F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (5.O- Selesai)

Oleh: Martin Simamora 

Benarkah Karena Tidak Menolak Injil Hingga Ke Tingkat Penghinaan Maka  Ada Kebenaran Lain Di Luar Kristus (5.O-Selesai)





Jikalau seseorang sungguh mengasihi Yesus, maka ia akan sungguh-sungguh memperhatikan perintah-Nya ini:

Yohanes 14:23 Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.


Jikalau seorang berkata ia mengasihi Yesus namun telah memperlakukan firman-Nya diluar apa yang dimaksudkan-Nya atau dikehendaki-Nya, maka inilah yang sebenarnya terjadi:

Yohanes 14:24 Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.


Seorang yang mengaku mengasih Tuhan dan berdiri dihadapan jemaat Tuhan sebagai seorang guru kebenaran, tentu harus menyadari bahwa lidahnya tidak boleh melahirkan berbagai pengajaran berdasarkan kehendaknya sendiri, selain apa yang menjadi kehendak-Nya yang telah dinyatakan dalam Alkitabmu.


Tepat sebagaimana para rasul yang tak mungkin mengajar atau bahkan melakukan interpretasi sehingga sedemikian rupa menjadi begitu berlawanan dengan maksud Yesus yang dinyatakan oleh Roh Kudus bagi mereka:

Yohanes 14:26 tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.


Tepat sebagaimana Roh Kudus yang tak akan berkata dari dirinya sendiri, selain dari apapun yang telah dikemukakan oleh Yesus sendiri:

Yohanes 16:13-15 Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku. Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku."

Apakah yang akan diberitakan oleh Roh Kudus berdasarkan apa  yang telah diterimanya dari Sang Mesias itu? Inilah yang diberitakan oleh Roh Kudus tersebut:

Yohanes 16:7-11Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum.

Roh Kudus datang untuk menginsafkan dunia akan dosa- ini adalah sebuah penghakiman oleh Roh Kudus sebab ini terkait dengan “penguasa dunia ini telah dihukum [bandingkan dengan pernyataan Yesus bahwa penghukuman atas penguasa dunia ini terkait dengan apa yang telah dilakukannya di Salib dalam kematian dan kebangkitannya: “Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikitpun atas diri-Ku Tetapi supaya dunia tahu, bahwa Aku mengasihi Bapa dan bahwa Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku, bangunlah, marilah kita pergi dari sini- Yoh 14:30-31"].

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (5.N)

Oleh: Martin Simamora  

Benarkah Karena Tidak Menolak Injil Hingga Ke Tingkat Penghinaan Maka  Ada Kebenaran Lain Di Luar Kristus (5.N)



Dosa, bukan sekedar pelanggaran, bukan sekedar perbuatan jahat, bukan sekedar ketaksucian dalam arti yang dapat dipulihkan atau direstorasi dan diluruskan dengan pertobatan atau pengoreksian dan komitmen untuk membangun kehidupan yang lebih baik oleh dan pada diri manusia itu sendiri. Natur dosa, yang sedang dibicarakan Alkitab menunjukan bahwa manusia tak berdaya untuk memulihkan, merestorasi atau meluruskan kebengkokan itu. Perjanjian baru menegaskan hal ini bahkan menunjukan  natur semacam itu  saat  pengandungan Sang Mesias dalam rahim  anak dara  Maria:

Matius 1:18-21 Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka."


Belum menikah namun sang kekasih sudah mengandung seorang anak, itu adalah sebuah skandal: mencemarkan nama calon isterinya di muka umum? Ini kondisi yang tak dapat diperbaiki, tak dapat direstorasi dan tak dapat diluruskan jika merupakan sebuah perbuatan cemar atau dosa. Yusuf tak mengerti dan tak memahami, tetapi  jelas, karena Maria mengandung sementara belum ia menyentuhnya sebagai seorang suami, telah begitu mencemaskan dan begitu menekan jiwanya, sampai-sampai: “Ia bermaksud menceraikannya atau menyudahi ikatan pertunangan yang begitu kokoh itu,secara diam-diam.” Tetapi jelas mengandungnya Maria bukanlah sebuah kecemaran atau kenajisan, sebaliknya: “anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.”

Bukan saja dikandung dari Roh Kudus, tetapi malaikat Tuhan telah menyatakan atau menunjukan betapa realitas semua manusia itu tak berdaya untuk melepaskan dirinya dari pelukan  kuasa dosa yang begitu kokoh, dengan menyingkapkan siapakah Anak dan apakah kuasanya atas dosa: “Dialah yang akan menyelamatkan semua manusia yang menjadi umat-Nya dari dosa.” Di sini, bahkan, sejak Sang Immanuel dilahirkan, dosa telah dinyatakan sebagai problem tak tersolusikan oleh manusia, selain oleh Sang Immanuel itu sendiri.

