Oleh : pdt. Budi Asali, M.Div
N e r a k a
Ro 6:23 - “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah
hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”.
Ini
bukan hanya merupakan akibat / hukuman terhadap dosa Adam saja, tetapi dosa
setiap orang, karena Ro 6:23a berbunyi: “Sebab upah dosa ialah maut”.
‘Maut’
dalam Ro 6:23 ini tidak hanya menunjuk pada kematian biasa, tetapi menunjuk
pada kematian kedua / penghukuman kekal di neraka.
Wah 21:8
- “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang
keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir,
penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian
mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh
api dan belerang; inilah kematian yang kedua.’”.
Hal-hal yang perlu diketahui tentang
neraka.
I) Neraka diajarkan paling banyak
/ sering oleh Yesus Kristus sendiri!
William
G. T. Shedd: “Jesus Christ is the Person
who is responsible for the doctrine of Eternal Perdition” (= Yesus Kristus
adalah Pribadi yang bertanggung jawab untuk doktrin tentang Hukuman kekal)
- ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 681.
Menarik untuk membaca (ditambahkan
oleh editor untuk kepentingan pustaka pembaca) : TheDoctrine of Endless Punishment oleh William G.T Shedd
Juga ini : How God Deals With Evil oleh Wayne Sibley Towner pada halaman 75
Alan Cole (Tyndale) tentang Mark 9:43,45,47: “No man ever spoke stronger words about hell
than the loving Son of God” (= Tidak ada orang yang pernah berbicara
tentang neraka dengan kata-kata yang lebih kuat / keras dari pada Anak Allah
yang penuh kasih) - hal 153.
Pulpit Commentary (tentang Mark 9:43-48): “The passage from which these few words are
chosen is stern and severe; yet it was uttered by the gentle Teacher who would
not break the bruised reed” (= Text dari mana kata-kata ini dipilih
merupakan text yang keras; tetapi itu diucapkan oleh Guru yang lembut yang
tidak akan mematahkan buluh yang terkulai) - hal 30.
Kalau
kita membaca ayat-ayat tentang neraka dalam Alkitab, maka memang mayoritas
dari ayat-ayat itu diucapkan langsung oleh Yesus sendiri!
Saya berikan beberapa contoh:
1. Mat 8:12 - “sedangkan anak-anak
Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di
sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.’”.
2. Mat 11:23 - “Dan
engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak,
engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom
terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu
tentu masih berdiri sampai hari ini”.
Catatan: kata-kata ‘dunia
orang mati’
dikontraskan dengan langit / surga, dan karena itu di sini kata itu harus
diartikan sebagai ‘neraka’. Orang yang pergi ke surga sering dinyatakan sebagai
‘naik’ / ‘diangkat’ (seperti Elia, Yesus, dan juga Paulus dalam
2Kor 12:2,4, dsb), dan sebaliknya orang yang masuk neraka sering
dinyatakan dengan kata ‘turun / diturunkan’ seperti dalam Mat 11:23 ini.
3. Mat 13:42 - “Semuanya akan dicampakkan
ke dalam dapur api; disanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi”.
4. Mat 13:50 - “lalu mencampakkan orang
jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi”.
5. Mat 22:13b - “... dan campakkanlah
orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap
dan kertak gigi”.
6. Mat 25:41 - “Enyahlah dari hadapanKu,
hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang
telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya”.
7. Mat 25:46 - “Dan mereka ini akan
masuk ke tempat siksaan yang kekal, ...”.
8. Mark 9:43-48 - “(43) Dan jika
tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke
dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang
ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; (44) [di tempat
itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] (45) Dan jika
kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam
hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke
dalam neraka; (46) [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan
apinya tidak akan padam.] (47) Dan jika matamu menyesatkan engkau,
cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata
satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, (48) dimana
ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam”.
9. Luk 16:22-26 - “(22) Kemudian matilah
orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. (23)
Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara
di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan
Lazarus duduk di pangkuannya. (24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham,
kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam
air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.
(25) Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala
yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia
mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. (26) Selain dari pada itu
di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya
mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari
situ kepada kami tidak dapat menyeberang”.
Catatan: kata-kata ‘alam maut’
dalam ay 23 diterjemahkan dari kata Yunani HADES, dan di sini jelas harus
diartikan sebagai ‘neraka’.
10. Wah 14:11 - “Maka
asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan
siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah
binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda
namanya.’”.
11. Wah 19:20b - “Keduanya dilemparkan
hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang”.
12. Wah 20:10 - “dan Iblis, yang
menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat
binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai
selama-lamanya”.
13. Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang
penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang
pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala
dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang
menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua”.
Catatan: kitab Wahyu merupakan firman
dari Yesus kepada Yohanes, jadi tetap merupakan ajaran langsung dari Yesus
sendiri.
Kalau Yesus paling banyak / sering mengajar tentang
neraka, maka jangan pernah mengatakan bahwa mengajarkan / berkhotbah tentang
neraka merupakan suatu tindakan yang tidak kasih!
II) Sejarah
/ asal usul kata ‘neraka’.
Dalam
Perjanjian Lama tidak ada kata yang secara khusus berarti ‘neraka’. Biasanya
digunakan kata Ibrani SHEOL. Kata ini bisa berarti ‘keadaan kematian’,
‘kuburan’, atau ‘neraka’, dan kontext harus menentukan arti mana yang dipilih.
Dalam Perjanjian Baru padan-katanya adalah HADES, yang juga bisa berarti
seperti itu.
Tetapi
dalam Perjanjian Baru ada kata khusus untuk ‘neraka’, yaitu Gehenna. Dalam Mark 9:43-48 kata ini muncul 3 x, yaitu dalam ay
43,45,47. Hendriksen (hal 365) mengatakan bahwa kata GEHENNA diturunkan dari
kata bahasa Ibrani Ge-Hinnom
(Yos 15:8 18:16).
Yos 15:8 - “Kemudian batas itu naik ke lembah Ben-Hinom, di sebelah selatan sepanjang lereng gunung Yebus, itulah Yerusalem; kemudian batas itu naik ke puncak gunung yang di seberang lembah Hinom, di sebelah barat, di ujung utara lembah orang Refaim”.Yos 18:6 - “Selanjutnya batas itu turun ke ujung pegunungan yang di tentangan lebak Ben-Hinom, di sebelah utara lembah orang Refaim; kemudian turun ke lebak Hinom, sepanjang lereng gunung Yebus, ke selatan, kemudian turun ke En-Rogel”.
Kata
Ge-Hinnom ini merupakan singkatan
dari Ge ben-Hinnom, yang berarti ‘the
valley of the son of Hinnom’ (= lembah dari anak Hinnom).
Ini
merupakan suatu tempat di sebelah selatan Yerusalem, dan di tempat itu Ahas
(ayah dari Hizkia) dan Manasye (anak dari Hizkia) mempersembahkan anak-anak
mereka sebagai korban kepada dewa Molokh (2Raja 16:3 21:6 2Taw
28:3 33:6).
Raja
Yosia yang saleh (cucu dari Manasye) menyatakan tempat itu sebagai tempat yang
najis (2Raja 23:10), dan Yeremia juga memberikan kutukan terhadap tempat
itu, dan menjadikannya sebagai kuburan (Yer 7:32 19:6).
2Raja 23:10 - “Ia menajiskan juga Tofet yang ada di lembah Ben-Hinom, supaya jangan orang mempersembahkan anak-anaknya sebagai korban dalam api untuk dewa Molokh”.Yer 7:32 - “Sebab itu, sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa orang tidak akan mengatakan lagi ‘Tofet’ dan ‘Lembah Ben-Hinom’, melainkan ‘Lembah Pembunuhan’; orang akan menguburkan mayat di Tofet karena kekurangan tempat”.Yer 19:6 - “Sebab itu, sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa tempat ini tidak akan disebut lagi: Tofet dan Lembah Ben-Hinom, melainkan Lembah Pembunuhan”.
Tentang
kata Gehenna, William Barclay berkata: “It is a word with a
history. It is a form of the word HINNOM. The valley of Hinnom was a ravine
outside Jerusalem. It had an evil past. It was the valley in which Ahaz, in the
old days, had instituted fire worship and the sacrifice of little children in
the fire. ‘He burned incense in the valley of the son of Hinnom, and burned his
sons as an offering.’ (2Chronicles 28:3). That terrible heathen worship was
also followed by Manasseh (2Chronicles 33:6). The valley of Hinnom, Gehenna,
therefore, was the scene of one of Israel’s most terrible lapses into heathen
customs. In his reformations Josiah declared it an unclean place. ‘He defiled
Topheth, which is in the valley of the sons of Hinnom, that no one might burn
his son or his daughter as an offering to Molech.’ (2Kings 23:10). When the
valley had been so declared unclean and had been so desecrated it was set apart
as the place where the refuse of Jerusalem was burned. The consequence was that
it was a foul, unclean place, where loathsome worms bred on the refuse, and
which smoked and smouldered at all times like some vast incinerator. ... Because
of all this Gehenna had become a kind of type or symbol of Hell, the place
where the souls of the wicked would be tortured and destroyed. It is so
used in the Talmud. ‘The sinner who desists from the words of the Law will in
the end inherit Gehenna.’ So then Gehenna stands as the place of punishment,
and the word roused in the mind of every Israelite the grimmest and most
terrible pictures” [= Ini merupakan sebuah kata yang mempunyai sejarah.
Ini merupakan suatu bentuk dari kata HINNOM. Lembah HINNOM merupakan suatu
jurang di luar kota Yerusalem. Tempat ini mempunyai masa lalu yang jahat. Ini
adalah lembah di mana Ahas pada masa yang lalu mendirikan penyembahan api dan
pengorbanan anak-anak kecil dalam api. ‘Ia membakar juga korban di Lebak
Ben-Hinom dan membakar anak-anaknya sebagai korban dalam api’ (2Taw 28:3).
