Oleh: Martin Simamora
Sepuluh Bagian Ketiga
Yesus Datang Untuk Menggembalakanmu Sehingga Tidak Seturut
Dunia Ini, Bukan Untuk Menuntun Anda Menggenapi Agenda Allah Atasmu Terkait Peradilan Allah
Terhadap Iblis
(Lebih dulu di “Bible Alone”-Rabu, 17 Agustus
2016- telah diedit dan dikoreksi)
Bacalah lebih
dulu: “bagian 22”
Apa yang terjadi
sebenarnya di dalam penggembalaan Yesus atas para dombanya selama di dunia ini
adalah tak berfungsinya kuasa dan tantanan iblis, sama sekali, untuk
menggenapkan tujuan megah penggembalaannya atas
anak-anak Allah, yaitu: kebinasaan
didalam iblis:
Iblislah
yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula
dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran.
Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah
pendusta dan bapa segala dusta- Yohanes 8:44
Sementara
di dunia ini iblis memang benar-benar dapat menimpakan sebuah bahaya yang aktual
sekaligus penuh muslihat atau dusta
yang membuat kinerja iblis terhadap manusia, sekali lagi…
terhadap
manusia, tetap membahayakan, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala
dusta. Kombinasi ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan ia bapa segala
dusta akan selalu membuat iblis dikenali
sebagai begitu membahayakan sekaligus membuat manusia tak berkuasa atas kinerja iblis yang berbasiskan bahwa ia adalah
bapa segala dusta dalam cara bagaimanapun,
pada posisi apapun untuk membuat setiap manusia tak akan mampu sama sekali
untuk mengenali kinerja iblis yang perwujudannya bisa sangat mengagumkan
manusia bahkan dalam tatar moral dan keluhuran budi manusia. Membuat manusia
sebagai senantiasa mangsa terhadap iblis di dunia ini, bukan sebaliknya.
Ini membuat
penggembalaan Yesus atas setiap
domba-dombanya adalah kemutlakan dan membuat Yesus atas setiap manusia menjadi
satu-satunya Juruselamat, mengingat dan memperhatikan siapakah ia terhadap
iblis:
Yohanes
7:7 Dunia tidak dapat membenci kamu, tetapi ia membenci Aku, sebab
Aku bersaksi tentang dia, bahwa pekerjaan-pekerjaannya jahat.
Ini
merupakan relasi Yesus terhadap iblis secara langsung yang membuat dia menjadi
satu-satunya manusia yang memiliki kuasa atas iblis secara penuh kuasa, yaitu:”menyatakan atau menunjukan bahwa
pekerjaan-pekerjaannya jahat.” Mengapa manusia sampai memerlukan
pertolongan Yesus untuk sekedar bersaksi
bahwa pekerjaan-pekerjaannya jahat? itu
dikarenakan natur manusia terhadap kinerja iblis di dunia “biarlah gandum dan
lalang tumbuh bersama” senantiasa akan menjadi obyek penipuan iblis hingga
tak mengenali bahwa dirinya sedang digembalakan menuju maut, demi tergenapi
tujuannya. Sebagai pembanding, mari perhatikan episode berikut ini yang
menunjukan wujud tipu muslihat terhadap manusia sehingga tidak mampu sekedar
mengerti dan percaya bahwa ia adalah ia sebagaimana ia bersabda:
Lukas
6:22-23 Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang
membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu. Bersukacitalah pada waktu itu
dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang
mereka telah memperlakukan para nabi. .
Kalau
anda ingin mengetahui dimanakah letak ketakberdayaan manusia terhadap kinerja
iblis maka pada Lukas 6:22-23 menjadi sebuah struktur permanen dari kesejarahan
umat manusia itu sendiri yang berusia sepanjang waktu dunia ini:
jika
karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika
mereka mengucilkan kamu, dan mencela
kamu serta menolak namamu●───►secara demikian juga nenek moyang mereka
telah memperlakukan para nabi.
Yohanes
8:24 Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah
Dia, kamu akan mati dalam dosamu."
