Oleh : Martin Simamora
Menguji Pengajaran
Joseph Prince
“Pengakuan
Dosa—Apakah Bagi Orang Percaya?” (1)
Baca
Juga introduksinya : “Menguji Pengajaran Joseph Prince”
1 Yohanes
4:1,6 “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah
percaya akan setiap roh, tetapi ujilah
roh-roh itu, apakah mereka berasal dari
Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang
telah muncul dan pergi ke seluruh dunia....(6) Kami berasal
dari Allah: barangsiapa mengenal Allah, ia mendengarkan
kami; barangsiapa tidak berasal dari Allah, ia tidak
mendengarkan kami. Itulah tandanya
Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan.
Apakah Rasul Yohanes sedang mengajarkan orang percaya untuk
mencari-cari kesalahan dengan
menuliskan demikian? Perhatikan! Bahwa pernyataan Rasul Yohanes ini,
sama kerasnya dengan pernyataan Rasul Paulus pada Galatia 1:8-9 yang menjadi kepala
artikel “Anugerah Yang Disalahgunakan.” Mengacu
kepada Rasul Yohanes, maka jelas ketika
menguji, bukan sama sekali “mencar-cari kesalahan,” seolah-olah sebagai sebuah
upaya untuk menjatuhkan melalui sebuah
rekayasa kesalahan. Tidak sama sekali.
Apa yang akan kita uji kali ini, sepenuhnya
berdasarkan pada pengajarannya yang
terkandung dalam video khotbah Joseph Prince. Pada Youtube anda dapat
menemukannya dan diberi judul “Confession
Of Sins-Is It For The Believer?” (“Pengakuan Dosa-Dosa-Apakah Bagi Orang
Percaya?”). Kali ini saya akan menyajikan sebuah tinjauan pengajarannya hingga pada menit 02:46. Selama khotbah hingga
menit tersebut, terdapat beberapa poin yang patut diuji kebenarannya,
yaitu :
Joseph
Prince mengajarkan hal-hal berikut ini:
- Joseph Prince mengatakan bahwa hanya ada 2 definisi terkait Tuhan : Love (kasih) dan Light (terang).
- Terkait nas firman atau teks Alkitab yang menjadi acuannya : 1 Yohanes 1:5-7:
- Joseph Prince menyatakan bahwa teks ini (dan keseluruhan 1 Yohanes) bukan hanya ditujukan untuk orang-orang percaya.
- Joseph Prince, terkait “if we” pada ayat 6 “If we say that we have fellowship with him, and walk in darkness,” maka menurutnya “we” yang dimaksud adalah orang lain dan bukan orang-orang percaya yang sedang diulas Yohanes.
- Terkait “If we walk in the light” pada ayat 7 “But if we walk in the light, as he is in the light, we have fellowship one with another, and the blood of Jesus Christ his Son cleanseth us from all sin,” dimaknai oleh Prince bahwa ini bukan sama sekali “If we walk according to the light.”
Dalam hal ini, Joseph juga menyatakan bahwa ayat ini bukan sama sekali mengenai hal semacam ini : ”Kamu sudah sekian lama menjadi Kristen, kamu harus berjalan seturut/selaras dengan Terang.”
“According to the light that God has. No one (Selaras dengan terang yang Allah miliki. Tidak seorang pun (bisa).
Menguji
Pada kesempatan ini saya tidak akan mengulas poin
1, tetapi
secara khusus akan melakukan sebuah pengujian pada poin 2. Dengan
demikian, mari kita baca nas yang menjadi rujukan Joseph Prince :
Pada Alkitab bahasa Inggris KJV yang menjadi
rujukan Joseph Prince:
1 John 1:5-7 “(5) This then is the message which we have heard of him, and declare unto you, that God is light, and in him is no darkness at all. (6) If we say that we have fellowship with him, and walk in darkness, we lie, and do not the truth: (7) But if we walk in the light, as he is in the light, we have fellowship one with another, and the blood of Jesus Christ his Son cleanseth us from all sin.
Alkitab
bahasa Indonesia LAI
1 Yohanes 1:5-7 “(5) Dan inilah berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan yang kami sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan.(6) Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. (7) Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.
Sekarang, Joseph Prince menyatakan bahwa 1
Yohanes, adalah sebuah epistel yang memiliki bagian-bagian berbeda dalam
hal kepada siapa ditujukan. Kalau memang benar Joseph Prince melakukan
sebuah kajian yang serius maka dia tidak bisa sama sekali mengatakan demikian
sebab sama sekali tidak disebutkan siapa-siapa
sajakah yang menjadi bidikan tulisannya tersebut secara jelas. Tidak sama sekali.