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (5.M)

Oleh: Martin Simamora   

Benarkah Karena Tidak Menolak Injil Hingga Ke Tingkat Penghinaan Maka  Ada Kebenaran Lain Di Luar Kristus (5.M)

Dalam Terang, manusia yang beriman kepada Yesus, menjadi tahu kemana harus pergi. Itu tak lepas dari diri Kristus sendiri, yaitu mengikut diri-Nya; dalam terang manusia itu, ia menjadi tahu dan diberikuasa untuk membuat keputusan mahapenting: mengikut dia. Mengikuti Yesus, apakah pentingnya? Penting karena keselamatan itu sendiri merupakan peristiwa atau “event” keberimanan seseorang secara aktual, bukan belaka konsepsi atau sekedar beragam komposit kebenaran-kebenaran  yang dilahirkan dari sebuah keanggunan pikir teologisnya, yang kemudian dipercayai sekedar untuk diajarkan. Keselamatan adalah kebenaran teologis sekaligus peristiwa aktual iman di dunia ini, dan itu semua dimulai dengan satu perintah-Nya: ikutlah Aku.

Sekali lagi, apakah pentingnya mengikut Yesus dalam peristiwa iman seorang percaya sehari-hari, dalam situasi-situasi menuntut kesetiaan sekalipun membahayakan, dan setia atau bertahan hingga kesudahannya?


Yesus sendiri menunjukan apakah pentingnya diri-Nya itu harus diikuti, melalui sejumlah perintah kepada para murid atau setiap orang percaya di segala jaman, yang menuntut ketahanan iman hingga kesudahannya. seperti:


►Matius 24:13 Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.  

Bandingkan dengan:
Matius 10:22 Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.
Lukas 21:19 Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu."


“Orang yang bertahan sampai kesudahannya akan selamat,” ini telah menunjukan kepada setiap orang percaya bahwa sementara keselamatan yang telah dimiliki itu adalah karya Sang Mesias di atas salib dan telah diterima sebagai sebuah anugerah terindah, namun sementara masih di dunia ini, memerlukan sebuah katahanan atau stamina yang harus senantiasa kokoh hingga kesudahannya-hingga saya dan anda menutup mata ini, kapanpun, dimanapun dan yang bagaimanapun juga.


Apakah dengan demikian, ini adalah sebuah kesendirian dan sebuah penuntutan kekuatan diri sendiri untuk bertahan hingga kesudahannya, agar memiliki hidup itu menjadi otentik dimilikinya?

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (5.L)

Oleh: Martin Simamora    

Benarkah Karena Tidak Menolak Injil Hingga Ke Tingkat Penghinaan Maka  Ada Kebenaran Lain Di Luar Kristus (5.L)



Salah satu momen indah dan megah pada kedatangan Yesus Kristus ke dalam dunia ini, adalah percakapannya dengan seorang perempuan Samaria. Ya, Samaria, bangsa yang tak boleh dikunjungi oleh para murid-Nya kala Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Sorga, yaitu dirinya sendiri. Sebagaimana telah saya tunjukan pada bagian sebelumnya. Pertemuan ini, karenanya, telah menjadi sebuah pertemuan yang memperlihatkan bahwa Yesus adalah kebenaran dan hakim atas segala bangsa, sebab didalam perjumpaan ini pun, telah disampaikan-Nya kebenaran yang menyatakan keselamatan yang datang dari-Nya dan oleh-Nya, sekaligus menghakimi semua manusia. Mari kita memperhatikan dialog berikut ini:

Yohanes 4:3-12 Iapun meninggalkan Yudea dan kembali lagi ke Galilea. Ia harus melintasi daerah Samaria. Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf. Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: "Berilah Aku minum." Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan. Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.) Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup." Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?"


Perempuan Samaria itu mengenal Yesus, bahwa Ia adalah seorang Yahudi bukan sebagai Sang Terang Dunia. Itu sebabnya ia terperanjat dengan permintaan Yesus yang begitu janggal mau bergaul dengan dirinya yang seorang Samaria. Dalam Alkitab jelas terlihat bahwa relasi antara Yahudi dengan Samaria memang sangat negatif, bagi orang Yahudi, orang Samaria  adalah warga kelas dua dan memiliki sejarah relasi Israel-Samaria yang begitu negatif atau anti Samaria, seperti tercatat pada 2 Raja-Raja 17: “Raja Asyur mengangkut orang dari Babel, dari Kuta, dari Awa, dari Hamat dan Sefarwaim, lalu menyuruh mereka diam di kota-kota Samaria menggantikan orang Israel; maka orang-orang itupun menduduki Samaria dan diam di kota-kotanya. Pada mulanya waktu mereka diam di sana tidaklah mereka takut kepada TUHAN, sebab itu TUHAN melepaskan singa-singa ke antara mereka yang membunuh beberapa orang di antara mereka-2 Raja-Raja 17:24-25 [ anda bisa membaca untuk kepentingan studi: “The Origin And History Of The Samaritans,” dan “The Samaritans in Josephus’ Jewish History.”). Nenek moyang orang Samaria bukan orang Ibrani tetapi bangsa-bangsa asing. Ketika perempuan Samaria  menyebut Yakub adalah bapa kami, maka jelas ia menganggap dirinya adalah keturunan Yakub yang mana tak mengherankan karena mereka memiliki sejarah yang begitu panjang hidup sebagai pendatang di negeri bangsa Yahudi. Perkawinan campur adalah hal yang tak terelakan, setidak-tidaknya. Itu juga yang menjelaskan mengapa perempuan Samaria pun menantikan Mesias, sebagaimana ia mengatakannya: “Jawab perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus;apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami- Yoh 4:25." Mereka karenanya tidak diperhitungkan sebagai domba-domba yang hilang dari Israel, saat pengutusan 12 murid.


