F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

Showing posts with label Satu Keselamatan. Show all posts
Showing posts with label Satu Keselamatan. Show all posts

0 Menyambut Natal 2018 (4-Selesai)

Oleh: Martin Simamora


Natal Setelah Kesunyian Sabda Yang Panjang:
Sang Firman Berinkarnasi Menjadi Manusia Membawa Terang Manusia

Bacalah lebih dulu: Bagian1, Bagian 2, Bagian3

400 Tahun Kesunyian Firman
Selama 400 tahun (diperkirakan) Allah tak berfirman sama sekali kepada bangsa Yahudi diperhitungkan semenjak peringatan terakhir-Nya sebagaimana yang dicatat dalam Kitab Maleakhi:” Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu. Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah.” (Malaekhi 4:5-6). Era peringatan Malaekahi, sekitar tahun 430 Sebelum Masehi, bangsa Yahudi baru saja pulang dari pembuangan Babel (sebagai para pedagang, bukan sebagai gembala). Saart itu kerajaan Medo-Persian masih menduduki Israel, dan bait suci telah dibangun kembali. Baik hukum dan keimamatan Harun telah dipulihkan, dan bangsa Yahudi telah membuang semua berhalanya. Akan tetapi peringatan Malaekhi tersebut bukan tanpa sebab. Orang-orang Yahudi berlaku semena-mena terhadap isterinya, menikahi perempuan-perempuan penyembah berhala dan tidak memberikan  persepuluhan, para imam mengabaikan bait suci dan tidak mengajarkan jalan-jalan Tuhan. Singkatnya, orang-orang Yahudi tidak menghormati Allah.

Tahun 333 Sebelum Masehi,Israel jatuh kedalam pendudukan Yunani, dan tahun 323 Sebelum Masehi, jatuh kedalam pendudukan Mesir. Orang-orang Yahudi secara umum diperlakukan baik dalam pendudukan-pendudukan tersebut, dan mereka mengdopsi bahasa Yunani dan banyak kebiasaan Yunani, dan budayanya, dan di Mesir, Perjanjian Lama diterjemahkan kedalam bahasa Yunani. Terjemahan ini, disebut Septuaginta, dan dipergunakan secara luas, dan kerap dikutip dalam Perjanjian Baru..

Hukum dan keimamatan Yahudi masih berlangsung cukup memadai hingga Antiokhos Yang Agung dari Syria menduduki Israel pada tahun 204 Sebelum Masehi. Ia dan penerusnya, Antiokhos dari Epifanes, menganiaya orang-orang Yahudi dan memperdagangkan keimamatan, dan pada tahun 171 Sebelum Masehi, Epifanes menghancurkan kesakralan Ruang Mahakudus yang mengakibatkan perlawanan atau pemberontakan oleh Yudas Makabe yang masih turunan Harun, dan pada tahun 165 Sebelum Masehi, Israel berhasil memiliki kembali Yerusalem dan menyucikan bait suci. Akan tetapi peperangan terus berlangsung antara orang-orang Yahudi dan orang-orang Syria sampai Roma menduduki Israel pada tahun 63 Sebelum Masehi dan pada saat itulah Pompey memasuki Ruang Mahakudus (ini sebuah pelanggaran tak terampuni karena hanya Imam Besar yang telah terlebih dahulu memenuhi tuntutan hukum taurat-seperti ia harus mempersembahkan kurban bagi pengudusan dirinya sendiri lebih dahulu-untuk melakukan pelayanan keimamatannya), dan sekali lagi mengejutkan dan rasa sakit hati yang mendalam bagi orang-orang Yahudi. Pada tahun 47 Sebelum Masehi, Caesar mengangkat Antipater, keturunan Esau, sebagai Prokurator/Wali Negeri Yudea, dan Antipater kemudian menunjuk dua puteranya sebagai raja-raja atas Galilea dan Yudea.

0 Sebuah Refleksi Kenaikan Yesus Ke Sorga


Oleh: Martin Simamora

"Akulah Dia, Dan Kamu Akan Melihat Anak Manusia Duduk Di Sebelah Kanan Yang Mahakuasa Dan Datang Di Tengah-Tengah Awan-Awan Di Langit"

Anak Manusia yang Telah Turun Dari Sorga Dan yang Telah Naik Ke Sorga
Salah satu pernyataan Yesus yang begitu sukar untuk dipahami siapapun baik di eranya dan kini, adalah ketika ia menyatakan bahwa hanya dialah yang pernah turun dari sorga dan naik ke sorga:

Yohanes 3:13  Tidak ada seorang pun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.

Perhatikan bahwa inilah yang segera dinyatakan oleh Yesus pada saat kebangkitannya dari antara orang mati:

Yohanes 20:13-17 Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis?" Jawab Maria kepada mereka: "Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan." Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: "Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya." Kata Yesus kepadanya: "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!", artinya Guru. Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu."

