F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

Showing posts with label Anugerah Yang Diselewengkan. Show all posts
Showing posts with label Anugerah Yang Diselewengkan. Show all posts

0 Mengenali Tujuan Hidup Bagi Sesama & Tuhan

Oleh: Martin Simamora

Bercita-Citalah Setinggi Awan di Langit Untuk Melahirkan Karya-Karya Terbaik Bagi Sesama Manusia & Bagi Tuhan

Apakah tujuan hidupmu sebagai seorang yang telah ditebus oleh Kristus  dalam kasih karunia Allah dari belenggu maut dan perhambaan kuasa kehendak dosa?

Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak! Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?- Roma 6:15-16

Kehidupan di dunia ini, sementara kejahatan dapat merajalela, ternyata lebih besar dan lebih agung daripada yang anda sangkakan atau yang mungkin untuk anda pikiran? Bahkan lebih besar daripada apa yang dapat anda persembahkan berdasarkan kekuatan anda sendiri, itu oleh karena Kristus! Ketika rasul Paulus menuliskan “Jadi bagaimana? Apakah kita  akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat,….? Ini, “jadi bagaimana” adalah sebuah pertanyaan yang memiliki kedalaman dan keluasan gabungan 7 samudera di dunia ini, bahwa di dalam kasih karunia anda memiliki produktivitas-produktivitas yang begitu kaya yang masih perlu digali-perlu dieksploitasi didalam diri ini sebagai orang-orang yang hidup dalam kasih karunia untuk dihasilkan dan diwujudkan kepada sesama manusia dan kepada Tuhan. Ya… kepada sesama manusia, seharusnya, orang-orang kasih karunia adalah manusia-manusia unggulan. Rasul Paulus membahasakannya dalam sebuah kesakralan yang melampaui keluhuran moralitas yang dapat diraih manusia dengan menuliskan “karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat.” Ada sebuah kualitas kehidupan orang-orang kasih karunia yang begitu unggul yang keunggulannya tidak lagi dapat dibicarakan dalam tatar “berada di bawah hukum Taurat” oleh sebab manusia-manusia kasih karunia adalah manusia yang hidup berdasarkan kehidupan berhambakan hidup, bukan berhambakan dosa.

Tujuan hidup didalam  kasih karunia bukan lagi berkubangan pada hal-hal yang tak membawa kemajuan dan pertumbuhan hidup sebab pada faktanya hidup di dalam kasih karunia berhambakan pada ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran, sampai menutup mata ini di dunia ini.

0 Kasih Karunia Mendidik Kita Meninggalkan Kefasikan dan Keduniawian



Oleh: Martin Simamora


Kasih Karunia Mendidik Kita Meninggalkan Kefasikan dan Keduniawian



Paulus sangat dikenal sebagai rasul yang kental pengajaran kasih karunia, bahwa kita selamat oleh kasih karunia, bukan karena kemampuAn manusia untuk melakukan atau memenuhi tuntutan hukum taurat (Roma 3:24, Roma 3:26, Roma 3:28-30, Roma 4:3, Roma 4:5, Roma 4:11, Roma 4:16, Roma 5:1, Roma 5:9, Roma 9:33, Roma 10:4, Roma 10:9-10, Roma 11:6, Galatia 2:16, Galatia 2:21, Galatia 3:5-6, Galatia 3:8, Galatia 3:14, Galatia 3:22, Galatia 3:24, Efesus 1:13, Efesus 2:8, Filipi 3:9, 1 Timotius 1:16). Juga didalam kasih karunia itu, Paulus secara kental mengajarkan sebuah kehidupan keselamatan yang bertanggungjawab pada diri orang Kristen (Filipi 2:12-13, Galatia 6:1-8, 2 Korintus 5:6-10, 1 Korintus 13:11, 2 Tesalonika 3:11-18, Roma 12:9-21, Kolose 3:23-25, Roma 6:1-23, Efesus 5:8-11).


Saya berharap anda berkenan untuk membuka Alkitab dan membaca  teks-teks itu. Namun, kita dapat menyederhanakannya melalui pernyataan Paulus sendiri:
Titus 2:11-12 Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini.

