Oleh: Martin Simamora
Menguji Pengajaran
Joseph Prince
“Pengakuan
Dosa—Apakah Bagi Orang Percaya?” (2)
Bacalah
lebih dulu bagian1
Tetapi, apa pentingnya bagi
pembaca Alkitab atau pendengar khotbah untuk memperhatikan apa makna “we” yang sebenarnya, dalam bentuk kalimat “if” dan “but if”
yang merupakan kalimat pengandaian yang merujuk pada masa depan. Mengapa begitu
penting bagi Joseph Prince untuk menyatakan bahwa “we” pada bentuk kalimat semacam itu adalah “orang
lain.” Sebetulnya mana kala saya
berbicara atau menulis kepada khalayak
pendengar atau pembaca dengan gaya bahasa “ Jika kita mengaku sebagai bangsa Indonesia, namun
kita berkhianat kepada negara dengan
menjual rahasia negara, maka kita sedang berdusta dan bukan
warga negara yang baik sama sekali.” Apakah saya sedang membicarakan “orang
lain,” ketika menggunakan “kita” kala mengkomunikasikan sebuah gagasan kepada audien saya? Bukan, saya sedang
membicarakan sebuah hal yang bisa saja terjadi di masa yang mendatang walau
bisa saja tidak terjadi sama sekali. Namun bagi Prince, “kita” bukan menunjuk
pada “saya” dan “pendengar atau penerima” pesan saya, tetapi sama sekali “orang lain” yang tidak terdapat dalam interaksi komunikasi yang sedang dibangun. Dia
juga secara tak langsung sedang memastikan sebuah peristiwa yang pasti terjadi
dan sekarang ini. Jika mengikut pola pikir Prince, bahwa alamat tujuan surat
tersebut bukan pada jemaat, maka sebetulnya
oleh nas yang sama, pola berpikir
Prince segera tersanggah telak :
1 John
1:5-7
(5) This then is the message which we have heard of him, and declare unto you, that God is light, and in him is no darkness at all (6) If we say that we have fellowship with him, and walk in darkness, we lie, and do not the truth (7) But if we walk in the light, as he is in the light, we have fellowship one with another, and the blood of Jesus Christ his Son cleanseth us from all sin
Memahami “we” Pada “If we” dan “But if”
Kita telah melihat pada bagian sebelumnya bahwa “we” pada “if we”
dan “but if we” merujuk pada jemaat, bukan orang yang lain – menjawab poin 2 sub poin 1. Berikut ini adalah
hal-hal pokok yang semestinya dipahami terlebih dahulu sehingga ketika mengkhotbahkan nas ini, bukan
malahan menjauhkan apa yang menjadi sentral, dimana apa yang menjadi sentral harus menghidupi setiap pemahaman yang hendak
dikemukakan dalam khotbah/ mengkomunikasikan firman.
- Apa yang menjadi sentral pada 1 Yohanes 1:5-7? Yang menjadi sentral adalah “the message which we have heard of him- berita yang telah kami dengar dari Dia.”
- Apakah beritanya? Inilah beritanya : ”God is light – Allah adalah terang” dan “in him is no darkness at all – didalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan.”
- Bagaimana saya bisa mengetahui secara pasti bahwa bagian tersebut memang sentral nas tersebut? Rasul Yohanes sendiri secara gamblang memberitahu bahwa inilah sentralnya : “and declare unto you atau dan mendeklarasikannya kepada kamu.“
Jika kita dapat mengetahui apakah yang
menjadi sentral atau jantung dalam teks 1 Yohanes 1:5-7, maka kita tahu bagaimana seharusnya memahami gagasan yang
sedang dikemukakan dalam gaya tulisan “if” dan “but if.” Apa yang menjadi
sentral akan menjadi acuan atau rujukan untuk memahami gagasan apa yang
terkandung pada kalimat-kalimat selanjutnya. Memasukan gagasan- gagasan lain
berarti sedang membungkam “and declare unto you.” Apa yang
dideklarasikan oleh Yohanes, itu yang manjadi acuan utama untuk memahami kata
atau kalimat selanjutnya.
Sekarang mari kita menyentuh poin 2 sub poin 2 :
“Joseph Prince, terkait “if we” pada ayat 6 “If we say that we have fellowship with him, and walk in darkness,” maka menurutnya “we” yang dimaksud adalah orang lain dan bukan orang-orang percaya yang sedang diulas Yohanes.”
