Rabu, tgl 20
Agustus 2014, pk 19.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
|
Luke 22:44 And being in anguish, he prayed more earnestly, and his sweat was like drops of blood falling to the ground. Photo : Travis Silva |
KESUCIAN KRISTUS
kristologi (10)
III)
Ketidak-bisa-berdosaan Kristus.
Semua orang
yang Injili dan Alkitabiah setuju bahwa dalam faktanya Kristus tidak pernah berbuat
dosa.
Tetapi yang dibicarakan sekarang, adalah: secara teoritis, adakah kemungkinan bagi Yesus
untuk jatuh ke dalam dosa pada waktu Ia hidup sebagai manusia dalam dunia ini?
Dalam hal
ini tidak ada kesatuan pendapat, bahkan dalam kalangan Reformedpun tidak ada
keseragaman pendapat.
Sekarang
mari kita menyoroti macam-macam pandangan yang ada:
A) Kristus tidak bisa
berdosa (non posse peccare / not possible to sin).
Ini
merupakan pandangan Calvin dan orang-orang Reformed pada umumnya.
Catatan: sepanjang
yang saya tahu, dari para ahli theologia Reformed, hanya Charles Hodge yang tidak
setuju dengan pandangan ini.
Hal-hal yang
dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa Kristus tidak bisa berbuat dosa:
1) Ibr 13:8 berkata bahwa Kristus tidak
berubah.
Ibr 13:8 - “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin
maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.”.
William G.
T. Shedd: “The immutability of Christ taught in Heb. 13:8 pertains to all the
characteristics of his person. His holiness is one of the most important of
these. If the God-man, like Adam, had had a holiness that was mutable and might
be lost, it would be improper to speak of him in terms that are applicable only
to the unchangeable holiness of God.” [= Ketidak-bisa-berubahan tentang
Kristus yang diajarkan dalam Ibr 13:8 berkenaan
dengan semua sifat yang khas dari PribadiNya.
Kekudusan / kesucianNya adalah salah satu yang terpenting dari hal-hal ini.
Seandainya Sang Manusia-Allah, seperti Adam, mempunyai suatu kekudusan /
kesucian yang bisa berubah dan bisa hilang, adalah tidak tepat untuk berbicara
tentang Dia dengan istilah-istilah yang hanya sesuai dengan kekudusan /
kesucian yang tidak bisa berubah dari dari Allah.] - ‘Dogmatic Theology’, vol II, hal 331.
Kalau Ia
bisa berdosa, maka itu berarti Ia bisa berubah (dari suci menjadi berdosa).