Ibadah kafir yang mengerikan itu juga diikuti oleh Manasye (2Taw 33:6). Karena
itu, lembah HINNOM, GEHENNA, merupakan adegan dari salah satu kejatuhan yang
mengerikan dari Israel ke dalam kebiasaan-kebiasaan kafir. Dalam reformasinya
Yosia menyatakannya sebagai tempat yang najis. ‘Ia menajiskan juga Tofet yang
ada di lembah Ben-Hinom, supaya jangan orang mempersembahkan anak-anaknya
sebagai korban dalam api untuk dewa Molokh.’ (2Raja 23:10). Pada waktu lembah
itu telah dinyatakan sebagai najis dan telah diperlakukan sebagai najis, maka
tempat itu dikhususkan sebagai tempat di mana sampah dari kota Yerusalem
dibakar. Sebagai akibatnya adalah bahwa tempat itu menjadi tempat yang kotor
dan berbau busuk dimana ulat yang menjijikkan berkembang biak pada sampah itu,
dan yang berasap dan membara / menyala pada setiap saat seperti tempat pembakaran
sampah yang luas. ... Karena semua ini, GEHENNA menjadi suatu jenis dari
type atau simbol tentang neraka, tempat di mana jiwa-jiwa orang jahat akan
disiksa dan dihancurkan. Itu digunakan seperti itu dalam Talmud. ‘Orang
berdosa yang berhenti dari kata-kata hukum Taurat pada akhirnya akan mewarisi
GEHENNA.’ Demikianlah maka GEHENNA menjadi tempat penghukuman, dan dalam
pikiran setiap orang Israel kata itu menimbulkan gambaran yang paling
menyeramkan dan mengerikan] - hal 231-232.
III) Neraka itu merupakan suatu
tempat yang nyata dan betul-betul ada.
1) Bahwa neraka itu memang betul-betul merupakan
suatu tempat (bukan sekedar merupakan suatu kondisi tetapi juga suatu lokasi)
terlihat dari banyak hal, seperti:
a) Surga juga merupakan tempat.
Yoh
14:2-5 - “(2)
Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku
mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat
bagimu. (3) Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat
bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat
di mana Aku berada, kamupun berada. (4) Dan ke mana Aku pergi,
kamu tahu jalan ke situ.’ (5) Kata Tomas kepadaNya: ‘Tuhan, kami tidak
tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?’”.
Pulpit
Commentary: “Heaven is a definite
locality. Jesus is there in his glorified body” (= Surga adalah suatu
tempat tertentu. Yesus ada di sana dalam tubuhNya yang telah dimuliakan) -
hal 232.
Tentang
‘ascension’ / ‘kenaikan Kristus ke surga’, Charles Hodge berkata sebagai
berikut: “It was a local transfer of his person from one place to
another; from earth to heaven. Heaven is therefore a place” (= Itu
merupakan perpindahan tempat dari pribadiNya dari satu tempat ke tempat lain;
dari bumi ke surga. Karena itu, surga adalah suatu tempat) - ‘Systematic
Theology’, Vol II, hal 630.
Herman
Hoeksema: “Heaven is a definite place,
and not merely a condition” (= Surga adalah tempat yang tertentu, dan bukan
semata-mata merupakan suatu kondisi / keadaan) - ‘Reformed Dogmatics’,
hal 422.
Kalau
surga adalah suatu tempat, tidak mungkin neraka bukan merupakan suatu tempat.
b) Banyak ayat tentang neraka yang jelas
menunjukkan bahwa neraka merupakan suatu tempat, seperti:
1. Ul 32:22
- “Sebab api telah dinyalakan oleh murkaKu, dan
bernyala-nyala sampai ke bagian dunia orang mati yang paling bawah; api
itu memakan bumi dengan hasilnya, dan menghanguskan dasar gunung-gunung”.
Catatan: ayat ini mengandung ancaman, berbicara tentang murka Allah yang bernyala-nyala dsb, dan karena itu saya berpendapat ini harus diartikan sebagai ‘neraka’. Dan adanya kata-kata ‘sampai’ dan ‘ke bagian dunia orang mati yang paling bawah’ menunjukkan bahwa itu merupakan suatu tempat.
2. Maz 9:18
-
“Orang-orang
fasik akan kembali (berbelok)
ke dunia orang mati, ya, segala bangsa yang melupakan Allah”.
Catatan:
a. Kata ‘kembali’ diterjemahkan dari kata Ibrani SHUB, yang bisa
berarti ‘turn’ (= berbelok) atau ‘return’ (= kembali). Kalau
dipilih ‘return’ (= kembali) maka secara implicit itu menunjukkan bahwa
orang-orang itu asalnya dari sana. Karena itu saya lebih memilih terjemahan ‘turn’
(= berbelok), seperti dalam KJV dan ASV.
b. Ayat-ayat
ini merupakan ancaman bagi orang-orang fasik, dan karena itu kata-kata ‘dunia
orang mati’ (SHEOL)
harus diartikan sebagai ‘neraka’.
3. Mat 8:12 - “... akan dicampakkan
ke dalam kegelapan yang paling gelap, disanalah akan terdapat ratap
dan kertak gigi”.
4. Mat 11:23 - “Dan
engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak,
engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom
terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu
tentu masih berdiri sampai hari ini”.
5. Mat 13:42 - “Semuanya akan dicampakkan
ke dalam dapur api; disanalah akan terdapat ratapan dan kertakan
gigi”.
6. Mat 13:50 - “lalu mencampakkan
orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan
kertakan gigi”.
7. Mat 22:13b - “... dan campakkanlah
orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan
terdapat ratap dan kertak gigi”.
8. Mat 25:41 - “Enyahlah dari
hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang
kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya”.
9. Mat 25:46 - “Dan mereka ini akan
masuk ke tempat siksaan yang kekal, ...”.
10. Mark 9:43-48 - “(43) Dan jika tanganmu
menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup
dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam
neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; (44) [di tempat itu
ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] (45) Dan jika kakimu
menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup
dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam
neraka; (46) [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya
tidak akan padam.] (47) Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah,
karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu
dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, (48) dimana
ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam”.
11. Luk 16:22,23,26,28 - “(22) Kemudian
matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan
Abraham. (23) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia
menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari
jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. ... (26) Selain
dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak
terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun
mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. ...
(28) sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan
sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan
ini”.
12. 2Tes 1:9 - “Mereka ini akan menjalani
hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari
kemuliaan kekuatanNya”.
13. Wah 19:20b - “Keduanya dilemparkan
hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang”.
14. Wah 20:10 - “dan Iblis, yang
menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat
binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai
selama-lamanya”.
15. Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang
penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang
pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala
dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang
menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua”.
2) Ada ajaran / orang yang tidak percaya adanya neraka, seperti:
a) Ajaran Saksi Yehuwa, yang begitu menekankan
kasih Allah sehingga mengatakan bahwa Allah yang kasih itu tidak mungkin
menghukum manusia selama-lamanya di dalam neraka. Mereka percaya bahwa Allah
akan memusnahkan manusia berdosa tetapi tidak menghukum mereka dalam neraka.
Untuk
ini perlu diingat bahwa sekalipun Allah itu kasih, Ia juga adalah suci dan adil
sehingga Ia membenci dosa dan harus menghukum orang berdosa. Ini sesuai dengan
Nahum 1:3 yang berbunyi: “TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa,
tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah”
(bdk. Kel 34:6-7).
b) Pandangan yang berkata bahwa neraka adalah
penderitaan yang kita alami di dunia ini.
Dalam
suatu buku Saat Teduh ada cerita sebagai berikut:
“An
evangelist once encountered a skeptic who, when asked to receive Christ, said,
‘I’m not afraid of Hell - all the Hell we get is here on earth! The preacher’s
reply was quick and devastating, ‘I’ll give you three reasons why this cannot
be Hell! First, I am a Christian, and there are no Christians in Hell!
Secondly, there is a place just around the corner where you can slake your
thirst, but there is no water in Hell! Thirdly, I have been preaching Christ to
you, and there is no Gospel in Hell!’” (=
Suatu kali seorang penginjil bertemu dengan seorang skeptik yang, pada waktu
diminta untuk menerima Kristus, berkata: ‘Aku tidak takut pada neraka - Neraka
yang kita dapatkan adalah di sini di dunia ini!’. Jawaban pengkhotbah itu cepat
dan bersifat menghancurkan: ‘Aku akan memberimu 3 alasan mengapa ini tidak
mungkin adalah neraka! Pertama, aku adalah seorang Kristen, dan tidak ada orang
Kristen dalam neraka! Kedua, ada tempat di dekat sudut itu dimana kamu bisa
memuaskan kehausanmu, tetapi tidak ada air dalam neraka! Ketiga, aku telah
memberitakan Kristus kepadamu, dan tidak ada Injil dalam neraka!’)
- ‘Bread For Each Day’, September 14.
Perlu
diketahui bahwa penderitaan dalam dunia, yang bagaimanapun hebatnya, hanyalah
semacam cicipan dari hukuman / siksaan yang luar biasa hebatnya dalam neraka.
Karena itu kalau saudara mau bunuh diri
untuk lari dari penderitaan dunia ini, maka ingatlah bahwa itu akan menyebabkan
saudara justru akan masuk ke dalam neraka selama-lamanya, dimana saudara akan
mengalami penderitaan yang jauh lebih hebat dari penderitaan saudara dalam
dunia ini!
Perlu
saudara ingat bahwa kalau neraka itu tidak ada, maka:
1. Semua ayat-ayat Kitab Suci yang berbicara
tentang neraka adalah salah dan harus dibuang dari Kitab Suci! Dan ayat-ayat
ini cukup banyak jumlahnya!
2. Allah juga tidak ada.
Mengapa
bisa demikian? Semua orang harus mengakui bahwa dalam dunia ini ada banyak
ketidakadilan, misalnya: orang saleh justru miskin, orang jahat justru jaya,
orang kaya dan berkedudukan menindas orang miskin yang rendah, dsb. Juga ada
banyak dosa yang tidak dihukum, mungkin karena dosa itu tidak diketahui orang
lain, atau karena pintarnya orangnya mempermainkan hukum. Andaikata neraka
tidak ada, maka semua ketidakadilan dan dosa ini tidak dibereskan! Dengan
demikian Allah itu tidak adil, dan kalau Allah itu tidak adil, Ia bukanlah
Allah. Jadi kalau saudara tidak mempercayai adanya neraka, saudara harus
menjadi orang yang atheis!
Kalau
saudara tidak percaya adanya neraka, saya justru yakin bahwa saudara akan masuk
ke neraka. Pada saat itu saudara akan percaya akan adanya neraka, tetapi sudah
terlambat!
