Rabu, tgl 3
September 2014, pk 19.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
THE HUMILIATION OF CHRIST
(PERENDAHAN KRISTUS)
kristologi (12)
Bacalah lebih dulu bagian11
Selanjutnya, dalam membahas ketidak-berubahan LOGOS baik dalam hakekat, sifat, maupun kegiatanNya pada saat berinkarnasi ini, kita perlu membahas suatu ajaran yang disebut Teori Kenosis [= teori pengosongan diri]. Teori Kenosis ini merupakan suatu ajaran yang sangat populer, tetapi salah / sesat!
Teori
Kenosis ini, yang didasarkan pada Fil 2:6-7, mengatakan bahwa Anak Allah mengesampingkan / membuang sebagian / seluruh
sifat-sifat ilahiNya supaya Ia bisa menjadi manusia yang terbatas
(Contoh: Mat 24:36 menunjukkan Yesus tidak maha tahu).
Fil 2:6-7 - “(6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”.
Kesalahan
dari Teori Kenosis ini:
a) Yesus adalah Allah dan karena itu Ia tidak
bisa berubah.
Maz 102:26-28 - “(26) Dahulu sudah Kauletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu. (27) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian, seperti jubah Engkau akan mengubah mereka, dan mereka berubah; (28) tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan.”.Mal 3:6 - “Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap.”.Yak 1:17 - “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; padaNya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.”.
Allah tidak bisa berhenti
menjadi Allah, sekalipun hanya untuk sementara!
b) Kalau Teori Kenosis itu benar, maka pada saat
Yesus menjadi manusia, Allah Tritunggal bubar!
c) Kalau Teori Kenosis itu benar, maka Kristus
bukanlah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia! Ia hanya manusia
biasa, tanpa keilahian! Dan kalau ini benar, maka Ia tak bisa menjadi Pengantara
antara Allah dan manusia dan penebusanNya tidak bisa mempunyai nilai yang tidak
terbatas.
Dalam
tafsirannya tentang Fil 2:7, Calvin mengatakan bahwa istilah ‘mengosongkan diri’ itu tidak berarti
bahwa Kristus melepaskan atau membuang
keilahianNya, tetapi hanya menyembunyikannya dari pandangan manusia.
Calvin: “Christ,
indeed, could not divest himself of Godhead; but he kept it concealed for a
time, that it might not be seen, under the weakness of the flesh. Hence, he laid aside his glory in the view of men,
not by lessening
it, but by concealing it” (= Kristus tidak bisa melepaskan
dirinya sendiri dari keilahianNya; tetapi menyembunyikannya untuk sementara
waktu, supaya tak kelihatan, di bawah kelemahan daging. Jadi, Ia mengesampingkan kemuliaanNya dalam pandangan
manusia, bukan dengan menguranginya,
tetapi dengan menyembunyikannya).
Herman
Hoeksema menambahkan bahwa sekalipun pada saat inkarnasi itu kemuliaan Kristus
disembunyikan, tetapi kadang-kadang tetap bisa terlihat sekilas, misalnya pada
waktu Ia melakukan mujijat.
Herman
Hoeksema: “This does not mean that the Son of God temporarily laid aside the
divine nature, in order to exchange it with the human nature. This would be
impossible, for the divine nature is unchangeable. ... But it certainly means
that He entered into the state of man in such a way that before man His divine
glory and majesty was hid, although even in the state of humiliation it flashed
out occasionally, as, for instance, in the performance of His wonders” (= Ini tidak berarti bahwa Anak Allah untuk sementara waktu
mengesampingkan hakekat ilahi, untuk menukarnya dengan hakekat manusia.
Ini mustahil, karena hakekat ilahi tidak bisa
berubah. ... Tetapi itu berarti bahwa Ia masuk ke dalam keadaan
manusia sedemikian rupa sehingga di depan manusia kemuliaan dan keagungan ilahiNya
tersembunyi, sekalipun bahkan dalam
saat perendahanpun itu kadang-kadang memancar keluar, seperti misalnya dalam
pelaksanaan / pertunjukan keajaibanNya) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 399.
F) Inkarnasi menjadikan Kristus manusia yang sama
dengan kita.
Ajaran
Anabaptist mengatakan bahwa Kristus membawa hakekat manusiaNya dari surga (berdasarkan
1Kor 15:47b) dan bahwa Maria hanya merupakan saluran melalui mana Ia
datang ke dunia.
1Kor 15:47 - “Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari sorga.”.
Jadi hakekat
manusiaNya betul-betul merupakan ciptaan yang baru, yang serupa / mirip dengan kita tetapi secara organik tidak berhubungan dengan kita.
