F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

Showing posts with label Pengampunan. Show all posts
Showing posts with label Pengampunan. Show all posts

0 Ia Berkuasa Mengampuni Dosa:



Oleh: Martin Simamora
"Siapakah orang yang menghujat Allah ini?”

Perjumpaan-perjumpaan dengan Yesus tidak akan pernah menjadi hal yang biasa dan apalagi wajar-wajar saja, bahkan dapat sangat membingungkan dan mengguncangkan bagi dunia atau zaman kapanpun juga. Entah bagaimana caranya, manusia-manusia bisa menuturkan begitu saja keberdosaannya kepada Yesus, seperti sedang berjumpa dengan Yang Mahakudus dan Yang Berkuasa untuk menghakimi dan memberikan pegampunan, pendamaian dan pengudusan? Bagaimanapun perjumpaan-perjumpaan Yesus dengan sejumlah manusia telah menyingkapkan sisi diri Yesus yang tak mungkin dilihat begitu saja, kecuali Ia menyatakannya, sambil tentu saja, menyisakan bagi banyak orang, penjelasan yang tak dapat ditemukan, sebab Ia  didapati sebagai manusia ketika ia menyatakan kemahakudusannya  yang tanpa kemegahan dan tanpa suara menggelagar. Seperti relasi-relasi semacam ini:

Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa."-, Lukas 5:8

Kalau kita mengabaikan konteks Simon Petrus yang terpotret sedang:
-tersungkur di depan Yesus
-berkata:…, pergilah dari padaku
-aku ini orang berdosa

Apakah pentingnya dan dimanakah titik nalarnya untuk menghakimi diri sendiri “aku ini orang berdosa” dan berkata “pergilah dari padaku?”  Apakah Yesus se-mahakudus itu diantara para manusia? Apakah yang dialami Petrus sehingga  mulutnya harus berkata “aku ini orang berdosa?” Ia seorang nelayan dan seorang pekerja keras, paling tidak ia manusia pekerja keras bukan pencuri dan apalagi penipu. Coba lihat bagaimana Petrus bekerja sungguh-sungguh dalam hidupnya: “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa- Lukas 5:5.” 

0 Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus (10)



Oleh: Martin Simamora 

Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus (10)




Bacalah lebih dulu bagian 9

Pertanyaannya kemudian, apakah, dengan demikian, Yesus lebih besar daripada nabi Musa? Ini  lebih daripada sekedar pertanyaan serius namun sebuah pertanyaan yang berbahaya, sama bahayanya dengan perkataan Yesus sendiri pada eranya, yang  berbunyi seperti ini:
Yohanes 10:30 “Aku dan Bapa adalah satu”

Pernyataan ini  bukan saja kontroversial dipandang ketika diucapkan oleh seorang manusia, namun seketika itu juga telah menimbulkan potensi besar sebuah kerusuhan yang dapat mendatangkan penumpahan darah:
Yohanes 10:31 Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus.

Menjawab pertanyaan besar diatas, walau saya dapat menjawabnya, harus memandang pada bagaimana kitab suci menjawab pertanyaan di atas. Saya tak bisa tidak, harus memandang pada ini:
Ibrani 3:3 Sebab Ia dipandang layak mendapat kemuliaan lebih besar dari pada Musa, sama seperti ahli bangunan lebih dihormati dari pada rumah yang dibangunnya.
KJ For this man was counted worthy of more glory than Moses, inasmuch as he who hath builded the house hath more honour than the house.
Aramaic Bible In Plain English For the glory of This One is much greater than that of Moses, as much as the honor of the builder of the house is greater than his building.

Bukan dalam makna kiasan namun dalam makna yang aktual pada “SIAPAKAH”? Pada siapakah Musa dibandingkan dengan siapakah Yesus itu. Demikianlah Penulis Ibrani memaparkannya dalam sebuah perbandingan yang memperbandingkan kemuliaan tokoh besar nabi Musa terhadap kebesaran Sang Firman yang menjadi manusia!  Ibrani 3:3 secara gamblang membicarakan superioritas Yesus terhadap Musa, menjelaskan tindakan-tindakan Yesus yang dikecam oleh para ahli Taurat sebagai  melecehkan  hukum Taurat hingga sebagai menghujat. Apa yang dinyatakan Ibrani 3:3 sekaligus menekankan bahwa “superioritas” di sini bukan bermakna sebuah amoralitas apalagi penghinaan terhadap hukum Taurat- Kitab Musa dan Kitab nabi-nabi apalagi menghujat Allah. Ini juga yang harus dipahami oleh para penganut “Grace yang Ekstrim, atau lebih tepatnya, Grace jenis ini telah memelintirkannya sehingga terlepas dari apa yang menjadi maksud Yesus pada aslinya.” Grace ekstrim secara sembrono telah menilai: jika Kristen membicarakan moralitas  atau hukum didalam Perjanjian Baru, itu seperti memakan batu dan bukan memakan roti didalam kemurahan/anugerah Tuhan, atau seperti memberangus kemerdekaan yang telah Tuhan berikan di dalam Yesus Kristus Sang Pembebas orang percaya.