Kesaksian:
saya berdebat dari seorang Saksi Yehuwa tentang neraka. Dan saya mengatakan
bahwa Charles Taze Russell dulunya tidak percaya adanya neraka, tetapi pada
tahun 1917 ia bertobat dari kepercayaan sesat itu, dan ia lalu percaya adanya
neraka. Saksi Yehuwa itu bertanya: ‘Dari
mana kamu tahu Charles Taze Russell bertobat dalam hal itu?’.
Saya jawab: ‘Kamu
itu memang goblok! Charles Taze Russell itu mati pada tahun 1916. Jadi tahun
1917 ia sudah ada di neraka, dan karena itu ia pasti percaya neraka itu ada,
karena itu sedang merasakan sakitnya neraka. Dan kamu juga akan menyusul
pendirimu, kalau kalau tidak bertobat dari kepercayaan sesat itu!’.
Orang itu tidak menjawab.
IV) Orang-orang
yang bakal / seharusnya masuk neraka.
Wah 21:8
memberikan daftar orang yang akan masuk neraka.
Wah 21:8
- “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya,
orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang
sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat
bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah
kematian yang kedua”.
1) Orang-orang penakut.
Ini
tentu tidak menunjuk pada orang yang takut dalam berkelahi, takut pada
kegelapan, takut pada anjing dsb. Ini menunjuk pada orang yang karena takut
lalu tidak ikut Kristus atau mundur dari Kristus (bdk. Ibr 10:38-39 Mat 13:21). Ini adalah orang yang
termasuk rangking 1 yang akan masuk neraka!
Kalau
saudara mendengar Injil, dan sebetulnya hati saudara percaya kepada Yesus,
tetapi rasa takut terhadap orang sekitar saudara / keluarga saudara yang anti
kristen membuat saudara tidak mau mengikut Yesus, maka saudara adalah orang
yang termasuk dalam rangking I untuk masuk ne neraka!
Perhatikan
peringatan / nasehat Tuhan Yesus dalam Mat 10:28 yang berbunyi:
“Dan
janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak
berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan
baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka”.
2) Orang-orang yang tidak percaya.
Yang
dimaksud dengan ‘tidak percaya’ di sini, tentu adalah ‘tidak percaya kepada
Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan’. Bagaimanapun saudara berusaha
berbuat baik, dan apapun agama / kepercayaan yang saudara anut (termasuk agama
kristen), tetapi kalau saudara tidak percaya kepada Yesus Kristus, yang adalah
satu-satunya Penebus dan Juruselamat dunia, saudara tetap akan masuk ke neraka
untuk membayar sendiri hutang dosa saudara!
Perlu
saudara ketahui bahwa:
a) ‘Sudah
dibaptis’ tidak menjamin bahwa saudara sudah percaya.
b) ‘Sudah
rajin ke gereja’ tidak menjamin bahwa saudara sudah percaya.
c) ‘Sudah melayani Tuhan’, bahkan
‘menjadi hamba Tuhan’, tidak menjamin bahwa saudara sudah percaya!
d) ‘Sudah berbahasa Roh’ tidak menjamin bahwa
saudara sudah percaya. Memang kalau bahasa Rohnya asli, maka itu pasti
menunjukkan orangnya betul-betul percaya. Tetapi begitu sukar untuk menguji /
memeriksa asli tidaknya bahasa Roh. Ada yang buatan manusia, dan dalam hal ini
tentu orangnya tahu akan hal itu. Ada yang dari setan, dan ini sukar diketahui
karena betul-betul merupakan mujijat.
Bukti bahwa saudara adalah orang percaya adalah hidup yang berubah
ke arah yang positif. Kalau saudara betul-betul percaya kepada Yesus, saudara
pasti menerima / mempunyai Roh Kudus (Ef 1:13), dan Roh Kudus ini akan
mengeluarkan buah Roh Kudus (Gal 5:22-23), sehingga hidup saudara akan
disucikan tahap demi tahap.
Kalau saudara mengaku sebagai orang kristen tetapi hidup saudara
sama sekali tidak bertambah baik, maka itu membuktikan saudara tidak
betul-betul percaya kepada Yesus. Yakobus berkata bahwa iman tanpa perbuatanadalah mati (Yak 2:17,26).
Karena itu coba introspeksi diri saudara, apakah saudara
betul-betul sudah percaya kepada Yesus atau tidak! Kalau saudara tidak percaya,
saudara termasuk rangking ke 2 yang akan masuk neraka.
3) Orang-orang keji.
NASB
/ KJV: abominable (= orang yang menjijikkan / sangat buruk).
NIV:
the vile (= orang busuk / keji).
RSV:
the polluted (= orang kotor / cemar).
Ini
rangking ke 3 yang akan masuk neraka!
4) Orang-orang pembunuh.
Ingat
bahwa kalau saudara marah (yang dilandasi kebencian) atau mencaci maki, atau
benci kepada seseorang, saudara sudah merupakan seorang pembunuh (Mat
5:21-22 1Yoh 3:15).
5) Orang-orang sundal.
Jangan
mengartikan ini hanya sebagai pelacur! NIV menterjemahkan ‘the sexually
immoral’ (= orang yang tidak bermoral dalam hal sex).
Jadi,
setiap orang yang melakukan pelanggaran sexual, seperti:
a) Berzinah.
b) Memandang seorang perempuan dan
menginginkannya (Mat 5:28).
c) Mempercakapkan hal-hal yang cabul
(Ef 5:3-5).
d) Kawin cerai seenaknya (Mat 19:9 Luk 16:18).
e) Menjadi polygamist / polyandrist
(= mempunyai istri / suami lebih dari satu).
f) Mempunyai PIL (Pria Idaman Lain) / WIL
(Wanita Idaman Lain).
termasuk
dalam golongan ini
Mungkin
sekali berzinah itu enak, tetapi kenikmatan yang sebentar itu, yang mungkin
hanya 15-30 menit, harus saudara tebus dengan mengalami penderitaan yang
luar biasa hebatnya untuk selama-lamanya di neraka! Ingatlah ini setiap
kali saudara mau melakukan perzinahan!
6) Tukang-tukang sihir.
Ini
tidak menunjuk hanya pada dukun santet dsb. NIV menterjemahkan ‘those
who practice magic arts’ (= mereka yang mempraktekkan seni / keahlian magic).
Ini mencakup banyak hal seperti:
a) Main tenaga dalam, baik ikut latihan maupun
disembuhkan dengan tenaga dalam.
b) Yoga, Waitangkung, Tai Chi, dsb.
c) Main ramalan (semua ramalan kecuali ramalan
Kitab Suci / nubuat dan ramalan ilmu pengetahuan).
d) Permainan cucing / jailangkung, telepati,
main dukun, santet, guna-guna, dsb.
e) Hipnotis.
Hati-hati
dengan ‘counsellor kristen’ yang menggunakan hipnotis terhadap diri saudara.
Ini termasuk occultisme, dan tidak seharusnya ada dalam suatu counselling
kristen!
Memang
dengan saudara menggunakan kuasa gelap, saudara bisa memperoleh keuntungan
tertentu (kesehatan, uang, jabatan, cewek / cowok, sex, dsb) tetapi semua itu
harus saudara tebus dengan masuk ke dalam neraka selama-lamanya!
7) Penyembah-penyembah berhala.
Masihkan
saudara pergi ke Gunung Kawi untuk sembahyang di sana? Masihkah saudara
menyimpan jimat-jimat tertentu, atau keris pusaka, atau patung-patung berhala
tertentu, atau patung Maria / Yesus / salib untuk disembah? Masihkah saudara
percaya pada Hu, PatKwa, dsb? Ini semua akan membawa saudara ke neraka!
8) Semua pendusta.
Tidak
ada orang (kecuali Yesus) yang tidak pernah berdusta! Kalau saudara berkata
bahwa dalam sepanjang hidup saudara, saudara tidak pernah berdusta, saya
percaya bahwa kata-kata itu sudah merupakan dusta!
Apakah
dusta itu merugikan orang atau tidak, dan apapun alasan saudara untuk berdusta,
itu tetap adalah dusta dan itu akan membawa saudara ke neraka!
Sebetulnya
tidak ada orang bisa lolos dari daftar ini! Saudarapun tidak terkecuali! Apa
yang akan dialami oleh orang-orang yang masuk neraka dijelaskan dalam point V)
- VII) di bawah ini.
V) Neraka
adalah tempat dimana orang terpisah dari Allah selama-lamanya, tanpa bisa
dipulihkan kembali.
2Tes 1:9
- “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya,
dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya”.
Perhatikan
bahwa istilah ‘kebinasaan’
dalam ayat tersebut di atas tidaklah berarti bahwa orangnya dimusnahkan. Bagian
terakhir dari ayat itu menjelaskan apa arti dari kata
‘kebinasaan’ itu, yaitu ‘dijauhkan dari hadirat
Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya’. Dan
ini berlangsung selama-lamanya!
Penjauhan
ini juga terlihat dari Mat 25:41 - “Dan Ia akan berkata juga kepada mereka
yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang
terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan
malaikat-malaikatnya”.
Pulpit Commentary: “Those who refused to accept the invitation to ‘come’,
will have to obey the order to ‘go’” (= Mereka yang menolak untuk menerima
undangan untuk ‘datang’, akan harus mentaati perintah untuk ‘pergi / enyah’)
- hal 507.
Karena itu, kalau sampai saat ini saudara belum pernah betul‑betul
datang kepada Yesus, cepatlah datang kepadaNya!
Kalau tidak, akan datang waktunya bahwa saudara tidak lagi diundang
untuk datang kepadaNya, tetapi diperintahkan untuk pergi dari hadapanNya (dan
masuk ke neraka!) dan saat itu saudara harus menurut!
William
Hendriksen (tentang Mat 25:41): “Although
God is indeed everywhere, that presence is not everywhere a presence of love.
It is from this presence of love, patience, and warning that the wicked are
finally banished forever”
(= Sekalipun Allah memang ada dimana-mana, kehadiran itu tidaklah dimana-mana
berupa suatu kehadiran dari kasih. Adalah dari kehadiran dari kasih, kesabaran
dan peringatan inilah orang-orang jahat akhirnya dibuang / dijauhkan untuk
selama-lamanya).
Mungkin
dalam pandangan orang kafir, terpisah dari Allah itu bukanlah suatu
penderitaan. Tetapi perlu diingat bahwa terpisahnya manusia dengan Allah adalah
sumber dari segala penderitaan. Pada waktu Adam dan Hawa masih suci, mereka
hidup dekat dengan Allah, dan mereka mempunyai persekutuan yang indah dengan Allah,
dan karena itu mereka hidup bahagia. Tetapi pada waktu mereka berdosa, hubungan
mereka dengan Allah putus, sehingga mulai muncul segala macam penderitaan.
