F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

Showing posts with label Daniel B Wallace. Show all posts
Showing posts with label Daniel B Wallace. Show all posts

0 Passover in the Time of Jesus

By: Prof Daniel B.Wallace

Passover in the Time of Jesus
(Reflection)



The following essay is the transcript used in a recent Seder that I conducted with some friends. With a little imagination, you can see how it was implemented.

This evening we will be celebrating the Passover as it was celebrated in the first century A.D. Our records are scanty in some places, but the majority of aspects of the evening are certifiable as authentic at that time. We will not eat gifilta fish, nor have a boiled egg or a bare lamb shank bone on our plates, since this practice does not date back to the time of Jesus.[1] The meal itself will be simple: hors d’oeuvres, lamb, unleavened bread, and wine; the symbolic significance of the meal, however, will be rich and complex. The Passover was a festive occasion—a celebration of the nation’s release from Egyptian bondage. We should celebrate it tonight as Jesus’ disciples did, for only later did they realize the irony of this joyous occasion that pointed to the death of the Messiah.

As we replicate what the Jews of Palestine did at the time of Jesus, try to reflect on what may have been going through the disciples’ minds as well as our Lord’s, as we partake of that last Passover before his death. At certain points we will punctuate the ceremony with references to that Thursday evening of April 2, A. D. 33.[2] At the end of the Passover, we will briefly look at Matthew 26:17-30, 36-45 and a few other verses.

0 “Pertama-tama Kepada Orang Yahudi” : Perjanjian Baru & Antisemitisme



Oleh: Prof. Daniel B. Wallace

“Pertama-tama Kepada Orang Yahudi” : Perjanjian Baru & Antisemitisme


Dalam Roma 1:16, Paulus mengatakan kepada orang-orang Kristen di Roma bahwa dia ‘tidak malu akan injil, karena injil adalah kekuatan Allah bagi keselamatan setiap orang, pertama-tama kepada orang Yahudi dan juga Yunani”(NET). Ketika filem Mel Gibson  “The Passion of Christ” muncul pada 25 Februari 2004 (Rabu Abu), isu yang menyertai filem tersebut adalah : apakah terdapat antisemitisme dalam Perjanjian Baru.


Membuatnya menjadi lebih gamblang dan tajam : “apakah Perjanjian Baru Antisemitik?

0 Profesor Daniel Wallace Menjelaskan Penemuan Fragmen Injil Markus dan Papiri Biblikal Lainnya


Under the supervision of curator, Thomas Lannon, we visited the library on Thursday, August 2, to prepare the three manuscripts for photography. This task involves counting leaves, lines, and columns; determining contents; documenting material (papyrus, parchment, or paper), measuring dimensions, and many other minutiae. It usually takes 2–3 hours to prepare one manuscript this way....  Altogether, we photographed 600 pages of text. The manuscripts are codex 2421 (NYPL Ms. 125), a thirteenth century minuscule (two leaves) containing portions of John 17 and 18; lectionary 175 (NYPL Ms. 103), a fifteenth century manuscript of select readings from the New Testament used in the Orthodox liturgy; and lectionary 956 (NYPL Ms. 102), another fifteenth century manuscript of New Testament selections. We brought with us two Graz Travellers Conservation Copy Stands (CSNTM may be the only institute in the world with two of these; they are designed in Austria specifically to photograph ancient, rare, and fragile manuscripts), two Canon EOS 1Ds Mark III 21 megapixel cameras, several computers, light panels, hard drives, wedges to hold the manuscripts in place, and all sorts of paraphernalia needed to do the job right.- CNSTM.org

Berikut ini adalah terjemahan trasnkrip wawancara yang dilakukan oleh Hugh Hewitt dengan Profesor Daniel Wallace. Inisial HH adalah Hugh Hewitt dan DW adalah Daniel Wallace. Selamat membaca dan menikmatinya.