Pergi kepada Bapa menjadi kepentingan tunggal bagi Yesus, setelah ia mati di kayu salib dan bangkit dari antara orang mati pada hari ketiga sebagaimana ia telah menyatakan sebelumnya: Markus 8:31-33, Lukas 9:22; 18:31-33.

Begitu sukar untuk dipahami, tak terkecuali guru kitab suci bernama Nikodemus pun gagal untuk memahami Yesus beserta pengajaran keselamatan yang datang dari Allah dan bukan karena usaha atau serangkaian upaya manusia. karena pernyataan ini sangat terkait dengan tujuan tunggal yang diembannya: melakukan tindakan penyelamatan manusia jika memandang atau percaya kepadanya

Ia naik ke sorga atau harus pergi kepada Bapa, dengan demikian, sangat erat kaitannya untuk apa Ia datang ke dalam dunia menjadi manusia. Apakah yang telah  diselesaikannya sehingga baru kemudian Ia dapat naik ke sorga. Di makamnya serta disaksikan juga oleh malaikat, Yesus berkata:

"Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa,”

Sekarang, ini pernyataan yang begitu janggal karena terkait tubuhnya, Ia harus pergi kepada Bapa! Jadi nampak jelas dan tak terbantahkan, jika apa yang dilakukan atau dikerjakannya dalam untuk apa Ia datang ke dalam dunia ini adalah pekerjaan yang hanya dapat genap melalui dan di dalam tubuh Yesus itu sendiri.

0 Ucapan Yesus Kristus yang Paling Dibenci



Oleh: Martin Simamora

"Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun…”

Siapakah Yesus yang Berkata Demikian?
Tidak ada yang lebih hebat dari perkataan Yesus satu ini sehingga mampu menimbulkan penolakan dalam beragam rupa bukan saja pada non pengikut Kristus tetapi bahkan mereka yang mengaku sebagai pengikut Kristus, akan sangat berkeberatan dengan pernyataan Yesus yang ini:

Yohanes 14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.

Statement yang begitu kuat mengesankan arogansi, kesombongan, dan paling benar sendiri, oleh Yesus sendiri telah dimaksudkannya sebagai sebuah kebenaran yang sangat absolut untuk sampai diabaikan. Jadi ketika ia menyatakan “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun…. Kalau tidak melalui Aku, ia menyampaikannya dengan sederet penekanan agar pendengarnya tahu, jika ini  bukan kebenaran dirinya sendiri tetapi Allah pemiliknya. Perhatikan bagaimana Yesus mengajukan pernyataan tersebut sebagai kebenaran absolut yang datang dari Allah:

Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia."- Yohanes 14:7



Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.- Yohanes 14:10



Kata Yesus kepadanya: Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku- Yohanes 14:6



Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.- Yohanes 14:11



Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa;- Yohanes 14:12

Problem segera menyeruak. Benarkah perkataan atau pernyataan Yesus tersebut, adalah kebenaran dari Allah? 

Jangankan anda, bahkan para murid Yesus pun memiliki problem paling sukar dalam kehidupan rohani mereka, terhadap perkataan atau ajaran Yesus Sang Guru mereka sendiri. Bagaimana dengan anda, apakah pernyataan Yesus ini telah menjadi problem terkeras dalam kehidupan spiritual anda, sehingga lebih baik untuk tidak dipegang sebagai kebenaran? Hanya anda yang tahu.

0 Catatan Penting Jelang Jumat Agung hingga Kebangkitannya dari Antara Orang Mati:



Oleh: Martin Simamora

Momen-Momen Terpenting Dalam Kehidupan Umat Manusia Tanpa Allah, Oleh Allah Agar Keselamatan Adalah Kehidupan Bagi Manusia yang Percaya Kepada-Nya


Bagi  Sang Kristus, Ia harus melakukan apa yang telah menjadi kehendak Bapa-Nya agar segala maksud Allah tergenapi hingga pada titik-titik paling menentukan yang harus dihadapinya:

Markus 14:1-2 Hari raya Paskah dan hari raya Roti Tidak Beragi akan mulai dua hari lagi. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mencari jalan untuk menangkap dan membunuh Yesus dengan tipu muslihat, sebab mereka berkata: "Jangan pada waktu perayaan, supaya jangan timbul keributan di antara rakyat."

Matius 26:1-4Setelah Yesus selesai dengan segala pengajaran-Nya itu, berkatalah Ia kepada murid-murid-Nya: Kamu tahu, bahwa dua hari lagi akan dirayakan Paskah, maka Anak Manusia akan diserahkan untuk disalibkan. Pada waktu itu berkumpullah imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi di istana Imam Besar yang bernama Kayafas, dan mereka merundingkan suatu rencana untuk menangkap Yesus dengan tipu muslihat dan untuk membunuh Dia.

Ini momen dimana  kesengsaraan dan kematiannya bukan saja semakin dekat tetapi sedang menuju gerbang pewujudannya. Kita tahu sekali bahwa Yesus telah bukan saja mempersiapkan murid-muridnya untuk memasuki sebuah fase yang tak terjelaskan dalam rasionalitas manusia, tetapi mengajarkannya sebagai kebenaran yang mencengangkan siapapun. Mencengangkan siapapun:

Markus 8:31-33 Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia. Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."

