Sang Mesias Berkuasa Memberikan Kepadamu Air Hidup
Oleh: Martin Simamora
A.Adakah Engkau Lebih Besar
dari pada bapa kami Yakub
Siapakah
Kristus menjadi sentral dalam injil bukan
dalam konteks yang dapat dipahami oleh dunia pikir manusia walau Ia
sendiri telah datang dalam konteks manusia yang seutuhnya. Dalam satu kasus
yang sangat signifikan di dekat sumur Yakub dalam sebuah momen yang sangat
biasa..begitu normalnya bagi seorang manusia yang haus dan membutuhkan tegukan
air sejuk, siapakah Yesus Kristus menjadi topik yang penting. Kita harus memahami bahwa
komplikasi ini muncul karena Yesus dalam kemesiasannya senantiasa menghadirkan
kemesiasan yang melampaui pemahaman judaisme di eranya terutama pada makna
mesias dan anak Allah. Kita tahu bahwa terminologi anak Allah dan mesias
bukanlah hal yang asing dalam judaisme, sebagaimana kitab suci menunjukannya:
Mengenai raja Salomo:
Aku
akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku (2Sam 7:14)
Mengenai Israel
Ketika
Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu (Hosea
11;1)
Mengenai Daud
Telah
Kutaruh mahkota di atas kepala seorang pahlawan (Mazmur 89:19)
Sehingga
berdasarkan teks-teks diatas tersebut,ketika kita membaca catatan injil mengenai Kristus:
Inilah
permulaan Injil tentang Yesus Kristus,
Anak Allah (Markus 1:1)
Maka
jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias,
Anak Allah yang hidup!" (Matius 16:16)
tetapi
semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah
Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu
oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya. (Yohanes 20:31)
Maka
gelar yang diurapi dan Anak Allah secara konsepsi bukanlah hal yang unik dan
satu-satunya bagi Yesus.Bahkan dalam pemahaman judaisme, dengan demikian, pada mesias sama
sekali tidak mengandung keilahian atau kedivinitasan dan demikian juga terminologi
anak Allah pun tidak, sampai Yesus menampilkan dirinya sebagai divinitas baik
kemesiasannya dan ke-anakAllahan-nya dalam perkataan dan perbuatannya di bumi
ini.
Dengan kata lain, jika Yesus adalah mesias dan raja selanjutnya yang datang
sebagai yang diurapi untuk membawa pembebasan dan kemerdekaan dalam pemahaman
judaisme, seharusnyalah ia tidak dan bukan yang ilahi dalam cara yang
bagaimanapun. Kita juga harus mencamkan bahwa Yahudi begitu ketat dalam
memelihara monoteisme.
Itu
sebabnya kemesiasan Yesus walau diakui dalam derajat tertentu akan senatiasa
menimbulkan masalah, sebagaimana di dekat sumur Yakub ini:
Maka
kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta
minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan
orang Samaria.) Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau
tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku
minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu
air hidup." (Yohanes 4:9-10)
Perempuan
Samaria tersebut menerima jawaban mencengangkan sebab sementara Sang Mesias
kehausan dan membutuhkan air sejuk, pun Ia berkata bahwa Ia akan memberikan air
hidup! Tentu saja ini menimbulkan kegusaran dan kegoncangan jiwa yang begitu
besar ketika mendengarkan ada satu manusia yang berani berkata bahwa ia mampu
memberikan air hidup. Itu sebabnya respon pedas dilemparkan dengan maksud untuk
mengingatkan Yesus bahwa ia tidak memiliki kuasa sedemikian besarnya:
Kata
perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini
amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang
telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?"
(Yohanes 4:11-12)
Apakah
Kristus lebih besar daripada Yakub dan sumurnya yang tak hanya memberikan
minum tetapi juga seluruh hewan ternak?
Tetapi
kemesiasan yang divinitas semacam inilah yang ditegakan Yesus dalam
memberitakan kemesiasan dirinya:
Sumur Yakub
|
Sumur Abadi Dalam
Yesus
|
Jawab
Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi,- Yohanes
4:13
|
tetapi
barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk
selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi
mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup
yang kekal."- Yohanes 4:14
|
Yesus
adalah Mesias dan Anak Allah telah ditampilkan oleh Yesus sebagai Ilahi dan
berkuasa dalam kedaulatan utuh dan kekal sebagaimana halnya Allah! Ketika Yesus
berkata semacam ini: air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air
di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal,
maka inilah kemesiasannya dan bahwa Ia adalah Anak Allah ada dalam
kesehakekatan dengan Allah yang memiliki dan berkuasa memberikan kepada siapa
Ia mau memberikan hidup bersama Bapa!