Juga bandingkan dengan 2 ayat di bawah ini:
1) Maz 16:11 - “... di hadapanMu ada
sukacita berlimpah-limpah, di tangan kananMu ada nikmat senantiasa”.
NIV:
‘You will fill me with joy in your presence, with eternal pleasures at your
right hand’ (= Engkau akan mengisi aku dengan sukacita di dalam
kehadiranMu, dengan kesenangan yang kekal di tangan kananMu).
Calvin: “David,
therefore, testifies that true and solid joy in which the minds of men may rest
will never be found any where else but in God; and that, therefore, none but
the faithful, who are contented with his grace alone, can be truly and perfectly
happy” (= Karena
itu, Daud menyaksikan bahwa sukacita yang benar / sejati dan mendalam /
sempurna dalam mana pikiran dari manusia bisa beristirahat / tenang tidak
pernah akan ditemukan di tempat lain kecuali dalam Allah; dan bahwa, karena
itu, tak seorangpun kecuali orang-orang yang percaya / setia, yang puas dengan
kasih karuniaNya saja, bisa bahagia dengan sungguh-sungguh dan dengan sempurna).
2) Maz 62:2 - “Hanya
dekat Allah saja aku tenang, dari padaNyalah keselamatanku”.
NIV: ‘My soul finds rest in God
alone’ (= Jiwaku
menemukan istirahat / ketenangan dalam Allah saja).
Catatan: ayat ini diterjemahkan secara
berbeda-beda.
Ayat-ayat
di atas ini menunjukkan bahwa kalau seseorang dekat dengan Tuhan, maka ada
sukacita, kebahagiaan, dan ketenangan / damai. Secara implicit ayat ini
menunjukkan bahwa kalau seseorang terpisah dari Allah, ia tidak akan mempunyai
sukacita, kebahagiaan, ataupun ketenangan / damai. Ia memang bisa mendapatkan
sukacita / kebahagiaan duniawi yang bersifat semu dan sementara. Tetapi
sukacita, kebahagiaan dan damai yang sejati, tidak akan pernah ia miliki.
Karena
itu, pada waktu seseorang masuk neraka, dan ia dijauhkan dari hadirat Allah
selama-lamanya, itu jelas menunjukkan akan adanya penderitaan yang juga
bersifat kekal!
VI) Neraka adalah tempat
penyiksaan / penderitaan yang luar biasa hebatnya.
Ini
ditunjukkan oleh:
1) Kata ‘siksaan’
/ ‘menyiksa’
/ ‘disiksa’.
Mat 25:46 - “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.’”.Yudas 7 - “sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang”.Wah 14:11 - “Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya.’”.Wah 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya”.
2) Dalam cerita Lazarus dan orang kaya, setelah
orang kaya itu mati dan masuk ke alam maut / neraka, maka dikatakan bahwa ia ‘menderita sengsara’,
‘sangat
kesakitan’, dan ‘sangat
menderita’.
Luk 16:23-25 - “(23) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. (24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. (25) Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita”.
Lalu
dalam Luk 16:27-28 orang kaya itu menyebut neraka itu sebagai ‘tempat penderitaan’,
dan ia tidak ingin saudara-saudaranya masuk ke sana.
Luk 16:27-28 - “(27) Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, (28) sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini”.
3) Kata-kata ‘ratap
/ ratapan dan kertak gigi’.
Mat 8:12 - “sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.’”.Mat 13:42,50 - “(42) Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. ... (50) lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi”.Mat 22:13 - “Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi”.
Tentang
kata ‘ratap’
/ ‘ratapan’
tidak ada persoalan. Orang yang kesakitan pasti akan meratap. Tetapi apa
sebabnya mereka mengertakkan gigi? Ada yang beranggapan bahwa ‘kertak gigi’
itu dilakukan karena mereka marah kepada Allah yang menyiksa mereka dengan
begitu hebat. Tetapi saya beranggapan bahwa kertak gigi itu dilakukan untuk
menahan sakit yang begitu hebat yang mereka derita. Yang manapun arti yang
benar, tetap menunjukkan bahwa orang-orang ini mengalami penderitaan yang luar
biasa.
4) Simbol-simbol tentang neraka, yaitu:
a)
Api.
- Mat 3:12 - “Alat penampi sudah ditanganNya. Ia akan membersihkan tempat pengirikanNya dan mengumpulkan gandumNya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakarNya dalam api yang tidak terpadamkan.’”.
- Mat 13:42,50 - “(42) Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. ... (50) lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi”.
- Mat 25:41 - “Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya”.
- Mark 9:43-48 - “(43) Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; (44) [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] (45) Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; (46) [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] (47) Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, (48) di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam”.
- Luk 16:24 - “Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini”.
- Yudas 7 - “sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang”.
- Wah 14:11 - “Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya.’”.
- Wah 19:20 - “Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan dengan demikian ia menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah menyembah patungnya. Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang”.
- Wah 20:10 - “dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya”.
- Wah 21:8 - “Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua”.
Api merupakan simbol yang paling umum, dan penggunaan simbol api
ini jelas menunjukkan suatu siksaan yang sangat menyakitkan.
Kalau saudara terkena api sekitar 1-2 detik, itu sudah sangat menyakitkan.
Kalau 15-30 detik, itu sudah merupakan luka bakar yang sangat parah dan menyakitkan.
Bisakah saudara bayangkan bagaimana rasanya kalau saudara dibakar secara
kekal?
b) Ulat-ulat bangkai.
Mark 9:43-48 - “(43) Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; (44) [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] (45) Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; (46) [di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.] (47) Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, (48) di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam”.
Catatan: ay 44 dan ay 46 diletakkan
oleh LAI di dalam tanda kurung tegak, untuk menunjukkan bahwa ayat-ayat itu
diperdebatkan keasliannya. Tetapi ay 48, yang hampir persis bunyinya dengan ay 44
dan ay 46 tidak diletakkan dalam tanda kurung tegak. Jadi, ayat itu asli,
dan pasti betul-betul Firman Tuhan!
Pernah
terjadi ada orang yang mengalami kecelakaan mobil, sehingga lumpuh total karena
syarafnya terjepit pada tulang belakangnya. Di rumah sakit ia terus terbaring
pada punggungnya (tidak dibolak balik, karena takut syarafnya yang terjepit itu
akan bertambah parah dan membunuh dia), dan akhirnya punggung itu membusuk dan
ada zet / ulat bangkainya. Dalam keadaan hidup orang itu merasakan penderitaan
yang begitu hebat karena zet itu menggerogoti tubuhnya! Akhirnya dia mati dan
terbebas dari siksaan ulat bangkai duniawi itu. Tetapi kalau seseorang masuk ke
neraka, hal seperti ini akan berlangsung selama-lamanya!
c) Kegelapan yang paling gelap.
Mat 8:12 - “sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.’”.Mat 22:13 - “Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi”.
Ini
menggambarkan keadaan dalam penjara Romawi yang ada di bawah tanah di mana sama
sekali tidak ada cahaya. Ini menyebabkan seseorang merasa stress, tidak ada
harapan, depresi dsb, sehingga bisa gila, bunuh diri, dsb. Dan ini merupakan
tempat penderitaan yang luar biasa hebatnya. Kalau tidak demikian, tentu orang
Romawi tidak akan menciptakan tempat hukuman semacam itu.
Barnes’ Notes (tentang Mat 8:12): “This
is an image of future punishment. It is not improbable that the image was taken
from Roman dungeons or prisons. They were commonly constructed under ground.
They were shut out from the light of the sun. They were, of course, damp, dark,
and unhealthy, and probably most filthy. Masters were in the habit of
constructing such prisons for their slaves, where the unhappy prisoner, without
light, or company, or comfort, spent his days and nights in weeping from grief,
and in vainly gnashing his teeth from indignation. The image expresses the fact
that the wicked who are lost will be shut out from the light of heaven, and
from peace, and joy, and hope; will weep in hopeless grief, and will gnash
their teeth in indignation against God, and complain against his justice. What
a striking image of future woe! Go to a damp, dark, solitary, and squalid
dungeon; see a miserable and enraged victim; add to his sufferings the idea of
eternity, and then remember that this, after all, is but an image, a faint
image, of hell!” (= Ini adalah gambaran dari hukuman yang akan
datang. Bukannya tidak mungkin bahwa gambar itu diambil dari penjara di bawah
tanah Romawi. Mereka biasanya dibangun di bawah tanah. Mereka ditutup dari
terang matahari. Tentu saja mereka lembab, gelap, dan tidak sehat, dan mungkin
sangat kotor. Tuan-tuan mempunyai kebiasaan membangun penjara-penjara seperti
itu untuk budak-budak mereka, dimana orang-orang tahanan yang sial / tak bahagia,
tanpa terang, atau teman, atau penghiburan, menghabiskan hari-hari dan
malam-malamnya dalam tangisan dari kesedihan, dan dalam kesia-siaan
mengertakkan giginya dari kemarahan. Gambaran ini menyatakan fakta bahwa
orang-orang jahat yang terhilang akan ditutup dari terang surga, dan dari
damai, dan sukacita, dan pengharapan; akan menangis dalam kesedihan yang tanpa
pengharapan, dan akan mengertakkan gigi mereka dalam kemarahan terhadap Allah,
dan keluhan terhadap keadilanNya. Betul-betul suatu gambaran yang menyolok
tentang kesengsaraan yang akan datang! Pergilah ke suatu kamar bawah tanah yang
lembab, gelap, terpencil / menyendiri, dan jorok; lihatlah seorang korban yang
menyedihkan dan sangat marah; tambahkan pada penderitaannya gagasan tentang
kekekalan, dan lalu ingatlah bahwa ini, bagaimanapun juga, hanyalah merupakan
suatu gambaran, gambaran yang redup, dari neraka!).
Sekarang, apakah api, ulat bangkai, dan kegelapan ini adalah
sesuatu yang bersifat hurufiah atau simbol?
