Oleh:Pdt. Budi Asali, M.Div
credit: foxnews.com |
2Raja 20:1-11 - “(1) Pada
hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah nabi Yesaya
bin Amos, dan berkata kepadanya: ‘Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan
terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi.’
(2) Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada TUHAN:
(3) ‘Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan
setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di
mataMu.’ Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat. (4) Tetapi Yesaya belum
lagi keluar dari pelataran tengah, tiba-tiba datanglah firman TUHAN kepadanya:
(5) ‘Baliklah dan katakanlah kepada Hizkia, raja umatKu: Beginilah firman
TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air
matamu; sesungguhnya Aku akan menyembuhkan engkau; pada hari yang ketiga engkau
akan pergi ke rumah TUHAN. (6) Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun
lagi dan Aku akan melepaskan engkau dan kota ini dari tangan raja Asyur; Aku akan
memagari kota ini oleh karena Aku dan oleh karena Daud, hambaKu.’ (7) Kemudian
berkatalah Yesaya: ‘Ambillah sebuah kue ara!’ Lalu orang mengambilnya dan
ditaruh pada barah itu, maka sembuhlah ia. (8) Sebelum itu Hizkia telah berkata
kepada Yesaya: ‘Apakah yang akan menjadi tanda bahwa TUHAN akan menyembuhkan
aku dan bahwa aku akan pergi ke rumah TUHAN pada hari yang ketiga?’ (9) Yesaya
menjawab: ‘Inilah yang akan menjadi tanda bagimu dari TUHAN, bahwa TUHAN akan
melakukan apa yang telah dijanjikanNya: Akan majukah bayang-bayang itu sepuluh
tapak atau akan mundur sepuluh tapak?’ (10) Hizkia berkata: ‘Itu perkara ringan
bagi bayang-bayang itu untuk memanjang sepuluh tapak! Sebaliknya, biarlah
bayang-bayang itu mundur ke belakang sepuluh tapak.’ (11) Lalu berserulah nabi
Yesaya kepada TUHAN, maka dibuatNyalah bayang-bayang itu mundur ke belakang
sepuluh tapak, yang sudah dijalani bayang-bayang itu pada penunjuk matahari
buatan Ahas”.
I) Hizkia sakit dan hampir mati.
1) Hizkia sakit berat dan hampir mati (ay 1a).
Ay
1: “Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah nabi
Yesaya bin Amos, dan berkata kepadanya: ‘Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah
pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh
lagi.’”.
Kalau dilihat dalam
2Raja-raja ini, baru saja Hizkia selesai dengan problem perang melawan
Sanherib, raja Asyur (2Raja 18-19), maka sekarang ia terkena penyakit yang
membahayakan jiwanya.
Calvin:
“Let us therefore remember that believers must endure various temptations, so
that they are assailed sometimes by wars, sometimes by disease, sometimes by
other calamities, and sometimes one calamity follows another in unbroken
succession, and they are laid under the necessity of maintaining uninterrupted
warfare during their whole life; so that, when they have escaped from one
danger, they on the eve of enduring another. They ought to be prepared in such
a manner, that when the Lord shall be pleased to add sorrow to sorrow, they may
bear it patiently, and may not be discouraged by any calamity. If any respite
be allowed, let them know that this is granted for their weakness, but let not
a short truce lead them to form a false imagination of a lengthened peace; let
them make additional exertions, till, having finished the course of their
earthly life, they arrive at the peaceful harbour” (=Karena itu baiklah kita
mengingat bahwa orang-orang percaya harus memikul bermacam-macam pencobaan,
sehingga kadang-kadang mereka diserang oleh peperangan, kadang-kadang oleh
penyakit, kadang-kadang oleh bencana-bencana yang lain, dan kadang-kadang
bencana-bencana itu susul-menyusul tak henti-hentinya, dan mereka harus
berperang dengan tak henti-hentinya dalam sepanjang hidup mereka; sehingga
begitu mereka lolos dari satu bahaya, mereka harus mengalami bahaya yang lain.
