F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Apakah Kuasa Kebangkitan Yesus Juga terletak Pada "Kelulusan" & "Kesalehan" Dalam Memenuhi Segenap Kehendak Bapa? (4)



Oleh: Martin Simamora



Bacalah lebih dulu bagian 3


Jika Renungan Harian Truth telah mereposisi Yesus yang  telah dideklarasikan oleh Kitab Suci sebagai  suci adanya (sehingga tak perlu membuktikan saleh dan lulus agar layak), menjadi dia yang harus mengejar dan membuktikan kelayakannya untuk dibangkitkan, maka ini pada dasarnya sebuah pelecehan! Sebab berlawanan dengan kesaksian Kitab suci, sehingga memang dapat dikatakan bahwa RH Truth telah melakukan pengingkaran terhadap kitab suci itu sendiri. Sebelum kita melihat salah satu aspek penundukan diri Yesus Kristus terhadap kitab suci, dan keadaannya yang mulia sekalipun sama dengan, hal yang dibengkokan oleh RH Truth, saya akan  terlebih dahulu menyajikan 2 pandu penegas terkait kesucian atau kelayakan Kristus itu.Setinggi apakah  atau sesuci apakah dia dapat dikatakan? Mari kita perhatikan  sebuah ayat dari Perjanjian Lama dan sebuah ayat dari Perjanjian Baru:
Imamat 22:19-20 maka supaya TUHAN berkenan akan kamu, haruslah persembahan itu tidak bercela dari lembu jantan, domba atau kambing. Segala yang bercacat badannya janganlah kamu persembahkan, karena dengan itu TUHAN tidak berkenan akan kamu.
dan  
Ibrani 9:14 betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.  

Kedua teks itu  melahirkan sebuah ketegasan mutlak terkait siapakah Yesus, bahwa sejak mulanya Ia layak dan pantas, bahkan pada saat kematiannya sudah merupakan kepastian mutlak, bahkan perihal ini dipandang pada ketetapan atau ketentuan  hukum Taurat-Kitab Musa!

0 Apakah Kuasa Kebangkitan Yesus Juga terletak Pada "Kelulusan" & "Kesalehan" Dalam Memenuhi Segenap Kehendak Bapa? (3)



Oleh: Martin Simamora


Bacalah lebih dulu Bagian 2

Kalau Tuhan Yesus tidak taat, Dia takkan dibangkitkan, demikian pula kita.Konklusi atau penyimpulan semacam ini dengan demikian sangat bengkok untuk dikatakan sebagai berdasarkan firman Tuhan. Pertama, kita telah melihat bahwa kebangkitan Yesus bukan berdasarkan pada sukses atau  tidaknya ia dalam ketaatannya  kepada Bapa, selama  di muka bumi, sebagai sebuah hal yang harus diraih untuk memiliki kualifikasi yang harus dicapai di dunia ini! Sehingga, mendasarkan hal tersebut untuk diberlakukan pada orang percaya sungguh fatal, seolah tak ada keterkaitan antara karya Yesus Kristus terhadap orang percaya, khususnya terkait kebangkitan (kehidupan kekal bersama Bapa) orang percaya. Kembali, sekali lagi, saya mengajak anda untuk memahami kelayakan Yesus untuk menebus dan dibangkitkan  tidak sama sekali ditentukan pada upaya dirinya menjadi dipantaskan seolah sebelumnya tak memiliki kepantasan pada dirinya sendiri:
Ibrani7:26-27 Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga, yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban.


Bagaimana Penulis Ibrani menggambarkan kebangkitan Kristus?
Ibrani 1:3-4 Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi, jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah dari pada nama mereka.
Bandingkan dengan Ibrani 10: 12 Tetapi Ia, setelah mempersembahkan hanya satu korban saja karena dosa, Ia duduk untuk selama-lamanya di sebelah kanan Allah, 

Markus 14:62 Jawab Yesus: "Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa
Cara penulis Ibrani menggambarkan kebangkitan Kristus sama sekali tak mempertanyakan kesalehan Kristus atau meragukannya sebagai sosok yang akan bisa saja berpeluang gagal memahami, tunduk  terhadap atau memenuhi kehendak Bapa. 

0 Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus (10)



Oleh: Martin Simamora 

Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus (10)




Bacalah lebih dulu bagian 9

Pertanyaannya kemudian, apakah, dengan demikian, Yesus lebih besar daripada nabi Musa? Ini  lebih daripada sekedar pertanyaan serius namun sebuah pertanyaan yang berbahaya, sama bahayanya dengan perkataan Yesus sendiri pada eranya, yang  berbunyi seperti ini:
Yohanes 10:30 “Aku dan Bapa adalah satu”

Pernyataan ini  bukan saja kontroversial dipandang ketika diucapkan oleh seorang manusia, namun seketika itu juga telah menimbulkan potensi besar sebuah kerusuhan yang dapat mendatangkan penumpahan darah:
Yohanes 10:31 Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus.