0 Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus (9)



Oleh: Martin Simamora 

Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus (9)

Bacalah lebih dahulu bagian 8

Yesus adalah sang Pembebas, ini bukan sebuah jargon semata atau sebuah nubuat atau pernyataan ilahi omong kosong. Bahkan ketika kita telah menautkan  Pembebasan oleh Dia, dengan hukuman mati yang dilahirkan dari ketakberdayaan manusia untuk memenuhi  tuntutan hukum Taurat, seperti telah terjadi pada perempuan berzinah, maka dalam hal ini telah sekaligus menyatakan bahwa dia adalah Sang Penghapus dosa (Yohanes 1:29).


Semacam ini, telah menempatkan Yesus  bukan hanya hukum itu sendiri, namun perkataan dan tindakan hukumnya telah menahtahkan dirinya pada puncak tubuh hukum Taurat itu sendiri, dia sang mahkotanya yang telah datang.  Dia bukan sekedar pengampun namun sebuah penghapus hukuman mati yang menghasilkan kemerdekaan yang memerdekakan terpidana mati dari ketentuan membayar  atau menyediakan tebusan agar terlepas dari “kurungan penghukuman.” 


Dia memberikan pengampunan yang menghapuskan jejak-jejak pelanggaran dalam sebuah cara yang teramat “superlatif” sampai-sampai para ahli Taurat bukan hanya harus undur diri namun harus melepaskan juga  perempuan tersebut dari hukuman yang harus ditimpakan. Antara Yesus dan para ahli Taurat telah mencapai sebuah konsensus walau dalam sebuah relasi yang superior, menindas kebijakan-kebijakan para hakim ahli Taurat dan yang palunya telah diambil secara paksa oleh Sang Mahkota Hukum Taurat.

Perkataan Yesus  atau vonis bebasnya seketika itu juga sudah menghapuskan dosa dan melenyapkan penghukuman yang  harus ditimpakan, dan telah melahirkan sebuah putusan hukum baru yang mengatasi hukum lama dan melenyapkan konsekuensi-konsekuensinya. Saat vonisnya melepaskan konsekuensi-konsekuensinya, itu tak menjadikan hukum baru ini menjadi kehilangan kemuliaan moralitasnya, malah semakin cemerlang berkemilau saat dia berkata “jangan berbuat dosa lagi mulai sekarang.” Sebuah perkataan yang berkuasa penuh, sama penuhnya dengan perkataannya "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?- Yohanes 8:10"

0 Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus (8)



Oleh: Martin Simamora


Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus(8)


Lukas 1:20- ilustrasi: tanais.info
Bacalah lebih dulu bagian 7

Kita telah melihat apakah yang memenjara semua manusia dan siapakah Yesus sehingga dia telah dikenali oleh nabiah Hanna sebagai Sang Pembebas (Lukas 2:38), dikenali oleh Elisabet sebagai dia  Sang Penguasa Absolut atas segala ciptaan (Lukas 1:43), dan Yohanes Pembaptis menyebutnya sebagai Anak domba Allah (Yohanes 1:29). Dan ketika Yohanes Pembaptis menyebut Yesus sebagai Anak domba Allah maka sebetulnya itu melampaui apapun yang dapat dibayangkan, sebab dibalik sebutan semacam itu, sedang diindikasikan bahwa apa yang akan dilakukan oleh Yesus adalah sebuah tindakan yang sama sekali belum pernah ada satu manusiapun pernah dan memiliki kapasitas untuk melakukannya! Sebuah tindakan yang tak mudah bahkan akan dikatakan sebagai mustahil untuk dapat dilakukan oleh seorang  Mesias, Rabbi, Pemimpin, atau bahkan Pembebas sebagaimana dipahami oleh bangsa Yahudi [jika anda membaca saja Lukas 1:70-74 dan kemudian membandingkan dengan  Yohanes 1:29 serta Sang Surya Pagi yang justru harus berakhir sebagai kurban, maka ini adalah sebuah realita terkeras untuk dapat dikunyah oleh bangsa Yahudi terkait Mesias yang dinantikan- kita akan meninjau ini pada bagian-bagian mendatang].


