungkapkan Yesus ini sungguh sukar
untuk diterima terlihat jelas dari
murid-Nya sendiri :
Yohanes 11:16 “Lalu Tomas, yang disebut Didimus, berkata kepada teman-temannya, yaitu murid-murid yang lain: "Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia."
Perkataan Tomas ini
bukanlah perkataan seorang yang
senang dan kegirangan. Lagian, mereka sebelumnya sudah sempat dipusingkan dan dibuat
stres oleh Yesus dengan penundaan yang tak rasional dan semakin terdengar
“gila” kala Yesus berkata “Syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu – pada
waktu Lazarus sakit dan meninggal!” Sangat dapat dipahami jika Tomas
benar-benar patah arang... tidak sanggup lagi memahami Yesus ( Yesus bukan kali
ini saja tidak dipahami oleh murid-muridnya, tetapi berangkali ini salah satu
yang terberat untuk diterima dengan kewarasan manusiawi mereka). “Marilah kita pergi juga untuk mati
bersama-sama dengan Dia,”bagi saya, itu terdengar sebagai senada dengan respon
isteri Ayub yang berbunyi “Masih bertekunkah engkau dalam
kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah! (Ayub 2:9)."
Atau perkataan bangsa Israel kepada Musa
“Apakah karena tidak ada kuburan di
Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini?”
Ya..nada-nada kekecewaan tak tertahankan terlontar dari
Tomas, sebuah skeptisme yang tak kepalang tanggung menggelayuti kepercayaan-Nya
kepada Yesus. Yesus tidak lagi dilihat sebagai terang dunia tetapi kematian!
Dan sebagaimana yang TELAH DIANTISIPASI oleh Yesus, maka kematian, kedukaan dan kekecewaan terhadap
diri-Nya yang dia jumpai :
Penundaan yang secara SENGAJA atau DIKEHENDAKI telah dilakukan oleh Yesus bukan hanya telah mengakibatkan Lazarus mati akibat penyakitnya tetapi telah berhari-hari terbaring dalam kubur!Yohanes 11:17 “Maka ketika Yesus tiba, didapati-Nya Lazarus telah empat hari berbaring di dalam kubur”
Yohanes 11:19 “Di situ banyak orang Yahudi telah datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya.”
Kesedihan adalah kain yang kini menyelubungi keluarga ini.
Keluarga yang dikasihi Yesus ini kini
malah berdukacita. Pengharapan akan datangnya kesembuhan kini berubah
dengan datangya kedukaan akibat kematian.
Yohanes 11:21 “Maka kata Marta kepada Yesus: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.”
Ini adalah sebuah ekspresi kekecewaan terhadap Tuhan yang
tidak memenuhi pengharapannya agar Yesus menyembuhkan saudaranya. Marta sangat
percaya bahwa jika Yesus datang, pasti peristiwa sedih ini tidak terjadi. Tentu
Marta tidak tahu bahwa Yesus SECARA SENGAJA
tidak datang segera. Marta tentu tidak
tahu bahwa Yesus mengucap syukur karena
tidak hadir di saat yang tepat. Marta tentu tidak tahu bahwa Yesus
MEMILIKI KEPENTINGAN atau MAKSUD yang
ternyata berada di atas KEPENTINGANNYA (agar saudaranya disembuhkan)!
Yohanes 11:22 “Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya."
Tetapi Marta dalam kecewanya tetap memiliki sebuah percaya
yang bernilai pada Yesus dengan menyatakan “sekarangpun.” Dalam momen duka yang melandanya, dia berkata bahwa
saat ini pun dia tahu bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu SEGALA SESUATU yang
Engkau minta kepada-Nya. Dapatkah kita
setidak-tidaknya tetap memandang Yesus dalam kemegahan seperti ini dan tidak
MENYANGKA bahwa Yesus tidak menerima
segala sesuatu yang dia minta kepada Allah?
Yohanes 11:23 “Kata Yesus kepada Marta: "Saudaramu akan bangkit."