Sebaliknya, pembuka 1 Yohanes jelas
mengindikasikan bahwa surat ini ditujukan untuk kalangan gereja/jemaat walau
tidak dapat dipastikan kepada jemaat yang mana :
1 Yohanes 1:1-4(1)Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup--itulah yang kami tuliskan kepada kamu. (2) Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami.(3) Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.(4) Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna.
Jika benar Joseph Prince secara seksama memeriksa
epistel ini maka dia seharusnya dapat mengetahui bahwa surat ini seutuhnya
ditujukan kepada orang percaya- kepada jemaat/ gereja. Bukan ditujukan kepada
mereka yang bukan jemaat/bukan orang percaya. Bagaimana mengetahuinya? Dari tujuan surat ini atau
tujuan pemberitaan, bahwa tujuan penyampaian
“berita” yang terkandung dalam epistel ini agar supaya “kamu pun beroleh persekutuan dengan kami”
dan “sukacita kami menjadi sempurna.”
Jika benar Joseph Prince secara seksama
membaca epistel ini maka dia akan
menemukan bahwa epsitel ini merupakan
sebuah epsitel berisikan indikasi
adanya sebuah persoalan yang menjadi
permasalahan yang sangat penting untuk dicamkan oleh penerima dan
pembaca suratnya yaitu KEOTENTIKAN Yesus yang sejati (sebagaimana kesaksian para rasul) yang mereka beritakan! Terlihat nyata begitu penting
bagi Yohanes untuk menyatakan Yesus dalam gaya semacam ini: Yesus yang telah kami dengar, telah kami lihat dengan mata kami,
telah kami raba dengan tangan kami.
Andaikan Joseph Prince melihat hal yang begitu jelas ini maka tidak perlu
terjadi “kebingungan yang tak perlu” terkait “we” dan “you” kala didahului “if” dan “but if” menjadikan “we”
adalah bukan “we” para rasul dan “you” jemaat yang menjadi alamat tujuan surat
ini.
Lagian pada 1 Yohanes1: 5 sudah jelas dan
sangat definitif siapa dan bagaimana
relasi “we”dan “you,” yang diungkapkan oleh Rasul Yohanes sendiri : “we have
heard of him, and declare unto you,“
dia berkata “kami telah mendengar dari dia
dan mendeklarasikanya kepada kamu.” Ini sebuah relasi yang definitif seperti halnya saya dapat mengatakan ini
adalah relasi antara seorang Rasul dengan jemaat yang sedang diajar olehnya.
Ya....sebuah relasi antara “we” dan “you”
yang jelas. Nah... sebetulnya ayat
5 merupakan “pendahulu” bagi “we” kala
Yohanes bicara “ if we” dan “But if we.” Ini (we) bukan orang lain tetapi “we”
pada “if” dan “but if” adalah sebuah
persekutuan antara “we” dan “you.” Coba kembali periksa 1 Yohanes 1:1-4 terkait “beroleh
persekutuan dengan kami” melalui pemberitaan yang
disampaikan. Jika sedari semula Rasul
Yohanes membicarakan persekutuan antara
dirinya dengan jemaat penerima beritanya; maka ketika Yohanes menggunakan “kita”
setelah dia berkata “we have heard of him and declare unto you,” maka jelas “we”
setelah ayat 5 adalah identifikasi untuk “we” dan “you” dalam sebuah relasi seorang rasul
mendeklarasikan berita kepada penerima
atau jemaat yang sedang dia ajar terkait
pokok-pokok penting mengenai Yesus Kristus
(1 Yohanes 1:1-4).
Kala Joseph Prince mengatakan “we” pada “if we” atau “but if we” sebagai mengindikasikan orang
lain bukan jemaat atau diluar konteks relasi hubungan antara rasul dan jemaat yang sedang diajar atau dibina atau ditegur, jelas tidak memiliki dasarnya sama sekali. Bahkan pada
bagian kedua dengan menggunakan pola pikir demikian justru akan bertabrakan
secara frontal dengan bagian selanjutnya tepat pada epistel yang sama, 1
Yohanes.
Pada bagian pertama ini kita menjadi tahu
bahwa “we” pada “if we” dan “but if we” bukanlah orang yang lain, namun jemaat.
Yohanes 17: 21 “supaya mereka semua
menjadi satu, sama seperti Engkau, ya
Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita,
supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.”
Bersambung ke
bagian 2
Rujukan :
No comments:
Post a Comment