Ini adalah poin tertinggi  yang dikerjakan oleh kasih karunia Allah dalam diri orang percaya namun terlihat  mulai atau telah diabaikan oleh sejumlah  gereja. Epsitel Paulus ketika berbicara kasih karunia  yang menyelamatkan semua manusia (semua disini adalah umat kepunyaan Allah yang telah dikuduskan-Nya Titus 2:14) . Seolah tak lagi penting untuk mendidik atau mengajarkan tentang kesoponan atau kesantunan dan kekudusan seorang perempuan dalam berbusana misalnya, sebab berdasarkan ayat-ayat kasih karunia dipelintirkan bahwa  mengejar  hal itu sama saja merendahkan kasih karunia, sebagaimana diindikasikan juga melalui pengajaran  pastor Joseph Prince.  

0 Jangan Sia-Siakan Masa Mudamu : Apakah Hanya HIV Penyakit Seksual Yang Tidak Dapat Disembuhkan?



Oleh : Martin Simamora

Jangan Sia-Siakan Masa Mudamu : Apakah Hanya HIV Penyakit Seksual Yang Tidak Dapat Disembuhkan?

 
Credit : voxxi



Jangan Sia-Siakan Masa Mudamu


Pengkhotbah 11:7-10-12:1 “(7) Terang itu menyenangkan dan melihat matahari itu baik bagi mata;(8) oleh sebab itu jikalau orang panjang umurnya, biarlah ia bersukacita di dalamnya, tetapi hendaklah ia ingat akan hari-hari yang gelap, karena banyak jumlahnya. Segala sesuatu yang datang adalah kesia-siaan.(9)Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu,tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan! (10)Buanglah kesedihan dari hatimu dan jauhkanlah penderitaan dari tubuhmu, karena kemudaan dan fajar hidup adalah kesia-siaan.... (12:1) Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: "Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!", “


Artikel ini saya tulis sebagai sebuah  peringatan dan perenungan bagi diri saya sendiri sebagai orang tua dan juga bagi para pembaca  baik kepada keluarga, anak-anak remaja baik putera dan puteri dan anak-anak muda agar tidak membiarkan dirinya larut dan terjebak dalam kemajuan zaman yang lebih mendewakan kebebasan individual untuk menikmati dan mengeksplorasi seksualitas dalam cara-cara yang tidak kudus dan di luar pernikahan yang kudus didalam Tuhan.


Pagi tadi, saya menerima sebuah telepon dengan kabar yang sangat menyedihkan baik baginya dan juga bagi saya sebagai seorang sahabat. Orang yang dikasihinya menderita penyakit akibat hubungan seksual, apa yang paling menyedihkan dan memukul  bahwa dirinyalah sebagai “carrier” yang menjadi penular. Belum cukup  sampai disitu kesedihan itu, akibatnya bisa jadi akan sangat  fatal bagi kekasihnya sebab  kemungkinan tidak dapat disembuhkan dan kematian sangat dekat dan mungkin tidak dapat dielakan secara medis. Ini yang mendorong saya menuliskan artikel ini. Semoga menjadi refleksi bagi  para remaja putera/puteri, anak-anak muda dan juga keluarga agar bijaksana dalam menikmati masa muda, dan bagi  kita sebagai orang tua untuk menimbang kembali bagaimana kita selama ini mengarahkan putera-puteri kita dalam menjalani kehidupan dan mengejar cita dan impian mereka.

0 Menguji Pengajaran Joseph Prince “Pengakuan Dosa—Apakah Bagi Orang Percaya?” (5- Selesai)



Oleh : Martin Simamora

Menguji  Pengajaran Joseph Prince
“Pengakuan Dosa—Apakah Bagi Orang Percaya?” (5- Selesai)
Galatia 1:15 "Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku
dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya,

Bacalah lebih dulu bagian 4
Pada bagian  sebelumnya kita telah meninjau sebuah pernyataan Joseph Prince yang mendiskreditkan baik Rasul Yohanes dan tulisan yang diilhamkan oleh Allah dengan mengungkapkan bahwa baginya  epistel 1 Yohanes 1:8-10 merupakan kontroversial bagi kasih karunia. Prince  berupaya memosisikan dirinya sebagai pemilik kebenaran yang lebih baik daripada Yohanes, ini terlihat nyata, terutama kala dia mendiskreditkan kebenaran yang terkandung didalam ayat 9 “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. “ Apa pentingnya memperhatikan hal  menyimpang dan menyesatkan seperti ini? Apakah ini hal yang terlampau dibesar-besarkan atau bagi Yesus ini bukan perkara besar? Kita akan meninjau hal ini sejenak , sebelum kita memasuki ulasan untuk menit-menit yang baru pada video khotbah. Mari kita  memperhatikan pernyataan Yesus Kristus terkait penyesatan dan penyesat :