Kita harus memahami bahwa Yesus tidak mengajarkan ini sebagai sebuah kegilaan gagasan yang sedang dipaksakan untuk diterima oleh para muridnya, dalam sejumlah kesempatan Ia bahkan terlihat begitu tenang memberikan ruang kepada para muridnya yang lebih luas untuk menunjukan sebuah penolakan dan sebuah kebimbangan yang tak tertahankan untuk ditanggung oleh manusia:

0 Perjalanan yang Tidak Bisa Dilakukan Manusia Berdasarkan Kekuatannya Sendiri

Oleh: Martin Simamora

Ketika Yesus Menyatakan Limitasi Diri Manusia yang Tak Siapapun Dapat Melintasinya Sendirian


Pada satu kesempatan, Petrus menyergap pengajaran Yesus dengan sebuah penentangan yang sangat keras dalam tindakan dan seruan yang tak pernah terbayangkan olehnya sendiri akan dikemukakan terhadap Guru yang begitu dikagumi dan diyakini sebagai penggenap pengharapan mesianik sebagaimana diyakini dalam kepercayaan berdasarkan pemahaman kitab suci yang telah diajarkan oleh  para pengajar bangsa Yahudi. Selama ini kemanapun dan apapun pengajaran yang dikemukakan Yesus kepada para muridnya tidak pernah menimbulkan sebuah argumen yang sekeras ini, melahirkan sebuah emosi yang tak dapat dikuasai oleh tubuh, dan lidah tak kuasa menahan untuk tak menghardik, mengecam Yesus. Tak terbayangkan bagi Petrus untuk meghardik Yesus dan apalagi melihat Yesus yang dalam pandangannya telah melontarkan sebuah pengajaran yang melampaui kebenaran tertinggi yang bagaimanapun yang selama ini diyakini oleh iman bangsa ini sebagai umat Tuhan. Yesus nampaknya terlihat berada di luar kebenaran yang berlandaskan kitab suci, atau setidaknya Yesus telah melakukan tafsir ajaran kitab suci berdasarkan dirinya sendiri sebagai sentralitas kebenaran itu sendiri. Sungguh ini sebuah pengajaran yang asing, sungguh asing dan mustahil untuk dipercayai begitu saja. Mari kita membaca dahulu ketegangan diri Petrus karena tak kuasa mendengar Yesus mengucapkan hal yang sungguh asing untuk diakui sebagai kebenaran, apalagi kebenaran suci-kitab suci:

Matius 16:21-22 Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.  Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."

bandingkan dengan KJV
From that time forth began Jesus to shew unto his disciples, how that he must go unto Jerusalem, and suffer many things of the elders and chief priests and scribes, and be killed, and be raised again the third day. Then Peter took him, and began to rebuke him, saying, Be it far from thee, Lord: this shall not be unto thee.

Ini benar-benar sebuah Limitasi yang dinyatakan Yesus. Bahwa pengikutan terhadap Yesus untuk kali pertamanya melahirkan realita keterbatasan manusia untuk beriman lebih lanjut. Ini benar- benar limitasi yang siapapun tak dapat melintasinya. Ada 2 hal yang gamblang dinyatakan Yesus, yang menunjukan ketidakmungkinan bagi manusia untuk mempercayainya begitu saja. Itu memang kebenaran. Mari kita memperhatikan 2 faktor penting ini:


Apa yang harus dialami: menanggung banyak penderitaan
Sumber atau penyebab: tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat

0 Jalan Keselamatan Bukan Rivalitas Kebenaran-Kebenaran



Oleh: Martin Simamora


 Keselamatan Dari Tuhan, Bukan Melalui Perjuangan atau Fanatisme Hidup Kudus, dan Taurat
Tidak Pernah Ada Dualitas pada Keselamatan
Hanya Datang Dari Allah



Kalau kita membicarakan satu satunya keselamatan, maka bukan merupakan konsepsi dan tidak akan pernah sebuah rivalitas di antara alternatif alternatif lainnya. Alkitab sama sekali tidak pernah membicarakan konteks yang demikian. Bahkan hal ini tetap begitu jelas dalam peristiwa negatif atau peristiwa kelam. Mari kita perhatikan teks ini yang juga akan menjadi sentral pada khotbah kali ini :

Lukas 11:49-51 (TB)  Sebab itu hikmat Allah berkata: Aku akan mengutus kepada mereka nabi-nabi dan rasul-rasul dan separuh dari antara nabi-nabi dan rasul-rasul itu akan mereka bunuh dan mereka aniaya, supaya dari angkatan ini dituntut darah semua nabi yang telah tertumpah sejak dunia dijadikan, mulai dari darah Habel sampai kepada darah Zakharia yang telah dibunuh di antara mezbah dan Rumah Allah. Bahkan, Aku berkata kepadamu: Semuanya itu akan dituntut dari angkatan ini.