Kalau ini
benar, maka boleh dikatakan bahwa Kristus adalah semacam bayi tabung yang
dimasukkan ke dalam kandungan Maria!
Ajaran
Reformed menentang ajaran Anabaptist tersebut di atas, dan mengajarkan bahwa
Kristus mendapatkan hakekat manusiaNya dari ibuNya / Maria. Dengan kata lain,
sebagai manusia, Yesus berasal dari sel telur Maria.
Dasar Kitab
Suci pandangan ini:
1) Ibr 2:14 - “Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama
dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya
oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut;”.
Ibr 2:17
- “Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia
menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk
mendamaikan dosa seluruh bangsa.”.
Fil 2:7
- “melainkan telah mengosongkan diriNya
sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi
sama dengan manusia.”.
Ro 8:3
- “Sebab apa yang tidak mungkin
dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah.
Dengan jalan mengutus AnakNya sendiri dalam
daging, yang serupa dengan daging
yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas
dosa di dalam daging,”.
Kalau kita
membandingkan dengan terjemahan Alkitab-Alkitab bahasa Inggris maka dari 4 ayat
di atas, hanya Ibr 2:14 yang memang menggunakan kata ‘sama’, sedangkan yang lain menggunakan kata ‘seperti’.
Ibr 2:14 (KJV): ‘Forasmuch then as the children are partakers of flesh and blood, he also himself likewise took part of the same; that through death he might destroy him that had the power of death, that is, the devil;’.Ibr 2:17 (KJV): ‘Wherefore in all things it behoved him to be made like unto his brethren, that he might be a merciful and faithful high priest in things pertaining to God, to make reconciliation for the sins of the people.’.Fil 2:7 (KJV): ‘But made himself of no reputation, and took upon him the form of a servant, and was made in the likeness of men:’.Ro 8:3 (KJV): ‘For what the law could not do, in that it was weak through the flesh, God sending his own Son in the likeness of sinful flesh, and for sin, condemned sin in the flesh:’.
Lalu,
mengapa yang lain menggunakan kata ‘seperti’?
Untuk menjawab ini, saya mengutip ulang tafsiran Calvin dan William Hendriksen
tentang Ro 8:3 di sini:
Calvin (tentang Ro 8:3): “he says, that he came in the likeness of the flesh of sin; for though the flesh of Christ was polluted by no stains, yet it seemed apparently to be sinful, inasmuch as it sustained the punishment due to our sins, and doubtless death exercised all its power over it as though it was subject to itself. ... Christ underwent our infirmities, that he might be more inclined to sympathy, and in this respect also there appeared some resemblance of a sinful nature.” [= ia berkata, bahwa Ia datang dalam keserupaan dari daging dari dosa; karena sekalipun daging Kristus tidak dikotori oleh noda / kotoran, tetapi itu kelihatannya berdosa, karena daging itu menahan / menderita hukuman karena dosa-dosa kita, dan tak diragukan kematian melaksanakan semua kuasanya atasnya seakan-akan daging itu tunduk kepada dirinya sendiri. ... Kristus mengalami kelemahan-kelemahan kita, sehingga Ia bisa lebih condong pada simpati, dan dalam hal ini juga disana kelihatan suatu kemiripan dengan suatu hakekat yang berdosa.].
William
Hendriksen (tentang Ro 8:3): “In his incarnation the divine Son
assumed the human nature, ... But he took on that human nature not as it came
originally from the hand of the Creator (‘and behold it was very good,’ Gen.
1:31), but weakened by sin,
though remaining itself without any sin.”
[= Dalam inkarnasiNya Anak yang ilahi mengambil hakekat manusia, ... Tetapi Ia mengambil hakekat manusia bukan sebagaimana itu
datang seperti asalnya dari tangan sang Pencipta (‘dan lihatlah itu adalah
sangat baik’, Kej 1:31), tetapi dilemahkan oleh dosa, sekalipun dalam dirinya
tetap tanpa dosa apapun.].
Jadi,
sebetulnya Yesus memang mengambil hakekat manusia yang sama dengan kita, tetapi
digunakan kata ‘seperti’ karena
hakekat manusia yang diambil bukanlah hakekat manusia sebagaimana itu pertama
kali diciptakan oleh Allah (Kej 1:31 - ‘sungguh
amat baik’), tetapi yang sudah dilemahkan
oleh dosa, sekalipun hakekat manusia itu sendiri tanpa dosa.
Kalau Yesus
memang sungguh-sungguh adalah manusia, Ia haruslah sungguh-sungguh anak Maria.