HH: Saya sangat senang untuk melakukan  sebuah perbincangan dengan Profesor Daniel Wallace. Dia adalah seorang professor Perjanjian Baru di DallasTheological Seminary. Dia   meraih B.A dari  Biola University, dan Profesor Wallace, selamat datang, terimakasih  untuk meluangkan waktunya bersama kami malam ini


DW: Ya, terimakasih banyak. Merupakah kehormatan  tampil di acara anda.


HH: Saya harus mengatakan kepada anda, profesor, anda telah membuat banyak kepala tercengang ketika anda memberikan paparan dalam debat anda baru-baru ini dengan Bart Ehrman tentang sebuah manuskrip, atau fragmen atau sebuah manuskrip terkait Injil Markus. Saya tahu bahwa anda memiliki  restriksi-restriksi akademik pada apa yang dapat dan tidak dapat dikatakan, tetapi dapatkah anda katakan kepada  pemirsa apakah yang boleh diungkapkan mengenai hal tersebut?

0 Kelahiran Yesus Kristus - Bagian 2 Selesai


Anak Laki-Laki dari Bethlehem


Salah satu kekejaman keji dalam sejarah manusia adalah pembunuhan bayi-bayi Bethlehem oleh Herodes yang Agung.  Tetapi benarkah peristiwa ini sungguh terjadi?


Pada bab ke dua dalam injil Matius, kita membaca bahwa ketika  Herodes yang Agung mendengar kelahiran Messias “ dia menjadi  terkejut berserta seluruh Yerusalem.” Kemudian ketika  orang majus tidak  kembali untuk menyampaikan laporan kepadanya, dia menjadi marah dan memerintahkan semua bayi laki-laki hingga usia 2 tahun yang ada  di dan sekitar  Yerusalem dibunuh!


Tiga pertanyaan melintas  dalam pikiran selagi kita menimbang  insiden sadis ini : Pertama, berapa banyakkah  bayi yang sebenarnya telah dibunuh  Herodes? Kedua, berapakah usia Yesus ketika  hal ini terjadi? Dan terakhir, mengapa tidak ada catatan sejarahwan purba lainnya mengenai pembantaian ini? Dengan kata lain, apakah pembantaian bayi Bethlehem benar-benar  terjadi?



Bacalah terlebih dahulu bagian sebelumnya di sini

0 Kelahiran Yesus Kristus - Bagian 1

Add caption


Oleh : Daniel B. Wallace, Ph.D


Pengantar


Artikel berikut ini merupakan bagian dari  serial materi-materi renungan singkat terkait kelahiran Kristus. Bagi beberapa orang, materi semacam ini   sangat sulit dianggap  sebagai renungan karena renungan ini fokus utamanya pada sejarah. Tetapi kita harus camkan dalam benak kita bahwa Yesus yang kita sembah  sungguh-sungguh terlahir dalam   ruang dan waktu sejarah. Dan Bayi yang ada didalam palungan itu sungguh-sungguh telah disalibkan—dan sama pastinya juga telah bangkit dari kematian. Alkitab berbeda dari buku-buku suci  pada agama-agama lainnya karena Alkitab “mengundang” investigasi  sejarah. Dan ketika Alkitab  bertemu dengan pengujian—sebagaimana selalu terjadi,tak terelakan terjadi—pengujian itu menanamkan  pengabdian yang lebih besar didalam hati orang percaya  kepada dia yang kita sebut Anak Allah.


Tahun  Yesus Dilahirkan

Di belahan dunia barat, kita membagi waktu dengan  kelahiran Yesus Kristus. Tetapi sungguhkah dia  pernah hidup? Jika  memang demikian, kapankah dia lahir?



Beberapa waktu lalu, Saya  ditantang dengan sebuah percakapan oleh seorang pria yang mengklaim bahwa Tuhan tidak ada. Dia seorang ateis. Tetapi  bukan sekedar menjadi ateis, anda mengertikan. Dia juga bersikukuh bahwa Yesus Kristus tidak pernah ada! Teman satu ini memang termasuk yang sangat  sangat keras dalam sikapnya.