Yohanes Pembaptis sebetulnya telah mengumandangkan bahwa Sang Rabbi Sang Messias Sang Pembebas Sang Terang Dunia, bukan hanya sepenuhnya manusia namun sekaligus didalam kesepenuhannya sebagai manusia, dia juga sepenuhnya  ilahi. Dan itu sukar untuk dibuktikan dihadapan manusia, apalagi saat Sang Kristus datang kepada Yohanes Pembaptis. Perhatikan apa yang dikumandangkan oleh Yohanes Pembaptis mengenai Sang Rabbi ini:
Yohanes 1:15 Yohanes memberi kesaksian tentang Dia dan berseru, katanya: "Inilah Dia, yang kumaksudkan ketika aku berkata: Kemudian dari padaku akan datang Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku." 


Kita tahu sekali bahwa Yohanes Pembaptis selagi di dalam kandungan telah melonjak kegirangan saat berjumpa dengan bayi (Yesus) yang bahkan masih didalam kandungan! Ya... saat  Maria mengunjungi Elisabet (Lukas 1:41). Jelas sekali, ketika Yohanes Pembaptis berkata “Dia telah ada sebelum akubukan sama sekali  hendak mengatakan bahwa Yesus telah lebih dahulu dikandung (bandingkan dengan perkataan Yesus pada Yohanes 8:58) daripada dirinya, sebab Yohanes Pembaptis lebih dahulu dikandung, jauh lebih tua daripada Yesus, sebagaimana dikatakan oleh malaikat Gabriel kepada Maria! Mari sejenak kita lihat:

0 Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus(7)



Oleh: Martin Simamora

Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus(7)


Bacalah lebih dulu bagian 6

Tak ada yang lebih janggal untuk melihat interaksi-interaksi Sang Pemberi Hidup-Yesus Kristus, berdialog dengan mereka yang mencari hidup, jenis hidup yang hanya dapat diberikan oleh Yesus sebab memang hanya di dalam dia ada kehidupan:

Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.-Yohanes1:4


Tak adakah siapapun  yang bertanya jawab dengan Yesus dapat melihat bahwa didalam dia Yesus Kristus  ada hidup, atau tak adakah siapapun yang dapat  melihat bahwa dia adalah Sang Penyelamat yang datang dari Allah, selain Yohanes Pembaptis (Yoh 1:29), Simeon(Lukas 2:25-32, 34-35), nabiah Hanna (Lukas 2:36-38) dan Elizabeth (Lukas 1:39-45)? Mengapa masih mencari hidup di dalam  hukum Taurat atau apa yang dapat atau harus kuperbuat/kuperjuangkan, sementara mereka sedang berbicara dengan Sang Pemilik dan Pemberi hidup. Mengapa  tak melihat hidup yang telah tersedia di dalam Yesus, namun malah mencari hidup yang tak tersedia di dalam hukum Taurat atau perjuangan-perjuanganmu yang bagaimanapun? Betapa janggal dan melampaui apapun yang dapat disebut janggal.


Mengapa Yohanes Pembaptis dapat mengenali siapakah Yesus sesungguhnya tanpa perlu bertanya jawab teologis dengannya seperti halnya para ahli Taurat? Mengapa Elizabeth bahkan dapat mengenai  siapakah Yesus sesungguhnya yang bahkan masih berada di dalam kandungan? Mengapa nabiah Hana, seorang janda berusia 84 tahun dapat mengenali siapakah Yesus sesungguhnya sebagai Sang Pembebas? Dan mari kita lihat apakah yang dikatakan oleh Simeon mengenai Yesus:

Lukas 2:25- 32 (25)Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya,(26) dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan.(27) Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat,(28) ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya(29) Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu,(30) sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu,(31) yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa,(32) yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel."