2) Kalau hakekat manusia Kristus tidak diturunkan
dari Maria, dan Kristus hanya serupa / mirip dengan kita, maka sebetulnya tidak
ada hubungan antara Kristus dengan kita sehingga Ia tidak bisa menjadi
Pengantara antara kita dengan Allah dan Ia juga tidak bisa menjadi Penebus kita.
Bdk. Ibr 2:14-17 - “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.”.
3) Yesus disebut ‘tunas Daud’, ‘tunas
yang keluar dari tunggul Isai’, ‘taruk dari pangkal Isai’.
Yes 11:1,10 - “(1) Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. ... (10) Maka pada waktu itu taruk dari pangkal Isai akan berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia akan dicari oleh suku-suku bangsa dan tempat kediamannya akan menjadi mulia.”.Yes 4:2 - “Pada waktu itu tunas yang ditumbuhkan TUHAN akan menjadi kepermaian dan kemuliaan, dan hasil tanah menjadi kebanggaan dan kehormatan bagi orang-orang Israel yang terluput.”.Yes 53:2 - “Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya.”.Yer 23:5 - “Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri.”.Wah 5:5 - “Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: ‘Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya.’”.Wah 22:16 - “‘Aku, Yesus, telah mengutus malaikatKu untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang.’”.
Perlu diingat
bahwa ‘tunas’ menunjukkan bahwa Ia
betul-betul adalah keturunan Daud, dan mempunyai hubungan organic dengan Daud.
4) Ibr 7:14 mengatakan bahwa ‘Tuhan kita
berasal dari suku Yehuda’ [Lit: out
of / keluar dari (Yunani: EX) Judah].
Kalau Yesus adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria,
maka Ia tidak bisa dikatakan ‘keluar dari Yehuda’ ataupun ‘berasal
dari suku Yehuda’. Kalau Ia memang adalah bayi dari surga yang dimasukkan
ke dalam kandungan Maria, maka sebetulnya Ia bahkan bukan orang Israel /
Yahudi.
5) Ibr 2:11 - “Sebab Ia yang menguduskan dan mereka
yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia
tidak malu menyebut mereka saudara,”.
a) Ia yang menguduskan (= Yesus) dan mereka yang
dikuduskan (= manusia yang ditebus) semua berasal dari satu (Ibr 2:11a).
Ibr 2:11a:
‘Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu’.
TB2-LAI hampir sama dengan TB1.NASB: ‘are all of one Father’ (= semua dari satu Bapa).Kitab Suci Indonesia (TB1 maupun TB2) dan NASB salah, karena kata ‘satu’ diartikan menunjuk kepada Allah.NIV: ‘are of the same family’ (= semua dari satu keluarga).RSV: ‘have all one origin’ (= semua mempunyai satu asal mula).KJV: ‘are all of one’ (= semua dari satu).
Terjemahan-terjemahan
ini lebih benar karena kata ‘satu’
sebetulnya bukan menunjuk kepada Allah, tetapi menunjuk kepada Adam,
karena maksud bagian ini adalah untuk menunjukkan bahwa Yesus betul-betul telah
menjadi manusia yang sama dengan kita.
Ini
menunjukkan bahwa Yesus betul-betul berasal dari benih Maria! Yesus bukanlah
semacam bayi tabung ‘made in heaven’
(= buatan surga) yang lalu dimasukkan ke dalam kandungan Maria!
Sekalipun
ada orang yang berpendapat bahwa kata ‘satu’ di sini menunjuk kepada Allah,
tetapi Calvin, John Owen, dsb, menganggap bahwa kontext menunjukkan kalau kata ‘satu’
ini menunjuk kepada ‘Adam’, atau kepada ‘satu hakekat’, karena tujuan konteks
ini memang menunjukkan bahwa Yesus betul-betul menjadi manusia yang sama dengan
kita (baca Ibr 2 itu terus sampai ay 17).
John Calvin: “In this sense he also says that
‘the Author of sanctification and those who are sanctified have all one origin’
(Hebrews 2:11a). The context shows that this expression refers to the
fellowship of nature, for he immediately adds: ‘That is why he is not ashamed
to call them brethren’ (Hebrews 2:11b).”
[= Dalam arti ini ia juga mengatakan bahwa ‘Pencipta dari pengudusan dan mereka
yang dikuduskan semua mempunyai satu asal usul’ (Ibrani 2:11a). Konteks menunjukkan bahwa ungkapan ini menunjuk pada
persekutuan hakekat, karena ia segera menambahkan: ‘itulah sebabnya Ia tidak malu
menyebut mereka saudara’ (Ibr 2:11b).] - ‘Institutes
of the Christian Religion’, Book II, Chapter 13, no 2.