Mereka harus disiapkan sedemikian rupa, sehingga pada saat Tuhan berkenan untuk
memberikan kesedihan demi kesedihan, mereka bisa menanggungnya dengan sabar,
dan tidak menjadi kecil hati oleh bencana apapun. Jika suatu istirahat
diijinkan, hendaklah mereka mengerti bahwa ini diberikan karena kelemahan
mereka, tetapi hendaklah gencatan senjata yang singkat tidak menyebabkan mereka
mempunyai khayalan yang salah tentang damai yang panjang; hendaknya mereka
makin mengerahkan tenaga, sehingga, setelah menyelesaikan hidup duniawi mereka,
mereka sampai pada pelabuhan yang penuh damai) - ‘Isaiah’, hal 152.
Catatan:
beberapa penafsir mengatakan bahwa peristiwa sakitnya Hizkia ini tidak terjadi
setelah selesainya perang dengan Asyur / Sanherib, tetapi pada awal dari perang
dengan Asyur / Sanherib, atau setidaknya sebelum perang dengan Asyur / Sanherib
itu berakhir. Ini didukung oleh ay 6 dimana Tuhan memberikan janji: ‘Aku akan
melepaskan engkau dan kota ini dari tangan raja Asyur’. Jadi bagian-bagian ini
tidak ditulis secara chronologis / sesuai dengan urut-urutan waktu. Tetapi
bagaimanapun urutannya, itu tetap menunjukkan bahwa kehidupan Hizkia dipenuhi
dengan bahaya / problem.
2) Yesaya diutus oleh Tuhan untuk memberitakan kematian Hizkia
(ay 1b).
Pulpit
Commentary (hal 417) mengatakan bahwa kalau kita tahu bahwa
seseorang sedang menghadapi kematian, maka adalah baik kalau kita
memberitahunya, supaya ia bisa menyiapkan diri untuk menghadap Tuhan.
3) Calvin mengatakan bahwa sekalipun penyakit itu menyakitkan,
tetapi yang lebih menyakitkan lagi adalah perasaan,
yang mungkin sekali timbul dalam diri Hizkia, bahwa Allah menentang dan
membencinya, sehingga baru saja ia bebas dari peperangan, sekarang ia terkena
penyakit yang mematikan.
II) Hizkia berdoa.
1) Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa (ay
2).
Ay
2: “Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada
TUHAN:”.
Ini dilakukan supaya
perhatiannya tidak terpecah. Karena hal yang sama kita kalau berdoa biasanya
tutup mata dan mencari tempat yang sunyi.
Calvin:
“We are naturally unsteady, and easily drawn aside; and therefore we cannot be
too diligent in fixing our attention” (=Secara alamiah pikiran kita mudah
terombang-ambing, dan mudah disimpangkan; dan karena itu kita tidak bisa
terlalu rajin dalam memusatkan perhatian kita) - ‘Isaiah’, hal 154.
2) Ay 3: Hizkia menyatakan kesalehannya dalam doa.
Ay
3: “‘Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan
setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di
mataMu.’ Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat.”.
Ada penafsir yang menyamakan
ini dengan doa orang Farisi dalam Luk 18:11-12, tetapi saya berpendapat ini
tidak sama dengan doa orang Farisi dalam Luk 18:11-12 itu. Bahwa Hizkia bukan
orang yang merasa diri suci, dan bahkan sebaliknya menyadari akan dosa-dosanya
terlihat dari Yes 38:17b.
Harus diingat bahwa pada
jaman Perjanjian Lama, panjang umur dijanjikan secara explisit kepada orang
yang saleh (Amsal 3:2 9:11 10:27a), dan sebaliknya umur yang pendek merupakan
hukuman atas dosa (Ayub 15:32-33 22:16 Maz 55:24 Amsal 10:27b). Jadi doa Hizkia yang menunjukkan
kesalehannya ini hanyalah suatu doa yang didasarkan pada janji Tuhan.
Dengan kata lain ia berkata: ‘FirmanMu menjanjikan umur panjang untuk orang
saleh. Aku saleh, tetapi mengapa umurku pendek?’.