Ini adalah pernyataan yang sukar untuk dipercayai sekalipun
Marta telah mengucapkan sebuah deklarasi yang sungguh agung..terucapkan dalam
duka yang amat dalam dan tentu dalam balutan kekecewaan terhadap orang yang
sungguh dia andalkan. Sekalipun Yesus yang mengatakannya, ini sukar! Marta tentunya tahu bahwa Yesus seharusnya
DAPAT MENCEGAH kedukaan ini, kematian saudaranya, JIKA SAJA Yesus dapat datang
tepat pada waktunya. Namun, kini Yesus mengatakan bahwa “saudaramu akan
bangkit.”
Yohanes 11:24 “Kata Marta kepada-Nya: "Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman."
Dan memang benar demikian. Marta TIDAK MERAGUKAN Yesus
sekalipun dalam kecewa dan duka. Sekalipun Lazarus tidak sembuh sekalipun dia
dan saudara-saudaranya adalah orang-orang yang dikasihi Yesus, Marta tetap percaya bahwa Lazarus kelak akan bangkit
dari kematian. Tetapi bagi Marta tidak
sekarang, tetapi nanti pada akhir zaman Lazarus akan bangkit sebagai ORANG YANG
DIKASIHI YESUS!
Yohanes 11:25-26 “Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?"
Yesus MEMPERTAJAM
maksudnya terkait
perkataannya “saudaramu akan bangkit,” dengan mendeklarasikan bahwa Yesus
sendiri adalah kebangkitan dan hidup. Sang kebangkitan dan hidup itu
sekarang ada berdiri di dekatmu;
dia hadir dalam kedukaanmu, Marta!
Lazarus adalah orang yang DIKASIHI dan yang dikasihi tentu saja orang yang
PERCAYA KEPADA YESUS, dan dengan demikian Lazarus tidak mati selama-lamanya.
Pada waktu Marta menganggap bahwa Lazarus akan bangkit pada akhir zaman tidaklah salah, sebab Yesus sendiri menyatakan demikian “Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman” ( Yoh 6:39-40)."
Marta, sekali lagi, dalam duka yang mendalam karena Yesus
tidak datang tepat pada waktu yang diperlukan, sekali memberikan sebuah teladan bagi kita. Marta
tetap percaya pada setiap perkataan Yesus tanpa keraguan : “Jawab
Marta: "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang
ke dalam dunia –Yohanes 11:27"
Jawaban Marta ini sungguh luar biasa bahkan saya secara pribadi menilainya memiliki sebuah poin unggul, yaitu:
Marta MASIH berduka dan faktanya sekalipun Yesus berbicara bahwa dia
adalah kebangkitan, Lazarus masih dalam kubur. Ya...saya teringat dengan
deklarasi Petrus terkait pertanyaan Yesus siapakan Yesus dan bagaimana Yesus
memuji Petrus ( bandingkan dengan
Matius 16:16-17)
Dan jawaban percaya Marta ini membangkitkan sebuah aksi iman
yang luar biasa didalam dirinya, dalam kedukaanya : “Dan sesudah berkata demikian ia pergi memanggil
saudaranya Maria dan berbisik kepadanya: "Guru ada di sana dan Ia
memanggil engkau. Mendengar itu Maria segera bangkit lalu pergi mendapatkan
Yesus”- ayat 28-29.
Sebuah kedukaan yang mendalam, pun tidak sanggup menahan kuasa pengharapan yang bersentral pada Yesus. Sungguh ada iman yang teguh dan tergoyahkan dalam fakta bahwa Yesus tidak datang tepat pada waktunya; tidak menyembuhkan saudaranya. Pengharapan yang kokoh itu kini terdemonstrasikan dengan sempurna. Kita TIDAK MELIHAT MARIA menjadi SKEPTIS mendengar kabar Yesus datang. Maria TIDAK BERPRASANGKA bahwa TUHAN TIDAK BERDAYA ATAU BERKUASA ATAS PENYAKITNYA. Kita perlu meneladani keteguhan iman Maria dan Marta sehingga kita pun tidak perlu tergoda berpikir bahwa TUHAN TIDAK DAPAT MENCEGAH MANUSIA UNTUK BERBUAT JAHAT, sebuah SANGKAAN yang merendahkan Yesus.
