Oleh: Martin Simamora
Berjalan
Penuh Sukacita Dalam Waktu Demi Waktu Ciptaan-Nya
Bagaimana kita
memandang diri ini dalam apa yang kita sebut pergantian tahun, dari yang telah
berlalu, yang sedang kita jalani dan menuju yang akan datang, 2017?
Sendiriankah, sudah berencanakah, atau sudah menetapkan berbagai resolusi yang
hendak ditetapkan untuk dilaksanakan? Apakah sudah dinyatakan didalam doa
ataukah sudah disampaikan sebagai
pengharapan kepada Tuhan, didalam hatimu sementara meninjau kehidupan yang
telah dilalui dengan segala dinamikanya. Ada kegagalan tetapi juga keberhasilan;
ada kekecewaan tetapi juga ada kebahagiaan; ada kepedihan tetapi juga ada
penghiburan; ada keletihan tetapi juga ada saat beristirahat untuk pulih sediakala; ada kebencian tetapi juga
memahami dan menerimanya; ada kemarahan tetapi juga ada senyuman. Tetapi ada
juga kegagalan demi kegagalan; ada juga kekecewaan demi kekecewaan; kepedihan
demi kepedihan; keletihan demi keletihan; kebencian demi kebencian, semua
semakin menumpuk, membumbung tinggi sehingga dapat menimbulkan kekerasan,
permusuhan, penjatuhan, penipuan demi mengobati itu semua, pikir manusia itu.
Itulah dinamika dunia ini, dinamika semua manusia baik pada diri kita sendiri
atau pada manusia sekitar kita- sekitarmu dan sekitar saya, bahkan pada para
pemimpin pemerintahanmu- pemimpin negaramu.
Lalu, bagaimana aku harus memandang
diri ini dan memandang perjalanan-perjalanan hidup yang belum yang sudah ditapaki dan terutama yang juga belum ditapaki? Daud dalam sebuah mazmurnya memberikan sebuah
kebenaran tentang diri manusia dalam perjalanan hidupnya waktu demi waktu:
TUHAN, Engkau menyelidiki dan
mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti
pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring,
segala jalanku Kaumaklumi. Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan,
sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN. Dari belakang dan dari depan
Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku.-
Mazmur 139:1-6
Ke mana aku dapat pergi menjauhi
roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit,
Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun
Engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung
laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang
aku. Jika aku berkata: "Biarlah
kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam,"
maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti
siang; kegelapan sama seperti terang.- Mazmur 139;7-12
Apapun keadaan
kita-keadaanmu dan kekadaanku- bahkan dalam sebuah kefrustasian dan
keputusasaan yang tak bertepi dan tak
tersentuhkan dasarnya, semacam ini: ”Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan
terang sekelilingku menjadi malam," tetapi tidak sama sekali bagi
Tuhan yang mengasihimu dengan kasih setia-Nya yang besar itu. Sekalipun
demikian realitas manusia itu tetapi jika manusia itu memandang pada Tuhan maka
perhatikanlah realitas yang Tuhan miliki atas kefrustasian dan keputusasaan yang tak bertepi
dan tak tersentuhkan dasarnya itu:”maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu,
dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang.”
Apa yang terpenting
di sini adalah, sementara bisa saja pada faktanya kegelapan masa depan adalah
realitas bagi seorang anak Tuhan, tetapi tidak bagi Tuhan: “kegelapan tidak
menggelapkan bagi-Mu.” Pengaharapan-pengharapan atau keoptimisan-keoptimisan yang dibangun,
dengan demikian, bukan dibangun berdasarkan kemungkinan-kemungkinan atau
probabilitas-probabilitas berdasarkan perjuangan-perjuangan manusia untuk menembus kegelapan itu, tetapi
berdasarkan pada “kegelapan tidak menggelapkan bagi-Mu.”
Mengapa bisa demikian?
Jawabannya terletak pada siapakah
sesungguhnya seorang anak Tuhan itu! Pemazmur berkata demikian:
Sebab
Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam
kandungan ibuku.- Mazmur 139:13
Daud
menyatakan siapakah dia tepat pada kebermulaan eksistensi dirinya. Bahwa
eksistensi dirinya bukanlah sebuah keacakan tetapi terencana dan bertujuan: “Engkaulah yang membentuk buah
pinggangku, menenun Aku dalam kandungan ibuku.”
Daud menyebutkan
eksistensi dirinya adalah sebuah keajaiban, karena itu. Ia berkata dalam sebuah
ekspresi yang begitu memuliakan Allah penciptanya:
Aku
bersyukur kepada-Mu
oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.
Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak,
dan dalam
kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun
dari padanya.- Mazmur 139:14-16
Dalam Daud memuji
Tuhan pencipta dirinya, ia adalah seorang pemazmur yang jiwanya benar-benar
menyadari apa yang Tuhannya telah lakukan pada dirinya dalam penciptaan dirinya
ditempat yang tersembunyi-didalam rahim ibunya (Mazmur 139:13), bahwa Tuhannya
telah memperhatikan dirinya selagi ia masih janin.
