Oleh: Martin Simamora
Dimanakah
Damai Sejahteramu Kauletakan, Pada Kristus Ataukah Pada Menurutmu Sendiri?
Ketika Kristus
dilahirkan ke dalam dunia ini, berapa banyakah manusia yang memadang
kedatangannya sebagai teramat penting.
Bukan sekedar teramat penting
sebagaimana saya dan anda memahami maksud yang terkandung di dalam kata “penting” itu
sendiri. Pada era jelang kelahiran Yesus hanya ada segelintir manusia yang mampu
memandang ia yang dijanjikan Allah itu begitu penting untuk
dikenali sehingga menjadi dasar tunggal baginya untuk menutup mata dalam
kedamaian yang begitu menenteramkan jiwa. Dan kalaupun itu dapat terjadi,
semata karena Allah sendiri menunjukan kebenaran semacam itu kepadanya sebagaimana
Alkitab mencatatkan perihal itu bagi saya dan anda:
Lukas
2:25-32 Adalah di Yerusalem seorang
bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan
bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh
Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu
Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus,
Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang
ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji
Allah, katanya: Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai
sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang
dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang
yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi
umat-Mu, Israel."
Berdasarkan
penuntunan Roh Kudus saja ia dimampukan untuk memandang dan mengerti bahwa
Mesias begitu penting bukan saja bagi kehidupannya saat ini tetapi bagi
kehidupan setelahnya. Tak ada damai yang lebih dahsyat daripada apa yang telah
dinyatakan Roh Kudus baginya: dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh
Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia
yang diurapi Tuhan.
Dan beginilah
pujian yang dilantukan oleh mulutnya:
Sekarang, Tuhan, biarkanlah
hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku
telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di
hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa
lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel
Pujian ini luar biasa
bukan saja karena ekslusivitas-Nya bagi
Israel tetapi Sang Mesias juga merupakan satu-satunya keselamatan yang disediakan
bagi segala bangsa. Sebuah pesan universal yang harus diketahui oleh dunia sebab Ia menjadi sangat menentukan bagi perjalanan dan kesudahan dunia ini.
Apakah kebutuhan
dunia sesungguhnya atau apakah yang akan membuat damai sejahtera bahkan dalam
anda akan menutup mata atau meninggalkan dunia ini? Biasanya apa yang membuat
damai sejahtera bias dimiliki bahkan menjadi dasar ketenangan luar biasa untuk
meninggalkan dunia beserta semua yang dikasihi adalah tersedianya jaminan
kesejahteraan dan jaminan masa depan yang cemerlang bagi keluarganya dan
keturunannya.
Dunia atau semua
bangsa di dunia ini tentu saja memiliki begitu banyak problem besar yang
kompleks mulai dari masalah ekonomi hingga masalah kelaparan akibat kemiskinan
dan defisit pangan hingga masalah politik hingga masalah hak asasi manusia yang
mengalami penindasan yang sanggup menciptakan danau-danau darah. Dan
sebutkanlah apapun juga maka kita akan melihat pandangan manusia akan damai
sejahtera begitu berbanding terbalik
dengan apa yang telah Allah tetapkan bagi segala bangsa di dunia ini. Bagi
dunia sungguh mustahil untuk berkata seperti ini:
Sekarang, Tuhan, biarkanlah
hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku
telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di
hadapan segala bangsa
Dunia
barangkali akan berteriak kepada langit: hai langit kami tak memerlukan dia
tetapi kami memerlukan damai dan kami memerlukan kesejahteraan umat manusia.
Bisakah Engkau melakukannya, atau tidakkah?
Dia yang adalah “keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah
Engkau sediakan di hadapan segala bangsa” bukan tak memahami
problem-problem sosial dan problem-problem dunia yang kompleks untuk dapat
ditangani segera. Yesus pernah bahkan berada di dalam problem yang raksasa.