0 Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus(6)



Oleh: Martin Simamora

Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus(6)


Bacalah lebih dulu bagian 5

Seorang ahli Taurat berdiri  untuk mencobai Yesus dengan sebuah pertanyaan: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"-Lukas 10:25. Ini adalah pertanyaan yang serupa dengan yang ditanyakan oleh orang  kaya yang telah lebih dulu kita pelajari, memiliki sebuah kemiripan identik: "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Kedua-duanya mendasarkan pertanyaan tersebut pada kebenaran yang  memang terdapat di dalam hukum Taurat, baik si orang kaya: Markus 10:19-20 dan si ahli Taurat, sebagaimana yang diindikasikan oleh Yesus:

Lukas 10:26 Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?"

Setiap kali  berbicara mengenai “hidup kekal” maka pasti akan bertaut dengan apa yang harus kuperbuat agar mendapatkannya sebab demikianlah keadaan setiap orang yang hidup dibawah Taurat, selalu terpenjara oleh apa yang  harus dilakukan agar memilikinya. Pada si orang kaya, sekalipun Yesus telah memberikan jawabnya-apa yang harus dilakukan - telah  terbukti bahwa dia tak dapat melakukannya. Bagaimana dengan ahli Taurat satu ini, apakah dia akan berbeda daripada yang lainnya? Dapatkah ia memenuhi tuntutan hukum Taurat sebagaimana yang Yesus akan kemukakan. Saya ingin mengatakan bahwa  baik pada peristiwa dialog antara orang kaya dengan Yesus, dan dengan seorang ahli Taurat, adalah berbicara tentang mengasihi atau mengikut Tuhan dalam sebuah totalitas,  seperti “apa yang tertulis dalam hukum Taurat. Anda atau siapapun yang mengandalkan kehidupan kekal atau keselamatan berdasarkan perbuatan maka pasti tak terpisahkan dengan hukum Taurat dan kesempurnaan untuk memenuhinya. 

0 Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus(5)



Oleh: Martin Simamora

Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus(5)


Bacalah lebih dulu bagian  4

Dan Yesus  tak terhindarkan memang telah menjadi gravitasi  utama  bagi kehidupan rohani dan keagamaan bangsa Yahudi kala itu, yang menciptakan sebuah daya tarik teramat kuat, menciptakan titik-titik daya tarik yang kian membesar  entah dalam bentuk oposisi atau dalam bentuk penerimaan  bangsa Yahudi yang mendasarkan kehidupan rohaninya pada hukum Taurat-kitab Musa, kitab para nabi, dan Mazmur. Kitab-kitab sejenis yang juga  diterima sangat baik oleh Yesus Kristus (Baca Lukas 24:24-27, Lukas 24:44; bandingkan dengan Lukas). Tentu saja Yesus memiliki pandangan yang amat berbeda dalam memandang semua kitab tersebut. Inilah yang menyebabkan kesenjangan dan konflik tajam dalam berbagai dialog atau interaksi antara Yesus dengan ahli-ahli Taurat. Sehingga kerap, tak aneh mencobai atau mencari kesalahan  Yesus  adalah motivasi yang amat mendominasi jiwa mereka.


Yesus bukan saja memiliki cara pandang yang berbeda terhadap Kitab suci, namun dia sendiri telah menyatakan  bahwa dirinya adalah penggenap apa yang telah dituliskan di dalam Kitab suci itu. Yesus pada dasarnya adalah penggenap ‘global’ Kitab suci, kita tak bisa mengatakan bahwa dia penggenap hukum Taurat belaka, membatasinya hanya pada penggenap atas perintah-perintah,atuaran-aturan dan nubuat-nubuat, namun dia pada dasarnya penggenap atau penentu dalam makna totalitas terhadap perjalanan alam semesta ini (bandingkan dengan Markus 13:1-31, “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.”). Yesus  bukan sekedar Penggenap namun Dia Yang Berfirman bagaimana perjalanan alam semesta dan kesudahannya.

0 Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus(4)



Oleh: Martin Simamora

Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus(4)



Bacalah lebih dulu bagian 3


Para murid baru saja ditakjubkan oleh jawaban atau paparan Yesus (Markus 10:26) dalam sebuah  repon yang diliputi sebuah kepanikan (exeplēssonto) pada segenap pemahaman mereka akan kebenaran yang telah mereka miliki atas kitab suci mereka- atas hukum Taurat yang selama ini  telah mereka terima dan yakini, hingga pada momentum ini. Dapat dipahami jika pertanyaan yang segera menyeruak dari dalam diri mereka adalah sebuah pertanyaan cerminan ketakberdayaan:"Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" Siapakah yang dapat dilepaskan dari bahaya dan kuasa dosasōthēnai. Ketika Yesus berkata “Hanya satu lagi kekuranganmu.” Maka yang sedang  Yesus maksudkan bukanlah hal apapun yang dapat dilakukan oleh manusia tetapi sebuah kemustahilan  yang digambarkan dengan sebuah komparasi “Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum.” Sehingga “satu lagi kekuranganmu” lebih menunjukan kepada ketakberdayaan manusia untuk pada  akhirnya dapat meraih hidup kekal olehapa yang dapat kuperbuat.”