Saya tidak tahu apakah Joseph Prince
berhati-hati dalam memahami sebuah kalimat berbentuk kalimat pengandaian. Dia
sebetulnya kala merujuk Alkitab bahasa
Inggris KJV sedang melihat sebuah kalimat kondisional(conditional sentence) yang lebih dikenal dengan “If Clause type I (Apa ini? Cobalah baca ini ) .” Sederhananya, kala
menggunakan kalimat kondisional jenis ini maka kalimat ini sedang merujuk ke
masa depan; sebuah tindakan masa depan
yang hanya akan terjadi bilamana sebuah kondisi tertentu terpenuhi pada saat
itu di masa depan. Kalimat Kondisional semacam ini juga memberitahukan
bahwa kita tidak mengetahui secara pasti apakah kondisinya secara aktual akan
terpenuhi atau tidak. Namun If Clause
type I merujukan bahwa
kondisi-kondisinya terlihat realistis; sehingga kita berpikir
kelihatannya dapat saja terjadi atau juga tidak terjadi sama sekali.
Saya terpaksa menyentuh hal ini, sebab Joseph Prince ternyata cukup serius bermain di ranah ini namun ternyata sangat menyimpang dari prinsip dalam bahasa Inggris itu sendiri. Bahwa dalam kalimat kondisional maka yang menjadi pusat perhatian adalah “aksi di masa depan,” bukan “subyeknya! Sementara , Prince berkutat pada subyek, yaitu “we.” Sampai-sampai dia mengatakan bahwa “kita” adalah “orang lain, bukan “kita” adalah “kita.”
Apa yang membuat Joseph Prince sampai
mengabaikan sama sekali apa yang menjadi jantung kalimat kondisional tipe
I. Ini menarik untuk kita tinjau pada
bagian-bagian selanjutnya dalam artikel serial ini.
Sekarang mari kita lihat, apa yang menjadi
sentral Yohanes kala dia menggunakan kalimat pengandaian semacam ini (tentu
kala kita berbicara kalimat kondisional If
Clause tipe I maka semata-semata dalam
konteks Alkitab berhasa Inggris).
Pada ayat 6 “If
we say that we have fellowship with him,
and walk in darkness, we lie, and do not the
truth.”
PERHATIKAN!
Ketika kita membaca ayat 5 yang berbunyi “This then is the message which we have heard of him, and
declare unto you, that God is light, and in
him is no darkness at all ,“ maka kita memiliki sebuah informasi
penting bahwa epistel ini merupakan
epistel teramat penting sebab memberitahukan hal paling fundamental dalam iman
Kristen : Yesus Kristus. Yohanes melalui surat ini sedang memberitahukan sebuah berita yang berisikan
kebenaran yang akan memiliki kebenaran sepanjang masa “this is the message” yang TELAH (have) didengar (heard) dari
Dia. Berita penting ini walau “lama/purba” namun tetap merupakan kebenaran yang
selalu baru dan selalu penting dan selalu tidak bisa diabaikan. Jenis berita
inilah yang DIDEKLARASIKAN kepada kamu.
Bandingkanlah, sekali lagi, dengan :
1Yohanes 1:1 “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup--itulah yang kami tuliskan kepada kamu. ... (3) Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga...(1)That which was from the beginning, which we have heard, which we have seen with our eyes, which we have looked upon, and our hands have handled, of the Word of life. ... (3) That which we have seen and heard declare we unto you...
Epistel ini bukan saja unik karena dibuka
dengan gaya yang bahasa yang sedemikian luar biasa dalam memberikan impresi
keontentikan Yesus, sampai-sampai memberikan penekanan pada relasi yang
jasmaniah : “melihat dengan mata” dan “meraba dengan tangan,” misalnya seperti
ditemukan dalam 1 Yohanes 1:1, tetapi juga unik karena epistel ini sejak
permulaan telah berbicara mengenai persekutuan antara si penulis epistel
dengan penerima surat :
1Yohanes 1:3 “Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. “(3) That which we have seen and heard declare we unto you, that ye also may have fellowship with us: and truly our fellowship is with the Father, and with his Son Jesus Christ.
PERHATIKAN! Ini penting untuk dipahami agar
dapat memahami mengapa “we” pada “if we” dan “but if” adalah jemaat.