Mari perhatikan hal berikut ini:
Yohanes
6:1-13 Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau
Tiberias. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat
mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit. Dan
Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya. Dan Paskah,
hari raya orang Yahudi, sudah dekat. Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan
melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia
kepada Filipus: "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat
makan?" Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu,
apa yang hendak dilakukan-Nya. Jawab Filipus kepada-Nya: "Roti seharga
dua ratus dinar tidak akan cukup
untuk mereka ini, sekalipun
masing-masing mendapat sepotong kecil saja." Seorang dari
murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: Di
sini ada
seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan;
tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini? Kata Yesus:
"Suruhlah orang-orang itu duduk." Adapun di tempat itu banyak rumput.
Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. Lalu
Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka
yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak
yang mereka kehendaki. Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada
murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak
ada yang terbuang." Maka merekapun mengumpulkannya, dan
mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai
yang lebih setelah orang makan.
Dunia
selalu bertarung dengan angka melawan angka, angka ketersediaan melawan angka
kebutuhan atau permintaan. Dunia kini tak ada bedanya dengan dunia purba,
senantiasa berkutat dengan angka surplus atau angka defisitkah. Yesus sendiri
mengalami sebuah kedefisitan pangan yang begitu ekstrim dan mengalami defisit keuangan
yang mengerikan. Yesus pernah hadir di dalam dunia yang begitu miskin dan
begitu defisit, yaitu dunia pemerintahannya sendiri bersama dengan para murid.
Mari kita menyimak laporan ekonomi para murid kepada Sang Pemimpin Yesus
Kristus:
Jawab
Filipus kepada-Nya: "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka
ini, sekalipun masing-masing
mendapat sepotong kecil saja." Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu
Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima
roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang
sebanyak ini?
Inilah
dunia dalam realitasnya tak saja di era purba pun sekarang. Pada Yesus, secara finansial
dan berdasarkan sumber daya yang dapat
dibeli untuk menyediakan makanan untuk sedikitnya 5.000 orang lelaki SAJA tak
akan atau mustahil tersedia. Fakta ekonomi pemerintahan Yesus adalah ini:
-
Roti seharga 200 dinar atau setara dengan USD 14,500 ( rujukan: StudyBible Q&A) atau Rp. 193.212.500,00-jika Yesus
memiliki uang sebesar ini- pun tak akan dapat memenuhi kebutuhan 5.000 orang
sekalipun diatur dalam potongan kecil
saja.
-
Di sini ada seorang anak, yang mempunyai 5 roti jelai dan 2 ikan.
Terhadap realitas
ini, Yesus peduli dan sangat peduli. Jika tidak demikian maka mustahil Yesus mengadakan
interupsi pada sesi pengajarannya
sendiri. Ia bahkan mengajak para murid-Nya untuk memikirkan atau untuk peduli
terhadap kesejahteraan ribuan orang yang sudah bersusah payah mendatanginya.
Yesus bahkan mengatasi problem defisit super ini:
Yohanes
6:10-12 Kata Yesus: "Suruhlah orang-orang itu duduk." Adapun di
tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu
laki-laki banyaknya. Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya
kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan
itu, sebanyak yang mereka kehendaki. Dan setelah mereka kenyang Ia berkata
kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya
tidak ada yang terbuang."
Yesus sukses
mengatasai defisit super tersebut secara menakjubkan sebab dilakukan secara mandiri dan tanpa
menimbulkan hutang pada pemerintahan yang memiliki kekuatan ekonomi yang lebih
dahsyat, yaitu rejim Romawi yang berkuasa! Bahkan surplus sehingga Yesus
berkata: “kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang
terbuang.” Ini adalah prinsip penting dalam dunia yang penuh dengan problem dan
ketakadilan: mengelola segenap sumber daya yang ada seefisien mungkin dengan
memiliki cadangan atau simpanan makanan, sedikit apapaun atau sebesar apapun.