Yesus menunggu di tempat terakhir dia berjumpa dengan Marta,
Yesus masih tidak bergegas untuk masuk ke rumah keluarga yang berduka, dan
memang Yesus TIDAK HENDAK TURUT SERTA
BERBELA SUNGKAWA. Yesus memiliki AGENDA tersendiri, yaitu apa yang menjadi
KEHENDAK BAPA!
“Tetapi waktu itu Yesus belum sampai ke dalam kampung itu. Ia masih berada di tempat Marta menjumpai Dia. Ketika orang-orang Yahudi yang bersama-sama dengan Maria di rumah itu untuk menghiburnya, melihat bahwa Maria segera bangkit dan pergi ke luar, mereka mengikutinya, karena mereka menyangka bahwa ia pergi ke kubur untuk meratap di situ” – ayat 30-31
Maria melesat keluar,namun kali tidak sendirian! Para pelayat, orang-orang Yahudi, kini menyertai dia pergi! Tentu saja, kemana Maria pergi, ke situ jugalah orang-orang Yahudi itu pergi. Mereka kini berhadap-hadapan dengan Yesus!
“Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati"- ayat 32
Kedua kali saya membaca kalimat serupa dari Maria sebagaimana dikatakan
sebelumnya oleh Marta “ Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti
tidak mati,” saya tak terelakan melihat sebuah pemandangan yang mengagumkan dan
mengharukan untuk seseorang yang kecewa
dalam duka sedih mendalam! Percaya penuh! Maria, seperti halnya Marta percaya
sekali jika Yesus datang- ada bersama mereka, maka tidak terjadi peristiwa duka
ini! Tidak sedikitpun Maria dan Marta MERAGUKAN
Yesus, apalagi SAMPAI MEMILIKI
SANGKAAN BURUK atas diri Yesus. Ini jelas terlihat bahwa bagi mereka berdua, Yesus tetaplah solusi utama, namun
sedang tidak hadir kala itu. Pun demikian terlihat betapa mereka masih
mengagumi dan penuh hormat pada Yesus :
“tersungkurlah ia di depan kaki-Nya.”
Bagaimana dengan anda? Apakah anda tetap tersungkur di kaki Yesus dalam percaya penuh atau sebaliknya MEMBELAKANGI dan MENGECAM TUHAN sebagai tidak becus; tidak dapat diandalkan; tidak memegang kendali atas setiap peristiwa dalam hidupku?
Selanjutnya, bagian
termegah dari kisah menyedihkan
dan mengharukan ini adalah bagaimana
kemudian Yesus merespon Maria. Ingat, kali ini SEMUA pelayat—orang-orang
Yahudi—turut menyaksikannya!
“Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata: "Di manakah dia kamu baringkan?" Jawab mereka: "Tuhan, marilah dan lihatlah!" Maka menangislah Yesus.”- ayat 33-35
Maria terus memperlihatkan derajat kepercayaan yang tinggi
terhadap Yesus, tak sedikitpun IMAN
percayanya kepada Yesus tergores! “Tuhan, marilah dan lihatlah!
Dan tak hanya dihadapan Maria tetapi
orang banyak, Yesus menangis melihat
pemandangan kedukaan.
Tetapi BERBEDA dengan Maria dan Marta, ADA DIANTARA orang-orang Yahudi yang dapat MELIHAT KASIH YESUS, YANG TIDAK DAPAT MELIHAT, sedikit juga, Yesus yang PENUH DENGAN KASIH. Sebaliknya mereka mencerca, mereka melontarkan SANGKAAN-SANGKAAN JAHAT atas Yesus : “Tetapi beberapa orang di antaranya berkata: "Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati?"- ayat 37
Tidakkah ini terdengar tidak asing, dapat kita jumpai didalam
gereja dan di luar gereja? Bahkan tanpa disadari terkhotbahkan dari atas mimbar
dalam bahasa yang berbeda kadang
terdengar canggih dan rasional?
