F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

Showing posts with label Corpus Delicti Yesus. Show all posts
Showing posts with label Corpus Delicti Yesus. Show all posts

0 Memandang Yesus Kristus Dalam Alkitab : Nabi Mikha, Nabi Zakharia & Nabi Yesaya (5)

Benarkah Mesias Memiliki Kesehakekatan Dengan Bapa: Memahami Sang Firman Turun Menjadi Manusia
Sebuah refleksi yang disusun untuk menuntun mereka keluar dari konsepsi Corpus Delicti & Yesus adalah Allah yang dilantik

Bacalah lebih dulu: bagian 4
Oleh: Martin Simamora

Bapa Telah memberikan kepadanya. Ini adalah relasi yang tak mudah dipahami bahkan sebetulnya tak mungkin jika saja Yesus tak pernah mengemukakannya. Ketakmudahan untuk memahaminya hingga ke tahap kemustahilan bagi indrawi manusia disebabkan karena tak ada satupun manusia yang dapat melihat permulaannya dalam peradaban alam semesta ini. Nabi Mikha dalam nubuat mengenai seorang raja Israel yang akan datang telah menggambarkan bahwa raja ini memiliki permulaan sebagai  Ia adalah divinitas sebagai pencipta segala permulaan dan bahwa ia adalah sumber segala permulaan. Mikha 5:2 menuliskan: ‘Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.’ Untuk apakah nubuat purba mengenai seorang raja yang keberadaan dan letak permulaannya adalah keabadian sebelum segala sesuatunya; sebelum ada untuk disebutkan Betlehem Efrata dan sebelum ada untuk disebutkan kerajaan Israel? Jelas ini bukan kisah mengenai Israel itu sendiri dan apalagi Betlehem tetapi adalah kisah seorang raja yang telah ada sebelum segala sesuatu ada termasuk sejarah itu sendiri ada bagi dunia ini dan baginya sendiri untuk menjadi seorang raja Israel sementara Ia pada mulanya bukan seorang Yahudi sama sekali dalam kekekalannya karena Ia tak bersuku bangsa  sejak semulanya tetapi ia telah ditentukan sejak semula untuk masuk ke dalam sejarah dunia pada satu bangsa yang kecil sebagaimana kecilnya kota tempat kelahirannya. Tentulah seorang raja Israel haruslah seorang Israel, dan raja yang berasal dari kekekalan pasti akan menghadirkan kemegahan dan kegentaran bagi raja dan bagi para pemimpin-pemimpin agama dunia ini. Perhatikanlah ini:

Matius 2:1-5 Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia." Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel." Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak. Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia."

Kitab kuno Mikha 5:2 secara luar biasa menjadi fokus yang memiliki gravitasi yang begitu dahsyat sehingga seorang raja sangat berkuasa, segenap imam dan ahli Taurat bangsa Yahudi, tak mungkin tak berkata bahwa pada Mikha 5:2 semua harus mengukur kedatangan Mesias yang dinubuatkan sejak Purba dan memiliki kekekalan dalam kekekalan dirinya sendiri yang eksistensi kesejarahannya menemukan penggenapannya dalam kedatangannya secara geografis sebagaimana telah ditorehkan Allah sendiri pada kitab nabi Mikha. Ia begitu penting dan begitu agung dalam kemuliaan yang tak mungkin dimiliki satu manusia teragung manapun lainnya di dunia ini, sebab kemuliaanya berasal datang dari kitab suci yang sejak semula telah menuliskan mengenai dirinya. Dirinya adalah sentral kitab suci dan boleh dikatakan inilah pertama kalinya observasi mesianik dalam pimpinan kuasa negara adi daya kala itu berlangsung, dengan perintah yang singkat, tajam, jelas tanpa keburaman: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu!"

0 Memandang Yesus Kristus Dalam Alkitab : Nabi Mikha, Nabi Zakharia & Nabi Yesaya (4)


Benarkah Mesias Memiliki Kesehakekatan Dengan Bapa: Memahami Sang Firman Turun Menjadi Manusia

Sebuah refleksi yang disusun untuk menuntun mereka keluar dari konsepsi Corpus Delicti & Yesus adalah Allah yang dilantik

Oleh: Martin Simamora

Sebelumnya: Bagian 3
Siapapun akan memandang klaim diri Yesus ini, bahwa ia adalah hakim, maksudnya sang hakim yang menghakimi setiap manusia dari segala bangsa telah merupakan klaim yang tak mungkin dijelaskan tanpa menimbulkan problem semacam ini ”siapakah kemudian sesungguhnya Allah” jika penghakiman adalah juga padanya? Karena posisi hakim dalam secara demikian akan menunjukan dua hal sekaligus: pertama, hanya Kristus adalah Allah dan tak ada allah lain selain dirinya; kedua, tidak satu ilah lain apapun juga yang kepadanya manusia akan dan tak terelakan akan berhadapan dalam penghakiman yang tak satupun dapat melarikan diri dan apalagi berbantahan. Ketika Yesus berkata semacam ini:

Matius 24:30-31 Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Dan Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dengan meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain.

merupakan eksistensi yang paling keras dan paling mulia menunjukan bahwa tidak ada yang lain selain Dia. Bagaimana mungkin hal ini sendiri tidak menjadi “konflik” untuk menjelaskan kekuasaan antara Anak Manusia dan Bapa, ini hanya dapat dijelaskan dengan satu pondasi terpenting dan tunggal oleh Yesus sendiri, bahwa: “Aku dan Bapa adalah satu” (Yohanes 10:30). Walau mungkin muncul semacam “subordinasi” antara Bapa dan Anak semisal dalam pernyataan ini: “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri” (Matius 24:36), ini tidak menunjukan subordinasi yang menunjukan semacam  kuasa antar keduanya yang terdivisi sebenarnya, bahwa Bapa lebih tinggi daripada Anak dalam totalitas eksistensi sehingga dua yang berbeda dan ada allah disamping Allah. Satu hal yang perlu dipertimbangkan secara absolut adalah, setiap orang harus memahami mengapa “problema” ini bisa muncul dalam pandangan manusia. Apakah itu? Itu adalah karena Sang Firman telah menjadi manusia sehingga menciptakan semacam relasi dan fungsi yang harus berlangsung dalam tatanan semacam ini: “Sorga berkehendak, maka di bumi itu semua  akan terjadi tepat tanpa kemelesetan bagaimanapun juga sehingga memang terjadi sebagaimana  sorga berkehendak”. Itu sebabnya relasi dan fungsi ini dikemukakan oleh Yesus dalam sebuah sabda yang sangat menekankan relasi dan fungsi yang eksistensinya dan sifatnya bukan sekedar identik tetapi memang “Aku dan Bapa adalah satu”, begitu nyata dalam sabda ini:

0 Memandang Yesus Kristus Dalam Alkitab : Nabi Mikha, Nabi Zakharia & Nabi Yesaya (3)


Benarkah Mesias Memiliki Kesehakekatan Dengan Bapa: Memahami Sang Firman Turun Menjadi Manusia
Sebuah refleksi yang disusun untuk menuntun mereka keluar dari konsepsi Corpus Delicti & Yesus adalah Allah yang dilantik

Oleh: Martin Simamora


Sebelumnya: Bagian 2
Kemuliaan Mesias ini bahkan ketika diasosiasikan dengan menambahkan ‘Sang” pada kata Mesias atau Kristus untuk menunjukan keilahian atau ketuhanan pada Anak Manusia, pun sebenarnya memiliki keterbatasan yang sangat krusial sebab walau secara linguistik akan cukup membantu,namun kala menjelaskan dan memahami kehakeatannya, problemnya tak terselesaikan begitu saja oleh karena komplikasinya begitu keras dan begitu meruntuhkan sistematikan kemonoteisme-an yang berdiri begitu rapi dan permanen dalam tatanan religiositas yang sama sekali tak mengenal dan mengakui kesehakekatan atau kese-Dzat-an  antara Anak Manusia dengan Bapa. Karena memang begitu sukar dan begitu jauh dari jangkauan manusia untuk menyelami hakekat Allah yang bersemayam penuh dalam diri Kristus itu (Kolose1:16-17), itu sebabnya Yesus tidak pernah berkutat dengan teks-teks Kitab Suci untuk menjelaskan relasi dirinya terhadap Bapa, selain satu ini saja: “pekerjaan-pekerjaannya” akan bersaksi siapakah Ia:

Yohanes 5:36 Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku.

Ada semacam kesia-siaan dalam diri manusia untuk dapat dan mungkin melahirkan kesaksian yang benar mengenai Anak Manusia ketika kitab suci dipegang berdasarkan kekuatan pikiran dan jiwa manusia: tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan. (Yohanes 5:34).

0 Memandang Yesus Kristus Dalam Alkitab : Nabi Mikha, Nabi Zakharia & Nabi Yesaya (2)


Benarkah Mesias Memiliki Kesehakekatan Dengan Bapa: Memahami Sang Firman Turun Menjadi Manusia
Sebuah refleksi yang disusun untuk menuntun mereka keluar dari konsepsi Corpus Delicti & Yesus adalah Allah yang dilantik

