F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

Showing posts with label Kasih Karunia. Show all posts
Showing posts with label Kasih Karunia. Show all posts

0 Bukan Nasihat Biasa, Nasihat Bagi Dunia Yang Mencari Juruselamat

 

Nasihat sang Raja Kepada Anaknya:  kenallah Allahnya Ayahmu dan Beribadahlah Kepada-Nya

Oleh: Blogger Martin Simamora

 


A.Ketika Sebuah Nasihat Datang Dari Allah Yang Memperkenalkan Diri-Nya, Kuatkanlah Dirimu!

Apakah yang akan keluar dari mulut seorang raja besar dan agung kala ia berpidato dihadapan para pembesar, dihadapan para kepala pasukannya yang legendaris dihadapan para pahlawan-pahlawan kerajaannya? Apakah  yang akan diucapkan seorang raja yang keagungan dan kedigjayaannya bahkan digambarkan dalam catatan begitu khusus menggambarkan bahwa kerajaan ini adalah salah satu kekuatan militer yang perkasa:

1 Tawarikh 28:1 

Daud mengumpulkan di Yerusalem segala pembesar Israel, yakni para kepala suku, para pemimpin rombongan orang-orang yang melayani raja, para kepala pasukan seribu dan kepala pasukan seratus, serta para kepala harta benda dan ternak kepunyaan raja dan anak-anaknya; bersama-sama mereka juga para pegawai istana dan para perwira dan semua pahlawan yang gagah perkasa.

 

Apakah sepatutnya dikeluarkan oleh sang raja yang begitu dikenal sebagai seorang yang memiliki dan memimpin sebuah bala tentara yang bahkan dalam satu cara yang unik sekaligus bernuansa negatif pun dikemukakan oleh Allah kepada sang raja (1 Taw 28:3). Alkitab menyatakan bahwa raja ini-raja Daud adalah seorang pahlawan sejati dihadapan bangsanya sendiri:

 

1Tawarik 11:6- Daud telah berkata: "Siapa lebih dahulu memukul kalah orang Yebus, ia akan menjadi kepala dan pemimpin." Lalu Yoab, anak Zeruya, yang menyerang lebih dahulu, maka ia menjadi kepala.Lalu Daud menetap di kubu pertahanan itu, sebab itu orang menamainya: Kota Daud.  Ia memperkuat kota itu sekelilingnya, mulai dari Milo, bahkan sekelilingnya seluruhnya, sedang Yoab membangun kembali selebihnya dari kota itu.Lalu makin lama makin besarlah kuasa Daud, sebab TUHAN semesta alam menyertainya.

1 Kristus Sang Pengajar

Hakim Yang Mulia Bersabda Bagi Semua

Blogger Martin Simamora

A.Ketika Kristus Menduduki Kursi Musa Sebagai Hakim Yang Mulia

Kala Yesus Sang Kristus telah menjadi begitu populer dan telah sukses membangun sebuah kemuliaan yang menjamah jiwa setiap pendengarnya baik itu menciptakan nuansa hitam atau abu-abu atau putih bagi setiap individu, pada momen itu jugalah Sang Kristus telah masuk kedalam takhta kemuliaan bukan saja sebagai Sang Guru tetapi Ia Sang Sabda- Mesias yang bersabda.Secara gradual tak terhindarkan baginya bahwa ia bukan Guru dalam apa yang selama ini dapat mereka pahami. Secara hitam atau setidak-tidaknya abu-abu, terhadap Sang Kristus dapat terlontar pertanyaan-pertanyan penguji semacam ini:

Markus 10:2 Maka datanglah orang-orang Farisi, dan untuk mencobai Yesus mereka bertanya kepada-Nya: "Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya?"