0 Menguji Pengajaran Joseph Prince “Pengakuan Dosa—Apakah Bagi Orang Percaya?” (4)



Oleh: Martin Simamora

Menguji  Pengajaran Joseph Prince
“Pengakuan Dosa—Apakah Bagi Orang Percaya?” (4)
 
Luke 22:44 And being in anguish, he prayed more earnestly,
and his sweat was like drops of blood falling to the ground.
Photo : Travis Silva

Bacalah lebih dulu  bagian3
Apakah yang sedang dilakukan Joseph Prince dengan menyerongkan makna penulis epistel 1 Yohanes, pada  “we” didalam  gaya bahasa pengandaian “if we” dan “but if we?” Ini bukan sekedar melakukan interpretasi diluar konteksnya dengan cara  memaksakan gagasan-gagasan asing kedalam gagasan-gagasan asli penulis, tetapi lebih jauh lagi merupakan sebuah  pembangkangan yang begitu telanjang  terhadap tulisan yang diilhamkan Allah, 2 Timotius 3:16-17 “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk .”  Jika Prince merobek apa yang dimaksudkan oleh Allah melalui tulisan tersebut, masihkah Prince mengkhotbahkan tulisan yang diilhamkan Allah? Jelas tidak, sebab apa yang dikhotbahkannya menjadi “ilham manusia!” Bagaimana Prince memandang Alkitab? Apakah semata-mata sebuah buku yang berisikan tulisan manusia yang historis namun tidak sepenuhnya “divine” atau “tulisan yang diilhamkan Allah?” Caranya memperlakukan teks-teks Alkitab mengindikasikan bagaimana dia memandang. Saya pertama-tama akan memberikan sejumlah penekanan terkait “tulisan yang diilhamkan oleh Allah,” sebelum kita menyentuh menit-menit  yang baru dari video khotbah ini.

0 Menguji Pengajaran Joseph Prince “Pengakuan Dosa—Apakah Bagi Orang Percaya?” (3)



Oleh : Martin Simamora

Menguji  Pengajaran Joseph Prince
“Pengakuan Dosa—Apakah Bagi Orang Percaya?” (3)


Bacalah  lebih dulu bagian 2
Sebuah hal teramat penting harus saya kemukakan sebelum  melaju untuk menyentuh poin 2 sub poin 3; ini harus senantiasa dicamkan manakala anda berpikir bahwa  pengajaran para rasul memiliki hal kontroversial ketika mengandung elemen yang dinilai atau disangka akan mencemari pengajaran anugerah; elemen yang bernada memperingatkan orang percaya untuk memperhatikan bagaimana orang percaya harus hidup didalam anugerah – menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru yang telah diciptakan oleh Allah.  Sebuah hal itu adalah :

2 Timotius 3:16-17  Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.”

Sehingga haruskah dikatakan bahwa pengajaran  keselamatan oleh anugerah saja menjadi tercemar kala didalam pengajaran anugerah tersebut terkandung elemen menyatakan kesalahan,untuk  memperbaiki kelakukan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran? Sampai-sampai dikatakan, jikalau  masih saja pengkhotbah atau gereja  melakukan hal sedemikian maka berarti masih bercampur dengan taurat. Pandangan demikian  jelas sekali berlawanan dengan “tulisan yang diilhamkan Allah,” yang masih menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakukan dan mendidik dalam kebenaran. Jangan pernah menjadikan pengajaran yang berlawanan dengan kesaksian-kesaksian yang tercatat didalam Alkitab sebagai ajaran yang lebih mulia. Jika demikian maka anda telah disesatkan oleh seorang penyesat!  Kita harus tunduk kepadatulisan yang diilham Allah” bukan melarikan diri dengan pengertianmu sendiri. Yesus adalah teladan bagi kita dalam hal penundukan diri terhadap firman : Matius 26:35, bacalah dan anda akan menemukan sebuah kefantastisan bagaimana Yesus menundukan dirinya.