Apa yang menarik dari teks ini, fakta para pembawa kebenaran yang tidak tunggal: “mereka nabi-nabi dan rasul-rasul” namun tidak sedikitpun mengindikasikan kemajemukan kebenaran atau keberagaman “hikmat Allah” terkait keselamatan. Kebenaran ini telah diungkapkan oleh Yesus sebagai kebenaran “sejak dunia dijadikan.” Jadi dengan demikian, Yesus Kristus dalam hal ini sedang membicarakan kebenaran Allah yang telah ada sejak pra eksistensi Israel! Walau Yesus adalah Mesias yang dijanjikan bagi Israel dan datang dari bangsa ini, spektrum peruntukannya adalah bagi dunia dan sejak permulaan waktu sejarah manusia. Konteks Lukas 11:49-51 adalah Yesus yang sedang mengecam bangsa Israel sebagai bangsa yang begitu berlumuran darah, sekaligus menunjukan kalau hanya bangsa ini saja yang memiliki para nabi dan para rasul yang datang dari satu-satunya Allah. Hanya dari bangsa ini saja dan tidak akan ada dari bangsa lain manapun juga, sementara kebenaran yang diterima bangsa ini telah merupakan kebenaran yang telah dinyatakan sejak sebelum Israel itu sendiri ada: “supaya dari angkatan ini dituntut darah semua nabi yang telah tertumpah sejak dunia dijadikan, mulai dari darah Habel sampai kepada darah Zakharia yang telah dibunuh di antara mezbah dan Rumah Allah. Bahkan


Yesus Kristus tidak membicarakan banyak varian atau administrasi jalan keselamatan yang pernah ditawarkan pada zaman demi zaman, tetapi membicarakan kejahatan manusia terhadap para nabi pembawa suara dan kehendak Tuhan terhadap manusia. Yesus menunjukan pemberontakan manusia yang merupakan pemerintahan dosa dalam rupa paling keji: membunuh para nabi kudus Allah yang sama sekali tidak datang dengan kekerasan dan bala tentara perkasa. Coba kita perhatikan sabda Sang Kristus berikut ini:

0 Pemberitaan Injil & Penghakiman Allah

Oleh: Martin Simamora

Jikalau Kamu Masuk Ke Dalam Sebuah Kota Dan Kamu Tidak Diterima


Rasul Paulus adalah salah satu rasul yang memiliki pengaruh dalam pemberitaan injil dan perkembangan jemaat perdana. Tetapi juga mengalami penentangan yang keras akibat pemberitaannya yang berbunyi Yesus adalah Sang Mesias yang begitu lugas di dalam rumah-rumah ibadat Yahudi sebagaimana yang dahulu telah dilakukan oleh Yesus Sang Mesias [Lukas 19:47, 20:1, 21:23, 21:37; Yoh 7:14,Yoh 7:28,Yoh 8:2, Yoh 8:20], mengalami penolakan halus hingga ancaman menyertainya:

Kemudian Paulus meninggalkan Atena, lalu pergi ke Korintus. Di Korintus ia berjumpa dengan seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari Pontus. Ia baru datang dari Italia dengan Priskila, isterinya, karena kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma. Paulus singgah ke rumah mereka. Dan karena mereka melakukan pekerjaan yang sama, ia tinggal bersama-sama dengan mereka. Mereka bekerja bersama-sama, karena mereka sama-sama tukang kemah. Dan setiap hari Sabat Paulus berbicara dalam rumah ibadat dan berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani. Ketika Silas dan Timotius datang dari Makedonia, Paulus dengan sepenuhnya dapat memberitakan firman, di mana ia memberi kesaksian kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesus adalah Mesias. Tetapi ketika orang-orang itu memusuhi dia dan menghujat, ia mengebaskan debu dari pakaiannya dan berkata kepada mereka: "Biarlah darahmu tertumpah ke atas kepalamu sendiri; aku bersih, tidak bersalah. Mulai dari sekarang aku akan pergi kepada bangsa-bangsa lain." Maka keluarlah ia dari situ, lalu datang ke rumah seorang bernama Titius Yustus, yang beribadah kepada Allah, dan yang rumahnya berdampingan dengan rumah ibadat. Tetapi Krispus, kepala rumah ibadat itu, menjadi percaya kepada Tuhan bersama-sama dengan seisi rumahnya, dan banyak dari orang-orang Korintus, yang mendengarkan pemberitaan Paulus, menjadi percaya dan memberi diri mereka dibaptis.”- Kisah Para Rasul 18:1-8

Di Korintus, ia dibenci dan ditolak oleh saudara sebangsanya sendiri karena “ia memberi kesaksian kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesus adalah Mesias.” Pemberitaan demikian mendatangkan kebencian mendalam dan penghujatan yang tak main-main, sehingga inilah hal yang dilakukan oleh Paulus: “ia mengebaskan debu dari pakaiannya.” Tindakan ini begitu keras, sangat keras, sebab diimbuhi dengan sederet kalimat doa penghakiman yang berbunyi “Biarlah darahmu tertumpah ke atas kepalamu sendiri; aku bersih, tidak bersalah. Mulai dari sekarang aku akan pergi kepada bangsa-bangsa lain.”