Oleh: Martin Simamora

Sebelumnya: Bagian1

Pernyataan- pernyataan Yesus Kristus yang bersifat sabda telah menjangkau kesudahan tatanan dunia dan segenap isinya yang berada dibawah perbudakan dosa dalam sebuah ketetapan bahwa Ia begitu mahakuasa. Sementara menunjukan bahwa kemanusiaannya bukan sekedar memiliki kedivinitasan atau  keilahian, juga sekaligus menunjukan bahwa Ia memiliki pemerintahan  yang hanya mungkin dimiliki oleh Allah saja. Yesus Kristus sementara dapat dikategorikan sebagai  manusia yang memiliki kedivinitasan pada faktanya menimbulkan problem lebih dari sekedar  ia memang divinitas. Ia walau manusia namun ia sendiri menunjukan dirinya seorang yang memiliki pemerintahan yang berkuasa atas segenap malaikat dan berkuasa penuh untuk menghakimi semua manusia dari segala bangsa. Perhatikanlah pernyataan-pernyataannya ini:

B.Yesus Kristus mendeklarasikan Kemuliaan dirinya pada Hari Akhir, Ia akan:
-datang dalam kemuliaan dirinya sendiri, dalam kemuliaan takhtanya sendiri dan disertai semua malaikat-malaikat:
Matius 25:31-32  Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya

Kemuliaan dirinya sendiri dan kemuliaan takhta-Nya sendiri, ini bukan semacam kemuliaan yang sedikit lebih rendah daripada Bapa kala ia mengatakan “Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya” sebab terkait kemuliaan dirinya, Ia menegaskan bukan semacam yang lebih rendah atau kelas dua, atau semacam kemuliaan malaikat yang paling mulia diantara semua malaikat. Perhatikan bagaimana injil Matius dan Markus menunjukan kemuliaan Yesus, apakah kemuliaan dirinya sendiri adalah kemuliaan yang berbeda dalam cara bagaimanapun terhadap Bapa:

0 Memandang Yesus Kristus Dalam Alkitab : Nabi Mikha, Nabi Zakharia & Nabi Yesaya (1)


Benarkah Mesias Memiliki Kesehakekatan Dengan Bapa: Memahami Sang Firman Turun Menjadi Manusia

Sebuah refleksi yang disusun untuk menuntun mereka keluar dari konsepsi Corpus Delicti & Yesus adalah Allah yang dilantik
Oleh: Martin Simamora



1.Fundamental Iman Kristen Adalah Sang Firman  Turun Menjadi Manusia
Orang Kristen percaya Yesus Kristus adalah Sang Firman yang  berinkarnasi atau turun kedalam dunia menjadi manusia sehingga dalam hal inilah Yesus adalah Allah. Menunjukan bahwa saat Sang Firman menjadi manusia, Sang Firman itu sendiri tetap Ia adalah Ia yang kekal dan berdaulat penuh sebagai sang Firman dalam Ia mengambil rupa manusia bagi diri-Nya sendiri. Dalam hal inilah orang Kristen menyatakan bahwa Yesus adalah Allah ketimbang Yesus adalah bagian dari Bapa atau Yesus semacam kepingan dari Bapa. Namun ini karena begitu janggalnya, maka siapapun diluar kebenaran iman Kristen ini akan berpikir bahwa Yesus adalah bagian atau semacam kepingan lebih kecil daripada Bapa sehingga bisa berpikir jika Sang Firman turun ke dalam dunia, Siapakah yang memerintah Alam semesta dan segenap isinya secara sempurna? Lebih jauh lagi, jika demikian, siapakah yang akan mendengarkan doa-doa dalam sebuah kesempurnaan; kepada siapakah Yesus berdoa dan kepada siapakah ia mentaati? Menjawab ini, siapapun harus mengetahui bahwa  Allah Bapa masih memenuhi alam semesta dan masih memerintah secara total seluruh ciptaan, dan Ia sedang menyingkapkan hakekat moral-Nya kepada umat manusia dalam rupa manusia dengan cara mengakibatkan Sang Firman berinkarnasi menjadi Yesus Sang Kristus. Dalam Alkitab pada Perjanjian Baru kita akan menjumpai firman yang menyatakan hal demikian, perhatikan ini:

Ibrani 1:1-3Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan.

Lukas 1:26,31-32 Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi.

Ibrani 1:6 Dan ketika Ia membawa pula Anak-Nya yang sulung ke dunia, Ia berkata: "Semua malaikat Allah harus menyembah Dia."

Ibrani 10:5Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki--tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku--.


Yesus adalah Sang Firman yang menjadi manusia. Tetapi apakah artinya, bagimu? 