Ini bukan persekutuan yang semata kekerabatan yang begitu istimewa dalam relasi
antarmanusia. Tidak! Kala Yohanes menuliskan
“supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami,” bukan hanya
bernilai manusiawi saja sebab Yohanes menjelaskan jenis persekutuan apakah yang
dimilikinya : “persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. “
Perhatikan, saya katakan bahwa persekutuan
yang dimaksud oleh Yohanes bukan manusiawi sebab yang menjadi sentral bukan beroleh persekutuan dengan kami, tetapi
memiliki persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus. Maka dapat
dipahami mengapa Yohanes menuliskan “Apa yang telah kami lihat dan
yang
telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun
beroleh
persekutuan.” Dengan kata lain, Kristus adalah penyebab terjadinya
persatuan antara dirinya dengan jemaat
penerima epistelnya. Tidak ada manusia yang dapat mengadakan persekutuan dengan
Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus kalau tidak pertama-tama oleh Allah
sendiri untuk mengadakannya; demikian juga pasti tidak ada yang dapat
mempersatukan orang-orang percaya selain Bapa dan Anak.
Sekarang, kita dapat mengetahui bagaimana
Yohanes mengidentifikasi para penerima suratnya, bahwa penerima suratnya
melalui deklarasi berita dari Yesus Kristus kepada kamu (jemaat) maka memiliki persekutuan dengan kami.
Jika anda membaca Injil Yohanes, maka
gaya bahasa semacam ini memang telah menjadi kekhasan Yohanes yang dapat ditemukan misal dalam satu bagian
dari doa Yesus Kristus dalam Yohanes
17:21. Inilah doa Yesus:
Yohanes 17: 21 “supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.”
Sebuah bentuk persatuan yang melampaui
persatuan jasmaniah atau lebih tepatnya
tidak dapat disentuh sama sekali secara jasmaniah dalam cara yang bagaimanapun,
sebab Yesus dalam doanya kala meminta agar mereka semua menjadi satu, dia
mengacu pada SEPERTI Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku didalam Engkau!
Sebuah acuan yang sepenuhnya urusan sorgawi ketimbang urusan manusia belaka.
Jika identifikasinya : bahwa Rasul Yohanes dan penerima epistel
(jemaat) menjadi satu maka demikian juga
kala memahami poin 2 sub poin 2 : “If we say that we have fellowship
with him,“ maka kita dapat secara pasti tahu apa yang menjadi maksud
Yohanes kala berkata “ Jika kita.” Menjadi dapat dipahami
bahwa “kita” adalah jemaat
yang memiliki persekutuan dengan Rasul Yohanes didalam persekutuan dengan Bapa
dan Anak-Nya Yesus Kristus.
Kita tadi telah sedikit belajar “if cluase type I” yang digunakan dalam Alkitab KJV pada ayat 6, dimana kita tahu bahwa dalam kalimat jenis ini, fokusnya adalah “tindakan di masa depan,” bukan pada subyeknya. Artinya kita tidak perlu memusingkan diri dengan :”siapa sih sebetulnya “we” itu? Jemaat atau bukan? Jelas jemaat. Dan kita memiliki minimal 2 dasar yang kuat: (1) bahasa Inggris menunjukan dalam”if clause, yang menjadi fokus adalah tindakan di masa depan dan bukan subyek (2) Sejak awal epistel, Yohanes sudah berbicara mengenai “persekutuan dirinya dengan penerima epistel,” sebuah persekutuan yang dimiliki didalam persekutuan dengan Bapa dan Anak-Nya, Yesus Kristus.
Berdasarkan hal ini maka kita dapat berkata , kala Yohanes berkata “If we
say that we have fellowship with him,“ maka sesungguhnya Yohanes sedang membicarakan kehidupan jemaat yang hidup
dalam persekutuan bersamanya dalam persekutuan dengan Bapa dan Yesus Kristus.
Dia sedang membicarakan dirinya sebagai deklarator berita dan penerima berita (jangan
lupa dengan ayat 5 “we have heard of him, and declare
unto you,“).
Dan saat berita itu telah dideklarasikan maka dia dan penerima berita (jemaat
bukan lagi 2 entitas yang terpisahkan
tetapi telah disatukan dalam persekutuan dengan Kristus oleh pemberitaan berita
yang didengar dari Yesus) telah memiliki persekutuan didalam persekutuan dengan
Bapa dan Anak.