Menjawab pertanyaan besar diatas, walau saya dapat menjawabnya, harus memandang pada bagaimana kitab suci menjawab pertanyaan di atas. Saya tak bisa tidak, harus memandang pada ini:
Ibrani 3:3 Sebab Ia dipandang layak mendapat kemuliaan lebih besar dari pada Musa, sama seperti ahli bangunan lebih dihormati dari pada rumah yang dibangunnya.
KJ For this man was counted worthy of more glory than Moses, inasmuch as he who hath builded the house hath more honour than the house.
Aramaic Bible In Plain English For the glory of This One is much greater than that of Moses, as much as the honor of the builder of the house is greater than his building.

Bukan dalam makna kiasan namun dalam makna yang aktual pada “SIAPAKAH”? Pada siapakah Musa dibandingkan dengan siapakah Yesus itu. Demikianlah Penulis Ibrani memaparkannya dalam sebuah perbandingan yang memperbandingkan kemuliaan tokoh besar nabi Musa terhadap kebesaran Sang Firman yang menjadi manusia!  Ibrani 3:3 secara gamblang membicarakan superioritas Yesus terhadap Musa, menjelaskan tindakan-tindakan Yesus yang dikecam oleh para ahli Taurat sebagai  melecehkan  hukum Taurat hingga sebagai menghujat. Apa yang dinyatakan Ibrani 3:3 sekaligus menekankan bahwa “superioritas” di sini bukan bermakna sebuah amoralitas apalagi penghinaan terhadap hukum Taurat- Kitab Musa dan Kitab nabi-nabi apalagi menghujat Allah. Ini juga yang harus dipahami oleh para penganut “Grace yang Ekstrim, atau lebih tepatnya, Grace jenis ini telah memelintirkannya sehingga terlepas dari apa yang menjadi maksud Yesus pada aslinya.” Grace ekstrim secara sembrono telah menilai: jika Kristen membicarakan moralitas  atau hukum didalam Perjanjian Baru, itu seperti memakan batu dan bukan memakan roti didalam kemurahan/anugerah Tuhan, atau seperti memberangus kemerdekaan yang telah Tuhan berikan di dalam Yesus Kristus Sang Pembebas orang percaya.

0 Apakah Kuasa Kebangkitan Yesus Juga terletak Pada "Kelulusan" & "Kesalehan" Dalam Memenuhi Segenap Kehendak Bapa? (2)



Oleh: Martin Simamora

Apakah Kuasa Kebangkitan  Yesus  Juga terletak  Pada "Kelulusan" & "Kesalehan" Dalam Memenuhi Segenap Kehendak Bapa? (2)

Bacalah lebih dulu bagian 1


Kalau Tuhan Yesus tidak taat, Dia takkan dibangkitkan.” Kita sudah melihat bahwa baik penulis Ibrani dan Yesus Kristus sendiri, telah  menunjukan bahwa diri Yesus bukanlah seorang yang sedang mengejar ketaatan atau kesalehan agar dia menjadi memiliki sebuah kualifikasi pantas atau memadai untuk melakukan karya keselamatan pada salib apalagi untuk dibangkitkan. Sekarang pada bagian kedua ini, kita akan melihat  sebuah hal yang teramat penting namun diabaikan oleh Renungan Harian Truth, yaitu: kematian Yesus itu sendiri dan apakah yang terjadi dibalik kematiannya. Pengajar RH Truth nampaknya mengabaikan kematian Kristus bahkan menyimpulkan bahwa kebangkitan adalah indikator kelayakannya dihadapan Bapa. Jika demikian maka kematian Yesus bukanlah sama sekali hal yang berarti. Hal semacam ini taklah mengherankan, sebab memang pengajar RH Truth telah menakar Yesus Sang Mesias masih harus mengejar kelayakan-kelayakannya di hadapan Allah!

Mari perhatikan bagaimana pandangan penulis Ibrani mengenai kematian Yesus Kristus?
Ibrani 9:12-14 dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal. Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.

0 Apakah Kuasa Kebangkitan Yesus Juga terletak Pada Kelulusan dan Kesalehannya Terhadap Bapa?



Oleh: Martin Simamora

Apakah Kuasa Kebangkitan  Yesus  Juga terletak  Pada "Kelulusan" & "Kesalehan" Dalam Memenuhi Segenap Kehendak Bapa?



Artikel kali ini akan meninjau sebuah khotbah atau pengajaran yang telah  dipublikasikan di internet dan  disajikan kembali di dalam sebuah grup di fb :
RH Truth 5 April 2015
Kebangkitan Tuhan Yesus bukan hanya terletak pada kuasa Allah yang besar. Tapi kuasa kebangkitan Tuhan Yesus terletak pada ketaatan-Nya kepada Bapa, bahwa Dia "lulus" dan didapati "saleh" dalam kehidupan-Nya di bumi, yaitu hidup hanya untuk melakukan kehendak Bapa. Kalau Tuhan Yesus tidak taat, Dia takkan dibangkitkan, demikian pula kita. Sebab nilai kita terletak pada ketaatan kita kepada Bapa.VN RH Truth:http://www.truth-media.com/…/05-APRIL-2015-KEBANGKITAN-TAND…


Perhatikan pada gagasan pokok pengajaran  ini yang berkata:
Kebangkitan Yesus bukan hanya terletak pada kuasa Allah yang besar, tetapi juga pada ketaatannya kepada Bapa, bahwa Dia lulus dan didapati saleh dalam kehidupannya di bumi.