Yesus tidak memedulikan mereka! Yesus memedulikan yang
orang-orang yang dikasihinya. Dan Yesus pada titik ini, dihadapan tak hanya
Marta dan Mari tetapi orang-orang
Yahudi, sedang memperlihatkan APA SESUNGGUHNYA YANG MENJADI KEPENTINGANNYA
ATAU MAKSUDNYA DARI SEMUA HAL YANG
MENGAWALI KEDUKAAN INI :
“Maka masygullah pula hati Yesus, lalu Ia pergi ke kubur itu. Kubur itu adalah sebuah gua yang ditutup dengan batu. Kata Yesus: "Angkat batu itu!" Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada-Nya: "Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati." – ayat 38-39
Yesus segera pergi ke ke kubur itu, memerintahkan “Angkat batu itu!” Sudah berhari-hari dan sudah pasti jasad Lazarus
membusuk. Apalagi yang dapat dilakukan Yesus? Apakah ada kebangkitan sebelum
akhir zaman? Apakah tubuh yang busuk itu dapat dibangkitkan oleh Yesus? Apakah
betul Yesus adalah kebangkitan dan
hidup?
Singkatnya, bagi Marta, tindakan apapun yang akan Yesus lakukan sudah terlambat, tidak ada gunanya! Namun, memang yang tak diketahui Marta adalah apa yang MENJADI MAKSUD atau KEHENDAK YESUS dari kedukaan yang terjadi sebagai akibat tindakan PENUNDAAN yang dilakukan SECARA SENGAJA; apa yang menjadi maksud kematian sebagaimana DIKEHENDAKI oleh Yesus, jelas tak diketahui oleh Marta. Dan pasti oleh semua orang yang menyaksikanya pun tak memiliki ide sedikitpun mengenai hal itu.
Yohanes 11:40 “Jawab Yesus: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?"
Sedari
awal Yesus telah secara gamblang memperlihatkan APA YANG MENJADI KEHENDAKNYA
MELALUI PERISTIWA LAZARUS YANG SAKIT :
tetapi akan menyatakan kemuliaan
Allah, sebab oleh penyakit
itu Anak Allah akan dimuliakan.”
Dan Yesus PADA AKHIRNYA
menyingkapkan secara jelas bahwa “Jikalau engkau percaya,
engkau akan melihat kemuliaan
Allah?”
Kemuliaan Allah adalah kemuliaan yang TIDAK DAPAT DILIHAT JIKA TIDAK PERCAYA KEPADA DIA! Bagaimana mungkin dapat melihat kemuliaan Allah dalam kedukaan? Bagaimana mungkin dapat melihat kemuliaan Allah melalui orang sakit yang tidak sembuh? Bagaimana mungkin dapat melihat kemuliaan Allah melalui orang sakit yang meninggal?
Dalam peristiwa-peristiwa semacam ini dimana orang sakit
tidak sembuh malahan meninggal, mustahil kita akan berkata didalam hati
terpujilah Tuhan yang telah mengasihinya! Bagi kita sebaliknya, justru bukti
bahwa dia bukan yang dikasihi atau malahan dikatakan bahwa imannya tidak kokoh
dalam berpengharapan kepada Tuhan.
Memang benar, iman adalah dasar bagi orang percaya untuk berharap dan bermohon didalam doa ( bandingkan dengan 1 Tesalonika 5:17, Filipi 4:6, Kolose 4:2), tetapi
menyimpulkan bahwa semua jawaban harus terjawab dengan sempurna agar menjadi
bukti bahwa Tuhan ada dalam setiap peristiwa kehidupan kita, baik bahagia atau duka sekalipun. Atau bahkan
para skeptis dapat berkata bahwa Tuhan tidak
benar-benar berkuasa secara absolut dalam setiap dimensi kehidupan di
dunia ini.
Yohanes 11:41-42 “Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: "Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku.” Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku."
Puncak dari semua kisah sedih ini adalah AGAR SEMUA ORANG PERCAYA KEPADA YESUS! Inilah yang menjadi KEPENTINGAN TUHAN yang berada di atas KEPENTINGAN MANUSIA!
Yohanes 11:43-44 “Dan
sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar!" Orang yang
telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan
dan mukanya
tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: "Bukalah
kain-kain itu dan biarkan ia pergi."