Keterperanjatan perempuan Samaria itu dijawab oleh Yesus, bukan sebagai orang Yahudi tetapi IA adalah Allah yang menyatakan kasih karunia Allah, dan juga penghakiman atas realita dirinya di hadapannya. Maka dengarkanlah apa yang dikatakannya ini: “Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup- Yoh 4:10." Kepada perempuan Samaria itu, Yesus memberikan kepadanya air hidup yang bukan dari dunia ini yang dapat menghilangkan dahaga sesaat saja (Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi- Yoh 4:13), tetapi dengan meminumnya tak akan pernah haus lagi: ”tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya.

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (5.K)

Oleh: Martin Simamora     

Benarkah Karena Tidak Menolak Injil Hingga Ke Tingkat Penghinaan Maka  Ada Kebenaran Lain Di Luar Kristus (5.K)



Bagaimana dengan Yesus sendiri, terhadap pernyataan pendeta Dr.Erastus Sabdono yang berbunyi “Kalau mereka tidak melihat atau tidak pernah mendengar Injil secara memadai mereka tidak berdosa, tetapi kalau mereka melihat (mendengar Injil secara memadai) tetapi tidak percaya maka dosa mereka kekal (Yoh 9:41)? “ Apakah Yesus sendiri membicarakan dosa bukan dalam sebuah kontinum waktu, yang sejak kejatuhan Adam hingga kini?Apakah dosa itu telah ada memerintah segenap manusia sejak perjanjian lama hingga memasuki eranya-saat Ia masuk ke dalam dunia ini? Adakah Ia menunjukan sebuah kesinambungan tak terputus tepat pada dirinya sendiri yang menunjukan bahwa dosa sudah ada sejak sebelum dirinya di dunia ini hadir, dalam cara yang sangat tajam?

Maka jawabannya: ya,ada, bahkan begitu tajam menunjukan bahwa Ia sendiri adalah Sang Hakim atas dosa yang sejak dahulu kala menguasai dunia.


Marilah kita memperhatikan, mengarahkan diri kita kepada sabdanya berikut ini, sebuah sabda penghakiman:

▬▬Matius 10:14-15 Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu."


▬▬Lukas 17:26-30 Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia: mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua. Demikian juga seperti yang terjadi di zaman Lot: mereka makan dan minum, mereka membeli dan menjual, mereka menanam dan membangun. Tetapi pada hari Lot pergi keluar dari Sodom turunlah hujan api dan hujan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua. Demikianlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan diri-Nya. Barangsiapa pada hari itu sedang di peranginan di atas rumah dan barang-barangnya ada di dalam rumah, janganlah ia turun untuk mengambilnya, dan demikian juga orang yang sedang di ladang, janganlah ia kembali. Ingatlah akan isteri Lot!


▬▬Matius 11:20-24 Lalu Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizat-Nya: Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu."


Tidakah anda melihat,dengan demikian, siapakah Yesus? Ia adalah Sang Hakim kekal. Bagaimana bisa dia berbicara penghakiman atas dosa yang pasti menunjukan pembinasaan oleh Allah sementara ia sendiri  baru muncul di dunia ini dalam era yang kini kita sebut sebagai perjanjian baru? Pernyataan pendeta Erastus, sebetulnya, hendak menyatakan Yesus itu sendiri baru ada atau eksistensinya baru ada sejak kelahirannya di bumi ini dengan memandang bahwa IA datang dalam sebuah ketentuan dosa yang terpisah dari segala zaman dan segala manusia di bumi, sehingga dosa menurut Yesus bukanlah realita dosa global. Ini pertama-tama bagaikan konflik antara orang-orang Yahudi yang mempertanyakan Yesus, pada siapakah Yesus sampai bisa-bisanya menyatakan dirinya adalah Sang Hakim sejak era perjanjian lama.