Ini
pada Yohanes 8:24 tak memerlukan manusia itu sampai menjadi benci dan lalu
membahayakan Yesus dan para pengikutnya sebab
pada teks itu “kamu akan mati dalam dosamu” berpijak pada realitas
manusia tak dapat sekedar mengerti
siapakah Yesus dan mengapa ia harus ditaati: “Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Aku akan pergi dan
kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi,
tidak mungkin kamu datang." Maka kata orang-orang Yahudi itu: "Apakah
Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak
mungkin kamu datang?"- Yoh 8:21-22. Situasi maut telah terjadi hanya karena tak memahami
apakah maksud Yesus yang secara langsung telah ditunjukan Yesus sebagai yang
disebabkan oleh muslihat iblis: “Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak
dapat menangkap firman-Ku. Iblislah
yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan
bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam
kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia
berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia
adalah pendusta dan bapa segala
dusta”- Yohanes 8:43-44.
Inilah
realitas manusia di dunia ini tepat sebagaimana Yesus sendiri menunjukan
ketakberdayaan manusia untuk melepaskan
diri dari pelukan kuasa gelap:
Yohanes
3:19 Dan inilah hukuman itu: Terang
telah datang ke dalam dunia, tetapi
manusia lebih menyukai kegelapan
dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.
Bahwa penggembalaan
Yesus itu, pasti pertama-tama mengatasi problem
dalam Yohanes 3:19 dan Lukas 6:22-23. Sehingga nampak jelas, penggembalaan-Nya dan pengikutan para domba pada
diri-Nya berintegerasi dengan kuasa
hidup yang melepaskan manusia dari kuasa kegelapan:
Maka
Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia;
barangsiapa mengikut Aku, ia tidak
akan berjalan dalam kegelapan,
melainkan ia akan mempunyai terang hidup."- Yohanes 8:12
Sehingga
siapapun yang hidup didalam pengggembalaan-Nya memiliki kuasa untuk menggenapi berdasarkan mendengar dan mentaatinya, bukan berdasarkan mendengar dan
mengabaikannya. Menjadi pengikut Yesus dalam penggembalaan semacam Yohanes 8:12
telah menjadikan setiap domba memiliki potensi yang kongkrit berdiam di dalam
dirinya dan sedang menantikan penggenapannya berdasarkan pertumbuhan dalam penggemblaan-Nya,
bukan di dalam penggembalaan iblis atau dunia. Perhatikanlah berikut ini:
Kamu
adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin
tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah
gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam
rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya
mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."-
Matius 5:14-16
Ini
realitas yang datang dari dalam
penggembalaan Yesus, menghancurkan ketakberdayaan semacam ini dalam sebuah
perhambaan yang mematikan:
Dan
inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih
menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.-
Yohanes 3:19
Kala menyatakan
penggembalaan Yesus adalah penggembalaan yang mengakibatkanmu keluar dari
perhambaan iblis dan kemudian masuk ke dalam penggembalaan oleh dan dalam
terang, itu bukan sebuah kredo pasca Yesus tetapi sebuah sabda Yesus yang
bersabda bahwa dirinya adalah! Perhatikan hal ini secara amat penting:
Selama Aku di dalam
dunia, Akulah terang dunia."-
Yohanes 9:5
Dan
ini senantiasa berkonfrontasi dengan realitas bahwa dunia berada di dalam
pemerintahan kegelapan dank arena itulah manusia sejatinya berada di dalam
kegelapan, sebagaimana ia mengindikasikannya secara keras tanpa sebuah jarak
keterpisahan tetapi sebagai sebuah realitas ia adalah terang yang sedang
mengatasi ketakberdayaan manusia atas kuasa kegelapan:
Kata
Yesus kepada mereka: "Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu.
Selama terang itu ada padamu, percayalah
kepadanya, supaya
kegelapan jangan menguasai kamu; barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia
tidak tahu ke mana ia pergi- Yohanes 12:35
Yesus
adalah gembala yang berkuasa untuk mengatasi kefatalitasan hidup manusia,
yaitu: “barangsiapa
berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi.”
Apakah yang ada dalam
kebenaran manusia yang bersemayam di dalam benak dan jiwa manusia bahkan akan
menentang pernyataan Yesus ini, sementara Yesus menyatakan kebenaran ini dalam
sebuah kekokohan yang tak dapat digoyahkan oleh dunia ini sebab pada faktanya
itulah yang menyebabkan siapapun pengikut Yesus dapat menjadi terang-terang
bagi dunia “biarlah gandum dan lalang
tumbuh bersama”:
Yohanes
12:36 Percayalah kepada terang itu, selama terang
itu ada padamu, supaya kamu
menjadi anak-anak terang."