Saya pribadi tetap mengalami kesukaran untuk secara tepat
menangkap suasana batin khalayak penonton yang kala itu menyaksikan sebuah peristiwa
yang MELAMPAUI semua bayangan mereka akan KEAJAIBAN, akan MUJIZAT. Sejauh
apakah mereka sanggup membayangkan KUASA yang DIMILIKI oleh Yesus? Atau
berangkali, bagaimana ekspresi wajah
mereka?; bagaimana ekspresi emosi mereka atau diri mereka? Apakah mata mereka
melotot?; apakah semua diam senyap kaku tak bergerak?; apakah kagum dan takut berpadu menjadi
satu? Saya tidak tahu, namun yang pasti
inilah AKIBAT dari SERUAN YESUS DENGAN
SUARA KERAS :
Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh
Jika peristiwa ini terjadi sekarang, maka saya menduga, dunia akan terhenyak atau lebih
lagi. Orang yang telah mati
berhari-hari, sudah busuk namun hidup kembali dan
berjalan keluar dengan kaki dan tangan masih terikat dengan kain kapan dan
mukanya tertutup dengan kain peluh.
Pada akhirnya, Yesus memang tidak menyembuhkan Lazarus. Lazarus mati. Setelah dia mati, baru Yesus memutuskan pergi mendatangi. Yesus datang setelah kedukaan dan kekecewaan meliputi keluarga yang berduka. Yesus datang setelah rumah duka dipenuhi oleh mereka yang turut berduka. Tetapi Yesus, tak terbantahkan. Telah memenuhi janjinya : "Penyakit itu tidak akan membawa kematian”, sekaligus memenuhi apa yang menjadi KEPENTINGAN TUHAN “tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.”
Dapat dikatakan dengan pasti bahwa dalam peristiwa Lazarus ini, tidak berdasar untuk mengatakan bahwa Yesus sedang MENYALAHGUNAKAN penderitaan atau penyakit untuk kemuliaan-Nya. Sebab pertama-tama, Yesus tidak menciptakan penyakit yang diderita, dan yang kedua, Yesus mengasihi Lazarus dan keluarga tersebut. Bahkan kita telah melihat betapa kasih yang terikat antara Yesus dan keluarga ini sedemikian hebatnya. Marta dan Maria telah memperlihatkan betapa kasih yang terajut diantara mereka dengan Yesus sungguh ilahi. Kedukaan dan kesedihan tidak menodai keyakinan mereka pada Yesus. Marta percaya bahwa Yesus dapat membangkitkan saudaranya. Maria jatuh tersungkur di kaki Yesus dalam sedih dan dukanya sambil mengungkapkan betapa pentingnya kehadiran Yesus bagi mati-hidup saudaranya Lazarus, Maria tetap memiliki keyakinan yang kokoh! Yesus berduka, bukan duka buaya, sebab duka terhadap yang dikasihi-Nya melahirkan kebangkitan seorang yang telah mati berhari-hari, sudah busuk! Yesus telah membuat Lazarus KELUAR dari KEMATIAN kepada Yesus- sang kebangkitan dan hidup.
Pada puncaknya, mengapa ini tidak dapat dikatakan sebagai
Yesus memanfaatkan kematian Lazarus atau bermain-main dengan kehidupan sebuah
keluarga? Karena Yesus sedari semula
sudah memperlihatkan apa yang menjadi KEHENDAK TUHAN?
Permasalahan besar yang membuat Tuhan menjadi terlihat begitu tak berdaya; tak berkuasa dalam banyak hal sebab kedukaan, bencana, dan malapetaka adalah karena kita tidak pernah sanggup untuk melihat bahwa KEPENTINGAN TUHAN berada di atas KEPENTINGAN MANUSIA. Ketetapan-ketetapan Tuhan dengan demikian terlihat sedemikian mengerikannya dan manusia kemudian akan menuding Tuhan dengan kejam, seperti halnya yang dialami Ayub oleh isterinya atau Musa oleh bangsanya sendiri, dan berangkali Tuhan Yesus sendiri oleh mulutmu sendiri?
Kisah Lazarus usai sampai disini, dan pada bagian berikutnya
kita akan melihat sebuah kisah yang akan
memperlihatkan betapa manusia selalu
gagal melihat KEPENTINGAN TUHAN sebagai yang teratas dibandingkan KEPENTINGAN
MANUSIA. Inilah yang dapat melahirkan SANGKAAN-SANGKAAN JAHAT atas Tuhan yang
Kasih pada manusia.
Bersambung
ke Bagian 10
***
No comments:
Post a Comment