1. Ada penafsir yang menganggap bahwa api
adalah sesuatu yang hurufiah / bukan simbol. Argumentasinya: “Fire is
evidently the only word in human language which can suggest the anguish of
perdition. It is the only word in the parable of the wheat and the tares which
our Lord did not interpret (Matt. 13:36-43). He said: ‘The field is the
world,’ ‘the enemy ... is the devil,’ ‘the harvest is the end of the world,’
‘the reapers are the angels.’ But we look in vain for such a statement as, ‘the
fire is ...’ The only reasonable explanation is that fire is not a symbol. It
perfectly describes the reality of the eternal burnings” [= Api jelas
merupakan satu-satunya kata dalam bahasa manusia yang bisa menunjukkan
penderitaan dari penghukuman akhir / neraka. Itu adalah satu-satunya kata dalam
perumpamaan gandum dan lalang yang tidak ditafsirkan oleh Tuhan kita
(Mat 13:36-43). Ia berkata: ‘ladang ialah dunia’, ‘musuh ... ialah Iblis’,
‘waktu menuai ialah akhir zaman’, ‘para penuai ialah malaikat’. Tetapi kita
mencari dengan sia-sia pernyataan seperti ini, ‘api ialah ...’. Satu-satunya
penjelasan yang masuk akal adalah bahwa api bukanlah simbol. Itu secara
sempurna menggambarkan kenyataan dari pembakaran kekal] - S. Maxwell Coder,
‘Jude: The Acts of The Apostates’, hal 82.
Saya berpendapat bahwa argumentasi ini tidak kuat dan bisa
dijawab dengan mudah. Api tak diberi arti karena apapun
yang ada di neraka (juga di surga) tak ada di dunia / alam semesta ini. Jadi,
mau disamakan dengan apa?
2. Kebanyakan penafsir beranggapan bahwa semua
ini (api, ulat bangkai, kegelapan) adalah simbol!
Pulpit Commentary: “They are the symbols of certain dreadful
realities; too dreadful for human language to describe or human thought to
conceive” (= Itu adalah simbol-simbol dari kenyataan-kenyataan
menakutkan tertentu / yang pasti; terlalu menakutkan untuk digambarkan oleh
bahasa manusia ataupun untuk dimengerti / dibayangkan oleh pikiran manusia)
- hal 9.
Barnes’
Notes (tentang Mark 9:44-46): “It
is not to be supposed that there will be any ‘real’ worm in hell - perhaps no
material fire; nor can it be told what was particularly intended by the undying
worm. There is no authority for applying it, as is often done, to remorse of
conscience, anymore than to any other of the pains and reflections of hell. It
is a mere image of loathsome, dreadful, and ‘eternal’ suffering. In what that
suffering will consist it is probably beyond the power of any living mortal to
imagine” (=
Tidak boleh dianggap / diduga bahwa di sana akan ada ulat ‘sungguh-sungguh’
dalam dunia - mungkin juga tidak ada api secara materi; juga tak bisa
diberitahukan apa yang dimaksudkan secara khusus dengan ulat yang tidak mati.
Di sana tidak ada otoritas untuk menerapkannya, seperti yang sering dilakukan,
pada penyesalan dari hati nurani, ataupun pada rasa sakit atau perenungan lain
manapun dari neraka. Itu adalah semata-mata suatu gambaran yang menjijikkan,
menakutkan, dan penderitaan ‘kekal’. Dalam hal penderitaan itu terdiri dari
apa, mungkin itu ada di luar kuasa dari manusia fana yang masih hidup untuk
membayangkan).
Apa alasannya menganggap hal-hal ini sebagai simbol? Alasannya
adalah:
a. ‘api’
dan ‘kegelapan’
tidak mungkin bisa bersatu.
William
Hendriksen (tentang Luk 16:23-24): “But
if hell is a place of fire,
how can it also be a place of darkness?
Are not these two concepts mutually exclusive? Well, not always necessarily.
For example, by means of a certain form of radiation people have been seriously
burned even though when it happened they were in a dark room. Nevertheless, it
is advisable not to speculate. ...
It should be sufficient to conclude from all this that such terms as fire
and darkness
should not be taken too literally. Each in its own way indicates the terrors of
the lost in the place from which there is no return” (= Tetapi jika neraka adalah
suatu tempat dari api, bagaimana itu juga bisa merupakan suatu tempat
kegelapan? Bukankah dua konsep ini saling bertentangan? Tidak selalu harus
bertentangan. Sebagai contoh, dengan cara dari suatu bentuk radiasi tertentu
orang-orang telah dibakar secara serius sekalipun pada saat itu terjadi mereka
berada di kamar yang gelap. Tetapi, sebaiknya kita tidak berspekulasi. ...
Cukuplah untuk menyimpulkan dari semua ini bahwa istilah-istilah seperti api
dan kegelapan itu tidak boleh diterima secara terlalu hurufiah. Masing-masing
dengan caranya sendiri menunjukkan kengerian dari orang-orang yang terhilang di
tempat dari mana tidak ada jalan untuk kembali).
Catatan: saya menganggap kata-kata
William Hendriksen tentang radiasi itu terlalu mengada-ada.
b. Pada waktu Kitab Suci menggambarkan surga
digunakan simbol.
Wah 21:11-21
- “(11) Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti
permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal.
(12) Dan temboknya besar lagi tinggi dan pintu gerbangnya dua belas buah; dan
di atas pintu-pintu gerbang itu ada dua belas malaikat dan di atasnya tertulis
nama kedua belas suku Israel. (13) Di sebelah timur terdapat tiga pintu gerbang
dan di sebelah utara tiga pintu gerbang dan di sebelah selatan tiga pintu
gerbang dan di sebelah barat tiga pintu gerbang. (14) Dan tembok kota itu
mempunyai dua belas batu dasar dan di atasnya tertulis kedua belas nama kedua
belas rasul Anak Domba itu. (15) Dan ia, yang berkata-kata dengan aku,
mempunyai suatu tongkat pengukur dari emas untuk mengukur kota itu serta
pintu-pintu gerbangnya dan temboknya. (16) Kota itu bentuknya empat persegi,
panjangnya sama dengan lebarnya. Dan ia mengukur kota itu dengan tongkat itu:
dua belas ribu stadia; panjangnya dan lebarnya dan tingginya sama. (17) Lalu ia
mengukur temboknya: seratus empat puluh empat hasta, menurut ukuran manusia,
yang adalah juga ukuran malaikat. (18) Tembok itu terbuat dari permata
yaspis; dan kota itu sendiri dari emas tulen, bagaikan kaca murni. (19) Dan
dasar-dasar tembok kota itu dihiasi dengan segala jenis permata. Dasar yang
pertama batu yaspis, dasar yang kedua batu nilam, dasar yang ketiga batu mirah,
dasar yang keempat batu zamrud, (20) dasar yang kelima batu unam, dasar yang
keenam batu sardis, dasar yang ketujuh batu ratna cempaka, yang kedelapan batu
beril, yang kesembilan batu krisolit, yang kesepuluh batu krisopras, yang
kesebelas batu lazuardi dan yang kedua belas batu kecubung. (21) Dan kedua
belas pintu gerbang itu adalah dua belas mutiara: setiap pintu gerbang terdiri
dari satu mutiara dan jalan-jalan kota itu dari emas murni bagaikan kaca bening”.
Mengapa? Karena bahan-bahan di surga itu jelas
tidak ada di dunia. Kalau sorga digambarkan dengan simbol, saya juga percaya
bahwa neraka juga digambarkan dengan simbol.
Calvin memberi komentar tentang
kata-kata ‘dapur api’ dalam Mat 13:42 dengan kata-kata sebagai
berikut: “This
is a metaphorical expression; for, as the infinite glory which is laid up for
the sons of God so far exceeds all our senses, that we cannot find words to
express it, so the punishment which awaits the reprobate is incomprehensible,
and is therefore shadowed out according to the measure of our capacity” (= Ini merupakan suatu
ungkapan yang bersifat kiasan; karena, sebagaimana kemuliaan tak terbatas yang
disimpan untuk anak-anak Allah begitu jauh melampaui pengertian / pikiran kita,
sehingga kita tidak bisa menemukan kata-kata untuk menyatakannya, demikian juga
hukuman yang menantikan orang-orang yang ditentukan untuk binasa tidak bisa
dimengerti, dan karena itu dibayangkan / digambarkan sesuai dengan ukuran
kapasitas kita).
Tetapi satu hal yang
sangat penting untuk diperhatikan ialah: jangan sekali-kali hal ini membuat
saudara menganggap bahwa kalau demikian neraka tidaklah terlalu menakutkan.
Pemikiran ‘Toh
semua itu hanya simbol, jadi tidak perlu terlalu kita takuti’ adalah pemikiran yang sangat bodoh dan keliru. Perlu saudara ingat
bahwa pada waktu Kitab Suci menggambarkan surga dengan simbol, Kitab Suci
menggambarkannya dengan simbol yang indah. Kalau simbolnya indah / mulia, maka
aslinya tentu lebih indah / lebih mulia lagi. Sebaliknya pada waktu Kitab Suci
menggambarkan tentang neraka, maka Kitab Suci menggunakan simbol-simbol yang
mengerikan. Kalau simbolnya mengerikan, maka aslinya tentu lebih mengerikan
lagi!
C. H. Spurgeon: “Seek the true Saviour and be not content till
thou hast him, for if lost thy ruin will be terrible. Oh, that lake! Have you
ever read the words, ‘Shall be cast into the lake of fire, which is the second
death’? The lake of fire! and souls cast into it! The imagery is dreadful.
‘Ah,’ says one, ‘that is a metaphor.’ Yes, I know it is, and a metaphor is but
a shadow of the reality. Then, if the shadow be a lake of fire, what must the
reality be? If we can hardly bear to think of a ‘worm that never dieth,’ and a
‘fire that never shall be quenched,’ and of a lake whose seething waves of fire
that dash o’er undying and hopeless souls, what must hell be in very deed? The
descriptions of Scriptures are, after all, but condescensions to our ignorance,
partial revealings of fathomless mysteries; but if these are so dreadful, what
must the full reality be? Provoke it not, my hearers, tempt not your God,
neglect not the great salvation, for if you do, you shall not escape” (=
Carilah Juruselamat yang sejati dan janganlah puas sampai engkau memiliki Dia,
karena jika engkau terhilang kehancuranmu akan mengerikan. O, lautan itu!
Pernahkah engkau membaca kata-kata ‘Akan dilemparkan ke dalam lautan api, yang
adalah kematian yang kedua’? Lautan api! dan jiwa-jiwa dilemparkan ke dalamnya!