Kalau Yesus
adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria, maka kata ‘satu’
dalam Ibr 2:11 harus diganti dengan ‘dua’!
b) Itu menyebabkan Ia tidak malu menyebut mereka ‘saudara’
(Ibr 2:11b).
Ibr 2:11 - “Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang
dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah
sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara,”.
Kalau Yesus
tidak berasal dari sel telur Maria, maka Ia tidak bisa menyebut kita sebagai ‘saudara’.
c) Bandingkan juga dengan Ibr 2:14-17 yang
menunjukkan bahwa untuk bisa menjadi Penebus kita, Ia harus menjadi manusia
yang sama dengan kita!
6) Yesus disebut sebagai:
a) Keturunan perempuan / Hawa (Literal: ‘seed of the woman’) - Kej 3:15 - “Aku akan mengadakan permusuhan antara
engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya
(KJV/RSV/NASB: ‘her seed’); keturunannya akan meremukkan kepalamu,
dan engkau akan meremukkan tumitnya.’”.
b) Keturunan Abraham [Literal: ‘your seed’ (= benihmu)] - Kej 22:18
(bdk. Kis 3:25).
Kej 22:18 - “Oleh keturunanmulah
semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan
firmanKu.’”.
Catatan: kata ‘keturunan’ ada dalam bentuk tunggal.Bdk. Gal 3:16 - “Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan ‘kepada keturunan-keturunannya’ seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: ‘dan kepada keturunanmu’, yaitu Kristus.”.
Kis 3:25 - “Kamulah yang mewarisi nubuat-nubuat itu
dan mendapat bagian dalam perjanjian yang telah diadakan Allah dengan nenek
moyang kita, ketika Ia berfirman kepada Abraham: Oleh keturunanmu semua bangsa di muka bumi akan
diberkati.”.
Catatan: di sini kata ‘keturunan’ juga ada dalam bentuk tunggal.
c) Keturunan Daud (Literal: ‘seed of David’) - 2Tim 2:8.
2Tim 2:8 - “Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku.”.
Istilah ‘seed’ (= benih / keturunan) jelas
menunjukkan adanya hubungan organik!
7) Luk 1:41-42 - “(41) Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang
di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan
Roh Kudus, (42) lalu berseru dengan suara nyaring: ‘Diberkatilah
engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah
rahimmu.”.
Dalam Luk 1:42, Elisabet menyebut Yesus sebagai ‘buah rahim’ dari Maria (NASB / Literal: ‘the fruit of your womb’).Catatan: perhatikan bahwa Elisabet mengucapkan kata-kata dalam ay 42 itu dalam keadaan dipenuhi Roh Kudus (ay 41), dan karena itu kata-katanya pasti benar!
John Calvin: “Now, if he had not truly been
begotten of the seed of David, what will be the point of this expression that
he is ‘the fruit of her womb’ (Luke 1:42)?” [= Sekarang, seandainya Ia tidak sungguh-sungguh dilahirkan /
diperanakkan dari benih / keturunan Daud, apa tujuan dari ungkapan ini bahwa Ia
adalah ‘buah rahimnya’ (Luk 1:42)?] - ‘Institutes of the
Christian Religion’, Book II, Chapter 13, no 3.
Ini jelas
menunjukkan bahwa Yesus memang berasal dari benih / sel telur Maria.
8) Luk 1:34-35 - “(34) Kata Maria kepada malaikat itu: ‘Bagaimana hal itu mungkin terjadi,
karena aku belum bersuami?’ (35) Jawab malaikat itu kepadanya: ‘Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang
Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan
kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”.
Dalam
Luk 1:34 Maria bertanya bagaimana mungkin ia bisa mengandung padahal ia
belum bersuami. Kalau Yesus memang adalah ciptaan baru yang dimasukkan ke dalam
perut Maria (semacam ‘bayi tabung’), maka dalam Luk 1:35 seharusnya
Gabriel akan menjawab bahwa Roh Kudus akan memasukkan bayi dari surga ke dalam
kandungan Maria. Tetapi ternyata Gabriel tidak menjawab begitu melainkan ia
berkata bahwa:
a) Roh Kudus akan turun ke atasmu dan kuasa
Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau. Ini menunjukkan bahwa Maria sendiri
dipakai oleh Roh Kudus dalam menjadikan / mencipta janin Yesus itu.