Catatan:
pada saat itu Hizkia baru berumur 39 tahun dan baru memerintah 14 tahun
lamanya; ini bisa dihitung dengan membandingkan 2Raja 20:6 dengan 2Raja 18:2.
Tentang ay 3 ini Calvin
berkata (‘Isaiah’, hal 155) bahwa Hizkia bukannya memprotes Allah / berbantah
dengan Allah, seakan-akan ia berkata: aku baik / saleh, dan tidak layak
mendapatkan hal ini. Sebaliknya, ia mengatakan ay 3 ini dengan tujuan untuk
menguatkan imannya sendiri, karena mungkin ia merasa bahwa Allah menentangnya
atau membencinya. Dengan mengutarakan kesalehannya, ia bisa menentang pikiran
tersebut, yang pasti akan menghalangi ia untuk berdoa.
PulpitCommentary: “A good conscience is a great encouragement
in prayer to God, though, with the deeper views of sin which the gospel gives,
there is rightly a greater shrinking from pleading anything that might seem like
one’s own merit” (=Hati nurani yang baik merupakan dorongan yang besar dalam
berdoa kepada Allah, sekalipun, dengan pandangan yang lebih dalam tentang dosa
yang diberikan oleh Injil, harus ada keseganan yang lebih besar untuk meminta
apapun berdasarkan jasa / kebaikan diri sendiri) - hal 418.
Penerapan:
hidup saleh / taat membantu kehidupan doa!
3)Hizkia berdoa dengan menangis (ay 3b).
Bandingkan dengan ay 5b:
‘telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu’. Semua ini tidak berarti
bahwa air mata dalam doa mempunyai khasiat yang menyebabkan doa didengar atau
membuat doa lebih manjur. Tetapi air mata, selama itu bukan air mata buaya atau
air mata yang dibuat-buat, menunjukkan adanya pertobatan dari dosa dan / atau
kesungguhan dalam doa.
4) Mengapa sikap Hizkia berbeda dengan sikap Paulus, yang
berkata bahwa ‘mati adalah keuntungan’?
Fil
1:21,23 - “(21) Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.
... (23) Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama
dengan Kristus - itu memang jauh lebih baik”.
Ada beberapa alasan:
a)
Beberapa penafsir mengatakan bahwa pada jaman Perjanjian Lama, harapan tentang
hidup yang kekal setelah kematian masih samar-samar.
b)
Seperti sudah dikatakan di atas, pada jaman Perjanjian Lama, umur panjang
dijanjikan kepada orang saleh, dan sebaliknya umur pendek dianggap sebagai
hukuman bagi orang berdosa.
Keil& Delitzsch: “Sickness to death in the very prime of
life appeared to the godly men of the Old Testament a sign of divine
displeasure” (=Sakit sampai mati pada puncak kekuatan seseorang terlihat bagi
orang-orang saleh Perjanjian Lama sebagai suatu tanda ketidaksenangan ilahi) -
hal 461.
c)
Pada saat itu Hizkia belum mempunyai anak.
Calvin:
“at that time he had no children” (=pada saat itu ia tidak mempunyai anak) -
‘Isaiah’, hal 152.
Kebenaran hal ini bisa
terlihat dengan jelas dengan membandingkan 2Raja 21:1 dengan 2Raja 20:6. Hizkia
diperpanjang umurnya 15 tahun dan baru setelah itu ia mati. Tetapi pada waktu
ia mati, anaknya, yaitu Manayse, baru berumur 12 tahun. Jelas bahwa 3 tahun
setelah peristiwa dalam 2Raja 20 ini, barulah Hizkia mendapat anak Manasye.
Dengan demikian, kalau ia mati pada saat itu, maka keturunannya akan terputus,
dan ‘mati tanpa keturunan’ merupakan sesuatu yang menyedihkan untuk setiap
orang Israel.