Mari perhatikan situasi tersebut:

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (5.J)

Oleh: Martin Simamora      

Benarkah Karena Tidak Menolak Injil Hingga Ke Tingkat Penghinaan Maka  Ada Kebenaran Lain Di Luar Kristus (5.J)


Tak terhindarkan juga maka pernyataan pendeta Dr. Erastus Sabdono pada bagian berikutnya sebagaimana pada paragraf “Keselamatan Di Luar Kristen (Pelajaran 05)” yang ditampilkan oleh situs resmi GBI Rhema Church,dengan demikian, sangat salah:

Bagi mereka yang menolak Tuhan Yesus, berarti mereka berpihak kepada kuasa kegelapan. Mereka menyaksikan dan mengalami bagaimana kuasa Allah dinyatakan yaitu dengan pengusiran setan dan berbagai mujizat. Tetapi mereka menolak Tuhan Yesus maka berarti mereka di pihak kuasa kegelapan (Luk 11:20). Kalau mereka tidak melihat atau tidak pernah mendengar Injil secara memadai mereka tidak berdosa, tetapi kalau mereka melihat (mendengar Injil secara memadai) tetapi tidak percaya maka dosa mereka kekal (Yoh 9:41). Penolakan mereka dalam ekspresi nyata yaitu memusuhi Tuhan Yesus dan menuduh Tuhan Yesus menggunakan kuasa penghulu setan (baalzebul). Mereka menganggap Tuhan Yesus sesat dan pantas dimusuhi, ajaran dan pengikut-Nya pantas diberantas.

Sebagaimana pada bagian sebelumnya, sudah saya tunjukan bahwa “dosa” bukan sebuah keadaan yang  baru muncul setelah Yesus hadir pada tindakan menolak-Nya, sebaliknya Yesus sebagai Terang Dunia menunjukan realitas dunia berserta segenap mahkluk sejak kejatuhan Adam hingga kini. Apakah saat saya menyatakan”sangat salah,” itu berdasarkan penghakiman yang lahir dari sebuah analisa? Jawabnya: Tidak sama sekali. Tetapi secara gamblang Alkitab telah menunjukan.


Saya ingin menunjukan pernyataan pendeta Erastus yang berbunyi “kalau mereka tidak melihat atau tidak pernah mendengar Injil secara memadai mereka tidak berdosa” adalah salah, sebab yang benar, bahkan sebelum Yesus masuk ke dalam dunia ini, dosa sudah menguasai dan menjajah segenap manusia.

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (5.i)

Oleh: Martin Simamora

Benarkah Karena Tidak Menolak Injil Hingga Ke Tingkat Penghinaan Maka  Ada Kebenaran Lain Di Luar Kristus (5.i)



Tidak ada satupun di situ sebuah momentum pemaksaan sebagaimana yang dimaksudkan oleh pendeta Dr. Erastus Sabdono, apa yang ada dan terjadi sebetulnya, Yesus Sang Terang Dunia itu sedang menunjukan sebuah realita manusia yang hanya akan terlihat atau tersingkap kalau itu dinyatakan. Jelas saja sebab kegelapan di sini memang masih memberikan kepada manusia sebuah kehidupan, walau jelas kehidupan yang tidak dipimpin oleh Allah atau Kerajaan Sorga. Realita bahwa kerajaan maut yang menguasai manusia, oleh Yesus, dalam cara semacam ini: "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu”- Lukas 11:17-20, jelas akan memeranjatkan siapapun juga. Mengapa? Sebab pernyataan Yesus tadi menunjukan 2 realita penting bagi dunia: (1) IA adalah penentu sekaligus penguji berada di dalam kerajaan manakah atau milik kerajaan siapakah manusia itu. Dan (2)IA sedang menunjukan tak ada satupun manusia yang tidak berada didalam penguasaan kerajaan penghulu iblis. Ketika mulut seorang Farisi berkata kepada Yesus “Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan- Lukas11:15, maka itu adalah gambaran bagaimana sebetulnya ketika terang itu masuk ke dalam dunia ini yang dijumpai-Nya hanyalah kegelapan. Oposisi terhadap Yesus yang bagaimanapun hanya menunjukan realitas yang tak terlihat: dunia ini berada didalam pendudukan kerajaan penghulu setan.


Sehingga begitu indah   pengharapan keselamatan yang dari Allah itu sebagaimana yang turut membuka Injil Yohanes:
Yohanes 1:4-5 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.

Tepat kala “Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata- ayat 14” maka itu bukan sekedar peristiwa ajaib, bukan cuma mengatakan bahwa Yesus itu Sang Pembuat Mujizat atau Sang Tabib Agung, tetapi lebih dari itu, IA adalah “terang yang bercahaya di dalam  kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.” Mengatakan kegelapan itu tidak menguasainya menunjukan bahwa IAlah yang berkuasa atas kegelapan itu dalam sebuah makna DIA berotoritas, bahkan, atas dunia kerajaan penghulu setan. Perhatikan sekali lagi bagaimana Yesus menyingkapkan dunia kerajaan penghulu setan dan bagaimana Dia berkuasa mengatasinya, pada ayat 17-20 tadi.

