Oleh: Henry Clarence Thiessen
Sebelumnya:
“Kerja Atau Karya Roh Kudus”
Apakah urutan-urutan
peristiwa dalam pengalaman keselamatan? Tentu saja tidak ada urutan bersifat kronologis semacam itu;
pertobatan beriman, pembenaran, dilahirkan kembali, persatuan dengan Kristus,
dan pengangkatan menjadi anak, semuanya berlangsung secara bersamaan instan.
Pengudusan itu sendiri merupakan sebuah pristiwa seketika sekaligus sebuah
proses. Namun ada sebuah urutan yang
disajikan secara logika, dan kita akan mengikuti urutannya tepat seperti
yang telah diindikasikan. Hal ini
dilakukan karena Kitab suci meminta manusia untuk berbalik kepada Tuhan (Amsal
1:23; Yesaya 31:6; 59:20; Yehezkiel 14:6; 18:32;33:9-11;Yoel 2:12f; Matius
18:3; Kisah Para Rasul 3:19; Ibrani 6:1).
Pertobatan beriman adalah berbalik menuju
atau mengarahkan diri kepada Tuhan dan peristiwa ini mewakili respon manusia
terhadap panggilan Allah. Ini terdiri dari 2 elemen: pertobatan dan iman. Kitab
suci tidak pernah meminta manusia untuk membenarkan atau menjustifikasi dirinya
sendiri, untuk melahirkan kembali dirinya sendiri, atau untuk mengangkat
dirinya sendiri menjadi anak-anak Allah. Allah sendiri yang melakukan hal-hal
ini, tetapi manusia melalui pemampuan Allah dapat mengarahkan dirinya menuju Tuhan. Gereja Yerusalem telah
menegaskan hal ini, “Maka kemudian, Allah telah menganugerahkan kepada
orang-orang bukan Yahudi juga pertobatan yang menuntun kepada hidup” (Kisah
Para Rasul 11:18; bandingkan dengan 2 Timotius 2:25). Terlihat nyata bahwa
pertobatan dan iman menuntun pada pembenaran atau justifikasi; dan pembenaran
menuntun pada hidup, dan bukan sebaliknya (Roma 5:17f). Kita, selanjutnya,
melihat, pada 2 elemen ini yang terdapat
di dalam pertobatan beriman.
1.Elemen
Pertobatan
Walaupun
pertobatan dan iman terkait erat
bersama-sama, kita harus meninjaunya pada masing-masing.
A.Pentingnya Pertobatan
Pentingnya
pertobatan tidak selalu diakui sebagaimana seharusnya. Beberapa orang memanggil
orang-orang yang belum percaya untuk menerima Kristus dan untuk percaya, tanpa
pernah memperlihatkan pada orang berdosa bahwa dia telah tersesat dan
membutuhkan seorang Juruselamat. Tetapi
Kitab suci meletakan begitu banyak penekanan pada mengkhotbahkan atau
memberitakan pertobatan. Pertobatan merupakan berita nabi-nabi Perjanjian Lama
(Ulangan 30:10; 2 Raja-Raja 17:13; Yeremia 8:6; Yehezkiel 14:6; 18:30).
Pertobatan merupakan pokok atau inti
khotbah Yohanes Pembaptis (Matius 3:2, Markus 1:5). Pertobatan merupakan
pokok atau inti khotbah Yesus Kristus (Matius 4:17; Lukas 13:3-5). Pertobatan
merupakan pokok atau inti khotbah 12 Murid (Markus 6:12), dan terutama dalam khotbah Petrus pada hari
Pentakosta (Kisah Para Rasul 2:38; bandingkan dengan 3:19). Pertobatan juga
fundamental bagi pemberitaan Paulus (Kisah Para Rasul 20:21; 26:20). Perubahan kovenan
atau sistem tidak membuat pertobatan tidak diperlukan dalam zaman sekarang ini;
pertobatan secara definitif sebuah perintah bagi semua manusia (Kisah Para
Rasul 17:30). Inilah yang telah dikatakan Paulus di Atena, tempat terpencil
terjauh dari lingkungan orang-orang Yahudi. Pertobatan adalah sesuatu yang
menjadi perhatian tertinggi segenap
surga (Lukas 15:7,10; 24:46f). Pertobatan adalah fundamental dari segala
fundamental (Matius 21:32; Ibrani 6:1), karena pertobatan adalah sebuah kondisi
absolut keselamatan (Lukas 13:2-5).
B.Makna Pertobatan
Pertobatan
pada dasarnya sebuah perubahan pikiran, dalam makna yang luas. Namun demikian,
perubahan pikiran itu memiliki 3 aspek: sebuah aspek intelektual, sebuah
aspek jiwa, dan sebuah keputusan yang dibuat dalam kehendaknya untuk
melakukan. Mari kita melihat pada setiap aspek tersebut secara lebih cermat.
1.Elemen intelektual.