Gambaran ini mengerikan! ‘Ah’, kata seseorang, ‘itu merupakan suatu gambaran
/ kiasan’. Ya, aku tahu itu, dan suatu kiasan hanyalah merupakan bayangan dari
kenyataannya. Jadi, jika bayangannya adalah lautan api, bagaimana kenyataannya?
Jika kita hampir tidak tahan untuk memikirkan ‘ulat yang tidak pernah mati’,
dan ‘api yang tidak terpadamkan’, dan tentang lautan dengan gelombang apinya
yang mendidih yang menghantam jiwa-jiwa yang tidak bisa mati dan tanpa harapan,
bagaimana kira-kiranya kenyataan dari neraka? Penggambaran Kitab Suci merupakan
suatu penurunan / perendahan pada kebodohan kita, pernyataan sebagian dari
misteri yang tidak bisa diukur; tetapi jika ini begitu mengerikan, bagaimana
kenyataannya? Para pendengarku, janganlah menggusarkan dan mencobai
Allahmu, janganlah mengabaikan keselamatan yang besar, karena jika engkau
melakukannya, engkau tidak akan lolos) - ‘A Treasury of Spurgeon on the
Life and Work of our Lord’, vol 3, hal 622.
VII) Neraka adalah tempat
penyiksaan / penderitaan yang bersifat kekal / selama-lamanya.
Neraka
adalah tempat penyiksaan / penderitaan yang bersifat kekal / selama-lamanya,
tanpa ada akhir, pengurangan (ingat bahwa hukuman di neraka bukanlah hukuman
yang bersifat memperbaiki, tetapi betul-betul hukuman, dan karenanya tidak ada
pengurangan) ataupun istirahat dari hukuman tersebut.
Gereja
Masehi Advent Hari Ketujuh mengajarkan bahwa neraka itu ada, tetapi begitu
orang masuk ke neraka, ia langsung musnah.
Gereja
Masehi Advent Hari Ketujuh: “Iblis
dan para pembantunya juga akan mengalami nasib yang sama (Why 20:10). Konteks
seluruh Alkitab menjadi jelas bahwa ‘kematian yang kedua’ ini (Why 21:8)
mengartikan bahwa derita yang dialami orang jahat itu adalah penghancuran
secara menyeluruh, tuntas. Lalu, apa gerangan yang dimaksud dengan konsep
adanya naraka yang menyala-nyala selama-lamanya? Pengamatan yang saksama
menunjukkan bahwa Alkitab tidak mengajarkan naraka atau api yang abadi seperti itu”
- ‘Apa Yang Anda Perlu Ketahui Tentang 27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah’, hal
426.
Catatan: dalam buku-buku mereka memang ditulis ‘naraka’, bukan ‘neraka’, dan saya tidak tahu mengapa.
Gereja
Masehi Advent Hari Ketujuh: “Bagaimana
sifat api naraka itu? Apakah orang akan dibakar di sana selama-lamanya? ...
Kitab Suci mengajarkan bahwa orang jahat akan ‘dilenyapkan’ (Mzm 37:9,34);
bahwa mereka akan binasa (Mzm 37:20; 68:2). Mereka tidak hidup dalam keadaan
sadar selama-lamanya, melainkan akan dihanguskan (Mal 4:1; Mat 13:30,40; 2Ptr
3:10). Mereka akan dibinasakan (Mzm 145:20; 2Tes 1:9; Ibr 2:14) dilenyapkan
(Mzm 104:35).” - ‘Apa Yang Anda Perlu Ketahui
Tentang 27 Uraian Doktrin Dasar Alkitabiah’, hal 426-427.
- Maz 37:9,20,34 - “(9) Sebab orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN akan mewarisi negeri. ... (20) Sesungguhnya, orang-orang fasik akan binasa; musuh TUHAN seperti keindahan padang rumput: mereka habis lenyap, habis lenyap bagaikan asap. ... (34) Nantikanlah TUHAN dan tetap ikutilah jalanNya, maka Ia akan mengangkat engkau untuk mewarisi negeri, dan engkau akan melihat orang-orang fasik dilenyapkan”.
- Maz 68:3 - “Seperti asap hilang tertiup, seperti lilin meleleh di depan api, demikianlah orang-orang fasik binasa di hadapan Allah”.
- Maz 104:35 - “Biarlah habis orang-orang berdosa dari bumi, dan biarlah orang-orang fasik tidak ada lagi! Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Haleluya!”.
- Maz 145:20 - “TUHAN menjaga semua orang yang mengasihiNya, tetapi semua orang fasik akan dibinasakanNya”.
- Mal 4:1 - “Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam, sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka”.
- Mat 13:30,40 - “(30) Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.’ ... (40) Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman”.
- 2Tes 1:9 - “Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya”.
- 2Pet 3:10 - “Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap”.
Tanggapan saya:
1. Orang jahat ‘dilenyapkan’
kalau dilihat kontext (Maz 37:9,34
Maz 104:35) tidak menunjuk pada akhir jaman, tetapi dalam hidup
ini. Jadi artinya mereka dilenyapkan dari dunia ini, atau mereka akan mati.
2. Kata ‘binasa’
dalam Kitab Suci kalau menunjuk kepada manusia, atau berarti mati, atau
menunjukkan bahwa mereka terpisah selama-lamanya dari Allah, yang adalah hidup
/ sumber kehidupan. Tidak pernah kata ‘binasa’
itu diartikan musnah!
3. 2Tes 1:9 - “Mereka
ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan
kekuatanNya”.
Ayat
ini menunjukkan arti dari kata ‘kebinasaan’, yaitu dijauhkan dari Allah,
yang adalah hidup / sumber kehidupan. Kalau binasanya kekal, maka juga berarti
mereka dijauhkan dari Allah selama-lamanya.
William Hendriksen: “One hears the objection, ‘But does not the
Scripture teach of the destruction of the wicked’? Yes, indeed, but this
destruction is not an instantaneous annihilation, so that there would be
nothing left of the wicked; so that, in other words, they would cease to exist.
The destruction of which the Scripture speaks is an ‘everlasting destruction’
(2Thess. 1:9). Their hopes, their joys, their opportunities, their riches,
etc., have perished, and they themselves are tormented by this, and that
forevermore” [= Seorang mendengar keberatan: ‘Tetapi bukankah Kitab Suci
mengajar kebinasaan / penghancuran orang jahat?’ Ya, memang, tetapi kebinasaan
/ penghancuran ini bukan merupakan pemusnahan seketika, sehingga tidak ada
apapun yang tersisa dari orang jahat itu. Kebinasaan / penghancuran yang
dibicarakan oleh Kitab Suci merupakan suatu ‘kebinasaan / penghancuran kekal’
(2Tes 1:9). Harapan mereka, sukacita mereka, kesempatan mereka, kekayaan
mereka, dsb. telah binasa, dan mereka sendiri disiksa oleh hal ini, dan itu
berlangsung selama-lamanya] - hal 367.
Ajaran
Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh ini sangat bertentangan dengan begitu banyak
ayat Alkitab yang mengatakan bahwa hukuman di neraka itu bersifat kekal,
dan ini merupakan kesesatan dari ajaran Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh!
Kekalnya hukuman di neraka, digambarkan oleh Alkitab dengan:
1) Tidak bisanya orang kaya menyeberang ke surga
karena adanya jurang yang tidak terseberangi.
Luk 16:26 - “Selain
dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak
terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun
mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang”.
Charles Haddon Spurgeon: “Human ingenuity has done very much to bridge
great gulfs. Scarcely has the world afforded a river so wide that its floods
could not be overleaped; or a torrent so furious that it could not be made to
pass under the yoke. High above the foam of Columbia’s glorious cataract, man
has hung aloft his slender but substantial road of iron, and the shriek of the
locomotive is heard above the roar of Niagara. This very week I saw the first
chains which span the deep rift through which the Bristol Avon finds its way at
Clifton; man has thrown his suspension bridge across the chasm, and men will
soon travel where only that which hath wings could a little while ago have
found a way. There is, however, one gulf which no human skill or engineering
ever shall be able to bridge; there is one chasm which no wing shall ever be
able to cross; it is the gulf which divide the world of joy in which the
righteous triumph, from that land of sorrow in which the wicked feel the smart
of Jehovah’s sword. ... there is a great gulf fixed, so that there can be no
passage from the one world to the other” (= Kepandaian manusia telah
menjembatani banyak jurang besar. Hampir tidak ada sungai yang begitu lebar
yang tidak bisa diseberangi; atau aliran air yang deras yang tidak bisa
dilalui. Di atas air terjun Kolumbia, manusia telah menggantung jalan dari
besi, dan bunyi lokomotif terdengar di atas gemuruh Niagara. Minggu yang baru
lalu ini saya melihat rantai pertama membentang antara Bristol Avon dan
Clifton; manusia telah membuat jembatan menyeberangi jurang itu, sehingga
manusia segera bisa menyeberangi jurang yang dulunya hanya bisa diseberangi
oleh burung yang bersayap. Tetapi ada satu jurang yang tidak pernah bisa
diseberangi oleh kepandaian dan teknologi manusia; ada satu jurang yang tidak
pernah bisa diseberangi oleh sayap manapun; itu adalah jurang yang memisahkan
dunia sukacita dalam mana orang-orang benar menang; dari tanah kesedihan dalam
mana orang-orang jahat merasakan tajamnya pedang Yehovah. ... disana terbentang
suatu jurang yang besar sehingga tidak bisa ada jalan dari satu dunia ke dunia
yang lain) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’,
Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 414.
Charles Haddon Spurgeon: “heaven’s blessings cannot cross from the
celestial regions to the infernal prison-house. No, it is sorrow without
relief, misery without hope, and here is the pang of it - it is death without
end” (= berkat-berkat surgawi tidak bisa menyeberang dari daerah surgawi ke
rumah penjara neraka. Tidak, itu adalah kesedihan tanpa keringanan,
kesengsaraan tanpa pengharapan, dan inilah kepedihannya - itu adalah kematian
tanpa akhir) - ‘A Treasury of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’,
Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 422.
Charles Haddon Spurgeon: “There is only one thing that I know of in which
heaven is like hell - it is eternal. ‘The wrath to come, the wrath to come, the
wrath to come,’ for ever and for ever spending itself, and yet never being
spent” (= Hanya ada satu hal yang saya ketahui dimana surga itu seperti
neraka, yaitu bahwa itu bersifat kekal. ‘Murka yang akan datang, murka yang
akan datang, murka yang akan datang’ untuk selama-lamanya dan selama-lamanya
menghabiskan dirinya sendiri, tetapi tidak pernah habis) - ‘A Treasury
of Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of
Our Lord’, hal 422.