Daud tahu sekali
bahwa kehidupannya sejak semula bukan sebuah peristiwa acak atau peristiwa
dalam probabilitas-probabilitas, sebab apapun yang bagi manusia adalah sebuah
keacakan dan serangkaian probabilitas
apakah itu sedang beruntung atau sedang sial, dalam hal itu kita bisa meperhatikan
dengan sangat tinggi pada perkataan Daud ini: “dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari
yang akan dibentuk, sebelum ada satupun padanya.” Mengapa Daud dapat
berkata mengenai Tuhan: “maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu,
dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang”
terhadap seorang manusia yang sedang
berputusasa secara tak bertepi dan dasarnya tak tersentuhkan sehingga
berkata “Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi
malam,” itu karena Daud telah mengenal realitas ruang dan waktu dimana
segala peristiwa bisa berlangsung merupakan sebuah kejadian yang kekayaan dinamikanya telah berlangsung dalam sebuah kebenaran yang
berbunyi: “dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari
yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.”
Yesus Sang Firman
yang telah menjadi manusia pun menegaskan kebenaran yang dinyatakan Daud
sebagai sebuah sabda Allah:
Karena
itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa
yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan
tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah
hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada
pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak
menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi
makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?-
Matius 6:25-26
Bagi
manusia, tidak menabur, tidak menuai dan tidak mengumpulkan adalah sebuah
kehidupan yang gelap dan kehidupan yang tak berpengharapan. Tentu saja tak ada
manusia yang mempercayai dan
melakukannya bahkan untuk sekelebat saja melintas di pikirannya. Tetapi pada
realitas global ada banyak manusia yang sekalipun ingin menabur,ingin menuai,
ingin mengumpulkan, pun tidak dapat sehingga kemiskinan bisa menjadi agensi
kematian yang mengerikan bagi peradaban manusia. Yesus menyadari bahwa realitas
kemiskinan dan kematian akibat kemiskinan adalah keniscayaan di dunia ini-
bukankah Yesus pernah merasakan dan terlibat dalam krisis pangan bagi
setidaknya 5000 jiwa??”- tetapi sekalipun demikian yang harus menimpa manusia
maka apa yang terpenting adalah memiliki hidup didalam Kristus bukan memiliki
hidup di dalam kefanaan dengan segala kegelapannya. Yesus berkata “Bukankah
hidup itu lebih penting dari pada makanan
dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?”
Ketika
Yesus berkata “Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak
menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi
makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?”
maka itu, pertama-tama, bukan hendak memberikan jaminan bahwa Aku datang untuk
memberikan makanan yang sama sebagaimana dahulu manna dari sorga untuk mencegah
kelaparan jasmaniah. Ia tak pernah datang untuk untuk tubuhmu tetapi datang untuk
menggenapi Bukankah hidup itu lebih penting dari
pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?
Itu sebabnya Ia
berkata:
Yesus
menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku,
bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan
roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa,
melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal,
yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh
Bapa, Allah, dengan meterai-Nya."- Yohanes 6:26-27
Di
dunia yang memang rawan untuk terjadi
krisis pangan dan kematian akibat kelaparan, Yesus datang menunjukan realitas
yang jauh lebih maut dari sekedar kematian ragawi manusia, yaitu kebinasaan
jiwa. Itu sebabnya ia bersabda : “bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat
binasa.” Maksudnya, pada akhirnya makanan bagi tubuh jasmaniah ini, pada
kesudahannya tak akan berkuasa memberikan pada jiwa manusia itu keselamatan
jiwanya dari perbudakaan maut dan iblis! Yesus berkata, jikapun engkau mau
bekerja dan mau berjuang demi hidupmu, maka arahkanlah pada “makanan yang bertahan sampai kepada hidup
yang kekal.”