Kita harus memperhatikan bahwa konteks pertanyaan ini sungguh-sungguh dimaksudkan untuk menguji apakah kedivinitasan Kristus yang akan muncul dari mata air pertanyaan ini. Jika pertanyaan ini membutuhkan semacam kematangan atau kebijakan seseorang yang telah teruji dan terpuji bukan saja pada kehidupan pernikahan dan pembinaan keluarganya sendiri selama puluhan tahun usia pernikahan di mata publik, tentulah Yesus Sang Kristus akan berkualifikasi untuk menjadi setidaknya rujukan terhadap problem pada institusi keluarga. Yesus Sang Kristus tidaklah demikian, sehingga memang pertanyaan ini memang dapat menjadi problem pelik tersendiri bagi Sang Kristus. Namun Kristus membawa masuk sebuah otoritas yang unik untuk dihadirkannya dihadapan orang-orang Farisi yaitu nabi Musa. Perhatikan ini: "Apa perintah Musa kepada kamu?" (Markus 10:3). Tanggapan Kristus pada hari itu sebagaimana lazimnya ia mengajar telah berubah menjadi penghakiman oleh sabda-Nya terhadap bangsa ini, perhatikan ini:

Markus 10:4-5  Jawab mereka: "Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai."Lalu kata Yesus kepada mereka: "Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu.

Siapakah yang berharap pertanyaan penuh siasat ini berujung pada penghakiman, penghakiman oleh Musa yang menunjukan dua hal sekaligus: pertama, bahwa dosa telah merusak kekudusan dan kemuliaan lembaga pernikahan dan kedua, bahwa itu menunjukan manusia gagal untuk menggenapi secara tak bercela: sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." (Markus 10:6-9).

0 Aku Datang Untuk Menggenapinya


Sesungguhnya Selama Belum Lenyap Langit Dan Bumi Ini, Satu Iota Atau Satu Titikpun Tidak Akan Ditiadakan Dari hukum Taurat, Sebelum Semuanya Terjadi

Oleh: Blogger Martin Simamora
A.Kristus dan Kitab Suci

Relasi Kristus terhadap Kitab suci merupakan sebuah format yang tak terbayangkan bekerja pada seorang manusia, jika dipikirkan sebagai format relasi ketaatan terhadap kitab suci maka nampak jelas relasi itu akan menunjukan bahwa dimensinya hanya diri Yesus Kristus yang mampu menghidupi dalam sebuah format yang benar-benar divinitas. Dalam catatan injil Matius, Sang Kristus menyingkapkan format relasi ini sebagai berikut:
Matius 5:17-18 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.

Spektrum penggenapannya melampaui eksistensi atau lebih tepat disebut sebagai sebuah eksistensi yang begitu absolut menentukan kesudahan serta kefinalan  dunia dan kefinalan kitab suci sebagaimana diungkapkan dalam pernyataan ini: sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjad yang sangat manunggal dengan diri Yesus Kristus serta tujuannya di dunia ini. Ia dan  firman tertulis (kitab suci) memiliki relasi bersifat kekal dalam hal eksistensi-Nya. Kemanusiaan Kristus sedang membicarakan natur Keilahiannya yang mahamulia sebagaimana Bapa ketika ia sendiri berkata Aku datang untuk menggenapi hukum Taurat dan kitab para nabi dalam konteks melampaui segala abad hingga segala abad itu mengalami kesudahannya di tangannya sendiri sebagaimana ia mendefinisikannya sebagai berikut: selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Masalah dunia adalah: bagaimana memahami “sebelum semuanya  terjadi” dalam sebuah platform waktu, tempat dan peristiwa. Semakro dan atau semikro apakah isi dari sebelum semuanya terjadi akan dapat menjadi kepelikan sendiri bagi manusia untuk memahaminya.

0 Seperti Ada Tertulis: Problem Ketakberdayaan Manusia


"Allah Membuat Mereka Tidur Nyenyak, Memberikan Mata Untuk Tidak Melihat dan Telinga Untuk Tidak Mendengar, Sampai Kepada Hari Sekarang Ini"

(Pertanyaan Akbar, Jawaban Teragung)

Oleh: Blogger Martin Simamora


Siapapun yang membaca Roma 11:6 akan menghadapi sebuah tempat perhentian yang begitu besar, luas dengan konstruksi yang teramat kompleks sehingga sesungguhnya siapapun yang memasuki area Roma 11:6 akan tak mungkin begitu saja mencerna pertanyaan dan apalagi jawabannya secara renyah. Mari kita membacanya:

Maka aku bertanya: Adakah Allah mungkin telah menolak umat-Nya? Sekali-kali tidak! Karena aku sendiripun orang Israel, dari keturunan Abraham, dari suku Benyamin.- Roma 11:1

Adakah Allah mungkin telah menolak umat-Nya? Ini adalah pertanyaan yang begitu personal dan dapat dipastikan ini adalah pertanyaan yang teramat serius yang akan hidup dalam segala zaman! Rasul Paulus menjawabnya secara tegas, lugas dan definitif. Apa yang semakin menarik adalah, bahwa kemudian rasul ini menautkan pertanyaan dan jawaban atas pertanyaan tersebut dengan dirinya, seperti ini: Karena aku sendiripun orang Israel, dari keturunan Abraham, dari suku Benyamin. Tentu menjadi penting untuk mengetahui mengenai siapakah rasul Paulus,mari kita melhat sejenak  profil dan curriculum vitae-nya:

Kisah Para Rasul 8:3 Tetapi Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara.


Kisah Para Rasul 9:1-2 Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar, dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem.

0 Pahlawan Besar & Kegagalannya


Oleh: Martin Simamora

Musa
Embed from Getty Images
Tongkat Di Tangannya
Apakah yang dapat kita katakan mengenai Musa? Apakah ia seorang pahlawan ataukah seorang manusia yang gagal? Apapun jawaban anda baik jika anda menjawabnya pahlawan ataukah menjawabnya manusia gagal, adalah jawaban yang benar. Kalau anda mengatakan bahwa ia adalah seorang pahlawan, ini adalah kebenaran sebab ia  boleh dikatakan sebagai seorang jenderal yang menaklukan  bala tentara superpower pertama di dunia dengan cara menghempaskannya di dasar  Laut Merah (Keluaran 14:28), tetapi bukan saja ia adalah pahlawan dalam cara demikian, sebab Surat Ibrani memasukan Musa ke dalam daftar pahlawan iman (Ibrani 11:23-26). Iapun adalah manusia gagal dalam cara yang teramat tragis dan sangat menyedihkan karena dua hal yaitu pada bagaimana atau mengapa ia gagal dan pada bagaimana atau mengapa ia dipanggil dihadapan dan  oleh Allah:

0 Kisah-Kisah Perjalanan Yesus Kristus Menurut Injil (1)


Oleh: Martin Simamora

Yesus Di Kota Nain: Seorang Nabi Besar Telah Muncul Di Tengah-Tengah Kita


Yesus Di Kota Nain
Hari itu, Ia ada memasuki kota Nain. Itu adalah sebuah hari sebagaimana hari-hari biasanya bagi Yesus untuk menjalankan apa yang menjadi misinya sebagaimana telah dikumandangkannya sendiri dihadapan jemaat Tuhan di Nazaret, di rumah ibadat: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." (Lukas 4:18-19). Diikuti banyak orang yang begitu takjub dengan pengharapan yang mereka sendiri belum dapat memastikannya, Yesus tetap menjadi magnet yang begitu besar dalam pengaruh dan kuasa. Yesus menjadi figur yang begitu penting untuk diikuti agar dapat dilihat apakah yang dikatakan dan dilakukannya dan kali ini  kota Nain menjadi salah satu tempat yang begitu penting untuk menyatakan siapakah Yesus dan apakah klaimnya yang berbunyi seperti ini di Nazaret: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." (Lukas 4:21) adalah benar?

Inilah yang  Yesus lakukan di kota Nain sebagaimana injil Lukas mencatatkannya bagi kita:

Lukas 7:11-16Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong. Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu. Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!" Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!" Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: "Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan "Allah telah melawat umat-Nya."

Di kota Nain ada orang mati, bukan peristiwa yang mencengangkan karena kematian pasti menghampiri setiap manusia. Tak ada manusia yang tak mengenali satu takdir kesudahannya di muka bumi ini yaitu tak ada satupun manusia yang akan kekal hidupnya. Tak hanya dahulu, bahkan hingga era nuklir dan penjelajahan angkasa luar kini, pun manusia mengakui tak ada satu teknologi apapun yang sanggup menghadang hari kematian seorang manusia. Tetapi di kota Nain, apa yang mencengangkan adalah adanya seorang manusia yang begitu saja berkata kepada kematian yang telah menguasai seorang manusia dari kehidupannya di muka bumi ini sebagai yang berkuasa atas kematian itu sendiri. Perhatikanlah ucapannya ini: Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!