0 Pemelintiran Ayat (4) : Wahyu 3:20 dan Tawaran Keselamatan


Oleh : Daniel B. Wallace, Ph.D
Esai ini merupakan  bagian dari  sebuah serial esai-esai singkat   dengan topik “Pemelintiran Ayat.” Tujuan dari esai-esai yang sangat singkat ini untuk menentang interpretasi-interpretasi tertentu pada kitab suci yang telah menjadi popular,  yang sesungguhnya hanya memiliki atau tidak memiliki dasar.

Esai-esai terdahulu : esai 1, esai 2, esai 3


Wahyu 3:20.  Setiap orang mengenal teks ini. Ayat ini merupakan ayat yang kita gunakan untuk “menutup/mengakhiri” ketika menuntun seseorang kepada Tuhan Yesus. Gambar yang kita lukiskan adalah: jika seseorang mengundang Yesus  masuk kedalam hatinya, mereka akan diselamatkan. Satu-satunya permasalahan dengan hal ini adalah: ayat yang dimaksud tidak sama sekali sedang membicarakan apa  yang sedang dimaksudkan. Teks ini (pada bahasa asli Perjanjian Baru) dibaca :
jIdouV e{sthka ejpiV thVn quvran kaiV krouvw: ejavn ti" ajkouvsh/ th'" fwnh'" mou kaiV ajnoivxh/ thVn quvran, kaiV eijseleuvsomai proV" aujtoVn kaiV deipnhvsw met j aujtou' kaiV aujtoV" met j ejmou' (“Lihatlah, Aku berdiri di depan pintu dan mengetuk. Jika  siapapun mendengar suaraku dan membuka pintu, Aku akan datang  kepada/mendatangi ( come in to) dia dan akan makan malam bersama dengan dia dan dia [akan makan malam] bersamaku”).  Frasa krusial untuk tujuan-tujuan kita adalah “Aku akan datang kepada  dia.” Teks ini kerap diambil sebagai sebuah teks tawaran keselamatan bagi orang berdosa yang terhilang. Pandangan semacam  ini didasarkan pada dua asumsi: (1) bahwa orang-orang Loadika, atau setidaknya beberapa dari mereka, sungguh-sungguh telah terhilang, dan (2) bahwa  eijseleuvsomai prov" bermakna "masuk kedalam (come into)."

0 Pemelintiran Ayat (3) : Apakah Mengasihi Diri Sendiri Biblikal? –Matius 22:39

Bacalah rangkaian esai-esai pendek sebelumnya : esai 1, esai 2


Oleh : Daniel B. Wallace, Ph.D

Matius 22:39 sederhananya dibaca,” Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Dalam komunitas-komunitas Kristen populer ayat ini kerap ditampilkan sebgai sebuah teks yang mengajarkan bahwa kita diperintahkan untuk mengasihi diri kita sendiri. Dengan demikian makna tersirat ayat ini adalah, ”Anda harus mengasihi sesama seperti  halnya anda seharusnya mengasihi dirimu sendiri.” Pandangan semacam ini nampaknya berasal dari para psikolog sekuler (yang mengajarkan aktualisasi diri sendiri sebagai peringkat teratas dalam rangkaian target-target seseorang). Dari sanalah kelihatannya menjadi  jalan  untuk masuk kedalam  risalah-risalah atau paparan-paparan psikologi Kristen.


Tujuan kita dalam esai yang singkat ini bukan untuk melacak sejarah interpretasi semacam ini, tetapi untuk mengajukan argumentasi bahwa interpretasi semacam ini keliru. Membongkar atau mempreteli makna ayat tersebut menghasilkan terjemahan yang diluaskan sebagai berikut: ”Kamu harus mengasihi sesama sebagaimana  kamu telah  mengasihi dirimu sendiri.” Jadi, mengasihi diri sendiri merupakan asumsi dalam teks ini, bukan perintah.

