F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Sarana Anugerah



Oleh: Henry Clarence Thiessen




Allah menggunakan banyak sarana-sarana yang berbeda untuk membawa orang kepada dirinya sendiri untuk persekutuan dan keselamatan, dan semua ini dapat dinilai, dalam makna yang lebih luas, sarana-sarana anugerah.


I.Firman Allah
Oleh Firman Allah, kita di sini memaksudkan Alkitab, yang terdiri dari kitab-kitab kanonik Perjanjian Lama dan Baru. Kitab-kitab  yang yang telah diinspirasikan secara ilahi ini “memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2Tim 3:16). Firman Tuhan ini  menggambarkan dirinya sendiri kepada kita sebagai sebuah sarana anugerah dalam beragam cara, dan penggambaran itu berlangsung di bawah sejumlah simbol. Alkitab adalah sebuah “palu yang menghancurkan bukit batu” (Yeremia 23:29), seorang hakim “ atas pikiran-pikiran dan maksud-maksud hati” (Ibrani 4:12), sebuah cermin untuk menyingkapkan kondisi sebenaranya manusia (Yakobus 1:25), sebuah bejana air untuk membersihkan yang  bernoda (Yohanes 15:3; Efesus 5:26), benih (Lukas 8:11; 1Pet 1:23), makanan bagi yang lapar (Ayub 23:12), sebuah terang bagi pejalan (Maz 119:105), dan sebuah pedang bagi  prajurit (Efesus 6:17; Ibra 4:12).

0 Dipelihara Allah Sejak Awal Hingga Kesudahannya (Perseverance)





Bacalah lebih dulu : “Pengudusan

Jika dipahami secara tepat, ini adalah doktrin yang paling mendamaikan, tetapi doktrin ini tidak boleh sama sekali disalahgunakan  atau disalahartikan. Kitab suci mengajarkan bahwa semua orang yang  oleh iman telah dipersatukan dengan Kristus, yang telah dibenarkan oleh kasih karunia Allah oleh Roh-Nya, tidak akan pernah secara total jatuh dari  kondisi kasih karunia, tetapi secara pasti diperlihara/ dijaga/diamankan semenjak orang percaya itu berada di dalam kasih karunia hingga kesudahannya. Ini tidak bermakna bahwa setiap orang yang mengaku dengan mulutnya diselamatkan, secara kekal diselamatkan. Tidak juga bermakna, bahkan, setiap orang yang memanifestasikan karunia-karunia tertentu dalam pelayanan Kristen harus berarti atau menunjukan telah diselamatkan secara kekal. Doktrin keamanan kekal ini dapat diaplikasikan hanya kepada mereka yang telah memiliki sebuah pengalaman vital keselamatan. Terkait hal ini, ini mengafirmasikan bahwa mereka tidak akan pernah secara total atau juga  pada finalnya terjungkal dari kondisinya yang berada di dalam kasih karunia. Ini tidak sama dengan  mengatakan bahwa mereka tidak akan pernah sama sekali tergelincir, tidak akan pernah  sama sekali berbuat dosa, dan sama sekali tak pernah gagal untuk senantiasa memperlihatkan puji bagi dia yang telah memanggil mereka keluar dari kegelapan untuk masuk ke dalam terangnya yang ajaib. Ini semata bermakna bahwa mereka yang telah dibawa keluar, tidak akan gagal untuk bangkit dari ketergeliinciran mereka pada akhirnya.


I.Bukti Doktrin Ini
Kebenaran ini bukan sebuah perihal spekulasi, tetapi  penyingkapan. Opini manusia memiliki nilai sangat kecil dalam hubungannya terhadap doktrin ini,  selain  deklarasi-deklarasi dan pokok-pokok sangat tajam dari  Firman Tuhan. Beberapa bukti-bukti utama dari doktrin sebagaimana telah ditemukan dalam kitab suci dapat dipaparkan.


A.Maksud Allah

Yesaya berkata, “TUHAN semesta alam telah bersumpah, firman-Nya: "Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana” (14:24; bandingkan dengan Ayub 23:13). Kitab suci mengajarkan kita bahwa Allah memiliki maksud untuk menyelamatkan mereka yang telah dibenarkan/dijustifikasi. Paulus mendeklarasikan dalam jawaban terhadap pertanyaan ini, “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus?

0 Pengudusan



Oleh: Henry Clarence Thiessen



Pentingnya doktrin ini nampak dari pernyataan semacam ini, “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan” (Ibrani 12:14). Nas ini tidak sedang  memberikan penekanan penuh kekuatan pada realisasi kekudusan absolut dalam hidup, sebagai pengejaran untuk absolut kudus pada diri. Petrus menulis, “hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu” (1Petrus 1:15). Perbedaan-perbedaan pengajaran yang disampaikan pada saat ini membuat doktrin ini perlu kita  pandang secara cermat pada pengajarannya. Mari kita mempelajari definisi, waktu, dan sarana-sarana pengudusan.