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (5.H)

Oleh: Martin Simamora

Benarkah Karena Tidak Menolak Injil Hingga Ke Tingkat Penghinaan Maka  Ada Kebenaran Lain Di Luar Kristus (5.H)




Yesus Kristus sendiri menunjukan dirinya sebagai apa yang dinyatakan oleh nabi Yohanes Pembaptis kala menyebut Yesus “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!- Matius 3:2” dalam sebuah peristiwa yang menggambarkan bahwa Kerajaan Sorga adalah dirinya sendiri  yang berkuasa atas segala kuasa di dunia ini: ”Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu- Matius 12:28.” Harus diingat bahwa kebenaran atau penggenapan dalam tatar aktualisasi kehadiran Kerajaan Allah yang Mahakudus dan Mahakuasa telah terjadi dalam:

▬▬Matius 12:22 Kemudian dibawalah kepada Yesus seorang yang kerasukan setan. Orang itu buta dan bisu, lalu Yesus menyembuhkannya, sehingga si bisu itu berkata-kata dan melihat.


Peristiwa ini sebetulnya menyingkapkan apa yang tak dapat dilihat oleh semua manusia. Apakah itu? Bahwa kuasa kegelapan membelenggu manusia hingga jiwa tak dapat berkomunikasi dengan atau menjangkau Allah; bahwa kuasa kegelapan pada episode ini menunjukan rupa kerja kegelapan yang mengurung jiwa manusia hingga tak bisa melihat dan tak bisa mendengarkan kehendak Allah, jika bukan disembuhkan-Nya. Tetapi siapakah yang bisa melihat kebenaran ini? Apa yang bisa dilihat hanyalah: “Orang itu buta dan bisu dan kerasukan setan” tetapi bagaimana itu bertemalian: “buta dan bisu dan kerasukan setan,” hanya Yesus yang sanggup menunjukannya: “lalu Yesus menyembuhkannya sehingga si bisu itu berkata-kata dan melihat.”


Kerajaan Allah bukan berisi kata-kata tanpa kuasa, sebaliknya kata-kata yang berkuasa dan berdaulat penuh untuk mengatasi dan wewujudkan apapun juga yang dikehendaki oleh kata-kata-Nya. Tepat seperti seorang raja sedang bertitah maka semua titahnya dilakukan dengan penuh ketundukan oleh para pelaksana kerajaannya, rakyat, bahkan dapat menentukan mati-hidupnya para penentang atau para penjahat yang mengganggu ketentraman kerajaannya.

Bagi para penyaksi, mereka sedang menyaksikan Yesus bak seorang raja yang begitu berkusa: berkata dan terjadilah, tanpa sebuah jedah dan tanpa sebuah perbantahan!

Dapat dipahami jika rakyat Israel yang telah lama menantikan kedatangan seorang raja dari trah Daud, secara spontan, beberapa diantaranya yang ada di dalam momen itu, telah menduga atau menyangka di pikirannya berdasarkan apa yang telah terjadi di depan mata mereka, dalam keterpanaan, bahwa ia jangan-jangan Anak Daud. Perhatikanlah ini: “Maka takjublah sekalian orang banyak itu, katanya: "Ia ini agaknya Anak Daud- Matius 12:23." Jelas saja, apa yang dilakukan Yesus segera membangkitkan semacam semangat menggebu akan pengharapan mesianik. Jika dengan berkata saja, setan takluk, apalagi kepada kuasa-kuasa politik dunia ini, penguasa Romawi. Begitu besar harapan itu, namun sekaligus begitu keras bertentangan dengan “Kerajaan” yang sedang Yesus perkenalkan kepada mereka, sebuah kerajaan yang telah dinyatakan oleh Yohanes Pembaptis akan menjadi  satu-satunya sumber keselamatan dan pertobatan manusia.

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (5.G)

Oleh: Martin Simamora

Benarkah Karena Tidak Menolak Injil Hingga Ke Tingkat Penghinaan Maka  Ada Kebenaran Lain Di Luar Kristus (5.G)



Ketika nabi Yohanes Pembaptis berseru memberitakan pertobatan yang terkait erat dengan kedatangan Mesias yang adalah kedatangan Kerajaan Sorga, ia bukan hadir sebagai terang dan kebenaran itu sendiri, karena tujuan kehadirannya adalah sebagai seorang nabi perjanjian lama yang mempersiapkan  kegenapan janji Allah mengenai kedatangan Mesias:

▬▬Matius 3:1-3 Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan: Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat! Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: "Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya."