Kemesiasan
yang tak sebagaimana diajarkan dalam Judaisme yang tak mengenal mesias yang
ilahi, itulah yang diperkenalkan Yesus di dekat sumur Yakub tersebut:
Jawab
perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang
disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu
kepada kami." Kata Yesus
kepadanya: "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau."-
Yohanes 4:25-26
B.Walau Ia Hanya Manusia
Saja, Ia Berkata dan Berlaku Sebagaimana Allah: Ia Dilempari Batu (Problem
Hebat Kemesiasan Yesus dalam Pandangan Judaisme)
Seperti
tadi telah saya tunjukan, bahwa terminologi
mesias dan anak Allah bukanlah hal yang terlalu eksklusif pada diri Yesus sebab
Daud pun diurapi sebagai raja dan Israel pun disebut anak-anak Allah. Ketika
Yesus memperkenalkan dirinya dalam kemesiasan yang menyimpang dalam
religiusitas dan pemikiran judaisme maka Yesus segera mendapatkan penolakan
yang keras dan kejam, sebagaimana berikut ini:
Sekali
lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada
mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang
Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu
mau melempari Aku?"Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu
pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau
menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan
diri-Mu dengan Allah." (Yohanes 10:31-33)
Mesias
seharusnya bukanlah Allah didalam daging sebagaimana ditampilkan Yesus, itu
akan menimbulkan problem tak terpecahkan bagi manusia untuk menerima kemesiasan
Kristus. Keberatan orang-orang Yahudi terletak pada kemesiasan yang lahir dari
dalam diri Yesus secara begitu ilahi sampai memang Ia dipandang sebagai Allah
disamping Allah. Sementara Kristus dalam menunjukan keilahian mesianiknya tidak
demikian, sebab keilahiannya bukan ilahi lain disamping Allah tetapi ini: Aku dan Bapa adalah satu (Yohanes
10:30). Kesatuan Mesias dan Bapa tentu saja telah mengecualikan dirinya dari “siapapun”
pada sabdanya yang ini: Bapa-Ku, yang
memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun (Yohanes 10:29). Bapanya lebih besar daripada siapapun
namun Ia dan Bapa adalah satu.
Yesus
sangat memahami bahwa problemnya bukan
pada semata ia berkata bahwa dirinya adalah Anak Allah tetapi pada bagaimana Ia
adalah Anak Allah berdiri secara begitu tak dapat bersanding dengan Israel
adalah Anak-Anak Allah. Itu sebabnya terkait problem ini, Yesus meminta semua
untuk menguji kemesiasan yang ilahi dalam keabsolutan Mesias dan Bapa adalah satu
untuk mengujinya melalui apa yang dikerjakannya:
tetapi
jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan
pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa
di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa."- Yohanes 10:38
Keilahian
pada kemesiasan Yesus, dengan demikian bukan: yang lain disamping Allah; dan yang
lain lebih rendah daripada Bapa, oleh sebab satu hal: Yesus dan Bapa adalah
satu. Kristus tidak sedang mengintroduksi semacam politeisme dan keilahian
hirarkial semacam Bapa lebih besar daripada Anak, sebab Kitab Suci tidak
mengajarkan politeisme yang bagaimanapun juga.
Mesias
dan Anak Allah yang memiliki gagasan divinitas akan segera menimbulkan
penolakan yang hebat sebab mereka tak sanggup dan tak berdaya percaya kepada
Yesus walau begitu dekat dan begitu otentik, itu sebabnya setiap kali Kristus
memberitakan dirinya adalah mesias yang ilahi, inilah yang diterimanya sebagai
balasan: Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan
mereka (Yohanes 10:39).
Injil
Yohanes terkait problem mesias yang ilahi sehingga bertentangan dengan
kemesiasan sebagaimana dipahami dalam judaisme memberikan kita sebuah catatan
sangat penting mengenai mesias dan Anak Allah yang Ilahi ini berdasarkan nabi
perjanjian lama terakhir- Nabi Yonanes sebagai berikut:
Dan
banyak orang datang kepada-Nya dan berkata: "Yohanes memang tidak membuat
satu tandapun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini
adalah benar."- Yohanes 10:41
Solus
Christus
Soli
Deo Gloria
No comments:
Post a Comment