I.Definisi Pengudusan
Kata benda “pengudusan” ditemukan beberapa kali dalam Perjanjian Baru (Roma 6:19,22; 1Kor 1:30; 1 Tes 4:3dst,7; 2 Tes 2:13; 1 Tim 2:15; Ibra 12:14; 1Pet 1:2). Ada beberapa kata lain yang memiliki kaitan ketat dengan kata pengudusan: kekudusan (Roma 1:4; 2Kor 7:1; 1Tes 3:13), kudus (Kisah Para Rasul 7:33; 1Kor 3:17; 2Kor 13:12), orang kudus (1Kor 16:1; Efe 1:1; Fil 4:21), tempat kudus (Ibra 8:2), dan kuduskan atau dikuduskan (Matius 6:9; Yohanes 17:17; Ibrani 13:12). Kata kerja “menguduskan” memiliki sedikitnya 3 makna: menyatakan atau mengakui menjadi dapat disucikan, dikuduskan (Lukas 11:2; 1Petrus 3:15); memisahkan dari hal-hal yang najis dan mendedikasikan kepada Allah, dikhususkan untuk tujuan suci (Matius 23:17; Yohanes 10:36; 17:19; 2Tim 2:21); dan  dibersihkan dari hal-hal kotor (Efesus 5:26; 1Tes 5:23; Ibra 9:13). Kata sifat “kudus” digunakan pada berbagai hal (gunung, 2Petrus 1:18; cium, 1Kor 16:20), Roh (Roma 5:5), Bapa (Yohanes 17:11; 1Pet 1:15), Hukum (Roma 7:12; 2Pet 2:21), malaikat-malaikat (Markus 8:38), orang-orang percaya (Efe 1:1; Ibra 3:1), nabi-nabi Perjanjian Lama (2Pet 3:2), dan lain sebagainya. Kerap kata sifat ini digunakan sebagai sebuah substantif dan diterjemahkan “orang-orang kudus.” Dalam cara ini, kata ini digunakan pada  malaikat-malaikat (Yudas 14), orang-orang percaya (Yudas 3; Wahtu 8:3), atau keduanya (1Tes 3:13). Apakah maknanya menjadi seorang kudus dan menjadi orang yang telah dikuduskan?

0 Persatuan Dengan Kristus dan Pengangkatan Orang Percaya Menjadi Anak-Anak Allah



 

Bacalah lebih dulu “Justifikasi dan Dilahirkan Kembali


Ini adalah poin akhir dalam  tinjauan aplikasi keselamatan dalam permulaannya. Persatuan orang percaya dengan Kristus dan posisinya oleh pengangkatan atau adopsi menjadi anak-anak Allah harus dianalisa.


I.Persatuan Orang Percaya Dengan Kristus
Jiwa yang telah dilahirkan kembali dibawa masuk ke dalam sebuah persatuan vital dengan Kristus. Ini bukan untuk menyangkal, pertama-tama,  sebuah persatuan yang representatif atau federal, dengan Kristus. Dengan persatuan legal, Kristus sebagai adam kedua (1Kor 15:22), mengambil tanggung jawab mereka yang gagal memenuhi kewajiban-kewajibanya, yang gagal dilakukan oleh Adam pertama, dan memenuhi semua kewajiban-kewajiban tersebut untuk kepentingan semua umat manusia. Hasil-hasil persatuan dengan Kristus ini adalah pengimputasian atau diperhitungkannya dosa-dosa kita kepada Yesus dan diperhitungkannya kebenaran Yesus kepada atau ke dalam diri kita, dan semua manfaat-manfaat turunan terlibat dalam pengimputasian tersebut. Akan tetapi, kita sekarang mengarahkan perhatian pada persatuan   yang sangat penting, orang percaya dengan Kristus.

0 Justifikasi dan Dilahirkan Kembali (2)



Oleh: Henry Clarence Thiessen


Bacalah lebih dulu bagian 1

II.Doktrin Dilahirkan Kembali
A.Makna Dilahirkan Kembali
Justifikasi atau pembenaran dilakukan dengan sebuah tujuan agar hidup memerintah, dan karenanya dikatakan sebagai “pembenaran hidup” (Roma 5:18). Dari sisi ilahi, perubahan hati disebut dilahirkan kembali, lahir baru; dari sisi manusia, ini disebut pertobatan beriman, ini adalah dilahirkan kembali aktif, dapat didefinisikan sebagai komunikasi hidup ilahi kepada jiwa (Yohanes 3:5; 10:10,28; 1Yohanes 5:11dst), sebagai impartasi sebuah hakikat baru (2 Petrus 1:4) atau hati baru (Yeremia 24:7; Yehezkiel 11:19-36:26), dan dihasilkannya sebuah ciptaan baru (2Kor 5:17;Efesus 2:10;4:24). Hidup rohani baru ini memberi dampak pada intelektual orang percaya (1 Kor 2:14;Efe 1:18; Kolose 3:10), kehendak orang percaya (Filipi 2:13; 2 Tesalonika 3:15; Ibrani 13:21), dan emosi-emosi orang percaya (Matius 5:4; 1Petrus 1:8).