Sesudah berkata demikian, Yesus pergi bersembunyi dari antara mereka.
Yang
merupakan pondasi bagi keniscayaan Matius 5:14-16 mewujud di dunia yang memang
kegelapan tetap bekerja sebagai sebuah akibat pemerintahan Yesus yang bersabda “biarlah
lalang dan gandum tumbuh bersama.”
Itu sebabnya begitu
mustahil untuk membangun sebuah jarak begitu jauh dan begitu tak terhingga antara kedatangan
Yesus ke dunia dan tujuan kedatangannya ke dunia ini yang secara frontal
menghancurkan tujuan iblis atas setiap anak-anak Tuhan sementara tatatan iblis
tetap berlangsung hingga tiba saatnya waktu penuaian yang telah Kristus
tetapkan.
Menjadi begitu jelas
bahwa penggembalaan yang dilakukan oleh Yesus berkuasa penuh bukan saja untuk
menghakimi tetapi berkuasa menghancurkan tatanan pemerintahandan kinerja iblis
di dunia ini, berupa: manusia-manusia tak
berdaya untuk lepas dari maut, sehingga kesudahan manusia berada dalam maut
selama-lamanya. Yesus memang secara gamblang menyatakan ini, dinyatakannya
sebagai sekalipun ia adalah
manusia namun berkata sebagai yang bukan saja berkuasa atas maut namun
berkuasa untuk menyabdakan manusia yang berada di dalam maut untuk menjadi bangkit dari maut untuk memiliki kehidupan!
Perhatikanlah, sekali lagi, ini:
Yohanes
5:24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku
dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan
tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.
Penggembalaan
Yang Mengeluarkan Manusia Dari Kematian Menuju Kehidupan
Penggembalaan oleh
Yesus, dengan demikian, berfokus pada domba-domba dengan tidak menunjukan bahwa
kuasa kerajaan kegelapan begitu berbahaya dan begitu tak tersentuhkan bagi
Allah. Itu sebabnya injil Yohanes dalam pembukaanya menuliskan: “Terang itu
bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya- Yohanes 1:5”
yang berpijak pada realitas bahwa Yesus sekalipun manusia namun berkuasa untuk
bersabda pada manusia untuk bangkit dari kematian dan keluar dari kubur menuju
hidup yang telah disediakan baginya. Bandingkan dengan sebuah mujizat oleh
Yesus yang bersuara begitu nyaring akan hal ini:
Yohanes
11:39-44 Kata Yesus: "Angkat batu itu!" Marta, saudara orang yang
meninggal itu, berkata kepada-Nya: "Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati." Jawab
Yesus: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau
akan melihat kemuliaan Allah?" Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus
menengadah ke atas dan berkata: "Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu,
karena Engkau telah mendengarkan Aku. Aku tahu, bahwa Engkau selalu
mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini
mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah
yang telah mengutus Aku." Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia
dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar!" Orang yang
telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain
kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka:
"Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi."
Dia yang bersabda dan
menggembalakan manusia untuk bangkit dari kematian menuju kehidupan-Nya adalah
dia yang oleh rasul Yohanes dinyatakan sebagai yang berkuasa tak dapat dikuasai
oleh kegelapan, sama sekali! Rasul Yohanes, tentang kuasa Yesus atas maut,
berkata begini: Ia bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu
tidak menguasai (Yohanes 1:4). Pertama-tama, itu, hendak menunjukan bahwa
Yesus Sang Mesias berkuasa penuh dan berdaulat penuh kala Ia masuk ke dalam
dunia ini. Terhadap siapakah? Terhadap kuasa kegelapan yang memang menguasai
semua manusia kecuali manusia Yesus. Sehingga penggembalaan Yesus menunjukan
2 relasi: pertama: dengan manusia, Ia
berkuasa untuk menggembalakannya keluar dari maut dan memberikan keamanan dari
apapun upaya iblis untuk merebutnya kembali sebagai kepunyaannya di dalam
kematian untuk kembali mati (Yohanes 8:44), dan kedua: terhadap kuasa
