F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

Showing posts with label Kesehaketan Mesias dengan Allah. Show all posts
Showing posts with label Kesehaketan Mesias dengan Allah. Show all posts

0 Percakapan Suci Di Dekat Sumur Yakub

Sang Mesias Berkuasa Memberikan Kepadamu Air Hidup
Oleh: Martin Simamora


A.Adakah Engkau Lebih Besar dari pada bapa kami Yakub
Siapakah Kristus menjadi sentral dalam injil bukan  dalam konteks yang dapat dipahami oleh dunia pikir manusia walau Ia sendiri telah datang dalam konteks manusia yang seutuhnya. Dalam satu kasus yang sangat signifikan di dekat sumur Yakub dalam sebuah momen yang sangat biasa..begitu normalnya bagi seorang manusia yang haus dan membutuhkan tegukan air sejuk, siapakah Yesus Kristus menjadi topik  yang penting. Kita harus memahami bahwa komplikasi ini muncul karena Yesus dalam kemesiasannya senantiasa menghadirkan kemesiasan yang melampaui pemahaman judaisme di eranya terutama pada makna mesias dan anak Allah. Kita tahu bahwa terminologi anak Allah dan mesias bukanlah hal yang asing dalam judaisme, sebagaimana kitab suci menunjukannya:

Mengenai raja Salomo:
Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku (2Sam 7:14)

Mengenai Israel
Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu (Hosea 11;1)

Mengenai Daud
Telah Kutaruh mahkota di atas kepala seorang pahlawan (Mazmur 89:19)

Sehingga berdasarkan teks-teks diatas tersebut,ketika kita membaca catatan injil mengenai Kristus:
          
Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah (Markus 1:1)

Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" (Matius 16:16)

   
tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya. (Yohanes 20:31)

Maka gelar yang diurapi dan Anak Allah secara konsepsi bukanlah hal yang unik dan satu-satunya bagi Yesus.Bahkan dalam pemahaman judaisme, dengan demikian, pada mesias sama sekali tidak mengandung keilahian atau kedivinitasan dan demikian juga terminologi anak Allah pun tidak, sampai Yesus menampilkan dirinya sebagai divinitas baik kemesiasannya dan ke-anakAllahan-nya dalam perkataan dan perbuatannya di bumi ini. 

Dengan kata lain, jika Yesus adalah mesias dan raja selanjutnya yang datang sebagai yang diurapi untuk membawa pembebasan dan kemerdekaan dalam pemahaman judaisme, seharusnyalah ia tidak dan bukan yang ilahi dalam cara yang bagaimanapun. Kita juga harus mencamkan bahwa Yahudi begitu ketat dalam memelihara monoteisme.

0 Memandang Yesus Kristus Dalam Alkitab : Nabi Mikha, Nabi Zakharia & Nabi Yesaya (9)


Benarkah Mesias Memiliki Kesehakekatan Dengan Bapa: Memahami Apa Yang Dilakukan Bapa, Itu Juga Yang Dilakukan Anak

Sebuah refleksi yang disusun untuk menuntun mereka keluar dari konsepsi Corpus Delicti & Yesus adalah Allah yang dilantik
Oleh: Martin Simamora
Bacalah lebih dulu bagian 8

(5)Sehingga jika kita memperhatikan secara cermat dan seksama, sentral pemberitaan kabar baik adalah pertama-tama dan satu-satunya adalah mengenai diri sang mesias itu sendiri. Tanpa pemberitaan dirinya maka kitab suci tak akan berjumpa dengan penggenapannya, sebuah penggenapan yang tak mungkin terjadi di luar dan tanpa dirinya. Siapakah dirinya dan sepenting apakah diirnya, itu juga yang secara ultimat diangkat Yesus sebagai permulaan segala permulaan pemberitaan kabar baik dari mulutnya dan dalam pengajarannya. Perhatikan episode unik berikut ini:

Yohanes 8:17-18 Dan dalam kitab Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang adalah sah; Akulah yang bersaksi tentang diri-Ku sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku."