B.Perlunya Dilahirkan Kembali
Kitab suci berulang kali mendeklarasikan bahwa seorang manusia harus dilahirkan kembali sebelum dia dapat melihat Allah. Klaim-klaim  Firman Tuhan ini didukung oleh pikiran dan hati nurani.

Kekudusan adalah kondisi yang mutlak diperlukan bagi penerimaan masuk ke dalam persekutuan dengan Allah. Kitab suci memerintahkan, “kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan” (Ibrani 12:14). Tetapi semua  kemanusiaan secara hakikat rusak, dan ketika menyentuh kesadaran moral, menjadi bersalah atas pelanggaran-pelanggaran aktual. Dalam kondisi alami manusia yang sedemikian, karena itu, umat manusia tidak dapat memiliki persekutuan dengan Alah. Sekarang,  moral ini berubah di dalam diri manusia,  hanya dapat berlangsung oleh sebuah tindakan Roh Kudus. 

0 Justifikasi dan Dilahirkan Kembali (1)



Oleh: Henry Clarence Thiessen               


Bacalah lebih dulu : “Pertobatan  Beriman

Doktrin selanjutnya yang akan ditinjau adalah pembenaran/justifikasi dan dilahirkan kembali.


I.Doktrin Pembenaran/Justifikasi
Pertobatan beriman diikuti oleh pembenaran. Sementara kitab suci memberikan penekanan yang luar biasa pada doktrin pembenaran, namun dalam perjalanan sejarah, doktrin ini secara luar biasa telah dilencengkan dan dalam praktiknya telah diabaikan sama sekali. Pada kejayaan Reformasi Protestan, doktrin ini telah dipulihkan, diletakan kembali pada tempat dimana seharusnya berada. Kita sedikit banyak kecewa ketika kita mencari doktrin-doktrin dilahirkan kembali dan pengudusan pada para Reformer; doktrin ini tidak mendapatkan penekanan yang memadai hingga pada hari-hari  Kebangunan Rohani Wesleyan. Tetapi kita dapat bersuka cita bahwa Reformasi  telah benar-benar mengembalikan kepada gereja doktrin terdasar, pembenaran/justifikasi. Beberapa aspek dari doktrin ini harus ditinjau seksama.


A.Definisi Pembenaran atau Justifikasi
Secara natur, manusia tidak hanya seorang anak kejahatan, tetapi juga seorang pelanggar dan seorang kriminal (Roma 3:23; 5:6-10; Efesus 2:1-3; Kolose 1:21; Titus 3:3). Dalam dilahirkan kembali, manusia menerima sebuah hidup baru dan sebuah natur baru; dalam pembenaran/justifikasi, sebuah  manusia baru  tampil. Pembenaran dapat didefinisikan sebagai tindakan Allah dimana dalam tindakan-Nya itu Dia mendeklarasikan manusia yang percaya kepada Kristus itu benar. Ladd terkait ini berkata, ”Akar gagasan dalam pembenaran adalah deklarasi Tuhan, hakim yang benar, bahwa manusia yang percaya kepada Kristus, walau memang berdosa, dia menjadi benar, dia benar—dipandang sebagai mahluk benar, karena di dalam Kristus, dia telah masuk ke dalam sebuah hubungan benar dengan Allah.”[1].

Pembenaran atau justifikasi adalah sebuah tindakan yang bersifat deklarasi. Pembenaran bukan sebuah tindakan apapun yang ditempakan secara langsung pada diri manusia, tetapi sebuah tindakan Allah yang telah mendeklarasikan manusia tersebut. Tindakan justifikasi dengan demikian tidak serta merta meluruskan kebengkokan-kebengkokan yang masih  bekerja dalam diri manusia itu, tetapi dalam keadaan yang demikianlah manusia yang percaya kepada Kristus dideklarasikan benar. Beberapa hal yang terlibat dalam pembenaran atau justifikasi:

0 Pertobatan Beriman (2)



Oleh:  Henry  Clarence Thiessen




Bacalah lebih dulu bagian 1
II.Elemen Iman
Seperti dalam kasus pertobatan, maka demikian juga dalam kasus iman, doktrin ini tidak mendapatkan perhatian sebagaimana mestinya. Kehidupan seorang manusia diperintah oleh apa yang dia percayai dan dalam apa yang diimaninya, dan dalam agamanya pada siapa dia percaya. Evans menyatakan,”Perempuan Kanaan (Matius 15) memiliki ketekunan yang pantang menyerah; perwira (Matius 8), memiliki kerendahan hati; orang buta (Markus 10), memiliki ketulusan hati. Tetapi apa yang telah dilihat Kristus dalam setiap kasus tersebut adalah IMAN.”(1). Ini benar, menyudutkan kita untuk mempertimbangkan tempat bagi iman dalam hidup. Mari kita meninjaunya sebagai sebuah elemen pertobatan beriman.