kegelapan atau pemerintahan iblis, Ia
dapat meniadakan kuasa kegelapan itu atau “bercahaya di dalam kegelapan” dan Ia
tak dapat ditaklukan iblis atau Kegelapan tidak menguasai-Nya yang menjadikan
ia memang dapat memberikan jaminan keselamatan kokoh. Pada poin ini saja, berdasarkan kuasa Yesus Sang Kristus untuk
melenyapkan kuasa kegelapan dan Ia tak dapat dikuasai iblis, sudah menunjukan
betapa fatalnya dan betapa pendeta Dr. Erastus telah menyimpangkan realitas-Nya
dengan menyampaikan sebuah dusta yang berbunyi:
Manusia
harus dihukum,tetapi Allah ingin mengampuni manusia. Oleh sebab itu harus ada
yang memikul atau menanggung dosa manusia tersebut. Itulah sebabnya Bapa
mengutus Putera-Nya yang tunggal, Tuhan Yesus untuk menggantikan tempat manusia
yang harus dihukum tersebut. Ini dilakukan-Nya untuk memenuhi atau menjawab
keadilan Allah. Sekaligus oleh ketaatan-Nya ia bisa menjadi CORPUS DELICTI yang
mebuktikan bahwa seharusnya anak-anak Allah dapat taat dan menghormati-Nya
dengan benar. Iblispun terbukti dan pantas dihukum[halaman 37- “Aturan
Main”]
Dan tujuan penciptaan
manusia yang berbunyi:
“Allah
yang mahaadil tidak segera membinasakan Lucifer begitu ia memberontak, sebab ia
hendak membuktikan bahwa Lucifer memang bersalah dan tidak membuka celah sama
sekali bagi Lucifer untuk berkelit. Pembuktian itu kita sebut “corpus delicti.”
Selama
ini kita terlampau sederhana memahami tujuan Allah menciptakan manusia. Kita
biasa menganggap Allah menginginkan ciptaan yang segambar dengan-Nya untuk
dikasihi, atau Allah membutuhkan sarana mengekspresikan diri-Nya dengan manusia
di Taman Eden. Tentu kalau Allah membuat manusia, ada rencana yang jauh lebih
besar daripadaitu. Allah menciptakan manusia pasti untuk menggenapi
rencana-Nya, dan ini ada hubungannya dengan pemberontakan Lucifer………..
Maka
cara paling logis untuk
membuktikan kesalahan ini adalah dengan menciptakan manusia yang segambar
dengan Allah dan rela sepenuh hati melakukan seluruh kehendak-Nya. Untuk inilah
Allah melahirkan anak-Nya yang lain,
yaitu manusia yang bernama Adam.- Halaman 38-39 “Agenda Allah dalam Penciptaan
Manusia.”
Pengajaran corpus delicti itu sendiri telah diakui
sebagai pengajaran berdasarkan sebuah Logika manusia belaka. Itu sebabnya
Logika di sini tak pernah selaras dengan Sang Logos atau Sang Firman yang telah
menjadi manusia (Yohanes 1:14) sebab Sang Logos atau Sang Firman bukanlah kreasi pikiran manusia tetapi Sabda Allah yang Bersabda
sementara ia di dunia dan Sang Penyabda yang berkuasa atas pemerintahan
maut berdasarkan sabda yang berpusat pada diri Sang Kritsus. Tentu saja logika
pendeta Erastus Sabdono bukan sama sekali firman yang berkuasa menggusur logos
atau ucapan atau logika atau pemikirannya yang pada dasarnya adalah logos atau ucapan atau firman atau logika
atau pemikiran Allah:
Yohanes
1;1 Pada mulanya adalah Firman;
Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
Yohanes
12:49 Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang
mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku
katakan dan Aku sampaikan.
Logika yang
memberontak terhadap apa yang menjadi sabda atau perkataan Allah sendiri
sebagaimana yang diucapkan atau dikatakan atau disampaikan-Nya.
Sabda Yesus berkuasa
memerintah maut dan melepaskan manusia dari cengkraman pemerintahan iblis. Jadi, tak pernah Yesus bersabda bahwa
kedatangannya terkait agenda Allah pada manusia sehubungan dengan Lucifer,
bahwa Allah perlu melakukan pembuktian yang disebut: corpus delicti sebagaimana
yang diajarkan oleh pendeta Erastus Sabdono, yang telah saya jelaskan apakah
itu pada sepuluh bagian pertama pada bagian kedua. Apalagi meletakan
Adam sebagai “Anak-Nya yang lain” setelah “Lucifer” sebagai “Anak-Nya” yang pertama! [untuk ini saya tidak membahasnya selain harus pada
pembahasan tersendiri, yang hingga saat ini belum bisa saya
pastikan publikasinya di blog ini].