Yesus menyebutkan 2 saksi terkait siapakah dirinya, namun itu mencakup dirinya sendiri: “akulah yang bersaksi tentang diri-Ku sendiri”, hendak menunjukan bahwa di dunia ini tidak ada dan tidak mungkin ada satu manusia yang berkuasa bersaksi mengenai dirinya. Jadi tak juga ibunya, ayahnya, sahabat-sahabat kecilnya. Mengapa demikian? Itu karena siapakah Ia pada mulanya. Itu sebabnya Yesus berkata:“dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku,” bahkan malaikat-malaikat atau apapun makhluk sorgawi tak akan berkuasa bersaksi mengenai dirinya! Kita sudah pernah melihat sebuah momen mengenai hal ini: Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring (Yohanes 28:6). Sehigga jika kita ingin mengetahui kuasa kesaksian Yesus termasuk kedaulatan kuasa perkataannya atau mulutnya, maka secara sederhana dan tepat dapat dikatakan berkuasa atas dunia kini, dunia kematian dan dunia kebangkitan yang secara gamblang direpetisikan oleh malaikat dalam ungkapan yang sangat vulgar: Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya.

0 Memandang Yesus Kristus Dalam Alkitab : Nabi Mikha, Nabi Zakharia & Nabi Yesaya (8)


Benarkah Mesias Memiliki Kesehakekatan Dengan Bapa: Memahami Sang Firman Turun Menjadi Manusia
Sebuah refleksi yang disusun untuk menuntun mereka keluar dari konsepsi Corpus Delicti & Yesus adalah Allah yang dilantik
Oleh: Martin Simamora

Bacalah lebih dulu bagian 7
(4)Segala Sesuatu. Ketika Yesus menjelaskan dirinya dan relasinya kepada Allah, maka dirinya akan berada pada posisi yang tidak bisa dijelaskan bahwa ia belaka nabi, guru, raja, imam, dan seorang anak manusia… tanpa mempertimbangkan secara substansial bahwa ia pada saat yang sama memiliki kehakekatan sesubstansi Bapa…yang bahkan harus memaksa siapapun mengecamnya sebagai seorang penghujat. Ketika Yesus menggagaskan kata segala sesuatu maka kapasitasnya (maksudnya kedalaman, ketinggian dan keluasannya) menjadi infinite dalam ia adalah manusia. Coba kita perhatikan ini:

Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.- Matius 11:27

Pernyataan di atas kemegahannya dan infinitas tidak terletak semata pada kata “semua” dan “diserahkan”, karena jika demikian bisa saja orang tergoda untuk memberikan semacam penjelasan bahwa kemegahan dan infinitasnya adalah sebuah subordinasi. Jadi walaupun ia mulia namun subordinat. Tetapi itu semua serta merta gugur kala Yesus menunjukan bahwa “diserahkan” disini bukanlah sebuah subordinasi bersifat kelas tetapi relasi kemuliaan diri Yesus yang sedang begitu diagungkan oleh Bapa karena itulah keagungan diri-Nya sendiri. Coba perhatikan ini: tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak. Kalau kita batasi pada relasi keduanya saja, maka mengenal baik Bapa dan Anak adalah sebuah kemuliaan yang bukan saja sama tetapi tak bisa dirobek atau didivisikan seolah ada semacam kehakekatan yang divisional pada keduanya. Coba sorot pernyataan ini: tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa? Sesukar dan sejauh apakah sehingga Sang Firman yang menjadi manusia hanya mungkin dikenali oleh Bapa? Tetapi memang itulah yang terjadi sebagai sebuah eksistensi sang Kristus:…dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya. Kita sedang melihat Dia yang sangat dekat tetapi tidak mungkin dikenali oleh manusia tepat sebagaimana tidak ada yang dapat melihat dan mendengar Bapa, selain Yesus: dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak. Kita tidak melihat ini adalah soal subordinasi tetapi kesehakekatan Anak terhadap Bapa dalam Anak adalah manusia sejati.

Segala sesuatu,dengan demikian, hendak menunjukan sebuah kesehakekatan yang berlangsung dalam diri Anak Manusia Sang Mesias dengan Bapa. Anak Manusia bukanlah sebuah bentuk keilahian ciptaan dan bukanlah keilahian inferior, tetapi absolut dan totalitas sebangun tanpa sedikitpun sebuah kemelesetan. Bahkan terkait ini, kita malah akan mendengarkan sebuah ketakjuban pada wujud dari kesehakekatannya, sebab apa yang akan dikatakan akan menunjukan ketakmungkinan untuk dilakukan oleh keilahian yang inferior terhadap Bapa selain harus sebuah kesehakekatan dalam siapakah Ia. Coba perhatikan ini:

0 Memandang Yesus Kristus Dalam Alkitab : Nabi Mikha, Nabi Zakharia & Nabi Yesaya (7)


Benarkah Mesias Memiliki Kesehakekatan Dengan Bapa: Memahami Sang Firman Turun Menjadi Manusia
Sebuah refleksi yang disusun untuk menuntun mereka keluar dari konsepsi Corpus Delicti & Yesus adalah Allah yang dilantik
Oleh: Martin Simamora

