Rabu, tgl 27
Agustus 2014, pk 19.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
"BernubuatLAH, Siapa Yang Memukulmu"-Lukas 22:64 Yesus telah memprediksi hal ini: Matius 20:19, Markus 10:34, Lukas 18:32 Kredit :
The Mocking of Christ by
Matthias Grünewald, c. 1505
|
kristologi (11)
PELAJARAN IV
THE
HUMILIATION OF CHRIST
(PERENDAHAN
KRISTUS)
Bacalah lebih dulu bagian10
Ada 5 tahap
perendahan yang dialami oleh Kristus:
I)
Inkarnasi.
A) Arti kata ‘inkarnasi’.
Kata ini
berasal dari kata bahasa Latin IN [= in
(= dalam)] + CARO / CARNIS [= flesh
(= daging)]. Jadi, inkarnasi bisa diartikan ‘masuk ke dalam daging’. Tentu saja
yang dimaksud dengan ‘daging’ bukan hanya ‘tubuh’, tetapi ‘seluruh manusia’.
Catatan:
Jangan
menyamakan ‘inkarnasi’ dengan ‘reinkarnasi’. Kekristenan mempercayai inkarnasi,
yaitu waktu Yesus, yang adalah Allah, menjadi manusia. Tetapi kekristenan
menolak reinkarnasi, yang merupakan ajaran agama Hindu / Buddha, karena
bertentangan dengan Kitab Suci, khususnya Ibr 9:27, yang mengatakan bahwa
manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja dan sesudah itu
dihakimi.
Ibr 9:27 - “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,”.
B) Subyek dari inkarnasi.
Bukan
Allah Tritunggal, tetapi
Allah Anaklah yang berinkarnasi dan mengambil hakekat manusia.
Tetapi juga harus diingat bahwa setiap pribadi dalam Allah Tritunggal ikut
aktif dalam inkarnasi.
Mat 1:20 - “Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: ‘Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.”.Luk 1:35 - “Jawab malaikat itu kepadanya: ‘Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”.Yoh 1:14 - “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”.Ro 8:3 - “Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,”.Gal 4:4 - “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.”.Fil 2:5-7 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”.
Bahwa yang
berinkarnasi adalah Allah Anak,
merupakan sesuatu yang perlu diingat / dicamkan, untuk menghadapi ajaran sesat
yang disebut Modalistic Monarchianism / Patripassianism / Sabellianism, yang mengatakan
bahwa Allah Bapa
sendirilah yang berinkarnasi sebagai Anak.
Penerapan:
Banyak orang
kristen berdoa secara salah dengan berkata:
1) ‘Yesus, Bapa yang di surga, ...’.
2) ‘Kami bersyukur kepadaMu Bapa,
karena Engkau telah rela menjadi manusia dan mati bagi dosa kami.’.
Ini merupakan
doa yang salah secara theologis karena mengacau-balaukan Yesus dengan Bapa /
menganggap bahwa Bapa berinkarnasi menjadi Yesus / Anak.
C) Inkarnasi dan kelahiran.
Inkarnasi
berbeda dengan kelahiran karena:
1) Inkarnasi menunjukkan tindakan
aktif, sedangkan kelahiran menunjukkan pada tindakan
pasif.
Karena itu
Yesus selalu berkata ‘Aku datang’ (misalnya: Luk 19:10 Yoh 9:39
Yoh 10:10 dsb) - yang menunjukkan tindakan aktif, bukannya ‘Aku
dilahirkan’ - yang menunjukkan tindakan pasif.
Catatan: memang dalam Yoh 18:37b Yesus berkata: ‘Untuk itulah Aku lahir’, tetapi Ia langsung menyambung dengan kata-kata ‘dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini’.
Ini
menunjukkan bahwa Yesus bukan sekedar manusia biasa, tetapi juga adalah Allah
sendiri, karena tidak ada orang biasa yang kelahirannya merupakan tindakan
aktif.
2) Inkarnasi menunjukkan bahwa Yesus mempunyai Pre-existence / keberadaan sebelumnya
(Yoh 1:1 6:38 8:58
2Kor 8:9 Fil 2:6-7).
Kalau
sekedar dikatakan bahwa Yesus dilahirkan, maka itu menunjukkan bahwa sebelum Ia
dilahirkan, Ia tidak ada. Tetapi kalau dikatakan bahwa Yesus berinkarnasi,
karena inkarnasi merupakan tindakan aktif, maka itu menunjukkan bahwa Ia sudah
ada sebelum saat itu.