0 Renungan Reflektif Menyambut Natal 2016:

Oleh: Martin Simamora

Dimanakah Damai Sejahteramu Kauletakan, Pada Kristus Ataukah Pada Menurutmu Sendiri?


Ketika Kristus dilahirkan ke dalam dunia ini, berapa banyakah manusia yang memadang kedatangannya sebagai teramat penting.  Bukan sekedar  teramat penting sebagaimana saya dan anda memahami maksud  yang terkandung di dalam kata “penting” itu sendiri. Pada era jelang kelahiran Yesus hanya ada segelintir manusia yang mampu memandang ia yang dijanjikan Allah itu begitu penting untuk dikenali sehingga menjadi dasar tunggal baginya untuk menutup mata dalam kedamaian yang begitu menenteramkan jiwa. Dan kalaupun itu dapat terjadi, semata karena Allah sendiri menunjukan kebenaran semacam itu kepadanya sebagaimana Alkitab mencatatkan perihal itu bagi saya dan anda:

Lukas 2:25-32 Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel."

Berdasarkan penuntunan Roh Kudus saja ia dimampukan untuk memandang dan mengerti bahwa Mesias begitu penting bukan saja bagi kehidupannya saat ini tetapi bagi kehidupan setelahnya. Tak ada damai yang lebih dahsyat daripada apa yang telah dinyatakan Roh Kudus baginya: dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan

Dan beginilah pujian yang dilantukan oleh mulutnya:

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (6.M)

Oleh: Martin Manusia

Apakah Penghakiman-Nya Terhadap Manusia Ditentukan  Oleh Relativitas Manusia? 

Bacalah lebih dulu: “bagian 6.N

Apa yang terpenting dan seharusnya menjadi pijakan bagi siapapun juga untuk memahami Roma 2:6 adalah, apakah  penghakiman itu berpijak di atas relativitas manusia demi manusia sehingga tidak ada kebenaran umum yang tunggal dan absolut pada Allah untuk menghakimi manusia-manusia? Menjawab ini, Surat Roma tegas menujukan apakah jawabannya: “Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama” (2:1). Kalau anda membaca bagian “hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri,” ini bukan hendak menunjukan kebenaran absolut absen tetapi  memang benar bahwa tidak ada satu jua manusia yang memiliki kebenaran absolut pada dirinya atau tidak ada manusia yang nir salah  sekalipun ia berada pada posisi kuat untuk menghakimi manusia lainnya di dunia ini, yang ditunjukan dengan ungkapan “siapapun juga engkau yang menghakimi orang lain, engkau tidak bebas dari salah, sebab dalam menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas salah.” Jadi manusia-manusia bisa saja menghakimi manusia-manusia lain berdasarkan kebenaran yang dimiliki melawan kesalahan manusia yang sedang dihakimi tetapi dalam manusia itu menghakimi bukanlah hakim yangtidak bebas salah.” Dengan kata lain, penghakiman manusia adalah penghakiman yang dihakimi oleh ketakmurnian moralitasnya sendiri, sehingga dalam hal ini penghakiman manusia bukanlah penghakiman yang tak memandang bulu sebab tak akan pernah bisa menghakimi setiap kesalahan tanpa satupun yang terlewati, terutama untuk mampu menghakimi dirinya sendiri kala menghakimi.


Jadi sebetulnya apa yang  hendak ditunjukan oleh 2:1 terhadap pernyataan dalam 2:6- (yang oleh pendeta Dr. Erastus Sabdono dipelintir menjadi: Penghakiman Tuhan ini sangat rahasia dan misteri kepada masing-masing individu. Sebab penghakiman ini berdasarkan suara hati nurani mereka (Rom 2:16). Jadi, sifatnya sangat batiniah. Tentu suara hati mereka terekspresi dalam tindakan konkret. Namun harus dicatat  bahwa tindakan atau perilaku yang kelihatan bukanlah ukuran untuk umum tetapi tergantung pengertian seseorang terhadap kebenaran moral. Suatu tindakan yang dinilai baik atas seseorang belum tentu bisa menjadi ukuran kebaikan untuk yang lain. Sedangkan  suatu tindakan yang dinilai buruk atau salah belum tentu bisa menjadi ukuran keburukan bagi yang lain.”- lihat halaman 19)- adalah ini: “Tetapi kita tahu, bahwa hukuman Allah berlangsung secara jujur atas mereka yang berbuat demikian” (ayat 2), atau dengan kata lain penghakiman oleh manusia yang relativitas semacam 2:1 akan berhadapan dengan hukuman Allah yang berlangsung jujur.

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (6.L)

Oleh: Martin Manusia


Apakah Penghakiman-Nya Terhadap Manusia Ditentukan  Oleh Relativitas Manusia? 