0 Menguji Pengajaran Joseph Prince “Pengakuan Dosa—Apakah Bagi Orang Percaya?” (2)



Oleh: Martin Simamora

Menguji  Pengajaran Joseph Prince
“Pengakuan Dosa—Apakah Bagi Orang Percaya?” (2)

Bacalah lebih dulu bagian1
Tetapi, apa pentingnya bagi pembaca Alkitab atau pendengar khotbah untuk memperhatikan  apa makna “we”  yang sebenarnya,  dalam bentuk kalimat “if” dan “but if” yang merupakan kalimat pengandaian yang merujuk pada masa depan. Mengapa begitu penting bagi Joseph Prince untuk menyatakan bahwa “we”  pada bentuk kalimat semacam itu adalah “orang lain.” Sebetulnya mana kala saya berbicara atau menulis kepada khalayak pendengar atau pembaca dengan gaya bahasa “ Jika kita  mengaku sebagai bangsa Indonesia, namun kita  berkhianat kepada negara dengan menjual rahasia negara, maka kita sedang berdusta dan  bukan  warga negara yang baik sama sekali.” Apakah saya sedang membicarakan “orang lain,” ketika menggunakan “kita” kala mengkomunikasikan sebuah gagasan kepada audien saya? Bukan, saya sedang membicarakan sebuah hal yang bisa saja terjadi di masa yang mendatang walau bisa saja tidak terjadi sama sekali. Namun bagi Prince, “kita” bukan menunjuk pada “saya” dan “pendengar atau penerima” pesan saya, tetapi sama sekali  “orang lain” yang tidak terdapat dalam  interaksi komunikasi yang sedang dibangun. Dia juga secara tak langsung sedang memastikan sebuah peristiwa yang pasti terjadi dan sekarang ini. Jika  mengikut  pola pikir Prince, bahwa alamat tujuan surat tersebut bukan pada jemaat, maka sebetulnya  oleh nas yang sama, pola  berpikir Prince segera tersanggah telak :

0 Menguji Pengajaran Joseph Prince “Pengakuan Dosa—Apakah Bagi Orang Percaya?” (1)



Oleh : Martin Simamora


Menguji  Pengajaran Joseph Prince
“Pengakuan Dosa—Apakah Bagi Orang Percaya?” (1)


Baca Juga  introduksinya : “Menguji Pengajaran Joseph Prince

1 Yohanes 4:1,6  “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia....(6) Kami berasal dari Allah: barangsiapa mengenal Allah, ia mendengarkan kami; barangsiapa tidak berasal dari Allah, ia tidak mendengarkan kami. Itulah tandanya Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan.


Apakah  Rasul Yohanes sedang mengajarkan orang percaya untuk mencari-cari kesalahan dengan  menuliskan demikian? Perhatikan! Bahwa pernyataan Rasul Yohanes ini, sama kerasnya dengan pernyataan Rasul Paulus pada Galatia 1:8-9 yang menjadi kepala artikel Anugerah Yang Disalahgunakan.”  Mengacu kepada  Rasul Yohanes, maka jelas ketika menguji, bukan sama sekali “mencar-cari kesalahan,” seolah-olah sebagai sebuah upaya untuk menjatuhkan  melalui sebuah rekayasa kesalahan. Tidak sama sekali.


Apa yang akan kita uji kali ini, sepenuhnya berdasarkan pada  pengajarannya yang terkandung dalam video khotbah Joseph Prince. Pada Youtube anda dapat menemukannya dan diberi judul “Confession Of Sins-Is It For The Believer?” (“Pengakuan Dosa-Dosa-Apakah Bagi Orang Percaya?”). Kali ini saya akan menyajikan sebuah  tinjauan pengajarannya  hingga pada menit 02:46. Selama khotbah  hingga  menit tersebut, terdapat beberapa poin yang patut diuji kebenarannya, yaitu :

0 Anugerah Yang Disalahgunakan



Oleh : Martin Simamora

Anugerah Yang Disalahgunakan



Galatia 1:8-9 “Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia.jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia. “