Ini
lagi-lagi menunjukkan bahwa Yesus bukan hanya sekedar manusia biasa, tetapi
juga adalah Allah sendiri.
D) Perlunya inkarnasi.
Upah dosa
adalah maut / kematian (Ro 6:23
Kej 2:16-17 Kej 3:19).
Untuk menebus dosa manusia, Allah harus mengalami kematian itu. Karena Allah
tidak bisa mati, maka Ia harus menjadi manusia lebih dulu, baru Ia bisa mati
untuk menebus dosa manusia.
Tetapi ada
ajaran yang mengatakan bahwa Yesus tetap harus menjadi manusia sekalipun
manusia tidak jatuh ke dalam dosa.
Alasannya:
1) Inkarnasi pasti ada dalam Rencana Allah.
Rencana
Allah tidak mungkin gagal, dan pasti akan dilaksanakan. Karena itu, tidak jadi
soal apakah manusia jatuh ke dalam dosa atau tidak, Yesus tetap harus menjadi
manusia.
2) Pekerjaan Kristus bukan hanya penebusan dan
penyelamatan. Ia adalah Pengantara, tetapi juga adalah Kepala. Karena itu,
andaikatapun manusia tidak jatuh ke dalam dosa, Yesus tetap harus menjadi
manusia supaya Ia bisa menjadi Kepala bagi Gereja.
Bantahan
terhadap ajaran ini:
1) Kitab Suci menunjukkan bahwa inkarnasi ada karena adanya dosa.
Luk 19:10 - “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.’”.Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”.Yoh 10:10 - “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”.Gal 4:4-5 - “(4) Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. (5) Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.”.1Tim 1:15 - “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: ‘Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,’ dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.”.1Yoh 3:8 - “barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diriNya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu.”.
2) Rencana Allah hanya satu dan dalam Rencana ini
sudah termasuk dosa maupun inkarnasi, bahkan dalam
Rencana Allah, inkarnasi itu ada karena adanya dosa.
Banyak orang
kristen tidak mau menerima bahwa dalam Rencana Allah, dosa juga sudah
ditetapkan. Anehnya, biasanya mereka tetap percaya bahwa penebusan dosa oleh
Kristus sudah direncanakan oleh Allah sebelum dunia dijadikan.
Bdk. 1Pet 1:18-20 - “(18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, (19) melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. (20) Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diriNya pada zaman akhir.”.
Padahal
penebusan dosa oleh Kristus hanya bisa terjadi kalau ada dosa yang ditebus.
Bagaimana mungkin penebusannya ditetapkan tetapi dosanya tidak?
Disamping
itu, pembunuhan terhadap Kristus, yang memungkinkan penebusan itu terjadi, juga
adalah dosa. Dan itupun terjadi karena telah ditetapkan oleh Allah.
Kis 2:23 - “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.”.Kis 4:27-28 - “(27) Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi, (28) untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendakMu.”.
Catatan: kalau
saudara mau tahu lebih banyak tentang dosa dalam Rencana Allah, bacalah buku
saya yang berjudul ‘The Providence of
God’.
Jadi
kesimpulannya: inkarnasi ada karena adanya dosa. Tetapi sekalipun ada dosa,
Allah melakukan inkarnasi dan penebusan dosa bukan sebagai kewajiban /
keharusan, tetapi karena kasihNya dan karena itulah yang Ia kehendaki.
E) Apa yang terjadi pada saat inkarnasi.
1) ‘Firman /
LOGOS menjadi manusia’ (Yoh 1:14).
Yoh 1:14 - “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”.
Ini tidak
berarti bahwa:
a) LOGOS kehilangan seluruh atau sebagian
keilahianNya.
b) LOGOS setelah inkarnasi berbeda dengan LOGOS
sebelum inkarnasi.
Seseorang
berkata: “Incarnation does not mean that the LOGOS ceased to be what He was
before.” (= Inkarnasi tidak berarti bahwa LOGOS itu berhenti menjadi apa
adanya Dia sebelum saat itu.).
Kalau kita
menyoroti kata ‘menjadi’ dalam Yoh 1:14, maka kita perlu ingat
bahwa kata ini bisa digunakan dalam 2 arti:
1. Kalau kita berkata ‘nasi sudah menjadi bubur’,
maka itu berarti bahwa mula-mula hanya ada nasi, dan setelah itu hanya ada
bubur, sedangkan nasinya hilang / tidak ada lagi.