Yohanes Pembaptis bukan terang itu sendiri, tetapi Penyeru yang meneriakan seru pertobatan dan memberitakan Dia yang akan datang- Kerajaan Sorga. Ia  berseru-seru bahwa Kerajaan Sorga itu sudah dekat. Bahkan Ia sendiri pun tak layak untuk menyentuh Kerajaan Sorga itu sama sekali dalam sebuah ekspresi yang begitu memuliakan Dia yang diberitakannya dan begitu merendahkan dirinya si pemberita-Nya: “aku tidak layak melepaskan kasut-Nya- Matius 3:11.”


Apa yang kemilau di sini, dengan demikian, terang yang dimaksud dalam Injil Yohanes 1:1-5,14, adalah kedatangan Kerajaan Sorga! Kedatangan Yesus adalah kedatangan kerajaan sorga.


Menarik juga untuk mendengarkan Yesus yang menjelaskan siapakah Yohanes itu menurut-Nya:
►Matius 11:7-10 Setelah murid-murid Yohanes pergi, mulailah Yesus berbicara kepada orang banyak itu tentang Yohanes: "Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan angin kian ke mari? Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus? Orang yang berpakaian halus itu tempatnya di istana raja. Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan lebih dari pada nabi. Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu.

Yohanes adalah nabi yang mempersiapkan dan menunjukan kegenapan penantian akan seorang Mesias yang telah dituliskan oleh nabi-nabi perjanjian lama, bukan terang itu sendiri. Namun mengenai kenabiannya, Yesus berkata bahwa nabi Yohanes lebih daripada nabi.


Mengapa  nabi Yohanes bukan terang itu sendiri, namun juga, oleh Yesus, telah dinyatakan sebagai lebih daripada sekedar nabi?

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (5.F)

Oleh: Martin Simamora

Benarkah Karena Tidak Menolak Injil Hingga Ke Tingkat Penghinaan Maka  Ada Kebenaran Lain Di Luar Kristus (5.F)



Sehingga Yesus Kristus memang tak bisa dipisahkan dari perjanjian lama. Tetapi apakah relasi dirinya dengan perjanjian lama? Apakah Ia mengajarkannya agar dilakukan dan menjadi sebuah jalan keselamatan atau jalan pengudusan atau jalan pendamaian atau jalan untuk menjadi anak-anak tebusan-Nya?


Mari kita memperhatikan penjelasan Yesus berikut ini, yang menunjukan secara kuat pada bagaimanakah sesungguhnya relasinya dengan perjanjian lama itu:


▬▬Matius 5:17-19 Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.


Bagian ini menunjukan relasi Yesus terhadap hukum Taurat atau  kitab para nabi: untuk menggenapinya- Ialah yang menggenapinya. Tak hanya sampai disitu,tetapi menghakimi semua tak ada satu saja, bahkan, menduduki tempat yang paling rendah di dalam kerajaan sorga. Perhatikan penghakimannya ini: “Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” Dengan kata lain, Yesus mengatakan: tidak ada satupun yang sanggup menggenapi apa yang harus digenapi, selain diri-Nya saja.


Harus dimengerti bahwa “tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” memang bermakna neraka, sebagaimana ditunjukan oleh Yesus di dalam lanjutan penghakiman-Nya: ”Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala- ayat 22”; “Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka- ayat 29”; “Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka- ayat 30.” Pengajaran Taurat ini disampaikan oleh Yesus dengan menunjukan dua hal: (a)Ia adalah penggenapan semua tuntutan kudus tersebut, dan (b)tak ada satupun manusia,dengan demikian, berdasarkan melakukannya mendapatkan sebuah jalan keselamatan?

Jika demikian, ada dimana? Jalan itu sangat terkait dengan pernyataan Yesus: Aku datang untuk menggenapi dalam cara tak satu iotapun yang luput!


Sebagaimana pola dalam perjanjian lama, IA adalah terang yang kudus. Tak sama sekali dengan demikian menganjurkan sebuah kehidupan tanpa kekudusan, sebaliknya di dalam Ia menunjukan ketakberdayaan manusia dan betapa dekatnya manusia dengan neraka, Ia tetap memberikan perintah ini: “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna- ayat 48." Bersama-Nya tak ada ruang untuk pembiakan dosa!