Sukar untuk menerima jawaban demikian, sebab tuntutan hukum Taurat adalah melakukan untuk mendapatkan kehidupan kekal (bandingkan dengan Lukas 10:25-26). Sukar juga untuk memahami bagaimana bisa seorang yang memenuhi hukum Taurat pun tak juga mungkin sukses untuk memiliki hidup kekal, seperti pada kisah orang kaya. Yesus menunjukan bahwa problem manusia adalah perbudakan dunia yang meliliti mereka atau tak pernah manusia-manusia itu selagi tubuh mereka melakukan perbuatan baik atau hukum Taurat juga sekaligus segenap jiwa, segenap kekuatan, segenap pikiran (Lukas 10:27) mereka bagi dan dimiliki oleh Tuhan.


Perhatikan, sekalipun orang kaya tersebut diapresiasi oleh Yesus karena memenuhi tuntutan perintah-perintah Allah, namun Yesus juga membuktikan sekalipun demikian itu hanyalah tubuhnya-lahiriahnya dan bukan jiwanya.

0 Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus(3)



Oleh: Martin Simamora

Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus(3)


Bacalah lebih dulu bagian 2

Kemerdekaan di dalam Kristus. Mengapa judul ini memberikan makna bahwa kemerdekaan yang sedang dimaksud adalah sebuah kemerdekaan yang membebaskan namun sekaligus menarik atau memasukanmu ke dalam sebuah dunia yang  baru. Teks yang telah kita lihat dan pelajari sebelumnya, telah menunjukan perihal ini:

Yohanes 8:10-11 Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?" Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."

Dari seorang dibawah ketentuan hukum dan sanksinya yang seharusnya membunuhnya, oleh Yesus Kristus dibebaskan sehingga memiliki hidup sebagai sebuah pemberian oleh sebab vonis Hakim Yesus yang membebaskan dan melepaskannya sebagai orang merdeka dengan perintah jangan berbuat dosa lagi. Jangan kembali lagi!  Ini bukan syarat kebebasan, tetapi buah kebebasan yang diberikan oleh Sang Pembebas. Sehingga seorang Kristen yang menilai ini sebagai semacam syarat, sungguh keliru. Anda dibebaskan bukan untuk melayani dosa tetapi hidup oleh vonisnya yang memerdekakanmu, perintahnya atau firmannya!

0 Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus(2)



Oleh: Martin Simamora

Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus(2)

 Bacalah lebih dulu Bagian 1

Sekarang, apakah penghakiman oleh seorang hakim bernama Yesus Kristus itu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya? Benarkah vonisnya yang membebaskan perempuan itu dari hukuman mati adalah sebuah kebenaran yang tak akan menyalahi Hukum Taurat tersebut?  Yesus memberikan sebuah jawaban atau penjelasan  yang sangat definitif:
Yohanes 8:15-16

“Kamu menghakimi menurut ukuran manusia, Aku tidak menghakimi seorangpun, dan jikalau Aku menghakimi, maka penghakiman-Ku itu benar,...”


Tindakan penghakiman oleh Hakim Yesus sebagaimana yang telah kita lihat pada Yohanes 8:11 dengan demikian adalah sebuah penghakiman yang benar; bahwa Sang Hakim memutuskan  bersalah namun memberikan vonis membebaskannya dari hukuman yang sepatutnya ditimpakan padanya adalah keputusan  hakim yang benar.