Yesus Sang Gembala
Agung berkuasa atas iblis dan iblis tak berkuasa atas dirinya, bahkan ia berkuasa
untuk menggembalakan manusia keluar dari kerajaan maut: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku
dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan
tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup”-
Yoh 5:24. Ini adalah sebuah kebenaran berdasarkan ucapan Yesus dan menjadi
sebuah pondasi untuk membuktikan bahwa logika yang sedang dibangun dalam
pengajaran corpus delicti adalah salah sama sekali dan secara mutlak berlawanan
dengan apa yang dimaksudkan oleh Sang Logos yang telah menjadi manusia.
Bukan saja Yesus
berkuasa untuk melepaskan manusia yang diselamatkan-Nya dari kepemilikan iblis,
tetapi Ia datang sebagai hakim dengan penghakiman yang sudah pasti dan
berkekuatan hukum pasti terhadap iblis:
“Matius 8:28-29 Setibanya di
seberang, yaitu di daerah orang Gadara, datanglah dari pekuburan dua orang yang
kerasukan setan menemui Yesus. Mereka sangat berbahaya, sehingga tidak
seorangpun yang berani melalui jalan itu. Dan mereka itupun berteriak, katanya:
"Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk
menyiksa kami sebelum
waktunya?
Apakah “sebelum waktunya” terkait dengan “corpus
delicti?”
Jika
benar “sebelum waktunya” terkait dengan problem corpus delicti maka pasti akan
senantiasa muncul apa yang dilogikan oleh pendeta Erastus Sabdono sendiri,
yaitu: “sebab ia hendak membuktikan bahwa Lucifer memang bersalah dan tidak
membuka celah sama sekali bagi Lucifer untuk berkelit. Pembuktian
itu kita sebut “corpus delicti.”
Sekarang kita justru akan melihat bahkan di
dunia ini dan oleh Yesus sendiri secara langsung bahwa Yesus dihadapan iblis sama sekali tidak mengalami problem
untuk membuktikan iblis bersalah sehingga iblis, di dunia ini, dapat
mempermalukan Yesus sebab mampu berkelit. Coba perhatikan kelanjutan episode
tersebut:
“Maka
setan-setan
itu meminta kepada-Nya, katanya: "Jika Engkau mengusir kami, suruhlah kami
pindah ke dalam kawanan babi itu- ayat 31"
Jika
benar ada problem corpus delicti sebagaimana ajaran pendeta Erastus Sabdono
maka logikanya bukan berbunyi: “jika Engkau mengusir kami, suruhlah kami
pindah ke dalama kawanan babi itu” tetapi
seharusnya
“jika Engkau mengusir kami, buktikanlah terlebih dahulu kesalahan atau
kejahatan kami atas manusia ini.”
Faktanya tidak
demikian, sebaliknya sebuah penundukan diri pada penghakiman Yesus dan sebuah
keberakhiran yang tragis dihadapan Yesus dan dihadapan manusia sebab bukan saja
ia harus penuh ketaatan meninggalkan manusia yang sudah disanderanya di dalam
maut tetapi menunjukan kenyataan dirinya sebagai yang akan membawa siapapun
yang berada di dalam perhambaannya
menuju kebinasaan, tak kecuali para babi itu sendiri:
Yesus
berkata kepada mereka: "Pergilah!" Lalu keluarlah mereka dan masuk
ke dalam babi-babi itu. Maka
terjunlah seluruh kawanan babi itu dari tepi jurang ke dalam danau dan mati di dalam air- Yohanes 8:32
Roh
jahat itu keluar dari manusia masuk kedalam babi dan terjun ke dalam jurang
bersama para sedikitnya 2.000 babi
[Markus 5:13] untuk mengalami kebinasaan bersamanya, sementara manusia yang
dibebaskan itu mengalami kemerdekaan dari perbelengguan iblis. Dan manusia yang
dirasukinya mengalami kemerdekaan yang luar biasa berdasarkan sabda Yesus dan
penaklukan iblis atas penghakiman iblis berdasarkan dirinya yang berkuasa untuk
menyiksanya pada sebuah waktu yang ditetapkan.
Penundukan iblis dan
kesudahan iblis yang begitu memalukan telah menunjukan tak ada problem corpus
delicti sebagaimana ajaran pendeta Erastus Sabdono.