Kita
semakin memahami bahwa sementara dunia ini memang rawan kelaparan, kemiskinan
yang melahirkan kematian begitu tragis dan menyayat nurani, Yesus menunjukan
bahwa jika manusia dapat terenyuh
kemanusiaannya demi jiwanya sendiri dan jiwa sesamanya, mengapa tidak untuk
realitas yang lebih brutal daripada kelaparan, krisis pangan dan kematian
akibat defisit pangan. Ini tercermin kuat dalam perintahnya terkait apakah yang
harus dikerjakan oleh manusia itu:
Lalu kata mereka kepada-Nya:
"Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang
dikehendaki Allah?" Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang
dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus
Allah." Maka kata mereka kepada-Nya: "Tanda apakah yang Engkau
perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah
yang Engkau lakukan? Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun,
seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga." Maka kata
Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang
memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti
yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari
sorga dan yang memberi hidup kepada dunia." Maka kata mereka kepada-Nya:
"Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa." Kata Yesus kepada
mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan
lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. Tetapi
Aku telah berkata kepadamu:
Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya.- Yohanes 6:28-36
Manusia-manusia Israel adalah
semua manusia di dunia ini. Bagi semua manusia, apa yang terpenting adalah
bagaimana dapat makan, hidup sejahtera terbebas dari kelaparan dan kematian
karena kelaparan, sehingga itulah yang semua kehendaki dari Tuhan. Jika Tuhan
ada maka semestinya tidak ada kelaparan dan kematian yang memilukan atas bayi
dan anak-anak. Semestinya tidak ada perang dan tidak ada ketakadilan dan tak
ada pertumpahan darah yang bebas dari pengadilan. Sementara semua manusia
berteriak akan masa depan yang lebih baik di dunia ini, semua manusia tak tahu
masa depan yang begitu brutal dan mengerikan jika mereka tidak segera sekarang
ini juga menerima makanan dari sorga.
Dunia ini memang
gelap pada realitasnya sehingga kejahatan dan kebaikan dapat berdampingan
sebagaimana kemakmuran dan kemelaratan dapat berdampingan hidup di di dunia ini,
dan terang hanya ada pada Kristus.
Ketika Yesus datang kedalam dunia ini, dunia ini tetap gelap dan terang hanya
ada pada Kristus:
Yohanes
1:5 Terang
itu bercahaya di dalam kegelapan
dan kegelapan itu tidak menguasainya.
Yohanes
1:9 Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang
datang ke dalam dunia.
Yohanes
8:12 "Akulah terang
dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan,
melainkan ia akan mempunyai terang hidup."
Apakah manusia mau datang
kepada terang itu? Apakah manusia mau menerima makanan yang datang dari sorga
itu? Bukan ini lebih penting daripada makanan jasmaniah? Bukankah ini lebih
penting untuk didesakan pada Allah agar ia bertindak demi keselamatan jiwa dari
perhambaan maut? Apakah gunanya manusia mendesak Tuhan menyediakan roti
berlimpah dan tak mendesak sama sekali realitas manusia di dalam perhambaan
maut?
Daud sangat jitu
berkata:”maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi
terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang,” karena dunia yang
kita akan jalani pada tahun yang baru adalah dunia yang sama yang dahulu dihidupi
Daud dan yang dihidupi Sang Mesias, akan
penuh dengan problem sosial dan ekonomi: problem ekonomi, problem politik,
problem keadilan, problem kejahatan dan lain sebagainya.
Kalau begitu,
bukankan sebaiknya kita berseru saja pada dunia dan pada Tuhan: Biarlah
kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam!
Bukankah percuma saja bertuhan? Begitukah? Tidak sama sekali, sebab Yesus
berkata: Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Sekalipun dunia
ini adalah dunia yang multikrisis dan Allah tidak datang sebagai pemasok beras,
tepung, susu, daging dan sayur mayor, tetapi karena ia telah menciptakanmu
terencana dan bertujuan semenjak hari pembentukanmu ada maka ia akan mengadakan
segala sesuatunya bagimu agar sekalipun dunia ini mengurungmu dengan
multikrisis, engkau tetap dapat hidup untuk memenuhi panggilanmu yang Tuhan
sudah tetapkan dalam perencanaannya yang mulia.
Jadi mari melangkah
ke dalam tahun yang baru sebagai anak-anak Tuhan yang mengenali Tuhannya dan
mengenali apakah maksud-Nya atas dirimu di dunia ini, bagi kemuliaan Tuhan di dunia ini melalui dirimu, bukan bagi kemuliaanmu di dunia ini.
Yesus
mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus
selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.- Lukas 18:1
dalam
segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah
di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang
Kudus,- Efesus 6:18
Tetapi
aku berseru kepada Allah, dan TUHAN akan menyelamatkan aku. --Di waktu petang,
pagi dan tengah hari aku cemas dan menangis; dan Ia mendengar suaraku. Ia
membebaskan aku dengan aman dari serangan terhadap aku, sebab berduyun-duyun
mereka melawan aku. Allah akan mendengar dan merendahkan mereka, --Dia yang
bersemayam sejak purbakala. Sela Karena mereka tidak berubah dan mereka tidak
takut akan Allah.- Mazmur 55:16-20
HORAS!!
Selamat
Menyambut Malam Peralihan 2016-2017
Selamat Tinggal 2016, Terimakasih
O.. Tuhan segala penyertaanmu dan berkatmu atas kami sekeluarga.
Salam kasih Kristus dari kami
bagi para pembaca budiman
Martin
Simamora, isteriku Shinta Ningrum br. Sigalingging dan anakku Natan Prakoso
Simamora
No comments:
Post a Comment