A. Pentingnya Iman
Kitab suci mendeklarasikan bahwa kita diselamatkan oleh iman (Kisah Para Rasul 16:31; Roma 5:1; 9:30-32; Efesus 2:8). Diperkaya dengan Roh oleh iman (Galatia 3:5,14), dikuduskan oleh iman (Kisah Para Rasul 15:9;26:18), dijaga oleh iman (Roma 11:20; 2 Korintus 1:24; 1 Petrus 1:5; 1Yohanes 5:4), dibangun oleh iman (Yesaya 7:9), dan disembuhkan oleh iman (Kisah Para Rasul 14:9; Yakobus 5:15). Kita berjalan oleh iman (2Korintus 5:7) dan mengatasi kesukaran-kesukaran oleh iman (Markus 9:23; Roma 4:18-21; Ibrani 11:32-40). Allah mendeklarasikan bahwa iman diperlukan  untuk menyenangkannya (Ibrani 11:6) dan menilai tidak percaya sebagai sebuah dosa besar (Yohanes 16:9; Roma 14:23) dan sebagai pembuat batasan terkait manifestasi-manifestasi kuasanya (Markus 6:5f). Iman menjadikan kita sebagai sebuah berkat yang langgeng bagi orang-orang lain (Kisah Para Rasul 27:24f)/ Tentu saja, manfaat-manfaat ini menyingkapkan pentingnya iman.

0 Pertobatan Beriman (1)



Oleh: Henry Clarence Thiessen



Sebelumnya: “Kerja Atau Karya  Roh Kudus


Apakah urutan-urutan peristiwa dalam pengalaman keselamatan? Tentu saja tidak ada urutan bersifat kronologis semacam itu; pertobatan beriman, pembenaran, dilahirkan kembali, persatuan dengan Kristus, dan pengangkatan menjadi anak, semuanya berlangsung secara bersamaan instan. Pengudusan itu sendiri merupakan sebuah pristiwa seketika sekaligus sebuah proses. Namun ada sebuah urutan yang disajikan secara logika, dan kita akan mengikuti urutannya tepat seperti yang  telah diindikasikan. Hal ini dilakukan karena Kitab suci meminta manusia untuk berbalik kepada Tuhan (Amsal 1:23; Yesaya 31:6; 59:20; Yehezkiel 14:6; 18:32;33:9-11;Yoel 2:12f; Matius 18:3; Kisah Para Rasul 3:19; Ibrani 6:1). 


Pertobatan beriman adalah berbalik menuju atau mengarahkan diri kepada Tuhan dan peristiwa ini mewakili respon manusia terhadap panggilan Allah. Ini terdiri dari 2 elemen: pertobatan dan iman. Kitab suci tidak pernah meminta manusia untuk membenarkan atau menjustifikasi dirinya sendiri, untuk melahirkan kembali dirinya sendiri, atau untuk mengangkat dirinya sendiri menjadi anak-anak Allah. Allah sendiri yang melakukan hal-hal ini, tetapi manusia melalui pemampuan Allah dapat mengarahkan dirinya  menuju Tuhan. Gereja Yerusalem telah menegaskan hal ini, “Maka kemudian, Allah telah menganugerahkan kepada orang-orang bukan Yahudi juga pertobatan yang menuntun kepada hidup” (Kisah Para Rasul 11:18; bandingkan dengan 2 Timotius 2:25). Terlihat nyata bahwa pertobatan dan iman menuntun pada pembenaran atau justifikasi; dan pembenaran menuntun pada hidup, dan bukan sebaliknya (Roma 5:17f). Kita, selanjutnya, melihat, pada 2 elemen ini yang  terdapat di dalam pertobatan beriman.

0 Kerja Atau Karya Roh Kudus (2)



Oleh: Henry Clarence Thiessen



Bacalah  lebih dulu  bagian 1
3.Hubungannya Dengan Orang Percaya
Pelayanan Roh Kudus terhadap orang percaya dapat secara ringkas dinyatakan dalam sejumlah kondisi. Sejumlah doktrin ini akan ditinjau secara lebih utuh pada bab-bab selanjutnya. Kita pertama-tama meninjau doktrin-doktrin yang berkaitan dengan keselamatan, kemudian doktrin-doktrin yang berkaitan dengan hidup orang Kristen.