Saya dapat pastikan, bahwa Joseph Prince
terganggu oleh anak kalimat : “and walk in darkness” pada “If we say that we have fellowship with him,
and walk in darkness.” Saya juga dapat pastikan oleh anak kalimat “dan berjalan didalam kegelapan,” membuat
dia merusak makna sesungguhnya dalam kalimat berbentuk “if Clause,” sebuah tanda bahwa
Joseph melihat apa makna dalam kalimat dalam sebuah distorsi—seolah-olah
ada kesalahan yang harus dikoreksi dengan cara mengubah makna “we.” Nampaknya dia sedang melindungi kebenaran yang
dapat coreng jika “we” adalah jemaat.
Sebaliknya tidak akan ada kecemaran yang
bagaimanapun (pada seri-seri selanjutnya
akan menjadi jelas apa yang sedang dilindungi oleh Prince), justru memang
Yohanes sedang menunjukan bahwa jika memang benar kita berkata memiliki persekutuan dengan Yesus namun
sekaligus berjalan dalam kegelapan, maka
kita sebagai jemaat adalah pendusta. Itu sebabnya Yohanes menuliskan
selanjutnya “we lie, and do not the truth .“Bahasa
sederhananya :jika jemaat cuma jago omong, pintar
berbicara, pintar beretorika mengenai memiliki persekutuan dengan terang, namun
perbuatannya bertolak belakang-dipenuhi oleh segala macam perbuatan gelap, maka
sama saja anda berdusta. Ya...bisa dikatakan seperti anda berkata
kepada saya bahwa anda seorang bos atau pejabat atau pendeta yang jujur dan
berintegritas namun faktanya kehidupan anda dalam kegelapan sekalipun orang lain tak dapat
melihatnya-menemukannya-membuktikannya.
Yohanes, SETELAH MENDEKLARASIKAN berita
kepada jemaat, lantas mengulas sebuah hal yang bisa saja terjadi walau kecil
untuk terjadi, bahwa KELAK DI MASA DEPAN anda bisa saja sebagai orang
yang terlihat
atau kelihatannya berada didalam persekutuan orang percaya namun
berjalan dalam kegelapan. Ini hanya dapat terjadi jika KONDISI
TERTENTU TERPENUHI (mengacu ketentuan dalam kalimat if clause). Dan memang dalam Epistel ini ada terdapat jemaat yang
sebenarnya bukan diantara jemaat, walau pada awalnya terlihat ada bersama-sama
dengan jemaat. Mari kita intip sebentar :
1 Yohanes 2:19 “Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita. “
Bagian ini ( 1 Yohanes 2:19) sangat penting,
untuk menunjukan bahwa memang epsitel ini sepenuh-penuhnya untuk jemaat
Kristus. Sebab yang tidak sungguh-sungguh, yang pada awalnya terlihat ada
bersama-sama dalam persekutuan, KINI SUDAH TIDAK BERSAMA-SAMA LAGI : “jika
mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. “
Poin 2 sub
poin 2
telah saya jawab dan ini adalah akhir
bagian 2. Saya memang berupaya untuk
membuatnya sederhana dengan cara membuatnya dalam serial sehingga tidak
membuatnya terlampu pelik. Kepelikan menjadi timbul semata karena Joseph Prince
membuat sebuah kejanggalan yang
mengakibatkan pergeseran makna yang fundamental, padahal apa yang dia
lakukan sungguh bertentangan dengan tujuan terkandung kalimat if clause dalam bahasa Inggris, bahwa
tidak perlu sama sekali memusingkan makna lain pada subyek selain berfokus pada
tindakan dimasa yang akan datang- yang mungkin saja terjadi atau tidak terjadi
sama sekali di masa depan; ya ini terkait kala menjadi nyata siapakah yang sungguh-sungguh
orang percaya yang memang memiliki persekutuan dengan Kristus atau siapakah
yang sungguh orang yang dipanggil kedalam persekutuan dengan Bapa dan Anak-Nya
dalam Yesus Kristus.
Selamat merenungkan dan selamat berbahagia
didalam persekutuan dengan Bapa dan Anak-Nya, Yesus Kristus :
Yohanes 17:20-21
“Dan bukan untuk mereka ini saja Aku
berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang
percaya kepada-Ku oleh
pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi
satu, sama seperti Engkau, ya
Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita,
supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.
Bersambung ke
bagian 3
Rujukan
:
No comments:
Post a Comment