Bacalah lebih dulu “bagian 6.K

Surat Roma dibuka oleh rasul Paulus dengan:Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah” menyatakan  tugas pemberitaan yang dilakukannya berasal dari Allah dalam sebuah penetapan untuk memberitakan Injil Allah. Bukan berasal dari konsepsi kebenaran yang dibangun berdasarkan kekontemporerannya atau kekinian atau eranya. Selanjutnya Paulus menunjukan keabadian berita Injil Allah tersebut dalam lingkup kesejarahannya tetapi sumber berita injil itu di atas atau tidak dikurung oleh kesejarahannya, perhatikan ini: “Injil itu telah dijanjikan-Nya sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab suci, tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita”- 1:2-4, yang  menunjukan bahwa para nabi yang menuliskan tentang Anak-Nya yang akan datang masuk ke dalam dunia ini, bukanlah kebenaran yang datang dari dalam diri manusia yaitu para nabi dan  gagasan atau pemikirannya bukan dari para nabi Yahudi itu tetapi dari Allah, sekalipun para nabi yang menuliskannya. Bahwa dunia ini, perjalanannya dan kesudahannya telah dituliskan lebih dahulu oleh Allah dengan Anak adalah penentu segala-galanya. Sebagaimana para nabi dan penulisannya berada didalam kesejarahan namun bernilai abadi sebab datang dari Allah sama sekali, maka karakteristik yang sama dijumpai pada diri Yesus, yang oleh Paulus dituliskannya begini: “..tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakan dari keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Yesus Anak Allah bukan sama sekali gagasan para nabi Yahudi dan bukan sama sekali gagasan yang lahir dari kitab suci tetapi dari Allah yang menggunakan para nabi sebagai perantaraan untuk menyatakan Dia yang telah dijanjikan sebelumnya yang tertuang di dalam kitab suci [bandingkan ini dengan Ibrani 1:1-2]. Poin ini adalah dasar segala dasar bagi Paulus untuk membangun seluruh pengajarannya yang terkandung di dalam Surat Roma.


Sehingga pemberitaan Injil Allah dalam Surat Roma, isinya, bukan spiritualisme ala Paulus atau kebenaran ala Paulus  tetapi sebagaimana para nabi perjanjian memiliki kebenaran, bukan ala dirinya tetapi berdasarkan apa yang dinyatakan Allah pada mereka dan hidup dalam ketaatan pada sabda yang mereka terima dan berdasarkan ketaatan, kebenaran itu (Ulangan 18:20) diberitakan oleh para nabi Allah dan telah digenapi dalam  Kristus: “menurut daging diperanakan dari keturunan Daud” dan “menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan dari antara orang mati,” yang bagian terakhir ini menunjukan bahwa Paulus di dalam kekontemporerannya atau kekinian kehidupannya telah memberitakan kesengsaraan, penyaliban, kematian dan kebangkitan Yesus sebagai sebuah kebenaran yang telah berlangsung didalam sejarah namun juga memerintah di dalam keabadian yang menjangkau segala zaman yang telah, kini, dan masih akan berlangsung menurut kehendak-Nya. Isi pemberitaan semacam ini, tepat sebagaimana yang telah dikisahkan Sang Mesias kepada 2 murid Yesus pada perjalanan menuju Emaus (Lukas 24:13-27).

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (6.K)

Oleh: Martin Simamora

Apakah Penghakiman-Nya Terhadap Manusia Ditentukan  Oleh Relativitas Manusia? 

Bacalah lebih dulu “bagian 6.J

Ketika anda membaca Roma 2:6 tidak pernah sama sekali  sebuah gagasan yang menyatakan bahwa penghakiman Allah terhadap manusia ditentukan oleh relativitas manusia, atau dengan sebagaimana yang diajarkan oleh pendeta Dr. Erastus Sabdono, harus memperhatikan relativitas kebenaran antar satu manusia terhadap manusia yang lain:Sebab penghakiman ini berdasarkan suara hati nurani mereka (Rom 2:16). Jadi, sifatnya sangat batiniah. Tentu suara hati mereka terekspresi dalam tindakan konkret. Namun harus dicatat  bahwa tindakan atau perilaku yang kelihatan bukanlah ukuran untuk umum tetapi tergantung pengertian seseorang terhadap kebenaran moral. Suatu tindakan yang dinilai baik atas seseorang belum tentu bisa menjadi ukuran kebaikan untuk yang lain. Sedangkan  suatu tindakan yang dinilai buruk atau salah belum tentu bias menjadi ukuran keburukan bagi yang lain.”- lihat halaman 19. Penghakiman Tuhan tidak pernah tunduk dan mengakomodasi relativitas kebenaran moral yang memang berlangsung dalam setiap manusia. Itu hanya menunjukan satu hal saja, yaitu: tak ada satupun manusia yang sanggup berdiri  tegak sebagai orang benar berdasarkan kebenaran Allah yang tak memandang bulu: Sebab Allah tidak memandang bulu- Roma 2:11.