0 Penjelasan Yesus Mengenai Mengasihi Dirinya


Oleh: Martin Simamora

“Barangsiapa Mengasihi Anaknya Laki-Laki Atau Perempuan Lebih Dari Pada-Ku, Ia Tidak Layak Bagi-Ku.”
Mengasihi Yesus Akan Mengubah Tatanan Kasih Dalam Keluarga
Sebagaimana Alkitab berulang kali menyajikan, bahwa sentral pengajaran Kristus adalah dirinya sendiri bagi manusia, bukan manusia baginya. Namun Yesus dalam sejumlah pengajarannya, tak pernah sekalipun menyatakan dirinya “aku adalah Allah” secara vulgar,sebagaimana menjadi ekspektasi banyak orang untuk menjadi sumber bukti verbal dari mulut Yesus sendiri, sehingga berdasar bagi orang Kristen menyebutnya Tuhan. Akan tetapi, Alkitab mengandung banyak sekali pernyataan Yesus yang mendudukan dirinya adalah Tuhan bagi  manusia. Mengasihinya, dengan demikian, akan menjadi sebuah mengasihi yang bukan saja divinitas tetapi memisahkan mencintai-Nya sebagai tak tertandingkan kemuliannya dibandingkan mengasihi siapapun juga yang anda kasihi. Bukan itu saja, dalam mengasihi-Nya, manusia  harus belajar di seumur hidupnya untuk mampu mengasihi-Nya dengan segenap jiwa, segenap pikiran dan dengan segenap kekuatan. Perhatikan pernyataan Yesus berikut ini:

►Matius 10:37 Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.

Ketika Yesus hadir dalam kehidupan keluarga-keluarga, maka Ia haruslah dalam relasi yang unik didalam keluarga tersebut. Ia harus menjadi yang terutama dalam setiap hati anggota keluarga. Ayat di atas tersebut, bukan soal rivalitas cinta atau kasih tetapi bagaimana seorang yang mengasihi Yesus akan masuk kedalam sebuah kehidupan yang memisahkannya dari nilai, norma dan budaya yang berlaku di dalam keluarga dan di dalam dunia ini. Mengapa demikian? Karena permulaan mengasihi Yesus akan menuntunmu dan keluargamu-jika semua menerima-Nya- untuk berjalan mengikut Yesus dalam mengasihinya yang memuliakannya dalam kehidupan. Itu sebabnya ia berkata: barangsiapa mengasihi bapa  atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Sampai dua kali Ia menekankan hal ini, menunjukan betapa pentingnya memiliki relasi dengan diri-Nya dibandingkan dengan apapun dan siapapun juga. Ini sendiri akan menjadi dasar terpenting bagi kekuatan dan kesetiaan seorang Kristen untuk setia dan taat untuk hidup bagi Kristus dalam dunia yang penuh dengan tantangan. Saya akan menunjukannya bagi anda.

0 Penjelasan Yesus Mengenai Kemuliaan Diri-Nya



Oleh: Martin Simamora

“Ia adalah Sang Mesias & Sang Hakim Agung dan Kekal”

Aku Layak Untuk Dimuliakan Di Bumi Ini & Perkataan-Perkataanku Memerintah Kekal
Tetapi sebelumnya,  bagaimana para murid Kristus dan masyarakat umum memandang dirinya? Mari kita menyorot satu momen sangat istimewa ini:

▬Lukas 19:36-37  Dan sementara Yesus mengendarai keledai itu mereka menghamparkan pakaiannya di jalan. Ketika Ia dekat Yerusalem, di tempat jalan menurun dari Bukit Zaitun, mulailah semua murid yang mengiringi Dia bergembira dan memuji Allah dengan suara nyaring oleh karena segala mujizat yang telah mereka lihat.

Orang banyak memberikan pemuliaan yang sungguh agung dengan menghamparkan pakaiannya di jalan dan  para murid memberikan pemuliaan dengan pujian nyaring kepada Yesus karena segala mujizat yang telah mereka lihat. Dan ini adalah sebuah perilaku yang salah bagi para pemuka agama, karena bagaimana mungkin seorang manusia disembah dan diagungkan sedemikian rupa bagaikan Tuhan? Sebagaimana terpotret dalam episode ini:

Lukas 19:39 Beberapa orang Farisi yang turut dengan orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, tegorlah murid-murid-Mu itu."

Sementara para pemuka agama begitu gusar dengan pemuliaan diri Yesus yang  terlampau tinggi  bagi seorang manusia, Yesus memberikan jawaban yang mencengangkan, ia bukan saja menyatakan ia layak untuk dimuliakan oleh manusia tetapi segenap alam ciptaan memang  harus memuliakan dirinya:

Lukas 19:40 Jawab-Nya: "Aku berkata kepadamu: Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak."

Pada dasarnya pada momen tersebut, Yesus menyingkapkan siapakah dirinya, sayangnya para pemuka agama Yerusalem tak dapat melihat hal itu sebagaimana dikatakan oleh Yesus sendiri:

Lukas 19:41-42 Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya, kata-Nya: "Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.

0 Natur Allah dalam Dunia yang Terbelit Problem Kejahatan



Oleh: Martin Simamora


Masihkah Ia adalah Allah yang Tak Bercela 
Dalam Segala Hal?