Yesus sebetulnya baru saja menyatakan bahwa dirinya adalah seorang Hakim yang secara pasti memberikan penghakiman yang benar, Dia adalah hakim yang benar. Dan Yesus pun dalam hal ini memenuhi tuntutan hukum Taurat tentang keabsahan deklarasinya atau kesaksiannya  bahwa Ia adalah Hakim Yang Benar ( tak mungkin salah!):

0 Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus



Oleh: Martin Simamora

Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus




Ketika Yesus berkata “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu (Yohanes 8:31-32)." Maka kata ‘merdeka’ atau eleutherōsei (membebaskan dari hutang atau kewajiban) menjadi sebuah daya tarik tertinggi sehingga mengaburkan  kecemerlangan setara pada “tetap dalam (meinēte – tinggal dalam) firman-Ku.” Hal semacam ini telah menimbulkan pandangan dan kemudian pengajaran kemerdekaan yang sangat menekankankan kemerdekaan sehingga menjadi mahkota kebanggaan seorang yang telah ditebus oleh Kristus, tanpa perlu terikat pada perintah- perintah atau firman Kristus. Jika seorang yang dikatakan merdeka masih harus melakukan apa-apa yang Yesus titahkan maka dipandang tidak merdeka sepenuhnya atau tidak hidup didalam anugerah sepenuhnya. Padahal, pada teks Yohanes 8:31-32 sekalipun dimerdekakan oleh Kristus mengakibatkan anda tak lagi berkewajiban untuk senantiasa memenuhi tuntutan hukum (bandingkan dengan Yohanes 8:1-10), jika tidak maka anda berhutang; pun demikian tak berarti anda merdeka dalam sebuah nilai yang bebas dari “nilai-nilai” Pembebasmu, Kristus.


Tindakan Yesus yang memerdekakan telah menciptakan sebuah kondisi yang mengikat anda yaitu “tetap dalam firman-Ku.” Tanpa kondisi itu terjadi pada dirimu maka kemerdekaan tak akan terjadi secara aktual. Saya akan menyajikan bahwa kemerdekaan orang Kristen di dalam Kristus secara pasti bertemali erat dengan “tetap dalam firman-Ku.” Mari kita menjelajahinya:

0 Anak yang hilang

Oleh : Pdt. Budi Asali, M.Div







Anak yang hilang
Luk 15:11-32 - "(11) Yesus berkata lagi: "Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. (12) Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. (13) Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. (14) Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai melarat. (15) Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. (16) Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya. (17) Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. (18) Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, (19) aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. (20) Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. (21) Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. (22) Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. (23) Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. (24) Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria. (25) Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. (26) Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. (27) Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. (28) Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. (29) Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. (30) Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. (31) Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. (32) Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.'".


Anak bungsu ini menggambarkan orang berdosa.

0 REVOLUSI BUDAYA

Oleh : DR. R.C Sproul

Hari ini orang sangat sulit membaca sebuah novel, menonton program televisi, menonton sebuah filem di layar perak, atau bahkan melihat iklan-iklan di majalah-majalah dan di toko-toko tanpa secara  nyata dan gamblang menyadari pergeseran radikal ini. Seks adalah penjual nomor satu

Credit :http://blogs.lt.vt.edu

Pada awal tahun 1950-an fenomena siaran televisi mulai menyapu Amerika.  Akan tetapi pada awal era tersebut, hanya segelintir rumah tangga Amerika yang bangga memiliki seperangkat  televisi. Pada masa tersebut, sebuah  larangan diberlakukan dengan melarang jaringan-jaringan televisi menggunakan  kata “virgin” (perawan) dalam siaran televisi. Penyensoran kata ini dijelaskan dalam hubungannya dengan istilah-istilah yang lekat berhubungan dengan  hal-hal seksualitas. Menjadi demikian sensitifnya, para produser  televisi mula-mula cenderung menyinggung etika dan  adat istiadat masyarat Amerika bahwa kata-kata itu terlihat tidak berbahaya seperti halnya kata “virgin” yang  telah  disingkirkan dalam siaran untuk menjaga  kemungkinan lebih jauh  sindiran-sindiran seksual yang mungkin.


Secara menyolok, kita kini telah begitu jauh dari era Ozzie and Harriet  dan pemunculan perdana siaran televisi( ini adalah sebuah serial sitcom perdana yang pada perkembangannya merekam kehidupan aktual para pemainnya, disiarkan pertama kali oleh ABC pada 3 Oktober 1952- 26 Maret 1966, info lebih lanjut bisa dibaca di sini).  Akan tetapi, sejak saat itu, budaya Amerika telah   melintasi revolusi budaya yang paling radikal dalam sejarahnya. Revolusi budaya pada dekade enampuluhan dipenuhi dengan pergolakan terkait adat istiadat seksual. Pantangan-pantangan yang  lama terhadap hubungan seksual pramarital (sebelum menikah) dan ekstramarital ( diluar ikatan pernikahan) telah dihancurkan oleh etika seks yang baru. 
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9