0 Pemelintiran Ayat (2) :Apakah Segala Sesuatunya Memang Bekerja Bersama-Sama Untuk Mendatangkan Kebaikan? Roma 8:28 didalam Konteksnya

Natural Disaster
Bacalah terlebih dahulu pengantarnya di sini


Oleh :  Prof. Daniel B Wallace, Ph.D


Anda telah mendengarkannya ribuan kali :”Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja.” Ini merupakan keoptimisan abadi  yang digaungkan  bukan dalam  realita pencobaan tetapi dalam pemikiran penuh harap akan impian orang Amerika, akan keyakinan ala Hollywood, atau sebuah pandangan yang menekankan  kecenderungan  pencarian segala hal agar hal serba baik saja yang boleh terjadi. Semua kita tahu bahwa hal tersebut tidak sepenuhnya benar—kita tahu anak-anak yang umurnya  dirampas  oleh kanker atau pengemudi mabuk, atau mereka yang ketagihan obat-obatan/narkoba  berasal dari keluarga yang baik, atau para kepala rumah tangga yang kehilangan pekerjaannya, atau para prajurit yang sekembalinya dari medan perang kehilangan anggota tubuhnya. Kita mengetahui berbagai tragedi yang jumlahnya tak terhitung dan penderitaan yang tidak diinginkan, namun demikian kita mengulangi mitos ini kepada anak-anak kita  dengan mata menatap tajam  berkata:”Jangan khawatir; semuanya akan baik-baik saja.”

0 Pemelintiran Ayat : Bacalah Ini Pertama-tama! - Bagian 1

Oleh : Prof. Daniel B Wallace, Ph.D



Ini merupakan  bagian pertama dari sebuah serial esai singkat bertajuk “ Pemelintiran Ayat.” Tujuan dari esai-esai yang sangat ringkas ini adalah untuk menentang interpretasi-interpretasi populer tertentu terhadap Alkitab yang  sangat sedikit atau tidak  memiliki dasar.


Menyalahgunakan Ayat, Menyalahgunakan Tuhan

Orang-orang Kristen evangelikal mendasarkan kehidupan mereka  pada Alkitab. Kita percaya bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan dan oleh karena itu berotoritas atas kita dalam hal-hal iman dan prakteknya. Alkitab mengindikasikan  kebenaran-kebenaran besar mengenai siapakah Tuhan, bagaimana kita dapat berhubungan dengannya, bagaimana kita dapat memahami diri kita dan dunia. Singkatnya, Alkitab mengandung kata-kata kehidupan. Orang-orang percaya menggunakan Alkitab untuk memandu mereka dalam mencari tahu kehendak Tuhan, dari hal yang monumental hingga duniawi. Kita membaca Alkitab untuk mendapatkan pengharapan serta juga untuk  menggali kebenaran. Alkitab berdampak pada keyakinan-keyakinan, sikap-sikap, dan perilaku kita. Singkatnya, Alkitab adalah  pipa saluran menuju surga: tanpa Alkitab, kita  terhanyut, tak terlindungi  di tempat yang  tidak bersahabat.

0 Jujur Kepada Tuhan! Dia Bukan sebuah “Pit Stop” (Bagian 3 Selesai)


Bacalah terlebih dahulu  Dua bagian sebelumnya di sini untuk bagian 1 dan di sini untuk bagian 2


Oleh : Daniel B. Wallace, Ph.D

Kedua, Pengakuan dosa melibatkan sebuah  pengakuan akan  ketidakcukupan dan kebutuhan kita
. Ketika saya mengaku, “Tuhanku, Aku mengakui dosa-dosaku. Dan aku berjanji, aku tidak akan melakukannya lagi! Saya  sesungguhnya sedang bertindak tidak jujur dengan Tuhan. Dengan nafas yang sama kita mengatakan kepada Tuhan kita telah kacau dan bahwa kita  memiliki kemampuan untuk tidak melakukan kekacauan lagi! Tetapi bukankah Yesus berkata,”Diluar Aku , tidak ada yang dapat kamu lakukan”? Dan bukankah Paulus berkata bahwa “tidak satupun yang berbuat baik, tidak seorangpun”—dan bahkan  orang-orang percaya secara konstan “kehilangan kemuliaan Tuhan”?