Catatan: ada
orang yang berdasarkan kata-kata Hizkia (setelah sembuh dari sakitnya - Yes
38:9) dalam Yes 38:19 yang berbunyi: “Tetapi hanyalah orang yang hidup, dialah
yang mengucap syukur kepadaMu, seperti aku pada hari ini; seorang bapa
memberitahukan kesetiaanMu kepada anak-anaknya”, mengatakan bahwa pada saat itu
Hizkia sudah mempunyai anak. Tetapi Pulpit Commentary, tanpa menjelaskan
alasannya, menolak pandangan ini, dan E. J. Young mengatakan bahwa kata-kata
ini hanya menunjukkan imannya bahwa Allah akan menganugerahkan anak baginya dan
ia akan hidup untuk menceritakan kesetiaan Tuhan kepada anaknya (‘Isaiah’, hal
527-528). Sedangkan J. A. Alexander berkata: “The last clause must be taken in
a general sense, as Hezekiah was himself still childless” [=Anak kalimat
terakhir harus diartikan dalam arti umum, karena Hizkia sendiri belum mempunyai
anak (pada saat itu)] - ‘Isaiah’, hal 64.
5) Calvin: “though he sees on every hand nothing
but the tokens of God’s anger, yet he does not cease to fly to him, and to
exercise faith, which all believers ought earnestly and diligently to do amidst
the heaviest afflictions” (=sekalipun disemua sisi / arah ia tidak melihat apapun
selain tanda-tanda kemarahan Allah, tetapi Ia tidak berhenti untuk lari
kepadaNya, dan beriman kepadaNya, dan ini harus dilakukan oleh semua orang
percaya dengan sungguh-sungguh dan dengan rajin di tengah-tengah penderitaan /
kesusahan yang paling berat) - ‘Isaiah’, hal 157.
III) Jawaban doa Hizkia.
1) Pemberian Firman Tuhan (baca ay 4-6).
Ay
4-6: “(4) Tetapi Yesaya belum lagi keluar dari pelataran tengah, tiba-tiba
datanglah firman TUHAN kepadanya: (5) ‘Baliklah dan katakanlah kepada Hizkia,
raja umatKu: Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar
doamu dan telah Kulihat air matamu; sesungguhnya Aku akan menyembuhkan engkau;
pada hari yang ketiga engkau akan pergi ke rumah TUHAN. (6) Aku akan
memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi dan Aku akan melepaskan engkau dan
kota ini dari tangan raja Asyur; Aku akan memagari kota ini oleh karena Aku dan
oleh karena Daud, hambaKu.’”.
Tuhan menyuruh nabi Yesaya
kembali kepada Hizkia untuk memberitahukan bahwa doa Hizkia didengar dan dikabulkan
oleh Allah, dan bahwa usia Hizkia ditambah dengan 15 tahun lagi.
Banyak orang, khususnya yang
Arminian, yang menganggap bagian ini sebagai dasar bahwa doa bisa mengubah
Rencana Allah. Tetapi benarkah di sini terjadi perubahan rencana Allah?
Saya tidak percaya hal itu, dengan alasan sebagai berikut:
a)
Kitab Suci menyatakan bahwa doa yang dikabulkan hanyalah doa yang sesuai dengan
kehendak / rencana Allah (1Yoh 5:14 bdk. Mat 20:20-23), dan karena itu dalam
berdoa kita harus berserah / tunduk pada kehendak / rencana Allah itu (Mat
6:10b Mat 26:39b,42).
1Yoh
5:14 - “Dan inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia
mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut
kehendakNya”.
Mat
20:23 - “Yesus berkata kepada mereka: ‘CawanKu memang akan kamu minum, tetapi
hal duduk di sebelah kananKu atau di sebelah kiriKu, Aku tidak berhak
memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa BapaKu telah
menyediakannya’.”.
Mat
6:10b - “jadilah kehendakMu”.
Mat
26:39 - “Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu,
jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah
seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.’”.
Mat
26:42 - “Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu,
jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah
kehendakMu!’”.
Kalau
kita menafsirkan bahwa di sini terjadi perubahan rencana Allah karena doa
Hizkia, maka penafsiran itu akan menentang ayat-ayat tersebut di atas.
b)
Kitab Suci menyatakan berulang-ulang bahwa usia manusia ditetapkan oleh Allah,
dan ketetapan itu tidak mungkin dilampaui.