2) Bermacam-macam kata-kata di bawah ini:
a) Kata-kata ‘api yang tidak terpadamkan’
(Mat 3:12b Mark 9:43b,48).
b) Kata-kata ‘api yang kekal’ (Mat 25:41 Yudas 7).
c) Kata-kata ‘siksaan yang kekal’
(Mat 25:46).
d) Kata-kata ‘siang malam tidak
henti-hentinya’ (Wah 14:11).
e) Kata-kata ‘siang malam sampai
selama-lamanya’ (Wah 20:10).
f) Kata-kata ‘ulat-ulatnya tidak akan
mati’ (Mark 9:44,46,48).
‘Api
yang tidak bisa padam’ dan ‘ulat yang tidak bisa mati’ diambil dari
Yes 66:24 - “Mereka akan keluar dan
akan memandangi bangkai orang-orang yang telah memberontak kepadaKu. Di situ
ulat-ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam, maka semuanya akan
menjadi kengerian bagi segala yang hidup”.
E. J. Young (vol 3, hal 537) mengatakan bahwa ini jelas
menunjuk pada lembah anak HINNOM atau GEHENNA.
Wycliffe
Bible Commentary (tentang Mark 9:48): “‘The
worm that dieth not’ is a figure of speech drawn from the actual valley of
Hinnom, where worms were continually at work. It is a picture of the
unending torture and destruction of hell” (= ‘Ulat yang tidak mati’
merupakan suatu kiasan yang diambil dari lembah Hinnom yang sesungguhnya,
dimana ulat-ulat terus menerus bekerja. Itu adalah suatu gambaran tentang
siksaan dan penghancuran yang tanpa akhir dari neraka).
William
G. T. Shedd: “Had Christ intended to teach
that future punishment is remedial and temporary, he would have compared it to
a dying worm, and not to an undying worm; to a fire that is quenched, and not
to an unquenchable fire” (= Andaikata Kristus bermaksud untuk mengajar
bahwa hukuman yang akan datang itu bersifat memperbaiki dan sementara, Ia akan
membandingkannya dengan ulat yang bisa mati, dan bukannya dengan ulat yang
tidak bisa mati; dengan api yang bisa padam, dan bukannya dengan api yang tidak
dapat dipadamkan) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 681.
3) Tidak ada pengurangan ataupun istirahat dari
hukuman / penderitaan di neraka, dan ini terlihat dari:
a) Tidak bisanya Lazarus memberi air kepada
orang kaya.
Luk 16:24-26 - “(24) Lalu ia berseru,
katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia
mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku
sangat kesakitan dalam nyala api ini. (25) Tetapi Abraham berkata: Anak,
ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu,
sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau
sangat menderita. (26) Selain dari pada itu di antara kami dan engkau
terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini
kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat
menyeberang”.
Andaikata
Lazarus bisa memberikan air itu, itu menunjukkan adanya istirahat dari penderitaan
atau pengurangan penderitaan di dalam neraka. Tetapi ternyata hal itu tidak
bisa dilakukan.
Charles Haddon Spurgeon: “As nothing can come from hell to heaven, so
nothing heavenly can ever come to hell. ... Nay, Lazarus is not permitted to
dip the tip of his finger in water to administer the cooling drop to the
fire-tormented tongue. Not a drop of heavenly water can ever cross that chasm.
See then, sinner, heaven is rest, perfect rest - but there is no rest in hell;
it is labour in the fire, but no ease, no peace, no sleep, no calm, no quiet;
everlasting storm; eternal hurricane; unceasing tempest. In the worst disease,
there are some respites: spasms of agony, but then pauses of repose. There is
no pause in hell’s torments” (= Sebagaimana tidak ada apapun yang bisa
datang dari neraka ke surga, demikian juga tidak ada apapun yang bisa datang
dari surga ke neraka. ... Tidak, Lazarus tidak diijinkan untuk mencelupkan
ujung jarinya dalam air untuk memberikan tetesan penyejuk kepada lidah yang
disiksa oleh api. Tidak setetes air surgawipun bisa menyeberangi jurang itu.
Maka, lihatlah orang berdosa, surga adalah istirahat, istirahat yang sempurna -
tetapi tidak ada istirahat di neraka; itu merupakan pekerjaan berat dalam api,
tetapi tidak ada kesenangan, tidak ada damai, tidak ada tidur, tidak ada
ketenangan; yang ada adalah angin topan selama-lamanya, badai yang kekal, angin
ribut yang tidak henti-hentinya. Dalam penyakit yang terburuk, ada istirahat,
kekejangan dari penderitaan, tetapi lalu istirahat yang tenang. Tetapi tidak
ada istirahat dalam siksaan neraka) - ‘A Treasury of Spurgeon on the
Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal
421.
b) Wah 14:11
- “Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai
selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak
henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta
patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya.’”.
Kata-kata
‘tidak
henti-hentinya’ ini oleh KJV/RSV/NIV/NASB
diterjemahkan ‘no rest’ (= tidak ada istirahat).
Barnes’ Notes: “‘Day
and night’ include all time; and hence, the phrase is used to denote perpetuity
- ‘always.’ The meaning here is, that they never have any rest - any interval
of pain. This is stated as a circumstance strongly expressive of the severity
of their torment. Here, rest comes to the sufferer. The prisoner in his cell
lies down on his bed, though hard, and sleeps; the overworked slave has also
intervals of sleep; the eyes of the mourner are locked in repose, and for
moments, if not hours, he forgets his sorrows; no pain that we endure on earth
can be so certain and prolonged that nature will not, sooner or later, find the
luxury of sleep, or will find rest in the grave. But it will be one of the
bitterest ingredients in the cup of woe, in the world of despair, that this
luxury will be denied forever, and that they who enter that gloomy prison sleep
no more, never know the respite of a moment, never even lose the consciousness
of their heavy doom. Oh how different from the condition of sufferers here! And
oh how sad and strange that any of our race will persevere in sin, and go down
to those unmitigated and unending sorrows!” (= ‘Siang dan malam’ mencakup semua waktu; dan
karena itu, ungkapan ini digunakan untuk menunjukkan kekekalan - ‘selalu’.
Artinya di sini adalah, bahwa mereka tidak pernah mempunyai istirahat apapun - waktu
istirahat apapun dari rasa sakit. Ini dinyatakan sebagai suatu keadaan yang
menyatakan dengan kuat kekerasan dari siksaan mereka. Di sini, istirahat datang
kepada si penderita. Orang-orang yang ada di penjara berbaring di ranjangnya,
sekalipun keras, dan tidur; budak yang bekerja kelewat batas juga mempunyai
waktu tidur; mata dari orang yang berkabung dikunci dalam tidur, dan untuk
suatu waktu, mungkin berjam-jam, ia melupakan penderitaannya; tak ada rasa
sakit yang kita tahan di bumi bisa begitu pasti dan diperpanjang sehingga alam
tidak, cepat atau lambat, mendapatkan kemewahan dari tidur, atau akan
mendapatkan istirahat dalam kuburan. Tetapi akan merupakan salah satu dari
unsur-unsur yang paling pahit dalam cawan kesengsaraan, dalam dunia
keputus-asaan, bahwa kemewahan ini tidak akan didapatkan selama-lamanya, dan
bahwa mereka yang memasuki penjara yang suram tidak akan tidur lagi, tidak
pernah mengenal istirahat sejenakpun, bahkan tidak pernah kehilangan kesadaran
dari nasib / hukuman mereka yang berat. O alangkah berbedanya dari keadaan dari
penderita-penderita di sini! Dan betapa menyedihkan dan aneh bahwa ada siapapun
dari bangsa kita akan bertekun dalam dosa, dan turun pada kesedihan /
penderitaan yang tak berkurang dan tak ada akhirnya!).
Illustrasi:
Seorang wanita yang mau melahirkan anak, juga mengalami kesakitan yang hebat,
tetapi rasa sakit itu tidak datang terus menerus. Ada ‘istirahat’ dari rasa
sakit itu, dan ini tentu menyebabkan penderitaan itu jauh berkurang
dibandingkan kalau sama sekali tidak ada istirahat.
William Hendriksen: “... it will never end. This teaching of Jesus
should not be weakened by the philosophical notion that in the universe on the
other side of death or of the final judgment there will be no time. Nowhere,
not in Isa. 66:24, nor in Rev. 10:6, correctly translated, is there any ground
for this assumption” (= ... itu tidak akan pernah berakhir. Ajaran Yesus
ini tidak boleh dilemahkan oleh gagasan / pikiran yang bersifat filsafat bahwa
dalam dunia setelah kematian atau penghakiman akhir, tidak ada lagi waktu.
Tidak ada tempat manapun, baik dalam Yes 66:24, ataupun Wah 10:6,
yang diterjemahkan secara benar, ada dasar apapun untuk anggapan ini) - hal
367.
Yes 66:24 - “Mereka akan keluar dan akan memandangi bangkai orang-orang yang telah memberontak kepadaKu. Di situ ulat-ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam, maka semuanya akan menjadi kengerian bagi segala yang hidup”.Wah 10:6 - “dan ia bersumpah demi Dia yang hidup sampai selama-lamanya, yang telah menciptakan langit dan segala isinya, dan bumi dan segala isinya, dan laut dan segala isinya, katanya: ‘Tidak akan ada penundaan lagi!”.KJV: ‘that there should be time no longer:’ (= bahwa di sana tidak ada waktu lagi).RSV/NIV/NASB/ASV/NKJV: ‘delay’ (= penundaan).
A. T. Robertson: “this
does not mean that chronos (time),
... will cease to exist, but only that there will be no more delay in the
fulfillment of the seventh trumpet (Rev 10:7), in answer to the question, ‘How
long?’ (Rev 6:10)” [= Ini tidak berarti bahwa KHRONOS (waktu), ... akan
berhenti ada, tetapi hanya bahwa disana tidak lagi akan ada penundaan dalam
penggenapan dari sangkakala ketujuh (Wah 10:7), sebagai jawaban terhadap
pertanyaan ‘Berapa lamakah lagi?’ (Wah 6:10)].