A.Kerja Roh  Pada Keselamatan
1.Dia melahirkan-kembali, hanya melalui pelayanan Roh sehingga seseorang dilahirkan kembali (Yohanes 3:3-8), karena Roh yang memberikan hidup (Yohanes 6:63). Paulus berbicara “pembaruan oleh Roh Kudus” (Timotius 3:5).

2.Dia tinggal berdiam dalam diri orang percaya. Sangat lekat bertaut dengan pelayanan melahirkan kembali, adalah pelayanan Roh ini: tinggal berdiam dalam diri orang percaya. Terkait dengan kedatangan Sang Penghibur, Kristus berkata, “Engkau mengenal Dia karena Dia tinggal diam bersamamu, dan akan ada di dalammu” (Yohanes 14:17). Begitu penting berdiam atau tinggalnya Roh, bahwa jika seseorang tidak memiliki dia, dia bukan milik Kristus (Roma 8:9). Pada skandal yang memecah belah gereja Korintus, Paulus berkata, “Roh Allah tinggal di dalammu” (1Kor 3:16; bandingkan dengan 6:19). Tinggal berdiamnya Roh menjamin kebangkitan orang percaya (Roma 8:11).

0 Kerja Atau Karya Roh Kudus (1)



Oleh: Henry Clarence Thiessen


Tepat sebagaimana kerja atau karya Kristus adalah penting dalam penuntasan keselamatan, demikian juga kerja Roh Kudus. Keilahian dan kepribadian Roh Kudus. Keilahian pada Roh Kudus  dilekatkan padanya berdasarkan fakta atribut-atribut keilahian yang selazimnya pada Allah, melingkupinya, dan bahwa karya-karya yang  ilahi diselenggarakan olehnya, dan  oleh relasinya dengan  Anak Allah dan Bapa. Roh Kudus adalah seorang pribadi. Kata-kata ganti pribadi dikenakan pada Roh Kudus. Dia melakukan tindakan-tindakan personal. Ditautkan dalam sebuah cara personal dengan Anak Allah dan Bapa (Tritunggal). Mempertimbangkan keilahiannya dan ke-pribadi-annya, kita bergerak  menuju apa yang dikerjakannya. Walau tujuan utama kita pada poin ini untuk mengklarifikasi karyanya sehubungan dengan keselamatan dan pengalaman orang Kristen, kita juga harus melihat kerja atau karyanya dalam hubungannya dengan dunia ini, dengan Kitab suci, dan dengan Kristus.


1.Hubungannya Dengan Dunia
A.Dalam Penciptaan dan Pemeliharaan
Sangat menarik bahwa penciptaan dilekatkan kepada semua Tritunggal: Bapa, Anak, Roh Kudus. Bapa dalam Wahyu 4:11, Anak dalam Yohanes 1:3, dan Roh Kudus dalam Kejadian 1:2, mendemonstrasikan keterlibatan aktif Roh Kudus dalam penciptaan. Elihu berkata kepada Ayub, “Roh Allah telah menciptakanku, dan nafas Yang Mahakuasa memberikanku hidup” (Ayub 33:4), dan Ayub menjawab Bildab,”Oleh nafasnya [Roh] langit dicerahkan” (Ayub 26:13). Pemazmur menunjukan karya Roh dalam penciptaan, “Oleh firman Tuhan langit telah diciptakan, dan oleh nafas [Roh] dari mulutnya diciptakan semua penghuni langit”(Mazmur 33:6). Roh tidak hanya terlibat dalam penciptaan tetapi dalam pemeliharaan. Kedua hal ini disebutkan dalam Mazmur 104:30 “Engkau mengerahkan Roh-Mu, mereka tercipta; dan Engkau mengerahkan Roh-Mu memperbarui permukaan tanah.” Yesaya 40:7 menunjukan keterlibatan aktif sang Roh.”rumput mengering, bunga melayu, ketika  nafas [Roh] dari Tuhan dihembuskan ke atasnya.” Dalam mendiskusikan seluruh hal kebesaran aktivitas-aktivitas providensia dan kreatif Allah, Yesaya bertanya, “Siapakah yang telah mengarahkan Roh Tuhan, atau sebagai penasihatnya telah memberitahukan-Nya?” (Yes 40:13).Terlihat nyata bahwa ekspresi-ekspresi semacam Rohnya (nafas), Roh (nafas) dari mulutnya, Roh (nafas) Tuhan, Roh Anak-Nya, dan Roh Yesus, semua merujukan pada Roh Kudus, pribadi ketiga  pada Tritunggal (Ayub 26:13; Mazmur 33:6; Yesaya 40:7; Gal 4:6; Kisah Para Rasul 16:7).