Tidakah Mesias
seperti yang diperlukan oleh dunia? Dan berbicara kepentingan dunia maka seperti itulah Juruselamat yang ideal dan
seharusnya ada sehingga ketakadilan, kelaparan, kemiskinan dan penderitaan
dapat dilenyapkan. Padangan semacam inilah yang seketika muncul kala
menyaksikan Yesus mengadakan mujizat
didalam problem ekonomi yang super kompleks tadi. Perhatikanlah hal berikut
ini:
Yohanes
6:14 Ketika
orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka
berkata: "Dia ini adalah
benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia."
Tetapi benarkah bahwa
Sang Mesias adalah keselamatan bagi bangsa-bangsa di dunia dalam cara pandang
dunia semacam ini? Yesus memberikan jawabannya dalam cara yang begitu dramatis
dan mengejutkan:
Yohanes
6:15 Karena Yesus tahu, bahwa
mereka
hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan
Dia raja, Ia menyingkir
pula ke gunung, seorang diri.
Kelahiran Yesus bagi
Simeoan adalah maha penting untuk terjadinya dalam makna: Ia adalah keselamatan
yang disediakan Allah bagi segala bangsa. Bagi Simeon kedatangan Yesus, Anak
Manusia itu sendiri adalah jawaban bagi dunia dan tak ada yang lain. Itu sangat
cukup dan sangat melimpah baginya untuk menutup mata dan meninggalkan dunia
ini. Tetapi dunia tak akan sanggup melihat sebagaimana Simeon yang telah
menerima panduan Roh Kudus dalam masa tuanya menjelang perjumpaannya dengan Sang Juruselamat dunia yang baru beberapa hari saja telah
dilahirkan: “Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus
disunatkan, Ia diberi nama Yesus,
yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya. Dan ketika
genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke
Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis
dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi
Allah"- Lukas 2:21-23.
Yesus secara
konsisten menegaskan bahwa sekalipun dunia ini penuh dengan problem kehidupan
yang mahakompleks dan Ia berempati dan memberikan solusi secara nyata, tetapi
ia sama sekali tak ingin diikuti dan tak ingin dipandang sebagai yang datang dari
Allah untuk menjawab problem-problem dunia ini termasuk penanganan kelaparan.
Perhatikan dialog berikut ini:
Yohanes
6:25-26 Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka
berkata kepada-Nya: "Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?" Yesus
menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku,
bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu
telah makan roti itu dan kamu kenyang.
Dunia
yang penuh problem membutuhkan Yesus, tetapi sekalipun Yesus menjawab problem
dunia yang sedemikian beratnya, ia tak
menyatakan dirinya sebagai untuk itulah Aku datang.
Ada problem yang
lebih besar namun luput atau tak mampu dilihat semua manusia di dalam berbagai
problem dunia yang senantiasa mengancam perdamaian dan kesejahteraan umat
manusia. Tetapi apakah problem mahabesar
sesungguhnya yang tak dapat dilihat oleh manusia sementara Yesus tetap peduli
dengan problem-problem sosial dunia ini? Mari
kita memperhatikan penjelasan Yesus berikut ini:
Yohanes
6:27 Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa,
melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan
diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh
Bapa, Allah, dengan meterai-Nya."
Apa
yang tak dapat dilihat manusia tetapi hanya Yesus yang dapat melihat adalah
sebuah mahaproblem yang lebih maut ketimbang masalah kelaparan, masalah
ekonomi, masalah kemiskinan, masalah hak asasi manusia dan masalah keamanan
dunia ini, yaitu KEBINASAAN KEKAL.
Sebuah kesenjangan
prioritas menganga begitu lebar dan begitu dalam sampai-sampai problem
kelaparan dan berbagai problem dunia ini menjadi jauh lebih penting untuk dibicarakan dan dikhotbahkan di hadapan
Dia yang telah lahir di atas mimbar-mimbar pada perayaan natal. Tepat sebagaimana kebanyakan orang pada era Yesus melakukannya.