Pada sisi lain, adalah baik untuk mengungkapkan  keguncangan dan kengerian atas dosa kita dihadapan Tuhan. Tetapi ketika kita mengungkapkan ketidakpercayaan (“Bagaimana bisa saya dapat melakukan hal itu?”) maka kita nyaris dalam bahaya untuk berpikir bahwa kita memiliki kemampuan untuk kembali ke jalurnya  terlepas dari Roh Kudus.  Pada dasarnya,  pengakuan adalah menjadi jujur dengan Tuhan mengenai siapakah kita.

0 Jujur Kepada Tuhan! Dia Bukan sebuah “Pit Stop” (Bagian 2)


picstopin.com

Daniel B. Wallace, Ph.D


Bagian 1
: Salib menyediakan akses kepada  Bapa: memberikan kepada kita sebuah kelahiran baru sehingga kita sungguh-sungguh  merupakan anak-anak Tuhan. Namun demikian, orang-orang Kristen masih berdosa. Kita masih manusia  yang rusak. Sekalipun kita adalah anak-anak Tuhan, kita kerap tidak berjalan bersama dengan Tuhan sebagaimana seharusnya. Dan itu adalah keberdosaan kita yang masih berlangsung, setelah kita diselamatkan, yang menyebabkan kita berupaya untuk menutup-nutupi perbedaan-perbedaan moral antara Tuhan dan diri kita sendiri.



B. Pengakuan Kebobrokan/Kebejadan oleh Manusia (1 Yohanes1:6-10)

Setelah Yohanes  membangun penjelasan tentang siapakah Tuhan, dia kemudian  beralih kepada kita dan bagaimana hubungan kita  dengan Tuhan. Yohanes tidak akan  mengizinkan kita untuk merasionalisasikan ( semacam upaya pembenaran) dosa kita. Menjadi berada didalam terang Tuhan berarti menjadi  dipaparkan terhadap kebenaran tentang Diri Tuhan dan diri kita.

Namun demikian ada sebuah problem  sukar yang kita hadapi. Pada ayat 6-10, Yohanes  mengimitasi atau meminjam  tiga pandangan keliru  yang dianut oleh para  penentangnya dalam penjelasannya dan kemudian memperlihatkan bagaimana   dalam pandangan-pandangan tersebut kehilangan hal pentingnya. Kesemua hal yang terlewatkan adalah segala hal yang terkait dengan kebobrokan/kebejadan manusia; semua hal yang terkait dengan bersembunyi dari terang.

0 Jujur Kepada Tuhan! Dia Bukan sebuah “Pit Stop” (Bagian 1)




Pit Stop dalam balapan  Formula 1
wikimedia.org
Oleh : Daniel B. Wallace, Ph.D

Pengantar


Salah satu kerinduan  yang teramat mendalam pada diri umat manusia adalah selalu ingin berkomunikasi dengan  makhluk yang lebih tinggi. Para imam kepercayaan-kepercayaan kuno sangat disanjung  oleh masyarakat umum; kota-kota Yunani telah menciptakan dewa-dewa mereka sendiri; agama-agama misterius telah menjanjikan komuni atau persatuan  dengan sebuah ketuhanan melalui ritus-ritus rahasia dalam cara yang luar biasanya  persis dengan Masonik dan Mormon.

Manusia modern sedikit lebih canggih, tetapi dia  masih  merindukan keintiman dengan sebuah makhluk yang lebih tinggi. Masa kini, “tuhan-tuhan” kita  biasanya adalah para selebriti.  Kita  berupaya kenal dekat dengan para pemain baseball dan ratu-ratu kecantikan, bintang-bintang filem, dan presiden-presiden ( yang mana terkadang satu orang pada saat yang sama).