William
Hendriksen (tentang Luk 1:35): “The answer is cast in the form of
synonymous parallelism, so that ‘The Holy Spirit’ is paired with ‘the power of
the Most High,’ and ‘will come upon you’ with ‘will overshadow you.’ Resultant
meaning: The personal Holy Spirit will bring about this wonder in Mary’s
womb by exerting his divine power. ... Nevertheless, something must perhaps
be added. The ‘overshadowing’
or ‘covering’ of which Luke
speaks here is not static but active. It is creative, productive. It
causes Mary to conceive a child. Our thoughts are therefore also - and
perhaps especially - directed to the Spirit of God creatively hovering over the
waters at the time of creation (Gen. 1:2). In this same connection see Ps.
104:30, expressed poetically in the line: ‘Thy Spirit O God makes life to
abound.’ The overshadowing Spirit, therefore, not only protects but also
creates. It brings about conception within Mary’s womb.” [= Jawaban diberikan dalam bentuk
paralelisme yang sinonim, sehingga ‘Roh Kudus’ berpasangan dengan ‘kuasa dari
Yang Maha-tinggi’ dan ‘akan turun ke atasmu’ dengan ‘akan menaungi engkau’. Arti yang dihasilkan: Roh Kudus yang bersifat pribadi
akan menimbulkan / menghasilkan keajaiban ini dalam kandungan Maria dengan
menggunakan kuasa ilahiNya. ... Namun, sesuatu mungkin harus
ditambahkan. ‘Penaungan’ atau ‘penutupan /
penurunan atas’ tentang mana Lukas berbicara di sini bukanlah statis tetapi
aktif. Itu adalah bersifat mencipta, bersifat menghasilkan. Itu
menyebabkan Maria mengandung seorang anak. Karena itu, pikiran kita juga - dan mungkin khususnya -
diarahkan kepada Roh Allah dengan / secara mencipta melayang-layang di atas
permukaan air pada saat penciptaan (Kej 1:2).
Dalam hubungan yang sama lihat Maz 104:30, khususnya dalam kalimat yang bersifat
puisi: ‘RohMu, ya Allah, membuat kehidupan berlimpah-limpah’. Karena itu, Roh yang menaungi, bukan hanya melindungi tetapi
juga mencipta. Itu menyebabkan / menimbulkan / menghasilkan janin dalam
kandungan Maria.].
Kej 1:2 - “Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap
gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan
air.”.
Maz 104:30 -
“Apabila Engkau mengirim rohMu, mereka
tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi.”.
b) Anak yang akan dilahirkan itu akan disebut
kudus.
Ini
menunjukkan bahwa Yesus bisa lahir kudus karena pekerjaan Roh Kudus dalam
pembuahan tersebut. Padahal kalau Yesus adalah bayi tabung dari surga, maka
tentu tidak dibutuhkan pengudusan seperti itu. Tetapi karena Yesus memang
berasal dari benih Maria (yang juga adalah orang berdosa), maka dibutuhkan
pengudusan dari Roh Kudus supaya Yesus bisa lahir suci.
Bahwa ini
memang ajaran Reformed terlihat jelas karena hal ini masuk dalam ‘Westminster Confession of Faith’ pasal
8 ayat 2 yang berbunyi:
“The Son of God, the second person in the Trinity, being very and eternal
God, of one substance and equal with the Father, did, when the fulness of
time was come, take upon Him man’s nature, with all the essential properties,
and common infirmities thereof, yet without sin; being conceived by the power
of the Holy Ghost, in the womb of the virgin Mary, of her substance. So
that two whole, perfect, and distinct natures, the Godhead and the manhood,
were inseparably joined together in one person, without conversion,
composition, or confusion. Which person is very God, and very man, yet one
Christ, the only Mediator between God and man.” (= Anak Allah, pribadi kedua dalam
Tritunggal, yang adalah Allah yang sungguh-sungguh dan kekal, dari satu zat dan setara dengan Bapa, pada
waktu kegenapan waktunya sudah tiba, memang mengambil kepada diriNya hakekat
manusia, dengan semua sifat-sifat hakiki, dan kelemahan-kelemahan umum darinya,
tetapi tanpa dosa; dikandung oleh kuasa Roh Kudus, dalam rahim / kandungan dari
perawan Maria, dari zatnya / zat Maria.
Maka / jadi, kedua hakekat yang penuh / utuh, sempurna, dan berbeda, keAllahan dan kemanusiaan,
digabungkan bersama-sama secara tak terpisahkan dalam satu pribadi, tanpa
perubahan / penukaran, percampuran, atau kekacauan / percampuran. Pribadi mana adalah
sungguh-sungguh Allah, dan sungguh-sungguh manusia, tetapi satu Kristus,
satu-satunya Pengantara antara Allah dan manusia.).