Ayub
14:5 - “Jikalau hari-harinya sudah pasti, dan jumlah bulannya sudah tentu
padaMu, dan batas-batasnya sudah Kautetapkan, sehingga tidak dapat
dilangkahinya,”.
NIV:
‘Man’s days are determined; you have decreed the number of his months and have
set limits he cannot exceed’ (=Hari-hari manusia telah ditentukan; Engkau telah
menetapkan jumlah bulannya dan menentukan batasan-batasan yang tidak bisa
dilampauinya).
Maz
39:5-6 - “(5) Ya TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku,
supaya aku mengetahui betapa fananya aku! (6) Sungguh, hanya beberapa telempap
saja Kautentukan umurku; bagiMu hidupku seperti sesuatu yang hampa. Ya, setiap
manusia hanyalah kesia-siaan! Sela”.
Mat
6:27 - “Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan
sehasta saja pada jalan hidupnya?”.
Kalau
kita menafsirkan bahwa di sini terjadi perubahan penetapan usia karena doa
Hizkia, maka kita menentang ayat-ayat tersebut di atas.
c)
Pada saat itu Hizkia belum mempunyai anak, karena dengan membandingkan 2Raja
20:6 dan 2Raja 21:1 kita bisa tahu bahwa Manasye baru lahir 3 tahun setelah
peristiwa ini.
Tidak
mungkin Tuhan merencanakan kematian Hizkia pada saat itu karena itu akan
menyebabkan:
1.JanjiNya
kepada Daud dalam 2Sam 7:12-16 tidak akan tergenapi. Bandingkan ini dengan ay 6
akhir: ‘oleh karena Daud, hambaKu’. Ini menunjukkan bahwa doa Hizkia itu
dikabulkan karena janji Tuhan kepada Daud dalam 2Sam 7:12-16 ini.
2.Janji
tentang Mesias / Yesus juga tidak akan terjadi, karena Yesus lahir dari
keturunan Hizkia maupun Manasye (Mat 1:9-10).
Kalau demikian, bagaimana
penafsiran yang benar tentang cerita ini? Tuhan merencanakan bahwa kematian
Hizkia terjadi pada usia 54 tahun (39 + 15). Tetapi pada usia 39 tahun Hizkia
sakit dan hampir mati. Kalau Tuhan memang menghendaki kematian Hizkia, Ia bisa
mendiamkan saja hal itu (tanpa mengirim Yesaya untuk memberitakan kematiannya).
Tetapi Tuhan tidak menghendaki kematian Hizkia, dan karena itu ia mengirimkan
Yesaya untuk memberitakan kematian Hizkia. Hizkia tersentak dan lalu berdoa,
dan Tuhan mengabulkan permohonannya, sehingga akhirnya terlaksanalah rencana Allah,
yang menunjukkan bahwa Hizkia mati pada usia 54 tahun.
Tetapi kalau demikian apakah
kata-kata Tuhan dalam ay 1 itu merupakan dusta? Tidak. Hizkia betul-betul akan
mati, andaikata ia tidak berdoa. Tetapi Tuhan sendiri menggerakkan Hizkia untuk
berdoa, dan Tuhan mengabulkan doa itu, sehingga rencana Tuhan yang terlaksana.
Perhatikan beberapa komentar tentang bagian ini:
E. J. Young:
“Unless there is special intervention, Hezekiah will die. ... Only a miraculous
intervention of God could deliver the king’s life; and this God would not do,
unless first the king turned to Him in supplication. Thus, Hezekiah must learn
how fully his life lay in God’s hands” (=Kecuali ada intervensi khusus, Hizkia
akan mati. ... Hanya intervensi yang bersifat mujijat dari Allah bisa
melepaskan sang raja; dan ini tidak akan dilakukan oleh Allah, kecuali sang
raja lebih dulu berpaling kepadaNya dalam permohonan. Demikianlah Hizkia harus
belajar betapa hidupnya sepenuhnya terletak di tangan Allah) - ‘Isaiah’, hal
508-509.