0 [Kesaksian Daniel B. Wallace] Perjalanan Iman dari Kognitif Menuju Sepenuh Jiwa dan Pikiran (Bagian III Selesai)

Bagian 1:Namun hal ini tidak menghalangi kerja akademisku.  Imanku telah menjadi sebuah iman yang kognitif (pada tatar intelejensia—red)—sebuah kekristenan yang berasal dari  leher ke atas. Sejauh saya dapat mengontrol teks, saya telah berbahagia. Saya menjalani kehidupan dalam  realita yang tidak utuh bahwa artikulasi teologia  hanya menjadi valid manakala hal itu didasarkan pada eksegesis yang baik dan tidak ada hal lainnya lagi. Seperti pepatah kodok didalam  air yang mendidih secara perlahan-lahan dalam pot, saya tidak merasakan bahwa saya sedang berada  dalam perjalanan  menuju penghancuran diri sendiri.

Bagian 2 :Pada saat yang sama, problem pada banyak non Kharismatik adalah walau mereka  mengklaim  bahwa Tuhan dapat menyembuhkan, mereka berlaku seolah dia tidak akan menyembuhkan. Kita kerap tidak percaya akan kemampuan Tuhan—kita tidak sungguh-sungguh yakin bahwa Tuhan dapat menyembuhkan.



(8) Banyak broker-broker kekuasaan dalam evangelikalisme, semenjak pergantian abad, merupakan  orang-orang berkulit putih, para pria yang obsesif kompulsif
.  Semenjak era para Princetonian/para teolog   keluaran Princeton Theological Seminary ( Hodge, Warfiel, Machen, dan lainnya) , Evangelikalisme non kharismatik Amerika telah didominasi oleh  akal sehat Skotlandia,  pasca pencerahan, otak kiri ( logik, analitik, dan obyektif) , orang-orang kulit putih. Situasi ini mengungkapkan bahwa kita menyembunyikan  sebagian citra Tuhan, menyembunyikan sebagian kesaksian Roh, dan oleh karena itu kita tidak sejalan dengan sejarah Kekristenan [ Terkait hal ini, lihat  Vern Poythress, “Modern Spiritual Gifts As Analogous To Apostolic Gifts: Affirming Extraordinary Works Of The Spirit Within Cessationist Theology,” Journal of the Evangelical Theological Society 39 (1996) 72-102, dimana dia membenarkan adanya  mujizat-muizat dikalangan  “cessationist.” Bagian argumentasinya yang patut dicatat” bahwa para penganut pandangan cessationist  pada abad ke-19 merasakan kehadiran Tuhan dan telah melihat perbuatan-perbuatan Tuhan berlangsung yang tidak sesering pada para   cessationist  masa kini) . Implikasi-implikasi dengan demografik semacam ini  bermacam-macam. Tiga diantaranya adalah sebagai berikut.

0 [Kesaksian Daniel B. Wallace] Perjalanan Iman dari Kognitif Menuju Sepenuh Jiwa dan Pikiran (Bagian II)

Sebelas Tesis

Daniel B. Wallace, Ph.D
di Indonesia- dalam acara Sola Scriptura
Inilah  pengalaman penyakit  kanker  yang  diidap oleh anak lelakiku yang membangunkan semua kesadaranku, yang  membawaku kembali kepada hal-hal yang paling mendasar. Dan diluar pengalaman ini saya sedang bergulat dengan isu-isu praktis tentang pneumatology ( doktrin Roh Kudus).

Saya hendak menawarkan sebelas saran, sebelas tantangan—sebelas tesis jika anda  mau—yang berkaitan dengan area-area ini dalam kehidupanku sendiri yang Tuhan sampaikan. Saya belum sampai dengan 95 buah—dan ini bukanlah  Schlosskirche of Wittenberg (Gereja di Wittenberg).  Tetapi saya  berharap dan berdoa agar esai ini akan membantu orang-orang Kristen lainnya penganut pandangan “cessationist” terhindar dari perangkap  dimana saya terjerembab   kedalamnya.