Allah Terhadap Dunia yang Cenderung Untuk Tak Lagi Mempercayai Bahwa Ia Ada  Mahakuasa & Berdaulat Penuh

Pernahkah anda membaca ini?
Is God willing to prevent evil, but not able? Then he is not omnipotent.
(apakah Tuhan ingin mencegah kejahatan, tapi tak mampu? Maka ia tidak mahakuasa)
Is he able, but not willing? Then he is malevolent.
(apakah ia mampu, tapi tak mau? Maka ia seorang yang  jahat)
Is he both able and willing? Then where does evil come from?
(apakah ia mampu dan mau? Lalu dari mana datangnya kejahatan?)
Is he neither able nor willing? Then why call him God?
(apakah ia tidak mampu  dan juga tidak mau? Lalu mengapa memanggilnya Tuhan?)

Apakah ini sedikit banyaknya membangkitkan hal-hal tersembunyi dalam batin anda? Saya tak akan mengulas  pandangan Epicurus ini, ini hanya pembuka untuk membawa setiap kita menjadi jujur dalam beriman dan mengukur diri ini sehingga bisa mengetahui, dimanakah saya berada? Terlebih lagi pemikiran filsuf Yunani ini melalui para pengikutnya telah mengalami perjumpaan yang istimewa dengan  rasul Paulus, penulis epistel Roma yang akan menjadi jangkar artikel ini. Para pengikut Epicurus  telah berjumpa dengan Paulus dalam sebuah dialog keras yang berujung diadilinya Paulus dalam sidang Areopagus di Atena:
Dan juga beberapa ahli pikir dari golongan Epikuros dan Stoa bersoal jawab dengan dia dan ada yang berkata: "Apakah yang hendak dikatakan si peleter ini?" Tetapi yang lain berkata: "Rupa-rupanya ia adalah pemberita ajaran dewa-dewa asing." Sebab ia memberitakan Injil tentang Yesus dan tentang kebangkitan-Nya.- Kisah Para Rasul 17:18
 

Bagaimanakah natur Allah itu sebenarnya? Pertanyaan ini mencuat karena sebuah pertanyaan mahapenting bagi manusia sehubungan dengan realita dunia yang tidak senantiasa meyakinkan keberadaan Allah  tanpa sebuah asumsi kalau Dia sebetulnya memiliki semacam kelemahan atau setidak-tidaknya keterbatasan untuk mengendalikan dunia ini. Sederhananya Allah tidak seberdaulat yang disangka Alkitab itu sendiri. Saya akan mengajak pembaca untuk memandang natur Allah sebagaimana dinyatakan epistel Roma, perhatikan berikut ini:

Roma 1:23 Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar.

Pada teks ini ada Allah dan problem kejahatan dalam dunia ini yang secara unik menunjukan fakta dunia yang menunjukan nampaknya Allah tak berdaya sama sekali terhadap penistaan diri-Nya oleh manusia, namun demikian Allah dideklarasikan secara agung dalam eksistensinya yaitu Kemuliaan Allah. 

Epistel ini hendak menyatakan Allah senantiasa tak bercela, sekalipun dihadapan-Nya terbentang problem dosa yang telah membuat manusia tak lagi menghargai dan mempercayai-Nya, bahwa Ia tak bercela terhadap realita kelabu ini. Ini adalah kebenaran yang dikemukakan dalam cara yang menunjukan kecemerlangan Allah dalam kepenuhan eksistensi-Nya: kemuliaan Allah. Ya... sekalipun  dunia sudah tidak lagi menuhankan Allah sebagaimana Ia adanya dalam cara semacam ini: “menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar”, epistel ini tetap menyatakan-Nya sebagai Dia yang memiliki kemuliaan abadi. Ia tak lantas menjadi Allah yang tak berdaya atau bercela dalam segala aspek yang bagaimanapun juga, karena dunia telah menjadi semakin meninggalkan-Nya, berpaling kepada kebenaran, norma atau spiritualitas yang dibangun berdasarkan kemanusiaan umat manusia itu semata.

Bukan hanya itu, epistel Roma, juga menyatakan bahwa Ia tetap adalah Allah yang mahakuasa bukan saja atas bangsa  Yahudi tetapi juga adalah Allah yang mahakuasa atas seluruh bangsa di dunia ini.Ia  senantiasa Allah yang berkuasa atas segenap bangsa! Perhatikan teks berikut ini:

Roma 3:29-30 Atau adakah Allah hanya Allah orang Yahudi saja? Bukankah Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain? Ya, benar. Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain! Artinya, kalau ada satu Allah, yang akan membenarkan baik orang-orang bersunat karena iman, maupun orang-orang tak bersunat juga karena iman.

0 Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!