E. J. Young:
“God has heard the king’s prayer. The prayer does not move God to change His
purposes, for He is the unchangeable one; but God now reveals to Hezekiah what
His purposes were” (=Allah telah mendengar doa sang raja. Doa tidak
menggerakkan Allah untuk mengubah rencanaNya, karena Ia adalah seseorang yang
tak berubah; tetapi sekarang Allah menyatakan rencanaNya kepada Hizkia) -
‘Isaiah’, hal 512.
Calvin: “But it may be
thought strange that God, having uttered a sentence, should soon afterwards be
moved, as it were, by repentance to reverse it; for nothing is more at variance
with his nature than a change of purpose. I reply, while death was threatened
against Hezekiah, still God had not decreed it, but determined in this manner
to put to the test the faith of Hezekiah. We must, therefore, suppose a
condition to be implied in that threatening; for otherwise Hezekiah would not
have altered, by repentance or prayer, the irreversible decree of God. But the
Lord threatened him in the same manner as he threatened Gerar for carrying off
Sarah, (Gen. 20:3) and as he threatened the Ninevites (Jonah 1:2; and 3:4). ...
God threatened the death of Hezekiah, because he was unwilling that Hezekiah
should die; ... And thus we must suppose an implied condition to have been
understood, which Hezekiah, if he did not immediately perceive it, yet
afterwards in good time knew to have been added” [=Tetapi kelihatannya aneh
bahwa Allah, setelah mengucapkan suatu kalimat / hukuman / vonis, lalu setelah
itu digerakkan, seakan-akan oleh suatu pertobatan / penyesalan lalu
membaliknya; karena tidak ada apapun yang lebih bertentangan dengan sifat
alamiahNya dari pada suatu perubahan rencana. Saya menjawab, sekalipun kematian
diancamkan terhadap Hizkia, tetap Allah tidak menetapkannya, tetapi menentukan
dengan cara ini untuk menguji iman Hizkia. Karena itu kita harus menganggap
bahwa ada syarat yang diberikan secara tidak langsung dalam ancaman itu; karena
kalau tidak Hizkia tidak akan mengubah, oleh pertobatan atau doa, ketetapan Allah
yang tidak bisa berubah. Tetapi Tuhan mengancamnya dengan cara yang sama
seperti Ia mengancam Gerar karena mengambil Sara (Kej 20:3), dan seperti Ia
mengancam Niniwe (Yun 1:2 dan 3:4). ... Allah mengancamkan kematian Hizkia,
karena Ia tidak mau Hizkia mati; ... Dan demikianlah kita harus menganggap
bahwa ada syarat tersembunyi yang harus dimengerti, yang jika tidak langsung
dimengerti oleh Hizkia, pasti dimengertinya belakangan] - ‘Isaiah’, hal
157-158.
Calvin: “This might indeed,
at first sight appear to be absurd; for we were created on the condition of not
being able to pass, by a single moment, the limit marked out for us; as Job
also says, ‘Thou hast appointed his bounds which he cannot pass.’ (Job 14:5).
But the solution is easy. What is said about an extended period must be
understood to refer to the views of Hezekiah” [=Sekilas pandang ini
kelihatannya memang menggelikan; karena kita diciptakan dengan suatu batasan
yang dipilih bagi kita, yang tidak bisa dilewati sesaatpun; seperti Ayub juga
berkata: ‘batas-batasnya sudah Kautetapkan, sehingga tidak dapat dilangkahinya’
(Ayub 14:5). Tetapi pemecahannya mudah. Apa yang dikatakan sebagai masa
perpanjangan harus dimengerti menunjuk pada pandangan Hizkia] - ‘Isaiah’, hal
160.