0 Resiko Itu Baik (1)



Oleh: Pastor Emeritus [Bethlehem Baptist Church] Dr. John Piper


Lebih baik kehilangan nyawamu, daripada menyia-nyiakannya

Bab 1:Makna Tertinggi Hidup
Hampir segala sesuatu yang harus saya katakan dirangkumkan dalam  kata-kata Paulus yang sepenuh jiwa kepada gereja di Filipi:

Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. – Filipi 1:20-21

Andai kata anda dapat  meminta Paulus untuk mengatakan kepadamu apakah tujuan tertinggi hidup ini-hidupnya atau setiap  hidup yang tak sia-sia-saya berpendapat inilah apa yang akan diucapkannnya. Menghormati Kristus, mengagungkan Kristus, melakukan segala-galanya bagi Kristus. Itulah yang telah menjadi makna hidup Paulus. Ini jugalah yang seharusnya menjadi makna hidup kita. Dan Paulus  mendoakanya, agar itu juga menjadi makna kematiannya juga. Kita hidup dan kita mati untuk sebesar-besarnya Kristus.

Alam semesta telah diciptakan untuk ini—mengagungkan Kristus. Paulus berkata banyak akan hal ini dalam Kolose 1:16: “Segala sesuatu telah diciptakan melalui dia dan untuk  dia.” Untuk dia. Benar sekali, untuk kemuliaannya. Untuk pengagumannya, penghargaan, takjub, pujian, kepercayaan, kepatuhan, ketundukan, penyembahan. Makna atau tujuan hidup adalah global. Itu mencakup semua orang di dunia ini. Mengapa Allah memanggil Paulus dan menjadikan dia—dan ribuan seperti dia—seorang utusan injil bagi bangsa-bangsa? Dia menjawab, “Dengan perantaraan-Nya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya” (Roma 1:5). Taat kepada nama Yesus.

0 II RAJA 20:1-11



Oleh:Pdt. Budi Asali, M.Div

credit:  foxnews.com
2Raja 20:1-11 - “(1) Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah nabi Yesaya bin Amos, dan berkata kepadanya: ‘Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi.’ (2) Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada TUHAN: (3) ‘Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mataMu.’ Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat. (4) Tetapi Yesaya belum lagi keluar dari pelataran tengah, tiba-tiba datanglah firman TUHAN kepadanya: (5) ‘Baliklah dan katakanlah kepada Hizkia, raja umatKu: Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu; sesungguhnya Aku akan menyembuhkan engkau; pada hari yang ketiga engkau akan pergi ke rumah TUHAN. (6) Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi dan Aku akan melepaskan engkau dan kota ini dari tangan raja Asyur; Aku akan memagari kota ini oleh karena Aku dan oleh karena Daud, hambaKu.’ (7) Kemudian berkatalah Yesaya: ‘Ambillah sebuah kue ara!’ Lalu orang mengambilnya dan ditaruh pada barah itu, maka sembuhlah ia. (8) Sebelum itu Hizkia telah berkata kepada Yesaya: ‘Apakah yang akan menjadi tanda bahwa TUHAN akan menyembuhkan aku dan bahwa aku akan pergi ke rumah TUHAN pada hari yang ketiga?’ (9) Yesaya menjawab: ‘Inilah yang akan menjadi tanda bagimu dari TUHAN, bahwa TUHAN akan melakukan apa yang telah dijanjikanNya: Akan majukah bayang-bayang itu sepuluh tapak atau akan mundur sepuluh tapak?’ (10) Hizkia berkata: ‘Itu perkara ringan bagi bayang-bayang itu untuk memanjang sepuluh tapak! Sebaliknya, biarlah bayang-bayang itu mundur ke belakang sepuluh tapak.’ (11) Lalu berserulah nabi Yesaya kepada TUHAN, maka dibuatNyalah bayang-bayang itu mundur ke belakang sepuluh tapak, yang sudah dijalani bayang-bayang itu pada penunjuk matahari buatan Ahas”.


I) Hizkia sakit dan hampir mati.
1) Hizkia sakit berat dan hampir mati (ay 1a).
Ay 1: “Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah nabi Yesaya bin Amos, dan berkata kepadanya: ‘Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi.’”.

Kalau dilihat dalam 2Raja-raja ini, baru saja Hizkia selesai dengan problem perang melawan Sanherib, raja Asyur (2Raja 18-19), maka sekarang ia terkena penyakit yang membahayakan jiwanya.

0 Naik Ke Surga, Duduk Disebelah Kanan Allah, Bapa Yang Mahakuasa



Oleh: Pdt.Budi Asali, M.Div


1) ‘Naik Ke Surga’.
a) Yesus naik ke surga secara jasmani 40 hari setelah kebangkitanNya (Kis 1:9 Luk 24:51).


b) Fungsi kenaikan Yesus ke surga:
1. Menunjukkan bahwa misinya untuk menebus dosa manusia sudah selesai.
Yoh 17:4-5“(4) Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepadaKu untuk melakukannya. (5) Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadiratMu sebelum dunia ada”.