Jonathan
Edwards, dalam khotbahnya yang berjudul ‘Sinners in the Hands of an Angry
God’ (= Orang-orang berdosa dalam tangan Allah yang murka), berkata:
· “It is everlasting wrath. It
would be dreadful to suffer this fierceness and wrath of Almighty God one
moment; but you must suffer it to all eternity”
(= Ini adalah murka yang kekal. Adalah sesuatu yang menakutkan / mengerikan
untuk menderita kehebatan dan murka
Allah yang mahakuasa ini untuk satu saat saja; tetapi kamu harus menderitanya
sampai kekal).
· “... you will absolutely
despair of ever having any deliverance, any end, any mitigation, any rest at
all” (= ... kamu akan benar-benar putus
asa untuk bisa mendapatkan pembebasan, akhir, pengurangan / peringanan hukuman,
istirahat).
· “You will know certainly that
you must wear out long ages, millions of millions of ages, in wrestling and
conflicting with this almighty merciless vengeance; and then when you have so
done, when so many ages have actually been spent by you in this manner, you
will know that all is but a point to what remains. So that your punishment will
indeed be infinite” (= Kamu pasti akan tahu bahwa
kamu akan menjalani zaman-zaman yang panjang, berjuta-juta zaman, dalam
pergumulan dan pertentangan dengan pembalasan hebat tanpa belas kasihan ini;
dan bila kamu telah menjalaninya, bila begitu banyak zaman telah kamu lalui
dengan cara ini, maka kamu akan tahu bahwa semua itu hanyalah satu titik
dibandingkan dengan waktu yang tersisa. Dengan demikian hukumanmu itu
betul-betul tidak terbatas).
DUA hal terakhir di atas ini, yaitu bahwa penderitaan di neraka itu luar biasa
hebatnya dan bersifat kekal / selama-lamanya, membuat neraka itu luar biasa mengerikan.
Andaikata penderitaannya hebat tetapi bersifat sementara, atau penderitaannya
kekal tetapi tidak terlalu hebat, maka mungkin neraka tidaklah terlalu
mengerikan. Tetapi kombinasi / gabungan dari 2 hal itu betul-betul menyebabkan
neraka itu sangat mengerikan.
Satu hal lagi yang saudara perlu ingat adalah:
kalau kita sedang senang / mengalami sesuatu yang enak, maka waktu terasa
berlalu dengan cepat. Sebaliknya, kalau kita sedang menderita / sakit, maka
waktu terasa begitu lama. Jadi sebetulnya, kalaupun hukuman di neraka itu
berlangsung ‘hanya’ 100 tahun saja, maka karena penderitaan yang luar biasa
hebatnya itu, waktu yang 100 tahun itu akan terasa seperti selama-lamanya /
kekal. Apalagi kalau hukuman di neraka itu memang bersifat kekal; jadi berapa
lama rasanya?
Karena itu tidak heran kalau Yesus berkata tentang Yudas (yang
pasti akan masuk neraka) sebagai berikut: “...
celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik
bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan” (Mat
26:24).
Sekarang,
selagi saudara masih hidup, masih ada waktu untuk bertobat / percaya kepada
Yesus. Tetapi kalau saudara sudah mati dan masuk ke neraka, tidak ada
kesempatan untuk bertobat / percaya kepada Yesus. Ajaran yang mengatakan bahwa
seseorang yang mati tanpa percaya Yesus akan diberi ‘kesempatan yang kedua’ (second
chance) karena mereka akan diinjili oleh Yesus sendiri, adalah ajaran sesat,
yang bertentangan dengan:
1. Luk 16:19-31 yang menunjukkan bahwa
orang kaya yang telah masuk ke neraka itu menyesal, tetapi tidak ada gunanya.
Luk 16:23-31 - “(23) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. (24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. (25) Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. (26) Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. (27) Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, (28) sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. (29) Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. (30) Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. (31) Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.’”.
2. Maz 88:11-13
- “(11)
Apakah Kaulakukan keajaiban bagi orang-orang mati? Masakan arwah bangkit untuk
bersyukur kepadaMu? Sela (12) Dapatkah kasihMu diberitakan di dalam kubur, dan
kesetiaanMu di tempat kebinasaan? (13) Diketahui orangkah keajaiban-keajaibanMu
dalam kegelapan, dan keadilanMu di negeri segala lupa?”.
Kalau
saudara membaca Maz 88:11-13 ini, saudara bisa melihat bahwa rentetan
pertanyaan dalam ayat-ayat tersebut semuanya harus dijawab dengan ‘tidak’.
Jadi, ay 12nya juga harus dijawab ‘tidak’,
dan dengan demikian jelaslah bahwa tidak mungkin Injil diberitakan kepada
orang-orang mati.
3. Penekanan Kitab Suci bahwa orang harus
bertobat dan percaya Yesus secepatnya.
2Kor 6:2 - “Sebab
Allah berfirman: ‘Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan
pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau.’ Sesungguhnya, waktu
ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari
penyelamatan itu”.
Calvin (tentang 2Kor 6:2):
“As
God specifies a particular time for the exhibition of his grace, it follows
that all times are not suitable for that. As a particular day of salvation is
named, it follows that a free offer of salvation is not made every day. ... we
must keep in view what Paul designs to teach - that there is need of prompt
expedition, that we may not allow the opportunity to pass unimproved, inasmuch
as it displeases God, that the grace that he offers to us should be received by
us with coolness and indifference. ... Unless, however, we embrace the
opportunity, we must fear the threatening that Paul brings forward - that, in a
short time, the door will be shut against all that have not entered in, while
opportunity was afforded”
(= Karena Allah menentukan suatu waktu yang khusus untuk pertunjukan kasih
karuniaNya, akibatnya adalah bahwa tidak semua waktu cocok untuk itu. Karena
suatu hari keselamatan yang khusus disebutkan, akibatnya adalah bahwa suatu
penawaran yang cuma-cuma dari keselamatan tidaklah dibuat setiap hari. ... kita
harus terus memperhatikan apa yang Paulus maksudkan untuk ajarkan - bahwa
disana ada kebutuhan tentang perjalanan / kecepatan yang mendesak, bahwa kita tidak
boleh mengijinkan kesempatan untuk lewat tanpa dimanfaatkan, karena merupakan
sesuatu yang tidak menyenangkan Allah, bahwa kasih karunia yang Ia tawarkan
kepada kita, kita terima dengan sikap dingin dan acuh tak acuh. ... Tetapi
kecuali kita memeluk kesempatan itu, kita harus takut terhadap ancaman yang
Paulus ajukan - bahwa, dalam waktu yang singkat, pintu akan ditutup terhadap
semua orang yang belum masuk, sementara kesempatan diberikan).
Bdk. Yes 55:6-7 - “(6) Carilah
TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepadaNya selama Ia
dekat! (7) Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat
meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan
mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya”.
Calvin (tentang Yes 55:6):
“‘The
time of finding’ ... as the time when God offers himself to us, as in other
passages he has limited a fixed day for his good-pleasure and our salvation.
(Isaiah 49:8) ... we ought chiefly to remember that God is sought at a
seasonable time, when of his own accord he advances to meet us; for in vain
shall indolent and sluggish persons lament that they had been deprived of that
grace which they rejected. The Lord sometimes endures our sluggishness, and
bears with us; but if ultimately he do not succeed, he will withdraw, and will
bestow his grace on others”
[= ‘Waktu penemuan’ ... sebagai waktu pada saat Allah menawarkan diriNya
sendiri kepada kita, seperti dalam text-text lain Ia telah membatasi suatu hari
yang tertentu untuk perkenanNya yang baik dan keselamatan kita (Yes 49:8). ...
kita terutama harus ingat bahwa Allah dicari pada waktu yang sesuai, pada waktu
dengan persetujuanNya sendiri Ia maju untuk menemui kita; karena dengan
sia-sia orang-orang yang lamban dan malas meratap bahwa mereka telah kehilangan
kasih karunia itu yang telah mereka tolak. Tuhan kadang-kadang bertahan
terhadap kemalasan kita, dan sabar terhadap kita; tetapi jika akhirnya Ia tidak
berhasil, Ia akan menarik, dan akan memberikan, kasih karuniaNya, kepada
orang-orang lain].
Catatan: kata-kata Calvin ini tidak
berarti bahwa ia tidak mempercayai doktrin ‘Irresistible Grace’ (= Kasih
karunia yang tidak bisa ditolak). Saya yakin bahwa di sini ia berbicara dari
sudut pandang manusia.
4. Penekanan pemberitaan Injil kepada orang yang
belum percaya.
Mat 28:19 - “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”.
Kalau
memang nanti akan ada ‘kesempatan yang kedua’, kita tidak perlu memberitakan
Injil pada saat ini. Toh orang yang mati tanpa Kristus akan diinjili oleh
Yesus. Tetapi kenyataannya, Yesus memerintahkan kita untuk memberitakan Injil,
dan ini menunjukkan bahwa tidak akan ada kesempatan kedua dalam kehidupan yang
akan datang. Juga kalau kita melihat kitab Kisah Para Rasul, maka terlihat
dengan jelas bahwa rasul-rasul dan orang-orang Kristen melakukan penginjilan
mati-matian, sekalipun mereka harus disiksa dan bahkan dibunuh. Untuk apa semua
ini, kalau nanti ada ‘kesempatan yang kedua’?
5. 2Kor 5:10
- “Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap
orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam
hidupnya ini, baik ataupun jahat”.
KJV: ‘in his body’ (= dalam tubuhnya).RSV/NIV/NASB: ‘in the body’ (= dalam tubuh).
Jadi,
penghakiman akhir jaman hanya didasarkan pada perbuatan-perbuatan yang dilakukan
oleh seseorang pada waktu masih hidup / pada waktu jiwa / rohnya masih ada
dalam tubuhnya. Apapun yang terjadi apapun yang dia lakukan setelah mati
/ setelah jiwa / rohnya keluar / terpisah dari tubuhnya, tidak mempengaruhi
penghakiman yang dilakukan terhadap dia. Jadi, seandainya ada penginjilan
setelah kematian, dan seandainya orang mati itu bisa bertobat dan percaya
Kristus, itu tetap tak punya nilai atau manfaat apapun dalam penghakiman akhir
jaman.
Jadi,
jangan berharap untuk mendapatkan kesempatan bertobat / percaya kepada Yesus
setelah saudara mati dan pergi ke neraka. Bertobatlah
dan percayalah kepada Yesus sekarang, selagi masih ada kesempatan!
-Amin-
No comments:
Post a Comment