Kematian bukanlah argumen yang dapat dipatahkan oleh argumen. Kematian, sebaliknya adalah sebuah kebinasaan badaniah dari kehidupannya di muka bumi ini yang mengecualikan dirinya dari peradaban manusia-manusia yang masih hidup dalam sebuah cara yang begitu membusukannya. Coba bandingkan dengan hal ini untuk memahaminya: “Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati” (Yohanes 11:39). Tetapi bagaimana mungkin Yesus terhadap kematian berkata Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah! Di tengah-tengah tangisan kedukaan seorang ibu terhadap anaknya?

0 Ketika Kebencian Tak Pernah Menggagalkan Kasih Allah Melawat Dunia:



Oleh: Martin Simamora

Kuburannya Masih Ada Pada Kita Sampai Hari Ini, Bukti Kasih-Nya yang Telah Ditolak Tak Dapat Digagalkan

Intro:
Mesias yang Aneh

Kebencian sebagaimana kesukaan adalah hal yang begitu alami  bagi manusia. Tak perlu harus bersebab apalagi berempatik. Kadang kala atau bahkan kerap kali, menyukai atau membenci bisa datang menyandera  sehingga indra-indra paling dasar pemberian Sang Khalik membuta untuk sekedar dapat menjadi diam dan tenang merenungkannya dan memeriksanya secara cermat.  Saya berpendapat, Alkitab secara jitu memotretkannya bagi kita, manusia-manusia yang memiliki kesempatan yang agung telah menggunakan momentum paling penting bagi penghuni bumi ini, dengan kebencian yang membuahkan kubur. Ini bukan kebencian 1 orang, 2, 5,10, 100 atau lebih. Ini adalah kebencian semua orang, sedikit-dikitnya 5000 orang laki-laki saja yang telah menikmati jamuan makan bersama Yesus, Sang Mesias yang pada akhirnya ditolak dalam kebencian yang melahirkan pengelu-eluan seorang kriminal yang bahkan belum tentu mampu memberi makan bagi 10 orang saja. Mari kita melihat manusia-manusia yang sungguh mengalami kemurahan Yesus, Sang Mesias yang pada akhirnya mereka serahkan  ke dalam kubur.

Markus 6:32-44 Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka. Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka. Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini." Tetapi jawab-Nya: "Kamu harus memberi mereka makan!"… Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang. Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang…. Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki.  [Matius 14:13-21; Markus 6:30-44; Lukas 9:10-17; Yohanes 6:1-15]

Begitulah Yesus menjadi sebuah pengharapan yang besar dan mulia, bahkan lebih dari sekedar Sang Pemberi Makan, tetapi semua menjadi yakin bahwa dialah Sang Mesias yang dinantikan. Jika Ia sanggup menjadi Sang Pelepas Kelaparan hanya dengan mengangkat makanan dan mengucap syukur, maka dialah Mesias yang akan  membebaskan mereka melalui pemulihan Israel secara total. Ini dapat dimengerti, ketika Yesus memang benar-benar mengadakan mujizat yang menunjukan siapakah Ia. Jadi kalau seperti ini pengharapan  mereka: Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia." (Yohanes 6:14). Yesus, tak terelakan, menjadi begitu popular dan paling disukai. Bisakah anda membayangkan diri anda sangat disukai dalam sebuah kepopuler tanpa tanding, seperti Yesus yang hanya mengangkat makanan dan mengatakan sesuatu kepada Langit, dan kenyanglah semua ribuan orang. Para saksi mata yang sangat kenyang.

Tetapi akankan para saksi mata yang begitu kenyang perutnya, akan tetap menjadi saksi-saksi setia yang akan berdiri dan memberitakan kebenaran-Nya sebagaimana kehendak-Nya? Masihkah kala mereka tidak akan pernah setiap hari mendapatkan mujizat sespektakuler demikian ! Apalagi, Yesus secara teguh dan penuh maksud tidak memenuhi ekspektasi publik agar kemesiasannya tampil secara total untuk menaklukan para penguasa dunia, sehingga dipulihkanlah takhta Daud itu. Siapa yang dapat memahami ini?