Kedatangan Yesus Sang
Mesias itu sendiri, pada tatar ini, telah membuktikan Allah tak mengalami
masalah dengan barang bukti atau corpus delicti terhadap penghakiman iblis. Bahkan
masih terjadi tepat pada saat saya menuliskan ini, dan pada saat anda sedang
membacanya, Allah masih agak “dag-dig-dug” menghitung-hitung akankah dari semua
yang berjuang menjadi corpus delicti itu bisa benar-benar, nanti, dalam
persidangan-Ku akan sungguh-sungguh membungkam iblis. Juga, apakah Yesus
benar-benar sukses menjadi teladan bagi “anak-anak Allah” yang mau menjadi
corpus delicti, sudah sempurnahkah Yesus itu sebagai corpus delicti. Allah saat
ini memang sedang “dag-dig-dug.” Ke-dag-dig-dug-an Allah ini memang telah
dipresentasikan secara mulia demi kemuliaan setinggi-tingginya pada peran
manusia untuk melenyapkan kecemasan Allah saat ini dan sefenomenal mungkin bagi
iblis, sebab, betapa tidak, bahkan Allah begitu sempit akal dan begitu dangkal
kemahatahuannya sehingga memerlukan ekstensi ketahuan manusia untuk menjadi
barang bukti bagi Allah. Perhatikan, kembali, presentasi yang demikian itu, oleh pendeta Dr. Erastus Sabdono:
CORPUS
DELICTI:
ALLAH
TIDAK MEMBINASAKAN Lucifer seketika ia memberontak, sebab tindakan itu perlu
dibuktikan kesalahannya SECARA PASTI sehingga Lucifer tidak dapat berkelit.
Allah yang tertib tidak bisa melanggar hukum-Nya sendiri mengharuskan adanya verifikasi.
Untuk membuktikan bahwa tidak semua angsa berwarna putih, harus dibuktikan
bahwa ada angsa yang berwarna lain, misalnya hitam. Lucifer DAPAT BERDALIH
dalam tindakan-tindakannya bukan kesalahan, karena menurutnya semua mahkluk
yang segambar dengan Allah pasti ingin menyamai Allah. AGAR TIDAK ADA CELAH
INI, harus ada verifikasi atas kesalahan itu. MEMINJAM ISTILAH HUKUM, kita
sebut ini “Corpus Delicti,” yaitu fakta yang membutktikan bahwa suatu kesalahan
atau kejahatan telah dilakukan. Ini diteguhkan oleh pernyataan Alkitab sendiri
dalam Roma 4:15 dikatakan, “….dimana tidak ada hukum Taurat, di situ tidak ada
juga pelanggaran.” Lalu Roma 5:13 mengatakan,”Sebelum hukum Taurat ada,telah
ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum
Taurat.” Hukum Taurat diberikan Allah untuk menunjukan bahwa manusia terbukti
bersalah, atau menjadi “Corpus Delicti” untuk menuntun manusia kepada
anugerah:bahwa dengan kemampuannya sendiri manusia tidak akan bisa memiliki
keselamatan. Manusia tidak dapat selamat tanpa inisiatif Tuhan untuk
menganugerahkan keselamatan itu. Sejajar dengan ini, Lucifer yang jatuh juga
TIDAK BISA DIBINASAKAN SEBELUM ADA CORPUS DELICTI. Cara Allah membuat
pembuktian adalah melalui anak-anak-Nya yang lain, yang memiliki ketaatan dan
penghormatan yang benar kepada Allah dan memiliki persekutuan dengan-Nya yang
benar. Ini akan membungkam iblis sehingga tidak bisa mengelak lagi. Ia memang
bersalah [halaman 36]
Mengapa saya
menggunakan istilah “dag-dig-dug?” Berlebihankah? Tidak sama sekali sebab
“dag-dig-dug” merupakan bahasa yang begitu sederhana untuk menyimpulkan
sejumlah indikator berbahasa “tinggi” (Allah
membutuhkan corpus delicti dan berdasarkan logika maka ia membutuhkan manusia
yang secara sukarela mau taat menjadi corpus delicti), yang menunjukan
Allah memang sedang cemas “dag-dig-dug” hingga kini baik sekarang, minggu
depan, bulan depan, atau jika saya berandai:100 tahun setelah ini dan hingga ke
saat yang tak dapat dipastikan sebab bergantung sepenuhnya pada ketakpastian
dalam dunia manusia ini, Allah akan
senantiasa dag-dig-dug dibuat manusia. Perhatikan sejumlah indikator
“dag-dig-dug” berbahasa tinggi oleh pendeta Dr. Erastus Sabdono:
►►Pertama:
ALLAH TIDAK MEMBINASAKAN Lucifer seketika ia memberontak, sebab tindakan itu
perlu dibuktikan kesalahannya SECARA PASTI. Dalam hal ini, dengan demikian,
Allah tak memiliki kepastian atau lebih tepatnya serba tak pasti karena solusi
untuk mengatasi “problem kepastian yang masih diupayakan atau perlu
diperjuangkan Allah,” untuk mewujudkan kepastian bagi diri-Nya sendiri,Ia
menggunakan manusia-manusia di dunia yang diharapkannya secara suka rela dan
sepenuh hati mau menjadi corpus delicti.