Sementara dunia
berharap Yesus mau memberikan apa yang dapat diberikan dunia namun dalam jumlah
yang terus-menerus surplus, Yesus hanya mau memberikan apa yang hanya
dimilikinya dan tidak akan ada dijumpai di dunia ini, sebagaimana sabdanya
sendiri kepada orang banyak:
makanan
yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia
kepadamu
Roh Kudus melalui
Simeon telah berkata bahwa Ia adalah keselamatan yang disedikan bagi segala
bangsa, tetapi jelas bukan keselamatan dari problem kemiskinan, problem
kelaparan, problem kesenjangan ekonomi dan problem politik dengan segala
kompleksitasnya yang dapat melibatkan banyak bangsa di dunia ini. Yesus menegaskan
kebenaran yang telah diterima Simeon
sebagai kebenaran yang memang hanya ada pada dan bekerja di dalam dirinya saja,
yaitu: ia memiliki makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang
akan diberikan Anak Manusia kepadamu.
Allah bukan tak
peduli dengan segala problem dunia ini termasuk urusan perut, karena jelas tak
terbantahkan kelaparan dapat mengakibatkan kematian. Tetapi saat membicarakan
makanan yang dapat memberikan kehidupan kekal, Yesus sedang membawa semua
pendengarnya untuk mengerti bahwa manusia memiliki problem yang jauh lebih
menakutkan untuk mereka takutkan dan untuk mereka kuatirkan sehingga
mimbar-mimbar gereja ada saja yang menyuarakan khotbah yang melawan kebenaran
Sang Kristus ini. Coba perhatikan pernyataan Yesus berikut ini:
Yohanes
6:31- 33 Nenek moyang kami telah makan
manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti
dari sorga." Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu
roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang
memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah
ialah roti yang turun dari sorga dan yang
memberi hidup kepada dunia."
Bagi
manusia, Allah seharusnya peduli dengan problem sehari-hari mereka dan itu
sudah lebih dari cukup, karena dengan demikianlah dunia ini akan penuh dengan
kedamaian yang sungguh menjunjung kemanusiaan. Bagi mereka, seharusnya Allah
terus-menerus memberikan bala bantuan pangan dari sorga untuk menjawab
kebutuhan aktual manusia, jangan lain daripada itu.
Tetapi
Yesus menyatakan bahwa bukan itu mahaproblem manusia. Bukan! Dan Allah bukan
sedang ingin menyelesaikan masalah manusia dengan kebahagiaan semu dan kemudian
di kekekalan akan mengalami malapetaka yang tak tertolongkan oleh manusia dan
tak ada jalan keluar bagi manusia. Mari perhatikan penjelasan Yesus berikut
ini:
Yohanes
6:35 Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang
kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia
tidak akan haus lagi.
Yohanes
6:48-51 Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan
mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari
padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga.
Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti
yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup
dunia."
Malangnya manusia,
sekalipun bahkan tak berdaya untuk mengatasi sendiri masalah sehari-hari atau ada yang berpikir tak membutuhkan Tuhan
untuk mengatasi problem semacam ini
sebab berpikir Allah tak pernah kelaparan dan Allah mana mungkin paham dan
peduli dengan problem seperti ini, tetap merasa terhina dan marah ketika Allah
mengajukan kebenaran-Nya kehadapan manusia:
Yohanes 6:52 Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan
berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk
dimakan."[mereka bahkan tetap tak menerima kebenaran ini sekalipun Yesus
telah menjelaskan bahwa maksudnya tidak seperti yang mereka sangkakan: Yohanes 6:54-55)
Yohanes
6:41-42 Maka bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Dia, karena Ia telah
mengatakan: "Akulah roti yang telah turun dari sorga." Kata
mereka: "Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal?
Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?"
Dalam Allah
memberikan manna dari sorga dan dalam Yesus memberikan makanan dari
perbendaharaan ucapannya yang memenuhi kebutuhan sedikitnya 5.000 orang, sama
sekali sedang tidak mengangkat perihal-perihal dunia dengan segala problem
sebagai tujuan tertinggi Allah dalam melakukan tindakan kasih-Nya dan dalam Ia datang ke dalam dunia
ini, tetapi ini:
Yohanes
6:57-58 Sama seperti Bapa yang hidup
mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian
juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti yang telah turun dari sorga,
bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati.