2. Kalau saya berkata ‘tahun 1993 saya menjadi
pendeta’, maka itu berarti mula-mula ada saya, dan pada tahun 1993 itu saya
tetap ada / tidak hilang, tetapi lalu ditambahi dengan jabatan pendeta.
Kalau kita
berbicara tentang ‘Firman / Allah yang menjadi
manusia’, maka kita harus mengambil arti ke 2 dari kata ‘menjadi’
tersebut! Jadi, pada waktu Allah menjadi manusia, keilahian
Yesus tidak hilang / tidak berkurang sedikitpun, tetapi Ia justru
ketambahan hakekat manusia pada diriNya.
2) ‘Firman / LOGOS menjadi manusia’ berarti bahwa
LOGOS mengambil hakekat manusia (tubuh & jiwa manusia):
a) Tanpa mengalami perubahan dalam hakekatNya.
b) Tanpa kehilangan sifat-sifatNya.
c) Tanpa menghentikan / mengurangi kegiatanNya.
Beberapa
kutipan penting tentang ketidak-berubahan LOGOS pada saat inkarnasi:
1. “Christ was lowered not by losing but rather
by taking.” (= Kristus direndahkan bukan dengan kehilangan tetapi dengan
mengambil.).
Ini bisa
diilustrasikan sebagai berikut: kita bisa merendahkan seorang yang kaya bukan
dengan mengambil kekayaannya, tetapi dengan memakaikan / menambahkan kepadanya
pakaian yang buruk. Jadi orang itu direndahkan bukan dengan kehilangan apapun,
tetapi sebaliknya dengan ketambahan sesuatu.
2. Leon Morris:
“When the
Word became flesh His cosmic activities did not remain in abeyance.” (= Ketika Firman menjadi daging,
kegiatan-kegiatan alam semestaNya tidaklah dibiarkan terkatung-katung.).
3. LeonMorris:
“We must
surely hold that the incarnation meant the adding of something to what the Word
was doing, rather than the cessation of most of His activites.” (= Kita harus berpegang / percaya bahwa
inkarnasi berarti penambahan terhadap
sesuatu yang sedang dilakukan oleh Firman, dan bukannya
penghentian dari sebagian besar kegiatan-kegiatanNya.).
4. Calvin: “For even if the Word in his
immeasurable essence united with the nature of man into one person, we do not
imagine that he was confined therein. Here is something marvelous: the Son of
God descended from heaven in such a way, that without
leaving heaven, he willed to be borne in the virgin’s womb, to go
about the earth, and to hang upon the cross, yet he continuously filled the
world even as he had done from the beginning.” (= Karena bahkan ketika Firman
dalam hakekatNya yang tak terbatas, bersatu dengan hakekat manusia dalam satu
pribadi, kami tidak membayangkan bahwa Ia dibatasi di dalamnya. Ini adalah
sesuatu yang menakjubkan: Anak Allah turun dari surga dengan cara sedemikian
rupa, sehingga tanpa meninggalkan surga,
Ia mau dikandung dalam kandungan perawan, berjalan-jalan di bumi, dan
tergantung di kayu salib, tetapi Ia secara terus-menerus memenuhi alam semesta
seperti yang Ia sudah lakukan dari semula.) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter XIII, no
4.
Kata-kata
Calvin ini didasarkan atas Yoh 1:18. Kalau kita melihat kontex Yoh 1
itu maka akan terlihat bahwa mula-mula digambarkan bahwa LOGOS itu bersama-sama
dengan Allah (ay 1: ‘pada mulanya’). Setelah itu digambarkan bahwa
LOGOS itu berinkarnasi dan diam di antara manusia (ay 14). Tetapi dalam
ay 18 tetap digambarkan bahwa LOGOS itu ada di pangkuan (Lit: ‘dada’)
Bapa di surga!
Yoh
1:1,14,18 - “(1) Pada mulanya adalah
Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah
dan Firman itu adalah Allah. ... (14) Firman itu
telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah
melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak
Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. ... (18) Tidak seorangpun yang
pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah,
yang ada di pangkuan (dada)
Bapa, Dialah yang menyatakanNya.”.
Perhatikan kata ‘ada’ dalam Yoh 1:18. Dalam bahasa Inggris digunakan present tense!!NASB: who is in the bosom of the Father [= yang ada (present tense!) di dada Bapa].NIV: who is at the Father’s side [= yang ada (present tense!) di sisi Bapa].