0 [Kesaksian Daniel B. Wallace] Perjalanan Iman dari Kognitif Menuju Sepenuh Jiwa dan Pikiran (Bagian I)


Oleh : Daniel B. Wallace, Ph.D



Daniel B.Wallace Ph.D
Profesor Studi PerjanjianBaru di Dallas TheologicalSeminary
Melalui pengalaman penyakit kanker  yang diderita puteraku, saya sampai pada sebuah keyakinan  ketidakcukupan Alkitab saja untuk menangani krisis-krisis dalam kehidupan.  Saya membutuhkan sebuah  pengalaman yang bersifat eksistensial/ nyata  dialami sendiri bersama Tuhan. Saya  memulai tahun-tahun awalku sebagai seorang kharismatik dan mulai  merenungkan pada bagaimana Roh Kudus bekerja pada masa kini. Saya telah memandang kitab suci dalam sebuah terang baru dan mulai bergulat dengan pertanyan, jika Roh Kudus tidak mati pada abad pertama, apa yang saat ini sedang dia lakukan dewasa ini? Esai ini menawarkan 11 tesis   mulai mengeksplorasi jawaban-jawaban atas pertanyaan tersebut.

0 Pemahamanku Terhadap Doktrin Biblikal Pemilihan

“Saya  begitu gembira bahwa Tuhan memilihku sebelum  penciptaan dunia, karena  Tuhan tidak pernah memilihku setelah aku dilahirkan!” Charles Haddon Spurgeon.

Berikut ini adalah sebuah ringkasan diskusi  mengenai apa yang saya  mengerti tentang  apakah maksud doktrin biblikal :pemilihan.

(1)Pemilihan tidak berarti  bahwa Tuhan  semata-mata  telah mengetahui  siapa yang akan percaya dan berdasarkan hal ini telah memilih mereka. D.L  Moody menyatakan bahwa  pemilihan bermakna :”Tuhan telah memilihku bagi dirinya sendiri, tetapi iblis telah memilihku untuk dirinya sendiri.Pilihanku adalah penentunya.


Apa yang dikemukakan bukan apa yang dimaksud dengan pemilihan atau “pilihan.” Tuhan tidak akan memilih kita; sebaliknya, kitalah yang akan memilih dia dan dia pada dasarnya tidak mengetahui tentang hal ini. (Lebih  lanjut,iblis, mahkluk ciptaan, akan ditempatkan dalam satu pesawat setara dengan Tuhan.).  Kesaksian kitab suci konsisten bahwa Tuhanlah yang melakukan tindakan memilih, bukan kita-manusia. Bandingkan hal ini dengan :

0 Neraka : Spiritual atau Sungguh-Sungguh Sebuah Tempat atau Keduanya?

Oleh : Daniel B. Wallace,Ph.D

Judul  diatas  merupakan sebuah respon atas pertanyaan apakah neraka semata pemisahan rohani dari Tuhan atau  apakah sebuah tempat penghukuman jasmaniah yang dialami secara sadar.

Secara langsung, pertanyaan ini  mengenai  apakah kita semestinya menginterpretasikan Alkitab secara harfiah pada bagian-bagian yang mengulas neraka. Bandingkan   khususnya dengan Wahyu 20:10 ,” dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya”.  Kitab Wahyu berbicara tentang neraka pada dasarnya lebih banyak daripada kitab lainnya, akan tetapi bahasa kitab ini agak simbolik. Terkadang sebuah interpretasi diberikan oleh  seorang malaikat: ketika interpretasi diberikan oleh malaikat, kita tidak seharusnya mencari interpretasi lainnya. Tetapi  dalam bahasan kali ini  bukan ini  masalahnya. Namun demikian dalam menginterpretasikan simbolisme pada kitab Wahyu dan pada Alkitab sebagai sebuah keseluruhan, kita harus selalu camkan dalam benak kita satu faktor kunci : gambaran melambangkan sesuatu. Jadi, sebagai contoh, seseorang tidak dapat begitu saja mengambil 1000-tahun kerajaan dan tujuh tahun  kesulitan besar dan berkata bahwa kedua peristiwa tersebut merujuk pada sebuah masa yang panjang. Penggalian  arti lebih  lanjut diperlukan.
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9