Bacalah lebih dulu bagian 6
Sebuah Catatan Kecil
Saya ingin memberikan satu catatan penting lebih dulu pada bagian ini, sebelum saya meneruskan serial ini. Apa yang diperlihatkan oleh Yesus Sang Mesias, sekali lagi harus senantiasa dicamkan,bukanlah kemuliaan yang diharapkan seharusnya diperlihat. Sebaliknya walau itu adalah milik kehakekatannya, orang-orang tak akan mendapatkan semacam kegemilangan mesianik yang didambakan. Pernah hal ini hendak dikejar untuk direbut bahkan, tetapi bagaimanapun jitunya momentum yang terjadi serta bagaimanapun kuatnya bukti visual telah bersaksi bagi jiwa mereka, tetap saja mereka tak akan menemukan penggenapan lahiriah dambaan, sebab inilah yang terjadi:

Yohanes 6:14-15Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia." Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.

Nabi Yesaya sendiri pernah mendeklarasikan nubuat-nubuat penting yang juga menjadi dasar bagi orang-orang Israel untuk mengenalinya:

Yesaya 52:7 Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan pembawa berita, yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik, yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion: "Allahmu itu Raja!"

Yesaya 52:13Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan.

Sebagai seorang mesias yang gilang gemilang pada kesudahannya. Coba kita memperhatikan ini: Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan,juga yang ini “Allahmu itu Raja.” Jika demikian mengapa Yesus menyingkir ke gunung untuk menjauhkan diri dari mereka, sementara hati orang banyak tersebut sudah begitu diteguhkan oleh kesaksian divinitasnya sendiri secara kasat mata dan bahkan setelahnya pun tetap ada semacam monumen yang bersaksi lebih kuat daripada kata-kata itu sendiri, yatu:

Yohanes 6:12-13 Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang." Maka merekapun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan.

0 Memandang Yesus Kristus Dalam Alkitab : Nabi Mikha, Nabi Zakharia & Nabi Yesaya (6)


Benarkah Mesias Memiliki Kesehakekatan Dengan Bapa: Memahami Sang Firman Turun Menjadi Manusia
Sebuah refleksi yang disusun untuk menuntun mereka keluar dari konsepsi Corpus Delicti & Yesus adalah Allah yang dilantik
Oleh: Martin Simamora
Bacalah lebih dulu: Bagian 5

Apa yang tersukar pada diri Yesus dalam pandangan orang banyak adalah peangsosiasian diri-Nya olehnya sendiri terhadap Bapa, bukanlah sebuah  relasi asosiatif belaka atau bukan relasi yang belaka memiliki hubungan bersifat eksklusif atau bahkan tidak mungkin untuk semata dikatakan sebuah hubungan yang begitu kudus. Perhatikan berikut ini:

(3)Yohanes 5:19 Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak

Kesukaran terutama pada kesaksian mengenai dirinya sendiri adalah kalah dirinya dan Bapanya adalah dua pribadi yang tak mungkin memiliki dua hakekat yang berbeda, sebaliknya sehakekat sehingga apapun yang Bapa kerjakan maka demikian juga Anak. Jadi bilamana di Sorga Bapa berkehendak mengerjakan segala sesuatu yang telah dipikirkan, dirancang, dikehendakinya untuk terjadi dalam ruang, waktu dan materi, maka Anak mengerjakan-Nya. Dalam kesempatan lain, Yesus berkata begini: “Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepada-Ku." (Yohanes 12:49-50), dalam sabdanya ini, ia secara terbuka menyingkapkan bahwa kedudukan dirinya sebagai orang yang diutus Bapa tidak terbingkai dalam makna seorang yang lebih rendah mewakili dia yang lebih mulia dan tinggi, karena tak mungkin seorang utusan memiliki kemuliaan dan keagungan yang sehakekat terhadap Sang Pengutus: “dan barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku. Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan. Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman. (Yoh 12:45-48).

Ia adalah utusan yang adalah Raja yang bertitah dengan sebuah konsekuensi fatal bilamana menolak dirinya dan tidak menerima perkataannya, yaitu akan dihakimi oleh firman yang telah dikatakan-Nya. Ini menjelaskan bahwa dia yang diutus dan dia yang mengutus adalah satu pemerintahan yang sehakekat dengan sebuah tatanan yang membuat pemerintahan kehendak Allah di sorga telah berlangsung secara begitu sempurna dan berdaulat penuh dalam pemerintahan sabda dan pekerjaan Anak di bumi. Ia pada saat yang sama juga berkata bukan datang sebagai yang menghakimi tetapi untuk menyelamatkan; ia ada berdiri diantara kegelapan dunia dan penghakiman Allah yang bertakhta dalam sabdanya sendiri, Ia adalah pendamai sebagai seorang Imam Agung Allah di muka bumi ini.