Kata bahasa
Yunani yang digunakan adalah HO ON yang arti hurufiahnya adalah ‘the being’. Kata HO adalah definite
article / kata sandang tertentu (‘the’),
sedangkan ON adalah suatu participle
yang ada dalam bentuk present.
Jadi,
sekalipun ay 14 menunjukkan bahwa Firman / Yesus itu sudah menjadi daging
/ manusia, tetapi ay 18 menunjukkan bahwa Firman / Yesus itu tetap ada di
dada Bapa! Ini menunjukkan kemaha-adaan Yesus! Sekalipun manusia Yesusnya terbatas, tetapi Anak Allah itu
tidak terbatas di dalam manusia Yesus
itu. Ia tetap maha ada!
Tetapi ada
orang yang membantah ajaran ini dengan mengatakan bahwa bentuk present
itu menunjuk pada saat rasul Yohanes sedang menuliskan Injil Yohanes
ini, yaitu pada sekitar akhir abad I. Karena itu, ini hanya menunjukkan bahwa
Yesus yang sudah bangkit dan naik ke surga itu, saat itu ada dalam pelukan
Bapa.
Tetapi ini
tidak mungkin, karena dalam ay 18 itu kata-kata ‘ada di dada Bapa’ jelas menjadi dasar yang menyebabkan Yesus itu
bisa ‘menyatakan’ Bapa!
Yoh 1:18 - “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada dipangkuan(dada) Bapa, Dialah yang menyatakanNya.”.
Jadi jelas
tidak menunjuk pada peristiwa yang terjadi pada akhir abad I, tetapi pada saat
Yesus sedang menjadi manusia, atau bahkan bisa diartikan bahwa Yesus terus
menerus ada di dada Bapa.
Perhatikan
juga kutipan-kutipan di bawah ini:
“In view of
the contention of Meyer that the language here refers to no agelong, eternal
indwelling of the Logos with, or of the Son (God only begotten) on the bosom
of, the Father, but to the exaltation of the Christ after his ascension, we can
only refer to the present tense (HO ON), which from the standpoint of the
prologue does not transfer itself to the historical standpoint of the writer at
the end of the first century” [= Tentang
pandangan Meyer bahwa kata-kata di sini tidak menunjukkan bahwa Logos itu diam
/ tinggal secara kekal bersama-sama, atau di dada, Bapa, tetapi menunjuk pada
pemuliaan Kristus setelah kenaikanNya, kami bisa hanya menunjuk pada present
tense (HO ON), yang dari sudut pandang
pendahuluan (pendahuluan Injil Yohanes), tidak mentranfer dirinya sendiri ke sudut pandang
historis dari penulis pada akhir abad pertama].
Keterangan: jadi, present tense itu ditinjau dari sudut
pandang pendahuluan Injil Yohanes (Yoh 1:1-18), bukan dari sudut
pandang saat penulisan Injil Yohanes.
Pulpit Commentary:
“... in this
verse he is speaking of the timeless condition, the eternal fellowship, of the
Only Begotten with the Father, as justifying the fulness of the revelation made
in his incarnation” (= ...
dalam ayat ini ia berbicara kondisi yang kekal, persekutuan kekal, dari Anak Tunggal dengan Bapa, sebagai
dasar / pembenaran kepenuhan wahyu yang dibuat dalam inkarnasiNya).
“The copula
‘is’ expresses a continuing union. The only begotten is continually in the
bosom of the Father” [= Kata
kerja penghubung ‘is’ (= ada)
menunjukkan kesatuan yang terus menerus. Anak Tunggal itu terus menerus ada di dada Bapa].
“Besides,
the added clause ‘who lies upon the Father’s breast’ indicates a relation of
abiding closeness between the Father-God and the Son-God” (= Disamping itu, anak kalimat tambahan
‘yang bersandar di dada Bapa’ menunjukkan suatu hubungan dekat yang kekal antara Allah Bapa dan Allah Anak).
“When John
uses this phrase about Jesus, he means that between Jesus and God there is
complete and uninterrupted intimacy. It is because Jesus is so intimate with
God, that he is one with God and can reveal him to men” (= Ketika Yohanes menggunakan istilah ini
tentang Yesus, ia memaksudkan bahwa antara Yesus dan Allah ada keintiman yang
lengkap dan tak putus-putusnya.
Justru karena Yesus begitu intim dengan Allah, dan satu dengan Allah, maka Ia
bisa menyatakan Dia kepada manusia).
No comments:
Post a Comment