Oleh: Martin Simamora

Ketika Dunia Semakin Menjadi Bukti Ketiadaan Allah Dalam Pandangan Manusia, Tetapi Bukan Sama Sekali Karena  Allah Hingga  Saat Ini Belum Berkuasa Untuk Menghakimi Penguasa Dunia itu

 
caak.mn
Pandangan bahwa dunia lebih tepat untuk dikatakan sebagai bukti ketiadaan Allah memang nyaris tak terelakan dalam pandangan manusia. Semenjak manusia menitikberatkan kebebasan manusia untuk melakukan apapun juga yang baik dalam pandangannya dan Tuhan  kelihatannya tak berbuat apa-apa, ini menggoda siapapun untuk mulai lebih berhati-hati untuk berkata Tuhan ada dan berkuasa atas setiap tindakan. Hal semacam ini bukan hal yang baru dalam Alkitab. Alkitab bahkan mengontraskan teramat benderang  kehendak bebas manusia yang memiliki kecenderungan untuk memberontak pada Tuhan sanggup memvonis: benarkah Allah ada, atau cuma sekedar mekanisme jiwa manusia untuk tetap memiliki pengharapan yang ditumpukan pada sosok atau “being” yang lebih tinggi dan lebih berkuasa dari dirinya, jika pun tidak terbukti mahakuasa. Misal saja ini:

Mazmur 73:9-11 Mereka membuka mulut melawan langit, dan lidah mereka membual di bumi. Sebab itu orang-orang berbalik kepada mereka, mendapatkan mereka seperti air yang berlimpah-limpah. Dan mereka berkata: "Bagaimana Allah tahu hal itu, adakah pengetahuan pada Yang Mahatinggi?"

Ini adalah sebuah kejujuran beriman dari seseorang yang begitu dekat dengan Tuhan dalam kehidupan spirtualnya. Siapakah Asaf? Asaf si pemazmur ini, adalah sesorang musisi rohani yang sangat bertalenta dan juga seorang pelihat! Mari perhatikan siapakah Asaf ini dalam catatan kitab Tawarikh: “Lalu raja Hizkia dan para pemimpin memerintahkan orang-orang Lewi menyanyikan puji-pujian untuk TUHAN dengan kata-kata Daud dan Asaf, pelihat itu. Maka mereka menyanyikan puji-pujian dengan sukaria, lalu berlutut dan sujud menyembah” (2Tawarikh 29:30).  Ia pelihat dan penulis lagi puji-pujian untuk Tuhan. Ia memiliki kehidupan spiritualitas yang nyata baik bagi jemaat dan bagi bangsanya bersama Daud.

Dan satu ketika, si Pelihat dan Penulis lagu puji-pujian untuk TUHAN ini,  harus menuliskan dalam mazmurnya baris-baris yang memilukan dan melemahkan jiwanya. Ia jujur dalam beriman dan ia mengemukakan pergumulannya. Tidak ada kemunafikan dan tidak membuatnya menjadi malu dalam ia sedang terpukul. Apakah yang  membuatnya menulis baris-baris pada Mazmur 73:9-11 itu? Jawabnya akan anda temukan dengan membaca mazmur tersebut secara keseluruhan.

0 Meneropong Situasi Dunia Dalam Kematian Yesus & Dalam Yesus Di Dalam Kubur:



Oleh: Martin Simamora

Via Yusuf Anggota Majelis Besar, Pilatus, Pajurit Roma , Imam-Imam Kepala dan Orang-Orang Farisi

Yusuf Anggota Majelis Besar

Setelah kematiannya, semua disergap oleh sebuah kejanggalan yang teramat luar biasa. Ya…kejanggalan yang teramat dahsyat berlangsung setelah Ia mati pada kayu salib itu! Perhatikanlah catatan injil Markus yang merekam secara sangat sempurna kejanggalan yang tak  terpikirkan akan benar-benar terjadi:

▬Markus 15:42-43 Sementara itu hari mulai malam, dan hari itu adalah hari persiapan, yaitu hari menjelang Sabat. Karena itu Yusuf, orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka, yang juga menanti-nantikan Kerajaan Allah, memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus.

Bisakah anda memahami  kejanggalan yang harus dihadapinya? Ia yang juga menanti-nantikan Kerajaan Allah, kini harus menjumpai Yesus yang selama ini berseru-seru bahwa dirinyalah Kerajaan Allah itu namun dalam keadaan telah menjadi mayat! Kita tahu melalui catatan injil Markus bahwa Yesus adalah Dia yang memberitakan Kerajaan Allah telah datang: “Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, kata-Nya: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" (Markus 1:14-15). Kita dapat melihat kalau Yusuf yang adalah anggota Majelis Besar yang terkemuka adalah pribadi yang begitu menghormati Sang Mesias, dan salah satu wujud penghormatan terakhir yang dapat dilakukannya adalah tidak membiarkan mayat Yesus tetap mengalami penghinaan yang tiada tara sebagai mayat seorang penjahat yang digantung dan tak satupun yang berkuasa untuk  menurunkannya agar dimakamkan. Itu sebabnya ia memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus! 