Jika dikatakan Allah tidak memandang bulu maka tidak pernah ada sedikit saja aparesiasi terhadap humanisme dalam penghakiman ilahi yang berbunyi seperti ini: “Namun harus dicatat  bahwa tindakan atau perilaku yang kelihatan bukanlah ukuran untuk umum tetapi tergantung pengertian seseorang terhadap kebenaran moral.”

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (6.J)

Oleh: Martin Simamora

Apakah Penghakiman-Nya Terhadap Manusia Ditentukan  Oleh Relativitas Manusia? 

Bacalah lebih dulu: “bagian 6.i


Keselamatan di luar Kristen pada fundamentalnya, oleh pendeta Dr. Erastus Sabdono, telah benar-benar mengesampingkan Yesus Sang Mesias bukan saja dari apakah tujuan kedatangan-Nya ke dalam dunia ini, sebagaimana Ia telah menyatakan, tetapi juga melemparkan sejauh-sejauhnya kebenaran Allah berdasarkan sabda Kristus sendiri. Kecuali memang pendeta Erastus tak sama sekali menerima  perkataan-perkataan Yesus adalah yang memerintah di dunia ini di sepanjang masa hingga ke datangan-Nya yang kedua kalinya [yang tentu saja secara konsekuensi, karena berpandangan adanya keselamatan di luar Kristen maka mengajarkan kedatangan Yesus yang kedua kali sungguh merupakan kekacauan yang menyeluruh pada ajarannya, sebab yang ini:” Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka. Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga."- KPR 1:8-12, sungguh tak masuk akal dan menggelikan untuk dipertahankan oleh pendeta Erastus. Sebab Yesus telah menyatakan bahwa kebenaran diri-Nya bukan saja harus diberitakan oleh para murid ke ujung bumi sebagai satu-satunya kebenaran, sebuah ekspresi keglobalan misi itu sendiri, tetapi dilaksanakan jika Roh Kudus telah turun dari sorga ke atas para murid, menunjukan tak akan ada kebenaran lain dan bagaimana manusia memiliki kebenaran di hadapan Allah]


Bandingkan dengan pengajaran pendeta Erastus, yang semacam ini:”Penghakiman Tuhan ini sangat rahasia dan misteri kepada masing-masing individu. Sebab penghakiman ini berdasarkan suara hati nurani mereka (Rom 2:16). Jadi, sifatnya sangat batiniah. Tentu suara hati mereka terekspresi dalam tindakan konkret. Namun harus dicatat  bahwa tindakan atau perilaku yang kelihatan bukanlah ukuran untuk umum tetapi tergantung pengertian seseorang terhadap kebenaran moral. Suatu tindakan yang dinilai baik atas seseorang belum tentu bisa menjadi ukuran kebaikan untuk yang lain. Sedangkan  suatu tindakan yang dinilai buruk atau salah belum tentu bias menjadi ukuran keburukan bagi yang lain.”- lihat halaman 19:

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (6.i)

Oleh: Martin Simamora

Memahami “Sejak Adam Semua Telah Berada Di Bawah Kuasa Maut, Sekalipun Baru Pada Era  Musa, Dosa Diperhitungkan- Roma 5:13

Bacalah lebih dulu: “bagian 6.H



Pertanyaan pendeta Dr. Erastus, yang ini: “lalu bagaimana dengan orang non-Yahudi yang tidak memiliki hukum torat?” Apakah dosa bagi mereka? Sebagaimana  dapat anda temukan pada halaman 19 dibawah ini:



Memang benar akan dijumpai  semacam perbedaan: (a)orang-orang non Yahudi atau semua bangsa non Yahudi tidak memiliki hukum Taurat secara tertulis, dan(b) orang-orang Yahudi  ketika dibawah kepemimpinan Musa, menerima hukum Taurat dari Allah. Itulah momentum bangsa ini masuk ke dalam ketetapan hukum dan pelanggaran atau dosa dapat diperhitungkan berdasarkan hukum tersebut. Tetapi, perbedaan itu, sama sekali tidak menunjukan kebedaan perlakuan, dan apalagi favoritisme hukum dan penghukuman oleh Allah pada penghakiman akhir-Nya.


Juga, pada kedua kelompok manusia tersebut, sama sekali tidak hendak menyatakan bahwa segenap manusia setelah Adam dan sebelum Musa, dengan demikian tidak berdosa sebelum hukum ada, dan setelah itu telah terjadi kebedaan perlakuan hukum di antara manusia, oleh Allah. Keberdosaan atau eksistensi dosa tidak ditentukan oleh kehadiran atau ketakhadiran hukum:
Roma 5:12 Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.


Semua manusia setelah Adam telah dikuasai atau dibawah pemerintahan maut  yang mengakibatkan tak satu manusiapun yang tidak berada dibawah perhambaan maut.