Pandangan
ini juga didukung oleh Athanasian Creed / Pengakuan Iman Athanasius: “28. It
is, therefore, true faith that we believe and confess that our Lord Jesus
Christ is both God and man. 29. He
is God, generated from eternity from the substance of the Father; man, born in
time from the substance of his mother.” (= 28. Karena itu adalah iman
yang benar bahwa kita percaya dan mengaku bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah
Allah dan manusia. 29. Ia adalah Allah, diperanakkan
dari kekekalan dari zat Sang Bapa; manusia, dilahirkan dalam waktu dari zat ibuNya.) -
A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’,
hal 117-118.
Bahwa
manusia Yesus / hakekat manusia Yesus itu berasal dari sel telur Maria, juga
menunjukkan bahwa manusia
Yesus / hakekat manusia Yesus itu adalah makhluk ciptaan,
dan jelas tidak kekal, atau mulai ada di dalam waktu.
Perlu
diingat bahwa kata-kata ‘begotten, not
made’ (= ‘diperanakkan, bukan dicipta’)
dalam Pengakuan Iman Nicea - Konstantinople, tidak menunjuk kepada kemanusiaan
/ hakekat manusia Yesus, tetapi menunjuk kepada keilahianNya.
Perhatikan
beberapa kutipan pendukung di bawah ini.
John Owen:
“The
framing, forming, and miraculous conception of the body of Christ in the womb
of the blessed Virgin was the peculiar and especial work of the Holy Ghost. ...
The act of the Holy Ghost in this matter was a creating act; not,
indeed, like the first creating act, which produced the matter and substance of
all things out of nothing, causing that to be which was not before, neither in
matter, nor form, nor passive disposition; but like those subsequent acts of
creation, whereby, out of matter before made and prepared, things were made
that which before they were not, and which of themselves they had no active
disposition unto nor concurrence in. So man was created or formed of the dust
of the earth, and woman of a rib taken from man. There was a previous matter
unto their creation, but such as gave no assistance nor had any active
disposition to the production of that particular kind of creature whereinto
they were formed by the creating power of God. Such was this act of the Holy
Ghost in forming the body of our Lord Jesus Christ; for although it was
effected by an act of infinite creating power, yet it was formed or made of
the substance of the blessed Virgin.” [=
Penyusunan, pembentukan, dan pembuahan yang bersifat mujijat dari tubuh Kristus
di dalam kandungan Perawan yang diberkati merupakan pekerjaan yang khas dan
khusus dari Roh Kudus. ... Tindakan Roh Kudus
dalam persoalan ini merupakan tindakan penciptaan; memang tidak seperti
tindakan penciptaan pertama, yang menghasilkan bahan dan zat dari segala
sesuatu dari tidak ada, menyebabkannya ada padahal tadinya tidak ada, baik
dalam bahannya, bentuknya, maupun penyusunan / kecondongan pasif; tetapi
seperti tindakan-tindakan penciptaan yang berikutnya, dengan mana, dari bahan yang sudah dibuat dan dipersiapkan sebelumnya,
benda-benda / hal-hal yang sebelumnya tidak ada dibuat / dicipta, dan
yang dari dirinya sendiri mereka tidak mempunyai kecondongan aktif kepada hal
itu maupun persetujuan. Demikianlah manusia / orang laki-laki diciptakan
atau dibentuk dari debu tanah, dan perempuan dari tulang rusuk laki-laki.
Disana sudah ada bahan untuk penciptaan mereka, tetapi sedemikian rupa sehingga
tidak memberikan bantuan atau mempunyai kecondongan aktif pada produksi dari
jenis ciptaan tertentu ke dalam mana mereka dibentuk oleh kuasa penciptaan
Allah. Demikian jugalah tindakan Roh Kudus dalam
membentuk tubuh dari Tuhan Yesus Kristus; karena sekalipun itu dihasilkan oleh
tindakan dari kuasa penciptaan yang tak terbatas, tetapi itu dibentuk atau
dibuat dari zat dari sang Perawan yang diberkati.] - ‘The Works of John Owen’, vol 3, ‘The Holy Spirit’, hal 162,163-164.
· “Even though Christ has assumed a human
nature which is finite and limited and which began in time, as person, as
Self, Christ does not in Scripture stand on the side of the creature but on the
side of God” (=
Sekalipun Kristus telah mengambil suatu hakekat manusia yang terbatas dan yang dimulai dalam waktu, tetapi sebagai
pribadi, sebagai Diri / Ego, dalam Kitab Suci Kristus tidak berdiri di pihak
makhluk ciptaan tetapi di pihak Allah) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 317.