Yesus diutus ke dunia untuk menebus / membereskan dosa manusia. Andaikata pada waktu Ia naik ke surga itu ternyata penebusan itu belum selesai Ia kerjakan, maka pasti Ia disuruh kembali. Bahwa ternyata Ia tidak disuruh kembali dan bahkan diterima untuk duduk di sebelah kanan Bapa menunjukkan bahwa penebusan yang Ia lakukan memang sudah selesai.

0 KENAIKAN KRISTUS KE SURGA



Oleh: Pdt.Budi Asali, M.Div


The Ascension; Gustave DORÉ; 1865 
engraving from “the Holy Bible”
Kisah 1:1-11 - “(1) Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, (2) sampai pada hari Ia terangkat. Sebelum itu Ia telah memberi perintahNya oleh Roh Kudus kepada rasul-rasul yang dipilihNya. (3) Kepada mereka Ia menunjukkan diriNya setelah penderitaanNya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah. (4) Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang - demikian kataNya - ‘telah kamu dengar dari padaKu. (5) Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.’ (6) Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: ‘Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?’ (7) JawabNya: ‘Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasaNya. (8) Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’ (9) Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutupNya dari pandangan mereka. (10) Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka, (11) dan berkata kepada mereka: ‘Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.’”.

I) Antara kebangkitan dan kenaikan.
Yesus masih ada di dunia selama 40 hari antara kebangkitanNya dan kenaikanNya ke sorga (ay 3).

1)TujuanNya adalah untuk membuktikan bahwa Ia betul-betul bangkit dari antara orang mati, dan betul-betul hidup.
Ay 3: “Kepada mereka Ia menunjukkan diriNya setelah penderitaanNya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah”.

0 Apakah Yesus Tak Lagi “Semelekat” Atau Sesatu Dengan Allah, Sebagaimana Roh Kudus? (2)



Oleh: Martin Simamora

Bacalah lebih dulu bagian 1


Derajat kesatuan atau ketakberpisahan Yesus dari Bapa, sebagai Allah Sang Firman (Yohanes 1:3) yang telah berinkarnasi (Yohanes 1:14) telah diketahui tak mengalami perbedaan derajat kedekatan atau kesatuan dengan Allah (Yohanes 1:18). Dengan kata lain, Sang Firman yang telah berinkarnasi tak mengakibatkan kemerosotan yang bagaimanapun pada kesatuannya dengan Allah  dalam DIA yang telah menjadi manusia. Justru ini adalah penjelas mengapa. sekalipun manusia, melahirkan pernyataan-pernyataan yang menakjubkan untuk diucapkan oleh seorang manusia, seperti:

Lukas 5:24 Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa"

NIV But I want you to know that the Son of Man has authority on earth to forgive sins  
KJ But that ye may know that the Son of man hath power upon earth to forgive sins
Aramaic  Bible In Plain English But that you may know that The Son of Man is authorized in the earth to forgive sins


Bagaimana bisa seorang manusia dapat mengampuni dosa-dosa yang diperbuat oleh orang lain, bahkan bukan terhadap diri Yesus sendiri? Bukankah  Allah saja yang mengampuni dosa manusia (bandingkan dengan Matius 6:14-15, Yesaya 43:25-26, Yesaya 1:18, Daniel 9:9)? Problem semacam ini akan senantiasa muncul, jika Yesus ditakar tak lagi memiliki kesatuan dengan Allah dalam derajat yang tak terpisahkan bagaimanapun juga, oleh sebab telah berinkarnasi menjadi manusia.


Manakala  kita bertemu dengan kata “manusia” maka bagaimanapun juga benak manusia tak akan pernah membayangkan adanya sebuah persinggungan yang bagaimanapun antara manusia dengan Allah, sehingga berada didalam sebuah kesatuan atau ketakbedaan dalam derajat sekecil apapun! Lagian, Bukankah tidak ada manusia yang sanggup berdiri dihadapan Allah?

0 MATIUS 1:18-25





Sabtu, tgl 20 Desember 2014, pk 18.00

Pdt. Budi Asali, M. Div.


Mat 1:18-25 - “(18) Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibuNya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. (19) Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. (20) Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: ‘Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. (21) Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka.’ (22) Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: (23) ‘Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel’ - yang berarti: Allah menyertai kita. (24) Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya, (25) tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.”.

I) Tujuan kedatangan Yesus ke dalam dunia.

Sebetulnya ada banyak tujuan dari kedatangan Yesus, seperti:

1)   Memberitakan Injil (Mark 1:38).
Mark 1:38 - “JawabNya: ‘Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.’”.


2)   Memberi kesaksian tentang kebenaran (Yoh 18:37).
Yoh 18:37 - “Maka kata Pilatus kepadaNya: ‘Jadi Engkau adalah raja?’ Jawab Yesus: ‘Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suaraKu.’”.