Calvin: “For why did the
Lord send Jonah to the Ninevites to foretell the ruin of the city? Why did he
through Isaiah indicate death to Hezekiah? For he could have destroyed both the
Ninevites and Hezekiah without any messenger of destruction. Therefore he had
in view something other than that, forewarned of their death, they might
discern it coming from a distance. Indeed, he did not wish them to perish, but
to be changed lest they perish” (=Mengapa Tuhan mengirimkan Yunus ke Niniwe
untuk meramalkan kehancuran kota itu? Mengapa Ia, melalui Yesaya, menyatakan
kematian kepada Hizkia? Karena Ia bisa menghancurkan baik Niniwe maupun Hizkia
tanpa utusan kehancuran. Karena itu Ia mempunyai maksud yang lain dari itu;
diperingatkan lebih dulu tentang kematian mereka, mereka melihat kematian itu
datang dari jauh. Memang, Ia tidak menginginkan supaya mereka mati, tetapi
supaya mereka diubah supaya mereka jangan mati) - ‘Institutes of the Christian
Religion’, Book I, Chapter XVII, No 14.
Barnes’ Notes:
“This history (cp. Jon. 3:4-10) shows that the prophetic denunciation were
often not absolute predictions of what was certainly about to happen, but
designed primarily to prove, or to lead to repentance, those against whom they
were uttered, and only obtaining accomplishment if this primary design failed”
[=Sejarah ini (bdk. Yunus 3:4-10) menunjukkan bahwa nubuat yang bersifat
ancaman seringkali tidak merupakan ramalan mutlak tentang apa yang pasti akan
terjadi, tetapi terutama dimaksudkan untuk membuktikan / menunjukkan, atau
untuk memimpin pada pertobatan, mereka kepada siapa kata-kata itu diucapkan,
dan hanya akan terjadi jika tujuan utama ini gagal] - hal 290.
2) Pemberian tanda.
Tentang tanda ajaib dalam ay
9-11 ada yang beranggapan bahwa ini merupakan kejadian lokal, bukan universal,
berdasarkan 2Taw 32:31 dimana para utusan Babel bertanya tentang tanda itu.
Pulpit
Commentary: “The fact that it seems to have been a local sign,
though widely noised abroad, suggests a miracle connected with the laws of
refraction” (=Fakta bahwa ini kelihatannya merupakan tanda lokal, sekalipun
tersiar secara luas, menunjukkan suatu mujijat yang berhubungan dengan hukum
pembiasan) - hal 418.
Catatan:
mungkin ia memaksudkan bahwa pada saat itu terjadi sesuatu yang menyebabkan
terjadinya pembiasan sinar (secara lokal), yang menyebabkan bayang-bayang pada
jam matahari itu mundur sepuluh tapak. Jadi pada saat itu bukannya Tuhan
memutar bumi secara terbalik, karena kalau demikian maka itu akan merupakan
kejadian universal, bukan lokal.
3) Penyembuhan.
a) Cara kesembuhan.
Yesaya disuruh mengambil dan
menggunakan sebuah kue ara.
Ay
7: “Kemudian berkatalah Yesaya: ‘Ambillah sebuah kue ara!’ Lalu orang
mengambilnya dan ditaruh pada barah itu, maka sembuhlah ia”.
RSV/NASB:
‘a cake of figs’ (=sebuah kue ara).
KJV:
‘a lump of figs’ (=sepotong / segumpal ara).
NIV:
‘a poultice of figs’ (=sepotong gumpalan ara yang empuk)
Pulpit
Commentary: “Figs were the usual remedy for boils. ... The remedy
is said to be still in use among Easterns. It can scarcely be supposed to have
cured a malignant boil by its intrinsic force; but under the Divine blessing it
was made effectual, and the cure followed” (=Ara merupakan obat yang umum untuk
bisul / borok / barah. ... Dikatakan bahwa obat ini tetap digunakan di antara
orang Timur. Tidak mungkin dianggap bahwa obat ini telah menyembuhkan bisul /
borok / barah yang ganas dengan kekuatannya sendiri; tetapi di bawah berkat
ilahi obat itu dibuat menjadi efektif / mujarab, dan kesembuhan terjadi) - hal
406.
Pulpit
Commentary: “Isaiah directed the attendants to take a lump of figs
and lay it for a plaster on the boil, and Hezekiah recovered (ver. 7; Isa.