· “The relationship is that of Creator and creature,
and the creature from the nature of his being can never become Creator, nor
have the significance and worth for us human beings of the Creator” (= Hubungan itu adalah hubungan Pencipta dan
makhluk ciptaan, dan makhluk ciptaan
sesuai dengan keadaan alamiah keberadaannya tidak pernah bisa menjadi Pencipta,
atau mempunyai arti dan nilai dari sang Pencipta bagi kita manusia) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 323.
· “That human nature did not exist
beforehand. ... But in the incarnation, also, Scripture holds to the
goodness of creation and to the Divine origin of matter” (= Hakekat
manusia itu tidak ada sebelumnya. ... Tetapi juga dalam inkarnasi,
Kitab Suci berpegang pada kebaikan penciptaan
dan pada asal usul ilahi dari zat / bahan) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 325.
· “Just as the human nature of Christ did not
exist before the conception in Mary, so it did not exist for sometime before,
nor some time after, in a state of separation from Christ” (= Sebagaimana hakekat
manusia Kristus itu tidak ada sebelum pembuahan di dalam Maria,
begitu juga hakekat manusia itu tidak ada sebelumnya, ataupun setelahnya, dalam
keadaan terpisah dari Kristus) - ‘Our
Reasonable Faith’, hal 326.
· “In short, to one and the same subject, one
and the same person, Divine and human attributes and works, eternity and time,
omnipresence and limitation, creative omnipotence and creaturely weakness
are ascribed” (=
Singkatnya, subyek yang satu dan yang sama, pribadi yang satu dan yang sama,
dianggap mempunyai sifat-sifat dasar dan pekerjaan-pekerjaan Ilahi dan manusia,
kekekalan dan waktu / terbatas waktu,
kemaha-adaan dan keterbatasan, kemaha-kuasaan yang bersifat mencipta dan kelemahan makhluk ciptaan) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 326.
Calvin
tentang kata-kata ‘seperti anak manusia’ dalam Daniel 7:13:
“We must now
see why he uses the word ‘like’ the Son of man; ... the Prophet says, ‘He
appeared’ to him ‘as the Son of man,’ as Christ had not yet taken upon him our
flesh. And we must remark that saying of Paul’s: When the fulness of time was
come, God sent his Son, made of a woman. (Gal. 4:4.) Christ then began to be a
man when he appeared on earth as Mediator, for he had not assumed the seed of
Abraham before he was joined with us in brotherly union. This is the reason why
the Prophet does not pronounce Christ to have been man at this period, but only
like man; for otherwise he had not been that Messiah formerly promised under
the Law as the son of Abraham and David. For if from the beginning he had put
on human flesh, he would not have been born of these progenitors. It follows,
then, that Christ was not a man from the beginning, but only appeared so in a
figure. ... This was a symbol, therefore, of Christ’s future flesh, although that
flesh did not yet exist” [= Sekarang kita harus melihat mengapa ia menggunakan kata ‘seperti’ Anak
manusia; ... sang Nabi berkata, ‘Ia kelihatan’ kepadanya ‘seperti Anak
manusia’, karena Kristus belum mengambil
kepadaNya daging kita. Dan kita harus memperhatikan perkataan Paulus
itu: ‘Pada waktu kegenapan waktunya sudah tiba, Allah mengutus AnakNya, dibuat
dari seorang perempuan.’ (Gal 4:4). Maka Kristus mulai
menjadi / adalah seorang manusia pada waktu Ia muncul di bumi sebagai
Pengantara, karena Ia belum mengambil benih / keturunan Abraham sebelum Ia
digabungkan dengan kita dalam persatuan persaudaraan. Inilah alasannya mengapa
sang Nabi tidak mengumumkan Kristus sudah adalah manusia pada masa ini, tetapi
hanya seperti manusia; karena kalau
tidak Ia bukanlah Mesias itu yang sebelumnya dijanjikan di bawah hukum Taurat
sebagai anak / keturunan Abraham dan Daud. Karena seandainya dari semula
Ia telah mengenakan daging manusia, Ia tidaklah dilahirkan oleh nenek moyang
ini. Maka akibatnya adalah bahwa Kristus bukanlah seorang manusia dari semula,
tetapi hanya kelihatan demikian dalam suatu bentuk jasmani. ... Karena itu, ini
adalah suatu simbol dari daging Kristus yang akan datang, sekalipun daging itu belum ada (pada saat itu).] - hal 41.
Daniel 7:13 - “Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapanNya.”.Gal 4:4 - “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.”.