0 Catatan Penting Jelang Jumat Agung hingga Kebangkitannya dari Antara Orang Mati:



Oleh: Martin Simamora

Momen-Momen Terpenting Dalam Kehidupan Umat Manusia Tanpa Allah, Oleh Allah Agar Keselamatan Adalah Kehidupan Bagi Manusia yang Percaya Kepada-Nya


Bagi  Sang Kristus, Ia harus melakukan apa yang telah menjadi kehendak Bapa-Nya agar segala maksud Allah tergenapi hingga pada titik-titik paling menentukan yang harus dihadapinya:

Markus 14:1-2 Hari raya Paskah dan hari raya Roti Tidak Beragi akan mulai dua hari lagi. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mencari jalan untuk menangkap dan membunuh Yesus dengan tipu muslihat, sebab mereka berkata: "Jangan pada waktu perayaan, supaya jangan timbul keributan di antara rakyat."

Matius 26:1-4Setelah Yesus selesai dengan segala pengajaran-Nya itu, berkatalah Ia kepada murid-murid-Nya: Kamu tahu, bahwa dua hari lagi akan dirayakan Paskah, maka Anak Manusia akan diserahkan untuk disalibkan. Pada waktu itu berkumpullah imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi di istana Imam Besar yang bernama Kayafas, dan mereka merundingkan suatu rencana untuk menangkap Yesus dengan tipu muslihat dan untuk membunuh Dia.

Ini momen dimana  kesengsaraan dan kematiannya bukan saja semakin dekat tetapi sedang menuju gerbang pewujudannya. Kita tahu sekali bahwa Yesus telah bukan saja mempersiapkan murid-muridnya untuk memasuki sebuah fase yang tak terjelaskan dalam rasionalitas manusia, tetapi mengajarkannya sebagai kebenaran yang mencengangkan siapapun. Mencengangkan siapapun:

Markus 8:31-33 Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia. Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."

Kita harus memahami bahwa Yesus tidak mengajarkan ini sebagai sebuah kegilaan gagasan yang sedang dipaksakan untuk diterima oleh para muridnya, dalam sejumlah kesempatan Ia bahkan terlihat begitu tenang memberikan ruang kepada para muridnya yang lebih luas untuk menunjukan sebuah penolakan dan sebuah kebimbangan yang tak tertahankan untuk ditanggung oleh manusia:

0 Yesus si Tukang Kayu, Pengajar Kitab Suci Datang dari Sorga?



Oleh: Martin Simamora


Yesus Kristus di Antara Realitas Dirinya di Tengah-Tengah Masyarakat dan Diri-Nya Sebagai Sang Firman yang Menjadi Manusia di Antara Manusia

Jesus Son of Mary
Satu hal yang menarik pada diri Yesus Kristus, bukan soal menjadi begitu berbeda dengan dunia ini pada realitasnya dan pada jati dirinya. Ia sebetulnya tidak dapat anda dekati pada ranah “berani memilih berbeda dengan dunia ini dengan segala keinginan dan kebenaran-kebenaran versinya.” Yesus Kristus dalam Ia sebagai manusia sudah terlampau keras untuk dikenali oleh siapapun pada apakah realitasnya. Secara umum masyarakat pada eranya beranggapan bahwa Yesus terjebak dalam problem kejiwaan yang begitu berat hingga ia tidak mampu membedakan antara fantasi dan realita sosial sesungguhnya. Mari segera kita lihat problem ini, memang di sini kita perlu untuk membaca secara lebih cermat dan teliti sehingga kita dapat menangkap sebuah kegelisahan dan kebingungan yang berkecamuk di antara para pendengarnya atau para pengelunya, mari kita membaca situasi-situasi berikut ini:

►Markus 6:3 Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.

►Matius 13:55 Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?"

►Yohanes 6:42 Kata mereka: "Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?"

Bagi masyarakat ada problem jati diri dan terutama akal sehat pada diri Yesus. Ada satu perilaku dan pengidentitasan diri yang melampaui siapakah ia sebagaimana masyarakat mengenalnya.  Ini terungkap jelas dari kegusaran semacam ini: 

●Bukankah ia ini tukang kayu?
●Bukankah ibunya: Maria?
●Bukankah  saudara-saudaranya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas?
●Bukankah ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal?
●Bukankah saudara-saudaranya perempuan semuanya ada bersama kita?

Kalau saya buatkan data kependudukan sederhana pada diri Yesus, sederhananya ini:

0 Tinjauan:Pengajaran Pdt.Erastus Sabdono Tentang Corpus Delicti (36/40)

Oleh: Martin Simamora

Sepuluh Bagian Keempat
Dengan Jalan Demikian Allah Telah Menggenapkan Apa Yang Telah Difirmankan-Nya Dahulu

(Lebih dulu di “Bible Alone”-Kamis, 9 September 2016- telah diedit dan dikoreksi)