38:21). We believe in the power of faith and prayer to heal the sick, and yet
we believe in using the means. We use food to preserve and sustain our life
from day to day. There is no lack of faith in that. And it shows no lack of
faith if we use means to restore our life, asking all the time that God’s
blessing may accompany the means we use” [=Yesaya mengarahkan para pelayan
untuk mengambil sepotong ara dan melekatkannya pada borok / bisul / barah itu,
dan Hizkia sembuh (ay 7; Yes 38:21). Kita percaya pada kuasa dari iman dan doa
untuk menyembuhkan orang sakit, tetapi kita juga percaya untuk menggunakan alat
/ obat. Kita menggunakan makanan untuk memelihara dan menopang kehidupan kita
dari hari ke sehari. Tidak ada ‘kurang iman’ dalam hal itu. Dan juga bukannya
menunjukkan ‘kurang iman’ jika kita menggunakan alat / obat untuk memulihkan
kehidupan kita, sambil terus menerus memohon supaya berkat Allah menyertai alat
/ obat yang kita gunakan] - hal 413.
b)Saat kesembuhan.
Kata-kata ‘pada hari yang ke
3’ (ay 5b,8b) dijadikan dasar oleh Pulpit untuk mengatakan bahwa kesembuhan
Hizkia terjadi bukan seketika tetapi berangsur-angsur dalam 3 hari.
Pulpit
Commentary: “Not suddenly, but by degrees; after the manner of
natural remedies. It was three days before he was well enough to quit the
palace, and offer thanks in the temple for his miraculous cure (see ver. 5)”
[=Tidak mendadak, tetapi berangsur-angsur; sesuai dengan cara pengobatan yang
wajar. Setelah 3 hari barulah ia cukup sehat untuk meninggalkan istana, dan
mempersembahkan syukur di Bait Allah untuk kesembuhan mujijatnya (lihat ay 5)]
- hal 406.
Kalau ini benar, ini
menentang pandangan bahwa kesembuhan ilahi / mujijat harus terjadi langsung /
seketika.
Tetapi perlu diingat bahwa
sebetulnya bagian ini tidak mengatakan bahwa kesembuhan itu terjadi secara
berangsur-angsur. Bisa saja ia sembuh pada hari ke 3 secara langsung /
seketika.
Penutup / kesimpulan.
Sekalipun kelihatannya
kematian sudah pasti, tetapi Hizkia tetap berdoa, dan ternyata doanya dikabulkan,
dan hidupnya diperpanjang. Ini merupakan suatu pendorong bagi kita untuk tetap
berdoa untuk hal-hal yang kelihatannya tidak bisa diubah.
Pulpit
Commentary: “The fact that he did pray, and that his prayer was
answered, is an encouragement to us to pray for recovery from sickness” (=Fakta
bahwa ia berdoa, dan bahwa doanya dijawab, merupakan suatu dorongan bagi kita
untuk berdoa supaya dipulihkan / disembuhkan dari sakit) - hal 417.
Pulpit
Commentary: “There is not a cry, not a groan, not a tear, not a
sigh of his faithful ones, to which the heart of God is not open, which does
not touch him, move him, draw forth his sympathy. If he does not always grant
our prayers, it is because we ‘ask amiss’ - without faith, or without fervour,
or things not good for us” (=Tidak ada jeritan, erangan, air mata, helaan nafas
/ keluhan dari orang-orang yang setia, terhadap mana hati Allah tidak terbuka,
yang tidak menyentuhNya, menggerakkanNya, menarik simpatiNya. Jika Ia tidak
selalu mengabulkan doa-doa kita, itu disebabkan kita ‘salah meminta’ - tanpa
iman, atau tanpa semangat, atau hal-hal itu tidak baik bagi kita) - hal 406.
Maukah saudara lebih banyak
berdoa untuk hal-hal jelek yang kelihatannya tidak bisa diubah / pasti akan
terjadi? Kiranya Tuhan memberkati saudara.
-AMIN-
No comments:
Post a Comment