►►Kedua:
Lucifer DAPAT BERDALIH. Selama “problem kepastian” yang mendera Allah itu eksis
maka Lucifer dapat berdalih. Mengapa Lucifer atau iblis dapat berdalih terhadap
Allah, itu karena Lucifer memiliki kepastian absolut hingga kini yaitu hingga
kini Allah secara absolut memiliki “problem kepastian” yang penanggulangannya
begitu bergantung pada bumi yang
senantiasa tak pasti!
►►Ketiga:
AGAR TIDAK ADA CELAH. Ini merupakah poin menjulang tinggi bagi saya untuk
menyatakan bahwa kesesatan pandangan pada “Allah
di hadapan Iblis” yang dihasilkan oleh pendeta Dr. Erastus bersifat terencana
dan sistematis sebab dibangun berdasarkan logika dan ia sebagai pendeta
menyatakan bahwa Allah memiliki celah di hadapan iblis sehingga memerlukan sehingga
Allah membutuhkan pembuktian corpus delicti! Bagi saya pribadi, inilah
pertama kali saya membaca pengajaran seorang pendeta yang begitu penuh percaya
diri berkata: ALLAH BERCELAH DIHADAPAN LUCIFER! Ini bukan dalam makna figuratif
tetapi memang yakin sekali akan hal itu
dengan cara menunjukan keotentikan kebercelaan Allah dihadapan si iblis, dengan
menyatakan: “harus ada verifikasi atas kesalahan.”
Inilah cara yang harus dilakukan Allah agar celah berupa: “pertama” dan “kedua”
di atas sebelumya dapat secara bertahap dan berproses diatasi sehingga Allah
dapat menutupi dan memperbaiki kelemahan substansial-Nya dihadapan si iblis.
Ini sendiri adalah dag-dig-dug atau kecemasan Allah yang begitu agung lagi
mahamulia!
►►Keempat:
TIDAK BISA DIBINASAKAN SEBELUM ADA CORPUS DELICTI. Allah sudah kehilangan
hikmat keadilan-Nya; Allah telah kehilangan kebijaksanaan penghakiman-Nya dan
telah kehilangan kekudusan penghakiman-Nya sampai-sampai perlu dipinjamkan via
pengajaran pendeta Erastus Sabdono dengan mekanisme hukum ciptaan dunia bernama
“corpus delicti.” Inilah untuk pertama kalinya, saya melihat dalam sebuah
pengajaran, Allah sampai perlu dicangkokkan dengan sistem hukum dunia yang tak
sempurna dan pada tujuannya: bukan
sama sekali untuk menegakan keadilan Allah,
sebab corpus delicti, pertama-tama, diciptakan untuk memastikan terdakwa dihukum secara adil berdasarkan bukti dan
hakim dapat menghasilkan peradilan seadil-adilnya yang dapat diraih berdasarkan
sistem yang ada. “Corpus delicti” menunjukan keterbatasan sistem peradilan
dunia dan para hakim di dunia ini untuk memberikan vonis yang tak salah dengan
sejumlah barang-barang bukti yang memang menunjuk pada kejahatan yang telah
dilakukan terdakwa. Jika pendeta Erastus mencangkokan corpus delicti pada
Allah, maka memang ia sebagai pendeta sangat yakin bahwa Allah sungguh tak
sempurna pada diri-Nya sendiri. Allah tak setinggi dan semulia yang dikisahkan
kitab suci, dengan demikian!