(1)Ini, dengan menyatakan secara demikian, hendak mengatakan bahwa   peristiwa kebangkitan Yesus merupakan bukti atau indikator bahwa dia “lulus” dan  salehdalam kehidupan-Nya di bumi. Kuasa Allah bukan faktor  satu-satunya, namun juga harus didapati saleh dan lulus. Dalam hal ini “lulus” dan didapati “saleh” dalam kehidupannya di bumi terkait ketat dengan: hanya untuk melakukan kehendak Bapa. Sehingga Yesus  perlu sekali secara mutlak, harus mencapai sebuah kondisi lulus dan mencapai kondisi saleh, sebab jika tidak maka dia tak akan bangkit. Yesus oleh pengajaran  telah diasumsikan bukan seorang yang berkualifikasi sebagai Juru Selamat atau  Sang Penebus hingga dirinya dianggap pantas. Dan itu baru akan diketahui bilamana dia bukan hanya disalib, mati tetapi apakah dia bangkit atau tidak (sebuah  ketakpastian meliputi misi Allah menurut si pengajar pada RH Truth!). Kebangkitannya adalah bukti kesalehan dan kelulusan dirinya. Tak sama sekali  berbicara SELESAINYA karya  Penebusan  itu saat dia menyerahkan nyawanya ke dalam tangan Bapa (Lukas 23:46-47)

(2)Tak sampai di situ saja. Lebih lanjut dikatakan bahwa  seperti halnya Kristus pada poin  1 di atas, maka demikian juga kita. Bahwa anda hanya akan mengalami kebangkitan bilamana “lulus” dan “saleh” tepat sebagaimana Yesus. Bahwa anda harus mengupayakan kepantasanmu untuk dibangkitkan; bahwa apa yang telah dikerjakan oleh Kristus sama sekali tak diperhitungkan ke dalam keselamatan dirimu! Bacalah 1 Korintus 15:17-28.


Dua poin atau gagasan  pokok yang mendasari pengajaran yang berseberangan dengan apa yang telah diajarkan di dalam Kitab Suci, semacam ini, beranjak dari pemahaman yang dibangun pengajar berdasarkan  Ibrani 5:7-8:

0 Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus (9)



Oleh: Martin Simamora 

Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus (9)

Bacalah lebih dahulu bagian 8

Yesus adalah sang Pembebas, ini bukan sebuah jargon semata atau sebuah nubuat atau pernyataan ilahi omong kosong. Bahkan ketika kita telah menautkan  Pembebasan oleh Dia, dengan hukuman mati yang dilahirkan dari ketakberdayaan manusia untuk memenuhi  tuntutan hukum Taurat, seperti telah terjadi pada perempuan berzinah, maka dalam hal ini telah sekaligus menyatakan bahwa dia adalah Sang Penghapus dosa (Yohanes 1:29).


Semacam ini, telah menempatkan Yesus  bukan hanya hukum itu sendiri, namun perkataan dan tindakan hukumnya telah menahtahkan dirinya pada puncak tubuh hukum Taurat itu sendiri, dia sang mahkotanya yang telah datang.  Dia bukan sekedar pengampun namun sebuah penghapus hukuman mati yang menghasilkan kemerdekaan yang memerdekakan terpidana mati dari ketentuan membayar  atau menyediakan tebusan agar terlepas dari “kurungan penghukuman.” 


Dia memberikan pengampunan yang menghapuskan jejak-jejak pelanggaran dalam sebuah cara yang teramat “superlatif” sampai-sampai para ahli Taurat bukan hanya harus undur diri namun harus melepaskan juga  perempuan tersebut dari hukuman yang harus ditimpakan. Antara Yesus dan para ahli Taurat telah mencapai sebuah konsensus walau dalam sebuah relasi yang superior, menindas kebijakan-kebijakan para hakim ahli Taurat dan yang palunya telah diambil secara paksa oleh Sang Mahkota Hukum Taurat.

Perkataan Yesus  atau vonis bebasnya seketika itu juga sudah menghapuskan dosa dan melenyapkan penghukuman yang  harus ditimpakan, dan telah melahirkan sebuah putusan hukum baru yang mengatasi hukum lama dan melenyapkan konsekuensi-konsekuensinya. Saat vonisnya melepaskan konsekuensi-konsekuensinya, itu tak menjadikan hukum baru ini menjadi kehilangan kemuliaan moralitasnya, malah semakin cemerlang berkemilau saat dia berkata “jangan berbuat dosa lagi mulai sekarang.” Sebuah perkataan yang berkuasa penuh, sama penuhnya dengan perkataannya "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?- Yohanes 8:10"
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9