Galatia 5:13 “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. “

Artikel ini memiliki keterkaitan yang ketat sebagai pelengkap terhadap artikelMenguji Pengajaran Joseph Prince,” oleh sebab sebuah hal :Gerakan Anugerah yang menitikberatkan pada kemerdekaan orang Kristen dan menyurutkan pentingnya perilaku bermoral dalam menikmati kemerdekaan. Gerakan ini harus berhadap-hadapan dengan salah satu  Epistel yang sebetulnya pada satu sisi menekankan kemegahan Anugerah secara demonstratif; sebuah surat yang berisikan  kecaman keras terhadap praktek-praktek Judaisme dalam kehidupan Kristen. Paulus bahkan  menyatakan bahwa Injil yang berbaur dengan praktek-praktek Judaisme sebagai injil yang berbeda. Kepada penyebar Injil yang berbeda tersebut, Paulus berkata: “terkutuklah dia.” Bahkan tidak main-main, Paulus menyatakan terkutuklah dia sebanyak 2 kali. Sebuah pesan keras, betapa kita harus memeriksa diri terkait seperti apakah  pemberitaan Injil yang kita terima atau beritakan. Bagaimana Epistel ini menghadang pengajaran anugerah yang menampik peringatan agar orang-orang Kristen menikmati kemerdekaan dalam sebuah moralitas yang sejatinya bersumber dari Anugerah itu sendiri?

0 Menguji Pengajaran Joseph Prince



Oleh : Martin Simamora

Menguji  Pengajaran Joseph Prince
 
Credit: gracequotes.com
Kisah Para Rasul 17 :11mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.”

1 Korintus 4:6 “Saudara-saudara, kata-kata ini aku kenakan pada diriku sendiri dan pada Apolos, karena kamu, supaya dari teladan kami kamu belajar apakah artinya ungkapan: "Jangan melampaui yang ada tertulis", supaya jangan ada di antara kamu yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain.”

Beberapa waktu yang agak lama dan belum lama ini, saya menerima  beberapa  surel-surat elektronik yang meminta saya secara khusus untuk memeriksa pengajaran Joseph Prince yang  menurut mereka mengandung  kekeliruan yang tidak mudah untuk disingkapkan tetapi jelas memberikan ekses pada kehidupan rohani yang negatif. Setidak-tidaknya terninabobokan dalam anugerah sampai-sampai tidak memedulikan pertumbuhan rohani yang sepatutnya terjadi. Membicarakan hal ini akan dituding sebagai mencampuradukan anugerah dan hukum. Sebetulnya ada seorang pengirim surel yang memberikan materi khotbah atau pengajaran pendeta Prince yang berbasis di Singapura- New Creation Church, untuk saya pelajari, teliti dan memberikan tanggapan atasnya. Namun pada kesempatan ini saya akan mengajukan sebuah tinjauan yang sederhana namun dalam kadar minimal diharapkan dapat menjawab sejumlah pertanyaan yang  telah diajukan kepada saya. Saya akan menggunakan gambar berikut ini untuk mengalaskan tinjauan saya:

0 Allah Adalah Kasih, Tidak Ada Yang Bisa Memisahkan Sekalipun Aku Menyangkali Dia??



Oleh : Martin Simamora

Allah Adalah Kasih, Tidak Ada Yang Bisa Memisahkan Sekalipun Aku Menyangkali Dia??

Benarkah demikian? Artikel ini sepenuhnya berdasarkan dari  pertanyaan yang diajukan oleh ibu Fransisca Alexandra  dalam sebuah grup tertutup dan terbatas NEW Swers di Face Book. Terimakasih telah mengizinkan saya untuk menggunakan salah satu  dari berbagai pertanyaan-pertanyaan yang anda ajukan selama ini, sehingga  saya dapat jadikan dasar untuk menulis artikel ringkas dan sederhana  ini.  Pertama-tama, saya ingin mengajak pembaca  untuk melihat Roma 8:35Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?” Sebuah  pernyataan tantangan yang begitu vulgar dirasakan di jiwa dapat ditemukan dalam teks ini khususnya “SIAPAKAH yang akan MEMISAHKAN kita dari KASIH KRISTUS?” Jika saja, Paulus mendasarkan  hal ini pada kapabilitas kemanusiaan maka jelas ini bukan sekedar  tantangan yang arogan tetapi juga omong kosong  manakala dia memaksudkan apa-apa yang dipikir dapat memisahkan adalah “Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau pedang?”
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9