Sabda Yesus Sang
Mesias yang berbunyi: “Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan
selamat- Yohanes 10:9 sangat bertaut
erat dengan: “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan
membinasakan; Aku datang, supaya
mereka mempunyai hidup- ayat 10. “Pencuri datang” dan “Aku datang,”
ini: bukan
kontes, bukan “balance of power” atau keseimbangan kekuasaan, sebaliknya: satu begitu berkuasa untuk menundukan yang lainnya dan memulihkan secara
substansial apa yang telah dihancurkan oleh Pencuri itu: apa yang telah dicuri, dibunuh dan dibinasakan iblis ketika Ia
mendatangi manusia maka Ia melakukan hal yang menundukan dan menghancurkan
tatanan dan kuasa kerajaan iblis itu dengan memberikan hidup kepada siapa yang
diberikannya kehidupan sehingga:
“ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup- Yoh 5:24 atau
hiduplah dirinya dari kematian kerajaan maut.
Sang Gembala Agung. Karena
itu, ketika menggembalakan setiap orang-orang percaya tidak
sama sekali agar anda untuk menjadi corpus delicti, yang menunjukan
ketakberkuasaan Yesus dan Allah untuk menghakimi iblis sebagaimana penghakiman
yang pada faktanya telah dilakukan: “pencuri datang untuk membunuh dan
membinasakan” sementara Yesus dikatakannya sendiri: “Aku datang supaya mereka
mempunyai hidup.” Sebuah penghakiman yang begitu mematikan dan begitu
menghempaskan kebenaran yang diagungkan dalam ajaran corpus delicti!
Anda dan saya memang
diperintahan/diinstruksikan atau disabdakan harus menyangkal diri dan memikul
salib setiap hari, tetapi tujuannya
bukan agar menjadi corpus delicti tetapi agar atau untuk tujuan atau maksud: “mengikut Aku”- Luk 9:23.” Dan pada totalitas kesudahan atau mahkota
perintah itu berisikan sebuah penggembalaan agar tak mengikut dunia dan
segala keinginannya yang membawa pada
kebinasaan tetapi mengikuti penggembalaan Kristus sekalipun itu dapat membuatmu
kehilangan nyawamu karena bertahan pada apa
kehendak penggembalaan Yesus di dunia “biarlah gandum dan lalang tumbuh bersama”
:
Matius
9:24-26 Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan
nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan
menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia
membinasakan atau merugikan dirinya sendiri? Sebab barangsiapa malu karena Aku dan
karena perkataan-Ku, Anak Manusia juga akan malu karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan-Nya dan dalam kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus.
Apakah
yang Yesus nantikan dari setiap anak-anak Allah? Apakah menantikan kesuksesan
mereka menjadi corpus delicti sebab Allah bercela? Tidak sama sekali sebab apa
yang Yesus nantikan untuk dijumpai pada
setiap saya dan anda adalah tidak malu atau hidup secara terbuka berdasarkan
dan di dalam perkataan Yesus sendiri atau “tidak malu karena Yesus dan karena perkataan-Nya.” Jadi perkataannya dan dirinya adalah
kehidupan bagimu jika saya dan anda setia di dalam iman pada perkataan
dan dirinya sendiri. Bandingkan juga dengan:
Matius
13:36-43 Maka Yesuspun meninggalkan orang
banyak itu, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya:
"Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu." Ia
menjawab, kata-Nya: "Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; ladang
ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si
jahat. Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman
dan para penuai itu malaikat. Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar
dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak Manusia akan menyuruh
malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang
menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya
akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan
kertakan gigi. Pada waktu itulah orang-orang benar akan
bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa
bertelinga, hendaklah ia mendengar!"
Relasi Yesus terhadap
setiap orang beriman adalah bagaimana agar setiap orang percaya hidup sebagai
yang mendengarkan dan mentaatinya hingga pada akhir zaman, artinya ini adalah
kebenaran bagi segala generasi mendatang sebagai sebuah kepastian! Tetapi menjadi taat itu, untuk menjadi apakah atau untuk tujuan apakah, pada
akhirnya? Apakah untuk menjadi corpus delicti sebagaimana merupakan tujuan atau
agenda penciptaan manusia dalam ajaran pendeta Erastus Sabdono? Jawaban Yesus
jelas bukan, tetapi ini: “pada waktu
itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam kerajaan
Bapa mereka.” Sama sekali tak ada
sebuah sabda bahwa akan ada anak-anak
manusia yang menjadi corpus delicti secara gemilang.
Bersambung ke bagian 24
Segala
Kemuliaan Hanya Bagi Allah
No comments:
Post a Comment