0 Memandang Yesus Kristus Dalam Alkitab : Nabi Mikha, Nabi Zakharia & Nabi Yesaya (5)

Benarkah Mesias Memiliki Kesehakekatan Dengan Bapa: Memahami Sang Firman Turun Menjadi Manusia
Sebuah refleksi yang disusun untuk menuntun mereka keluar dari konsepsi Corpus Delicti & Yesus adalah Allah yang dilantik

Bacalah lebih dulu: bagian 4
Oleh: Martin Simamora

Bapa Telah memberikan kepadanya. Ini adalah relasi yang tak mudah dipahami bahkan sebetulnya tak mungkin jika saja Yesus tak pernah mengemukakannya. Ketakmudahan untuk memahaminya hingga ke tahap kemustahilan bagi indrawi manusia disebabkan karena tak ada satupun manusia yang dapat melihat permulaannya dalam peradaban alam semesta ini. Nabi Mikha dalam nubuat mengenai seorang raja Israel yang akan datang telah menggambarkan bahwa raja ini memiliki permulaan sebagai  Ia adalah divinitas sebagai pencipta segala permulaan dan bahwa ia adalah sumber segala permulaan. Mikha 5:2 menuliskan: ‘Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.’ Untuk apakah nubuat purba mengenai seorang raja yang keberadaan dan letak permulaannya adalah keabadian sebelum segala sesuatunya; sebelum ada untuk disebutkan Betlehem Efrata dan sebelum ada untuk disebutkan kerajaan Israel? Jelas ini bukan kisah mengenai Israel itu sendiri dan apalagi Betlehem tetapi adalah kisah seorang raja yang telah ada sebelum segala sesuatu ada termasuk sejarah itu sendiri ada bagi dunia ini dan baginya sendiri untuk menjadi seorang raja Israel sementara Ia pada mulanya bukan seorang Yahudi sama sekali dalam kekekalannya karena Ia tak bersuku bangsa  sejak semulanya tetapi ia telah ditentukan sejak semula untuk masuk ke dalam sejarah dunia pada satu bangsa yang kecil sebagaimana kecilnya kota tempat kelahirannya. Tentulah seorang raja Israel haruslah seorang Israel, dan raja yang berasal dari kekekalan pasti akan menghadirkan kemegahan dan kegentaran bagi raja dan bagi para pemimpin-pemimpin agama dunia ini. Perhatikanlah ini:

Matius 2:1-5 Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia." Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel." Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak. Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia."

Kitab kuno Mikha 5:2 secara luar biasa menjadi fokus yang memiliki gravitasi yang begitu dahsyat sehingga seorang raja sangat berkuasa, segenap imam dan ahli Taurat bangsa Yahudi, tak mungkin tak berkata bahwa pada Mikha 5:2 semua harus mengukur kedatangan Mesias yang dinubuatkan sejak Purba dan memiliki kekekalan dalam kekekalan dirinya sendiri yang eksistensi kesejarahannya menemukan penggenapannya dalam kedatangannya secara geografis sebagaimana telah ditorehkan Allah sendiri pada kitab nabi Mikha. Ia begitu penting dan begitu agung dalam kemuliaan yang tak mungkin dimiliki satu manusia teragung manapun lainnya di dunia ini, sebab kemuliaanya berasal datang dari kitab suci yang sejak semula telah menuliskan mengenai dirinya. Dirinya adalah sentral kitab suci dan boleh dikatakan inilah pertama kalinya observasi mesianik dalam pimpinan kuasa negara adi daya kala itu berlangsung, dengan perintah yang singkat, tajam, jelas tanpa keburaman: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu!"