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (6.H)

Oleh: Martin Simamora


Keberdosaan Manusia Tidak Dikarenakan Eksistensi dan Pelanggaran Pada Taurat, Sebab Sebelum Taurat Ada, Penghakiman Dan Penghukuman Telah Berlangsung

Bacalah lebih dulu: “bagian 6.G-6

Berdasarkan bagian sebelumnya, begitu jelas bahwa dasar penggenapan kelahiran Mesias semata pada rencana dan kuasa Allah untuk menggenapi rencananya itu sendiri. Sehingga dinamika manusia-manusia Israel tidak pernah sama sekali menentukan keberhasilan rencana Allah dalam sebuah kebergantungan Allah yang begitu tunduk pada kemampuan dan ketakmampuan manusia, sebab kedaulatan-Nyalah yang menentukan keterwujudan itu [sebagai salah satu contoh kasus, bacalah: Yesaya 1:2-9, 11-15,18, 19-20; Yesaya 39:5-7; Yesaya 40:1-11; Yesaya 42:18-25; Yesaya 43:22-28; Yesaya 45:1-8;Yesaya 47:1-11; Yesaya 48:1-11; Yesaya 48:12-22; Yesaya 49:8- Yesaya 50:3]. Kedaulatan Allah, di sini [sebagaimana yang ditunjukan dalam contoh kasus yang direkam Kitab Nabi Yesaya], hendak menunjukan bahwa apa yang dimaksudkan untuk terjadi berdasarkan rencana-Nya pasti terjadi, tak memedulikan keadaan-keadaan di dunia sebab perencanaan-Nya berlangsung di sorga dan Sang Mesias  itu sendiri pada mulanya  bersama-sama dengan Allah dan adalah Allah [Yohanes 1:1-2].


Itulah sebabnya terkait rencana dan pewujudan-Nya telah dijamin sejak semula secara kokoh dan keras dengan menautkannya pada kebenaran diri nabi sebagai penyatanya, BUKAN pada bangsa Israel!

Perhatikanlah ini:

Ulangan 18:20-22 Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi nama-Ku perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harus mati. Jika sekiranya kamu berkata dalam hatimu: Bagaimanakah kami mengetahui perkataan yang tidak difirmankan TUHAN? apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu telah mengatakannya, maka janganlah gentar kepadanya."


Ini, tentang nabi-nabi yang menyampaikan  perkataan Tuhan untuk disampaikannya dan secara khusus ini mengenai Mesias. Perhatikan keutamaan pada kedaulatan kuasa Allah pada apakah yang diucapkan-Nya dan bagaimana akibatnya jika seorang nabi tidak mengucapkan sesuai dengan apa yang dikatakan-Nya:

Ulangan 18:17-19 Lalu berkatalah TUHAN kepadaku: Apa yang dikatakan mereka itu baik; seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya. Orang yang tidak mendengarkan segala firman-Ku yang akan diucapkan nabi itu demi nama-Ku, dari padanya akan Kutuntut pertanggungjawaban.

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (6.G-6)

Oleh: Martin Simamora

YEDIJA:
“Dikasihi Allah Karena Karunia-Nya Pada Manusia Yang Berada Dalam Kebinasaan, Bukan Karena Manusia Memperjuangkan Kebenarannya(6.G-6)”




Relasi  Yesus terhadap hukum Taurat sebagai dirinya yang menggenapi sehingga tidak ada satu bentuk ke-antara-an antara dirinya dengan hukum Taurat, tak hanya:

Matius 5:17 Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.


yang menunjukan apakah tujuan kedatangan Yesus itu, bahwa Ia dan firman yang telah dituliskan oleh para nabi itu, sama sekali tak terpisahkan, tetapi juga,  oleh pernyataannya itu, maka kitab-kitab suci itu sendiri sama sekali tak akan berarti atau belaka pepesan kosong,jika tanpa penggenapan yang terletak hanya pada dirinya:

Matius 13:17 Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.


Bahkan bahwa dirinya adalah satu-satunya penggenap   hukum Taurat, kitab para nabi dan Mazmur, merupakan kebenaran yang diberitakan kepada banyak orang, sebagai sebuah sentral dan struktur utama tunggal dalam kebenaran yang harus diberitakan kepada manusia. Dalam hal itu, Yesus menekankan kebenaran ini adalah soal hidup atau mati, seorang bahkan dinyatakan murtad atau tidak, berdasarkan penerimaan dan kesetiaan pada kebenaran Yesus adalah penggenap tunggal hukum Taurat dan kitab para  nabi:

Matius 13:18-23 Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad. Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."


Yesus adalah firman tentang kerajaan sorga. Nabi Yohanes Pembaptis menyatakan kebenaran ini berdasarkan ketetapan nabi Yesaya atas dirinya dan  atas siapakah Yesus:

Matius 3:1-Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan: Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat! Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: "Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya."


Yesus adalah penggenap segala kebenaran dalam kitab suci, dalam sebuah cara yang menunjukan bahwa tanpa kedatangan kerajaan Allah sebagai satu-satunya yang menggenapi kehendak Allah, maka semua itu adalah omong kosong. Para nabi perjanjian lama dengan demikian hanyalah sebuah mulut penuh dusta kala menyampaikan kebenaran dan tanpa penggenapan:
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9