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (5.E)

Oleh: Martin Simamora

Benarkah Karena Tidak Menolak Injil Hingga Ke Tingkat Penghinaan Maka  Ada Kebenaran Lain Di Luar Kristus (5.E)





Apakah tujuan hidup umat Tuhan atau lebih spesifik lagi, apakah ada semacam perbedaan tujuan atau orientasi hidup antara umat Tuhan di era perjanjian lama dibandingkan dengan perjanjian baru? Menjawabnya memang akan menunjukan apakah yang menjadi orientasi kehidupan  mereka di masing-masing era itu, tetapi apa yang jauh lebih penting harus dipahami, atas keduanya, Allahlah yang menentukan apa yang harus menjadi tujuan atau kehidupan masing-masing mereka berdasarkan maksud-Nya dan dalam cara-Nya saja.  Saya akan tunjukan nanti, apakah yang dimaksudkan “Allahlah yang menentukan apa yang harus menjadi tujuan atau kehidupan masing-masing,” bahwa itu bukan sama sekali dengan tujuan pemaksaan atau sebuah pelenyapan pemberontakan, sebaliknya di tengah-tengah pemberontakan terkeras itulah, eksekusi penentuan apa yang harus menjadi tujuan-Nya,justru, berlangsung sempurna di dalam kekudusan-Nya,keadilan-Nya dan kasih setia-Nya.


Mari memulainya dengan: bagaimana Allah menetapkan tujuan hidup umat-Nya pada era perjanjian lama:
▬▬Imamat 26:40-46 Tetapi bila mereka mengakui kesalahan mereka dan kesalahan nenek moyang mereka dalam hal berubah setia yang dilakukan mereka terhadap Aku dan mengakui juga bahwa hidup mereka bertentangan dengan Daku --Akupun bertindak melawan mereka dan membawa mereka ke negeri musuh mereka--atau bila kemudian hati mereka yang tidak bersunat itu telah tunduk dan mereka telah membayar pulih kesalahan mereka, maka Aku akan mengingat perjanjian-Ku dengan Yakub; juga perjanjian dengan Ishak dan perjanjian-Ku dengan Abrahampun akan Kuingat dan negeri itu akan Kuingat juga.
Jadi tanah itu akan ditinggalkan mereka dan akan pulih dari akibat tahun-tahun sabat yang dilalaikan selama tanah itu tandus, oleh karena ditinggalkan mereka, dan mereka akan membayar pulih kesalahan mereka, tak lain dan tak bukan karena mereka menolak peraturan-Ku dan hati mereka muak mendengarkan ketetapan-Ku. Namun demikian, apabila mereka ada di negeri musuh mereka, Aku tidak akan menolak mereka dan tidak akan muak melihat mereka, sehingga Aku membinasakan mereka dan membatalkan perjanjian-Ku dengan mereka, sebab Akulah TUHAN, Allah mereka. Untuk keselamatan mereka Aku akan mengingat perjanjian dengan orang-orang dahulu yang Kubawa keluar dari tanah Mesir di depan mata bangsa-bangsa lain, supaya Aku menjadi Allah mereka; Akulah TUHAN." Itulah ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan serta hukum-hukum yang diberikan TUHAN, berlaku di antara Dia dengan orang Israel, di gunung Sinai, dengan perantaraan Musa.


Membaca bagian ini sendiri saja sudah menunjukan satu hal mahapenting: Allah yang memilih bangsa ini, adalah juga Allah  yang menjaga keamanan perjanjian-Nya dengan bangsa ini melalui perantaraan Musa, sekalipun mereka “berubah setia.” Apa yang harus dipahami bahwa tujuan-Nya, baik pada umat perjanjian lama dan perjanjian baru, telah dibangun-Nya atas dasar rancangan-Nya sendiri dan tidak dapat digagalkan oleh berbagai perubahan-perubahan manusia yang senantiasa gagal memenuhi tuntutan kekudusan-Nya.


Kita,juga, akan mengetahui, dalam hal tersebut, tak sekalipun menganjurkan satu  saja gagasan bahwa Allah tidak peduli dengan kebenaran-Nya dan kekudusan-Nya di dalam kehidupan umat-Nya, berdasarkan pada mengetahui atas dasar apakah Allah menjaga keamanan perjanjian-Nya dengan bangsa tersebut sekalipun berubah setia.

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (5.D)

Oleh: Martin Simamora

Benarkah Karena Tidak Menolak Injil Hingga Ke Tingkat Penghinaan Maka  Ada Kebenaran Lain Di Luar Kristus (5.D)



Yesus Sang Kristus/ Mesias dalam banyak kesempatan telah menunjukan bahwa Ia adalah terang yang dibicarakan dan dinantikan oleh para nabi kudus Allah, bahkan semenjak Abraham. Mari perhatikan hal-hal berikut ini:

▬▬Yohanes 8:56 Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita."

▬▬Matius 13:16-17  Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.