0 Memandang Yesus Kristus Dalam Alkitab : Nabi Mikha, Nabi Zakharia & Nabi Yesaya (4)


Benarkah Mesias Memiliki Kesehakekatan Dengan Bapa: Memahami Sang Firman Turun Menjadi Manusia

Sebuah refleksi yang disusun untuk menuntun mereka keluar dari konsepsi Corpus Delicti & Yesus adalah Allah yang dilantik

Oleh: Martin Simamora

Sebelumnya: Bagian 3
Siapapun akan memandang klaim diri Yesus ini, bahwa ia adalah hakim, maksudnya sang hakim yang menghakimi setiap manusia dari segala bangsa telah merupakan klaim yang tak mungkin dijelaskan tanpa menimbulkan problem semacam ini ”siapakah kemudian sesungguhnya Allah” jika penghakiman adalah juga padanya? Karena posisi hakim dalam secara demikian akan menunjukan dua hal sekaligus: pertama, hanya Kristus adalah Allah dan tak ada allah lain selain dirinya; kedua, tidak satu ilah lain apapun juga yang kepadanya manusia akan dan tak terelakan akan berhadapan dalam penghakiman yang tak satupun dapat melarikan diri dan apalagi berbantahan. Ketika Yesus berkata semacam ini:

Matius 24:30-31 Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Dan Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dengan meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain.

merupakan eksistensi yang paling keras dan paling mulia menunjukan bahwa tidak ada yang lain selain Dia. Bagaimana mungkin hal ini sendiri tidak menjadi “konflik” untuk menjelaskan kekuasaan antara Anak Manusia dan Bapa, ini hanya dapat dijelaskan dengan satu pondasi terpenting dan tunggal oleh Yesus sendiri, bahwa: “Aku dan Bapa adalah satu” (Yohanes 10:30). Walau mungkin muncul semacam “subordinasi” antara Bapa dan Anak semisal dalam pernyataan ini: “Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa sendiri” (Matius 24:36), ini tidak menunjukan subordinasi yang menunjukan semacam  kuasa antar keduanya yang terdivisi sebenarnya, bahwa Bapa lebih tinggi daripada Anak dalam totalitas eksistensi sehingga dua yang berbeda dan ada allah disamping Allah. Satu hal yang perlu dipertimbangkan secara absolut adalah, setiap orang harus memahami mengapa “problema” ini bisa muncul dalam pandangan manusia. Apakah itu? Itu adalah karena Sang Firman telah menjadi manusia sehingga menciptakan semacam relasi dan fungsi yang harus berlangsung dalam tatanan semacam ini: “Sorga berkehendak, maka di bumi itu semua  akan terjadi tepat tanpa kemelesetan bagaimanapun juga sehingga memang terjadi sebagaimana  sorga berkehendak”. Itu sebabnya relasi dan fungsi ini dikemukakan oleh Yesus dalam sebuah sabda yang sangat menekankan relasi dan fungsi yang eksistensinya dan sifatnya bukan sekedar identik tetapi memang “Aku dan Bapa adalah satu”, begitu nyata dalam sabda ini:

0 Memandang Yesus Kristus Dalam Alkitab : Nabi Mikha, Nabi Zakharia & Nabi Yesaya (3)


Benarkah Mesias Memiliki Kesehakekatan Dengan Bapa: Memahami Sang Firman Turun Menjadi Manusia
Sebuah refleksi yang disusun untuk menuntun mereka keluar dari konsepsi Corpus Delicti & Yesus adalah Allah yang dilantik

Oleh: Martin Simamora


Sebelumnya: Bagian 2
Kemuliaan Mesias ini bahkan ketika diasosiasikan dengan menambahkan ‘Sang” pada kata Mesias atau Kristus untuk menunjukan keilahian atau ketuhanan pada Anak Manusia, pun sebenarnya memiliki keterbatasan yang sangat krusial sebab walau secara linguistik akan cukup membantu,namun kala menjelaskan dan memahami kehakeatannya, problemnya tak terselesaikan begitu saja oleh karena komplikasinya begitu keras dan begitu meruntuhkan sistematikan kemonoteisme-an yang berdiri begitu rapi dan permanen dalam tatanan religiositas yang sama sekali tak mengenal dan mengakui kesehakekatan atau kese-Dzat-an  antara Anak Manusia dengan Bapa. Karena memang begitu sukar dan begitu jauh dari jangkauan manusia untuk menyelami hakekat Allah yang bersemayam penuh dalam diri Kristus itu (Kolose1:16-17), itu sebabnya Yesus tidak pernah berkutat dengan teks-teks Kitab Suci untuk menjelaskan relasi dirinya terhadap Bapa, selain satu ini saja: “pekerjaan-pekerjaannya” akan bersaksi siapakah Ia:

Yohanes 5:36 Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku.

Ada semacam kesia-siaan dalam diri manusia untuk dapat dan mungkin melahirkan kesaksian yang benar mengenai Anak Manusia ketika kitab suci dipegang berdasarkan kekuatan pikiran dan jiwa manusia: tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan. (Yohanes 5:34).
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9