0 Apakah Yesus Tak Lagi “Semelekat” Atau Sesatu Dengan Allah, Sebagaimana Roh Kudus? (1)



Oleh: Martin Simamora

"ilustrasi=Broken Chain, pixshark.com"

Bacalah lebih dulu: “Apakah Kuasa Kebangkitan Yesus....

Yesus adalah pribadi terpenting  dan jantung jiwa iman Kristen, tanpa Kristus maka Kristen tidak memiliki detak kehidupannya dan tidak memiliki sentral kehidupannya. Tanpa Kristus tidak ada kehidupan di dalam Kristen, sebab tak ada apapun yang dapat disebut sebagai pengharapan apabila terlepas darinya. Dan ketika saya mengatakan demikian maka Yesus menjadi dipertanyakan, SIAPAKAH dia? Saya menuliskan “dia” dan bukan “Dia” atau “DIA”, untuk menunjukan bahwa memang ketika Sang Firman menjadi manusia maka segala kemuliaan sorganya menjadi tersembunyikan didalam tubuh dagingnya. Juga memang kebanyakan orang memandang Yesus, akan sangat sukar untuk dipandang melampaui kemanusiaannya, jika dilakukan melampaui kemanusiaanya akan menimbulkan konflik tajam sebagaimana telah terjadi pada eranya (saya akan coba perlihatkan hal ini pada bagian ke dua). Bahkan tak peduli oleh orang-orang Kristen sendiri, sehingga tak aneh, lahir berbagai pengajaran yang begitu tajamnya menekankan kemanusiaannya sehingga terlepas dari siapakah dia pada sejatinya. Akibatnya, tak mengherankan jika ada pengajaran bahwa Yesus perlu membuktikan kesalehannya atau kelulusannya agar layak dibangkitkan, menyatakan bahwa ada atau telah terjadi keterputusan atau keberpisahan kesatuan antara Yesus dengan Bapa dalam kesatuan relasinya atau “kelekatannya”,  tak sebagaimana saat  Dia sebelumnya adalah pada mulanya Firman yang bersama-sama dengan Allah.  

Hendak menyatakan bahwa: 

(1) inkarnasi  Firman menjadi manusia telah mengakibatkan sebuah kemerosotan  yang mengakibatkan Yesus/Firman Yang Telah Berinkarnasi, oleh kemanusiaannya telah mereduksikan keilahiannya sebagaimana Dia sebelumnya kala bersama Allah; Inkarnasi Firman menjadi manusia telah dinilai mengakibatkan keberpisahan pada kesatuan Yesus dengan Allah yang mengakibatkan kedaulatan Kristus menjadi independen terhadap Allah atau memiliki kehendak bebas yang dapat mematuhi atau menolak apapun kehendak atau perintah Allah;

(2)Mengakibatkan lahir pandangan bahwa Yesus tidak melekat pada Bapa sebagaimana Roh Kudus, bahwa Dia seperti halnya lusifer dan manusia telah diberi roh, mengatakan secara tak langsung Yesus adalah ciptaan dan independen/BERDIRI SENDIRI terhadap Allah. Dikontinuitas, keterputusan dan keterpisahaan pada kesatuan ketika diterapkan pada Firman yang telah berinkarnasi, melahirkan sebuah kekacauan yang tak main-main, sebab secara frontal berlawanan dengan kesaksian Yesus sendiri. Apakah Yesus berdaulat dalam makna seperti halnya manusia-manusia yang memiliki kehendak bebas atau BERDIRI SENDIRI, bahkan terhadap Allah? Tulisan ini diinspirasi oleh  RH Truth yang mengemukakan pandangan semacam ini.

0 CAKAP, BENAR, MAU DIAJAR & BELAJAR DALAM MENGAJAR




 Minggu, tgl 3 Mei 2015, pk 8.00 & 17.00
PDT. BUDI ASALI, M. DIV.

KISAH RASUL 18:24-28

Kisah 18:24-28 - “(24) Sementara itu datanglah ke Efesus seorang Yahudi bernama Apolos, yang berasal dari Aleksandria. Ia seorang yang fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci. (25) Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes. (26) Ia mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat. Tetapi setelah Priskila dan Akwila mendengarnya, mereka membawa dia ke rumah mereka dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah. (27) Karena Apolos ingin menyeberang ke Akhaya, saudara-saudara di Efesus mengirim surat kepada murid-murid di situ, supaya mereka menyambut dia. Setibanya di Akhaya maka ia, oleh kasih karunia Allah, menjadi seorang yang sangat berguna bagi orang-orang yang percaya. (28) Sebab dengan tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias.”.
I) Diri Apolos
1) Ia berasal dari Alexandaria (ay 24).
Kota ini merupakan pusat ‘ahli theologia’ saat itu, karena di sana ada semacam sekolah theologia yang terkenal karena penafsiran alegorisnya. Mungkin sekali Apolos adalah lulusan dari sekolah tersebut.
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9