Oleh: Martin Simamora
Benarkah
Karena Tidak Menolak Injil Hingga Ke Tingkat Penghinaan Maka Ada Kebenaran Lain Di Luar Kristus (5.M)
Bacalah lebih
dulu: “Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr, Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (5.L)”
Dalam Terang, manusia yang beriman kepada Yesus, menjadi tahu kemana harus pergi. Itu tak lepas dari diri Kristus
sendiri, yaitu mengikut diri-Nya; dalam terang
manusia itu, ia menjadi tahu dan diberikuasa untuk membuat keputusan
mahapenting: mengikut dia. Mengikuti Yesus, apakah pentingnya? Penting karena
keselamatan itu sendiri merupakan peristiwa atau “event” keberimanan seseorang
secara aktual, bukan belaka konsepsi atau sekedar beragam komposit
kebenaran-kebenaran yang dilahirkan dari
sebuah keanggunan pikir teologisnya, yang kemudian dipercayai sekedar untuk
diajarkan. Keselamatan adalah kebenaran teologis sekaligus peristiwa aktual
iman di dunia ini, dan itu semua dimulai dengan satu perintah-Nya: ikutlah Aku.
Sekali lagi, apakah
pentingnya mengikut Yesus dalam peristiwa iman seorang percaya sehari-hari,
dalam situasi-situasi menuntut kesetiaan sekalipun membahayakan, dan setia atau
bertahan hingga kesudahannya?
Yesus sendiri
menunjukan apakah pentingnya diri-Nya itu harus diikuti, melalui sejumlah perintah
kepada para murid atau setiap orang percaya di segala jaman, yang menuntut
ketahanan iman hingga kesudahannya. seperti:
►Matius
24:13 Tetapi orang yang bertahan sampai
pada kesudahannya akan selamat.
Bandingkan dengan:
Matius
10:22 Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada
kesudahannya akan selamat.
Lukas
21:19 Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu."
“Orang yang bertahan
sampai kesudahannya akan selamat,” ini telah menunjukan kepada setiap orang
percaya bahwa sementara keselamatan yang telah dimiliki itu adalah karya Sang
Mesias di atas salib dan telah diterima sebagai sebuah anugerah terindah, namun
sementara masih di dunia ini, memerlukan sebuah katahanan atau stamina yang
harus senantiasa kokoh hingga kesudahannya-hingga saya dan anda menutup mata
ini, kapanpun, dimanapun dan yang bagaimanapun juga.
Apakah
dengan demikian, ini adalah sebuah kesendirian dan sebuah penuntutan kekuatan
diri sendiri untuk bertahan hingga kesudahannya, agar memiliki hidup itu menjadi otentik dimilikinya?