Pada Matius 13 ini, sungguh berbeda konteksnya dengan Yohanes 8, karena  yang dimaksud dengan Abraham telah melihatnya, ini terkait dengan pengenalan dan pengetahuan Yesus yang mengatasi waktu dan ruang sebagaimana yang menjadi keberatan para pendengar-Nya: “Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: "Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada- Yoh 8:57-58." Sementara itu “tetapi tidak melihatnya” dan “tetapi tidak mendengarnya” menunjuk pada ketak-kekal-an para nabi dan orang benar yang menantikan dan beriman padaDia yang sudah ada sejak kekekalan namun masih dinantikan dalam pengimanan penuh untuk datang ke dalam dunia ini sebagai terang bagi dunia, perhatikan ini: “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah…” - Ibrani 1:1-3


Itu sebabnya, Yesus mengajarkan atau menunjukan dirinya sendiri adalah terang dan kebenaran Allah yang telah turun sebagai janji Allah semenjak era umat perjanjian lama. Tidak ada sebuah kebaruan yang mengasing yang terdahulu atau sebaliknya; apa yang ada sebuah kesatuan  yang menunjukan sebuah ketunggalan terang, bahwa terang pada perjanjian lama adalah terang yang sama dengan terang pada perjanjian baru: Yesus Kristus: “Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup- Yohanes 8:12."

Ketika Yesus berkata: “Akulah terang dunia,” Ia memberikan sebuah penjelasan mahapenting,bukan sekedar untuk menunjukan keilahian-Nya, namun “terang” yang sedang dibicarakan adalah, bahwa “Allah adalah terang atau Allah adalah sumber terang, di dalamnya tidak ada kegelapan sama sekali,” bukan sama sekali, terang itu oleh Yesus ditunjuk atau digambarkannya sebagai rangkaian petunjuk bagaimana seharus manusia mengejar atau memperjuangkan sebuah kualitas kehidupan tinggi sehingga hidupnya (yun:zoe) masuk ke dalam kehidupan kekal berdasarkan melakukan  kebenaran-kebenaran Taurat atau di luar diri-Nya. 

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (5.C)

Oleh: Martin Simamora

Benarkah Karena Tidak Menolak Injil Hingga Ke Tingkat Penghinaan Maka  Ada Kebenaran Lain Di Luar Kristus (5.C)



Perintah atau hukum Allah pada dasarnya bukanlah soal moralitas, atau  belaka soal serangkaian pokok-pokok apakah yang benar dan apakah yang salah.  Perintah-perintah itu sendiri bukanlah ketentuan-ketentuan dengan ukuran-ukuran dunia manusia. Mari perhatikan satu hal ini saja: mengapakah  serangkaian perintah-perintah itu harus dimulai dengan  kekudusan Allah itu sendiri, yaitu: “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku?- Keluaran 20:3”; “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi- Keluaran 20:4”; Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku- Keluaran 20:5”; “tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku- Keluaran 20:6”; “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan- Keluaran 20:7.” Larangan-larangan seperti “jangan membunuh”, “jangan mencuri”, dan “jangan berzinah” misalnya saja, itu bukan sama sekali soal moralitas manusia tetapi hukum kudus Allah, bukan hukum moralitas manusia. Memang benar merujuk pada apakah moral, bisa dikatakan sebagai hukum moralitas tetapi tidak akan pernah menjadi belaka moralitas manusiawi. Apa yang disebut sebagai moralitas di dalam ketetapan Allah pada dasarnya kekudusan Tuhan dengan konsekuensi  mematikan atau kehidupan dalam kasih setia Tuhan. Dalam Alkitab, kalau  ada hal-hal yang disebut sebagai moralitas umat Tuhan, maka harus dicamkan bahwa sebuah pelanggaran tidak akan mendapatkan  pengampunan  melalui pembangunan komitmen hidup untuk memperbaiki diri. Mengapa? Sebab tak ada manusia yang sanggup menutup lubang ketakudusannya, bahkan satu lubang akan menguapkan kekudusan Tuhan pada dirinya, berganti dengan penghukuman yang melumat bukan saja kehidupannya tetapi generasi-generasi berikutnya. Ketika satu saja anda melanggar salah satu larangan pada perintah-perintah Allah yang manapun juga, ingatlah bahwa manusia sedang berhadapan dengan : Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku dan tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.


Jadi ini bukan sama sekali belaka moralitas manusia kala anda membaca: jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu, jangan mengingini rumah, isteri, hambanya laki-laki atau perempuan atau lembunya atau keledainya atau apapun yang dipunyai sesamamu [Kel 20:13-17].” Pada bagian manapun perintah itu tak ada satu bagianpun yang sama sekali bernilai semata ketentuan relasi antarmanusia yang mana nilai-nilainya berdasar pada kemanusiaan pada nilai tertingginya, sehingga menyatakan tidak semuanya bernilai ilahi, karena begitu menjunjung hak-hak terasasi seorang manusia. Dalam hal itu sekalipun, sangat ilahi dan sangat kudus sebagaimana adanya IA ADA: “Seluruh bangsa itu menyaksikan guruh mengguntur, kilat sabung-menyabung, sangkakala berbunyi dan gunung berasap. Maka bangsa itu takut dan gemetar dan mereka berdiri jauh-jauh- Keluaran 20:18. 
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9