Barangsiapa makan roti ini, ia akan
hidup selama-lamanya."
Ekspektasi semua
manusia secara sempurna direpresentasikan oleh bangsa Yahudi. Bahwa Allah
seharusnya seketika ini juga mengatasi problem-problem kehidupan mereka
sehari-hari. Tetapi Yesus bahkan di episode-episode akhirnya bersama para murid
khususnya pasca kebangkitan, tetap mengulangi pesan yang sama, bahwa ia datang kedalam
dunia ini untuk mengatasi problem maharaksasa manusia, yaitu maut. Problem yang
tak akan diselesaikan oleh Allah dengan mengatasi kemiskinan, kelaparan,
kekacauan politik dan berbagai problem lainnya, selain jika Allah memberikan
Yesus untuk diterima sebagai
satu-satunya yang dapat membebaskan dari perhambaan maut sebab Yesus
telah menaklukannya berdasarkan
ketentuan Kitab suci. Mari perhatikan dialog yang begitu menunjukan bahwa
manusia tak akan pernah bisa memahami apakah kebutuhannya yang hanya dapat
disediakan Allah melalui dan dalam Yesus
Kristus:
Lukas
24:13-27 Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah
kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari
Yerusalem, dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi.
Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus
sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. Tetapi ada
sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia.
Yesus berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu
berjalan?" Maka berhentilah mereka dengan muka muram. Seorang dari mereka,
namanya Kleopas, menjawab-Nya: "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di
Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan
ini?" Kata-Nya kepada mereka: "Apakah itu?" Jawab mereka:
"Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi,
yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan
seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah
menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. Padahal
kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa
Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi.
Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi
buta mereka telah pergi ke kubur, dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka
datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat,
yang mengatakan, bahwa Ia hidup. Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur
itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu,
tetapi Dia tidak mereka lihat." Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai
kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala
sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita
semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan
kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai
dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.
Momen jelang natal
dan pada natal adalah senantiasa momen
yang menentukan bagi siapapun manusia. Bagaimana ia memandang Yesus dan
setinggi apa ia berharap pada Yesus. Jika sedikit saja tidak setinggi yang
Yesus kehendaki, maka begitu menyedihkan untuk lebih memilih menerima
berkat-berkat yang mengatasi kemiskinan dan mengatasi problem dunia tetapi
tetap berada di dalam perbudakan maut.
Perhatikanlah berita
apa yang anda dengarkan pada acara-acara
natalmu, pada khotbah-khotbah pendetamu, apakah sebagaimana Yesus
mengkhotbahkan dirinya ataukah berlawanan. Jika berlawanan dengan kehendak Yesus maka buatlah keputusan pada
dirimu sendiri untuk berdiri pada
kebenaran milik siapakah? Kebenaran milik Yesus atau kebenaran versi pendetamu.
Pada akhirnya,
marilah kita semakin peduli dengan sesama kita manusia siapapun juga mereka
dengan mau memberi apapun yang bisa anda berikan sekecil apapun di dalam tragedi-tragedi kemanusiaan sekecil apapun juga, untuk menjaga
kemuliaan kemanusiaan kita diantara sesamamu kita manusia, dan terutama di dalam dunia semecam inilah merupakan tempat tersempurna bagi pesan mahapenting dari Juruselamat dunia bahwa ia datang untuk menyelamatkanmu
dari problem mahamaut yang lebih mematikan ketimbang kelaparan, kemiskinan,kebodohan intelektual, kekacauan politik dan peperangan di dunia yang memiliki keakhiran totalnya pada sebuah masa mendatang.
Mari bangkit dan
jadilah terang yang menyelamatkan
kemanusiaan dari perbudakan maut.
Dalam
Tuhan kita berpengharapan!
Selamat
Menyambut Natal Dalam Damai Sejahtera Kristus Bagi Dunia
Salam Damai Dalam Kristus,
Martin Simamora dan keluarga
No comments:
Post a Comment