Bacalah lebih dulu: “bagian 35

Jika semua mau memperhatikan  dua tabel pertama dan satu tabel lainnya, maka begitu jelas terlihat apakah yang Yesus Sang Mesias miliki dan apakah yang tak dimiliki manusia dalam sebuah takaran yang tak dapat diukurkan oleh manusia. Sebab, siapakah yang sanggup menakarkan apa yang dimiliki Yesus menjadi satuan-satuan ukur yang dapat diupayakan manusia sehingga juga dimiliki? Dalam cara yang begitu gamblang, Yesus telah menunjukan “siapakah ia” dan “apakah tujuannya datang ke dalam dunia ini” dalam sabda dan kuasa penuh otoritas yang menempatkan setiap manusia adalah hamba-hamba ketakberdayaan pada apa yang paling tidak diinginkannya: maut. Tentu ini memang benar-benar otentik, misalkan saja:


Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"- Matius 19:16

 Atau

Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia." Maka kata mereka kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa."- Yohanes 6:33-34


Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air."- Yohanes 4:15


Yang mana pada ketiga peristiwa di atas tersebut, mengangkat pertanyaan terbesar dan terpenting bagi manusia: apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup kekal?


Pertanyaan yang menjadi jembatan emas bagi terbangunnya sebuah relasi bagi manusia terhadap Yesus Sang Mesias, dimana pada “jembatan emas yang ada karena Yesus,” Yesus adalah jalan sekaligus tujuan tunggal untuk tempat bertanya dan sumber untuk menerima jawaban kebenaran pasti yang berkenan pada Allah. Ketika Yesus Sang Mesias telah menjadi salah satu rujukan diantara para rabi atau guru-guru agama bagi manusia untuk bertanya, akankah Yesus memberikan jawaban yang merupakan salah satu dari banyak jawaban di antara guru-guru agama Yahudi? Akankah Yesus Sang Mesias memberikan semacam racikan moralitas dan perbuatan-perbuatan baik yang akan mengisi dan memberikan bobot aktual pada kehidupan  rohani dan keberimanan mereka yang berporos pada pembangunan diri, terlepas dari Yesus Sang Mesias?

0 Tinjauan:Pengajaran Pdt.Erastus Sabdono Tentang Corpus Delicti (35/40)

Oleh: Martin Simamora

Sepuluh Bagian Keempat
Sebagaimana Bapa Demikianlah Anak

 (Lebih dulu di “Bible Alone”-Selasa, 7 September 2016- telah diedit dan dikoreksi)



Bacalah lebih dulu: “bagian 34”  

Karena itulah apa yang diucapkan dan dikerjakannya memang benar-benar sebagaimana disabdakannya  yang menggambarkan dan menunjukan kepada dunia akan siapakah dirinya dan  apakah tujuannya datang kedalam dunia ini.


Berikut ini adalah penjelasan panjang mengenai Yesus olehnya sendiri kepada orang-orang Yahudi yang berusaha membunuhnya:


Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga." Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah. Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya:
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran. Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya. Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri. Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia. Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum. Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku. Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar; ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang Aku adalah benar. Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah bersaksi tentang kebenaran; tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan. Ia adalah pelita yang menyala dan yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahayanya itu. Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku. Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat, dan firman-Nya tidak menetap di dalam dirimu, sebab kamu tidak percaya kepada Dia yang diutus-Nya. Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu. Aku tidak memerlukan hormat dari manusia. Tetapi tentang kamu, memang Aku tahu bahwa di dalam hatimu kamu tidak mempunyai kasih akan Allah. Aku datang dalam nama Bapa-Ku dan kamu tidak menerima Aku; jikalau orang lain datang atas namanya sendiri, kamu akan menerima dia. Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa?  Jangan kamu menyangka, bahwa Aku akan mendakwa kamu di hadapan Bapa; yang mendakwa kamu adalah Musa, yaitu Musa, yang kepadanya kamu menaruh pengharapanmu. Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?"- Yohanes 5:17-47


Terpenting apa yang paling menjadi kerisauan orang-orang Yahudi adalah apakah penjelasan Yesus tentangnya sendiri yang berbunyi “Allah adalah Bapanya sendiri” telah menunjukan sebuah jati diri pada Yesus  dalam cara yang mustahil untuk diterima karena secara gamblang menyatakan kesamaan Yesus Sang Mesias dengan Allah sendiri. Dan itu bukan sebuah asumsi atau semacam kesalahpahaman antara Yesus dengan orang-orang Yahudi, sebab pada penjelasan selanjutnya, Yesus justru mengotentikan relasi dirinya dengan Allah tepat pada apa yang disabdakan dan apa yang dikerjakannya dalam perkataan dan pembuktian yang menunjukan sekalipun ia manusia tetapi ia adalah sama dengan Allah tanpa sebuah kebedaan derajat yang bagaimanapun pada kuasa dan otoritas yang terletak pada mulutnya atau perkataannya atau instruksinya atau sabdanya [itu sebabnya rasul Yohanes pada pembukaan injilnya, mengenai Yesus, telah menuliskan: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”]. Dan ia tetap adalah Sang Firman yang bersabda kepada semua manusia!
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9