Calvin
menambahkan: jadi kalau dalam ayat-ayat seperti Fil 2:7 digunakan kata ‘seperti’, maka alasannya berbeda
dengan pada waktu kata ‘seperti’ itu
digunakan dalam Dan 7:13. Dalam Fil 2:7 (juga Ro 8:3 Ibr 2:17) kata ‘seperti’ itu digunakan karena daging yang telah diambil oleh
Kristus itu bukan seperti daging dari Adam sebelum ia jatuh ke dalam dosa,
tetapi daging yang sekalipun tidak berdosa tetapi telah dilemahkan oleh dosa.
Sedangkan dalam Daniel 7:13, kata ‘seperti’
itu digunakan karena pada saat itu daging Kristus memang belum ada, dan yang
dilihat oleh Daniel pada saat itu hanyalah simbol dari daging Kristus yang akan
datang.
Catatan: untuk Fil
2:7 dan Ibr 2:17 lihat KJV.
Dan dalam
tafsirannya tentang Mikha 5:1, Calvin berkata sebagai berikut:
“the Prophet
could not properly nor wisely mention the human nature of Christ with the
divine, with reference to eternity. The Word of God, we know, was eternal; and
we know, that when the fulness of time came, as Paul says, Christ put on our
nature, (Gal. 4:4.) Hence the beginning of Christ as to the flesh was not so
old, if his existence be spoken of: to set them together then would have been
absurd.” [= sang Nabi tidak bisa secara
tepat / benar ataupun secara bijaksana menyebutkan hakekat manusia dari Kristus
dengan hakekat ilahiNya, berkenaan dengan kekekalan. Firman Allah,
kita tahu, adalah kekal; dan kita tahu, bahwa pada saat kegenapan waktunya
datang, seperti Paulus katakan, Kristus memakai / mengenakan hakekat kita, (Gal
4:4). Karena itu permulaan dari Kristus
berkenaan dengan daging tidaklah begitu
tua, jika keberadaanNya dibicarakan: maka, membuat mereka (keilahian dan kemanusiaan Kristus) bersama-sama akan merupakan
sesuatu yang menggelikan / konyol.] - hal 299.
Mikha 5:1 - “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai
yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagiKu
seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak
purbakala, sejak dahulu kala.”.
Philip
Schaff:
“The Son, as man, is produced; as God, he is unproduced or uncreated; he
is begotten from eternity of the unbegotten Father. To this Athanasius refers
the passage concerning the Only-begotten who is in the bosom of the Father”
[= Anak, sebagai manusia, dihasilkan /
diciptakan; sebagai Allah, Ia tidak dihasilkan atau tidak
diciptakan; Ia diperanakkan dari kekekalan dari Bapa yang tidak diperanakkan.
Untuk ini Athanasius menunjuk pada text tentang Satu-satunya yang diperanakkan,
yang ada di dada Bapa (Yoh 1:18)] - ‘History of the Christian
Church’, vol III, hal 658.
Robert M.Bowman Jr.: “In his ‘Prologue’ John contrasts the Word, which ‘was’
(EN, third person imperfect form of EIMI) in the beginning, with his bringing
into existence (EGENETO, the third person singular indicative form of
GENESTHAI) of all things (John 1:1-3). ... to say that the Word was continuing
to exist at the beginning of created time is simply another way of saying that
the Word was eternal. By going on to say that this uncreated Logos ‘became’ (egeneto) flesh (1:14), John draws
another contrast between the two natures of Christ. To put it in the classic
terminology of orthodox incarnational theology, Christ was uncreated (EN) with
respect to his deity, but created (EGENETO) with respect to his humanity”
[= Dalam ‘Pendahuluan’nya Yohanes mengkontraskan Firman, yang ‘was’ / telah
ada (EN, orang ketiga, bentuk imperfect dari EIMI) pada mulanya, dengan
pembuatan / penciptaan (EGENETO, orang ketiga tunggal, bentuk indikatif dari
GENESTHAI) dari segala sesuatu (Yoh 1:1-3). ... mengatakan bahwa Firman terus
ada pada permulaan dari waktu yang diciptakan hanyalah merupakan cara lain
untuk mengatakan bahwa Firman itu kekal. Dengan mengatakan selanjutnya bahwa
Logos yang tidak diciptakan ini ‘became’ / ‘menjadi’ (EGENETO) daging
(1:14), Yohanes membuat kontras yang lain antara kedua hakekat Kristus. Untuk
mengatakannya dalam ungkapan klasik dari theologia inkarnasi yang ortodox, Kristus
tidak diciptakan (EN) berkenaan dengan keallahanNya, tetapi
diciptakan (EGENETO) berkenaan dengan kemanusiaanNya] - ‘Jehovah’s
Witnesses, Jesus Christ, and the Gospel of John’, hal 114.
-bersambung-
No comments:
Post a Comment