Aspek ini menyiratkan pertobatan yang mengakibatkan sebuah perubahan cara
pandang. Itu adalah sebuah perubahan pandangan terkait dosa, Tuhan, dan diri
sendiri. Dosa menjadi dikenali sebagai kesalahan pribadi, Ytuhan sebagai dia
yang secara adil menuntut kebenaran, dan diri sendiri sebagai yang tercemar dan
tak berdaya. Kitab suci berbicara mengenai aspek pertobatan ini sebagai
pengetahuan akan dosa (Roma 3:20; bandingkan dengan Ayub 42:5f; Mazmur 51:3;
Lukas 15:17f; Roma 1:32). Pertobatan juga melibatkan sebuah perubahan pikiran
terkait Kristus. Petrus meminta orang-orang Yahudi untuk memandang Kristus
bukan sebagai semata manusia, seorang
penipu, atau seorang penghujat, tetapi sebagai Mesias yang telah
dijanjikan dan Juruselamat (Kisah Para Rasul 2:14-40).
2.Elemen bersifat emosi/jiwa. Aspek pertobatan ini menyiratkan sebuah
perubahan perasaan. Berduka bagi dosa dan sebuah penyesalan mendalam dalam pengampunan
adalah aspek-aspek pertobatan. Ada sebuah hasrat jiwa yang kuat dalam doa Daud,
“Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku
menurut rahmat-Mu yang besar!” (Mazmur 51:1). Paulus menuliskan,” namun
sekarang aku bersukacita, bukan karena kamu telah berdukacita, melainkan karena
dukacitamu membuat kamu bertobat. Sebab dukacitamu itu adalah menurut kehendak
Allah, sehingga kamu sedikitpun tidak dirugikan oleh karena kami” (2Kor 7:9).
Ayat-ayat lainya yang memperlihatkan aspek
jiwa menjadi bagian pertobatan adalah Matius 21:32;27:3 (bandingkan
dengan Mazmur 38:18).
3.Elemen keputusan yang dibuat dalam
kehendaknya untuk melakukan. Elemen ini menyiratkan sebuah perubahan kehendak (will), pembuatan keputusan atau penentuan
sikap, dan tujuan, Ini adalah berbalik
atau memalingkan diri dari dosa pada bagian dalam diri manusia. Atau sebuah
perubahan dalam penentuan sikap untuk mencari ampun dan pembersihan. Petrus
berkata,”Bertobatlah, dan biarlah setiap darimu dibaptis dalam nama Yesus
Kristus untuk pengampunan dosa-dosamu” (Kisah Para Rasul 2:38), dan Paulus
menulis, ” Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya,
kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud
kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?” (Roma 2:4). Elemen
satu ini pada pertobatan dikandung dalam kedua ayat ini.
Pengakuan
dosa (Mazmur 23:5; 51:3f; Lukas 15:21;18:13; 1 Yohanes 1:9) dan perbaikan-perbaikan
kesalahan yang telah dilakukan terhadap
sesama manusia (Lukas 19:8) adalah buah-buah pertobatan, namun buah-buah
tersebut tidak membangun atau bukan
komponen pada pertobatan itu sendiri. Kita tidak diselamatkan untuk bertobat tetapi jika
kita bertobat. Pertobatan bukan sebuah tindakan yang memuaskan bagi Tuhan,
tetapi sebuah kondisi hati yang diperlukan sebelum kita dapat percaya kepada
keselamatan. Lebih lanjut, pertobatan sejati tidak pernah ada jika terlepas atau
terpisah dari iman. Bahwa, seseorang tidak dapat berbalik atau memalingkan diri
dari dosa tanpa pada saat yang sama
mengarahkan dirinya kepada Tuhan. Sebaliknya, kita dapat berkata bahwa iman
sejati tidak pernah ada tanpa pertobatan. Dua yang tak dapat dipisahkan bertaut bersama.
C.Sarana-Sarana untuk
Bertobat
Sepatah
kata harus juga disampaikan terkait sarana-sarana pertobatan. Pada sisi ilahi, pertobatan
adalah karunia Allah. Paulus menulis,” sebab mungkin Tuhan
memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga
mereka mengenal kebenaran,” (2 Timotius 2:25); bandingkan dengan Kisah Para
Rasul 5:31;11:18). Pada sisi manusia,
sarananya dapat berbagai hal. Yesus mengajar bahwa mujizat-mujizat (Matius
11:20f), bahkan yang terjadi pada orang
mati (Lukas 16:30f), adalah tidak memadai untuk menghasilkan pertobatan. Tetapi
Firman Tuhan (Lukas 16:30f), memberitakan injil (Matius 12:41; Lukas 24:47;
Kisah Para Rasul 2:37f; 2 Timotius 2:25). Kebaikan Allah terhadap
ciptaan-ciptaannya (Roma 2:4; 2Petrus 3:9),
teguran atau hukuman dari Tuhan (Ibrani 12:10f; Wahyu 3:19), percaya
akan kebenaran (Yunus 3:5-10), dan sebuah penglihatan baru (Ayub 42:5f)
merupakan sarana-sarana definitif yang Allah gunakan untuk menghasilkan
pertobatan.
Bersambung
ke “2.Elemen Iman”
Lectures
In Systematic Theology, Chapter 29 p.268|diterjemahkan dan diedit oleh: Martin
Simamora
No comments:
Post a Comment