Yesus, kalau dia adalah Mesias itu, Ia adalah Mesias yang aneh. Begitu aneh karena sementara ia memiliki basis konstituen dan rakyat yang begitu menghormatinya sebagai mesias yang adidaya, namun beginilah perilaku Mesias itu:

Yohanes 6:15 Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.

Siapa yang dapat mendikte tujuan yang harus dicapai Sang Mesias? Rakyat, peguasa-penguasa dunia ini, Mahkamah Agama? Tidak. Dalam sebuah dialog yang sungguh mencengangkan bagi para  ahli atau pakar agama, Yesus menunjukan bahwa dirinya memang Mesias yang aneh bagi pemikiran teologis dan ekspektasi pada umumnya:

Lukas 20:40-44 Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Bagaimana orang dapat mengatakan, bahwa Mesias adalah Anak Daud? Sebab Daud sendiri berkata dalam kitab Mazmur: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu. Jadi Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?"

0 Dan Ia berkata kepada mereka:



Oleh: Martin Simamora
"Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang”
(Renungan Jumat Agung)


Sebelum peristiwa salib berlangsung, satu peristiwa yang tak dipahami sedikitpun oleh para murid-Nya, namun diterima sebagai sebuah jamuan makan malam yang paling monumental yang belakangan akan menjelaskan bagi mereka sendiri keagungan maksud kematian dan kemuliaan Sang Mesias bagi banyak orang. Kita harus memperhatikan bahwa pada momen ini, Yesus menyingkapkan daya jangkau kematian kepada jiwa banyak orang yang akan datang. Mari kita terlebih dahulu melihat bagaimana Yesus Sang Mesias mendeklarasikan dirinya sebagai  mahamulia dihadapan dunia ini:

▀Markus 14:22 Dan ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Ambillah, inilah tubuh-Ku."

KJV  And as they did eat, Jesus took bread, and blessed, and brake it, and gave to them, and said, Take, eat: this is my body

Ambillah, inilah tubuh-Ku.” Inilah perkataan yang sungguh membingungkan sekaligus perkataan yang keras untuk diterima banyak orang, sehingga banyak murid yang meninggalkannya dan tidak mengikutnya lagi:

Yohanes 6:51-52 Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan."

Yohanes 6:60,66  Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?"… Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia

Bagaimana mungkin itu harus terjadi? Tetapi sebetulnya ini lebih besar daripada bagaimana mungkin. Pertanyaan seharusnya yang mesti diajukan adalah: mengapa Yesus sedemikian memutlakan tubuhnya dalam sebuah cara yang membuat siapapun tanpa diri Sang Mesias tidak akan menerima berkat keselamatan dalam sebuah ikatan janji keselamatan yang dimeteraikan dengan darahnya sendiri:

0 Ia Berkuasa Mengampuni Dosa:



Oleh: Martin Simamora
"Siapakah orang yang menghujat Allah ini?”

Perjumpaan-perjumpaan dengan Yesus tidak akan pernah menjadi hal yang biasa dan apalagi wajar-wajar saja, bahkan dapat sangat membingungkan dan mengguncangkan bagi dunia atau zaman kapanpun juga. Entah bagaimana caranya, manusia-manusia bisa menuturkan begitu saja keberdosaannya kepada Yesus, seperti sedang berjumpa dengan Yang Mahakudus dan Yang Berkuasa untuk menghakimi dan memberikan pegampunan, pendamaian dan pengudusan? Bagaimanapun perjumpaan-perjumpaan Yesus dengan sejumlah manusia telah menyingkapkan sisi diri Yesus yang tak mungkin dilihat begitu saja, kecuali Ia menyatakannya, sambil tentu saja, menyisakan bagi banyak orang, penjelasan yang tak dapat ditemukan, sebab Ia  didapati sebagai manusia ketika ia menyatakan kemahakudusannya  yang tanpa kemegahan dan tanpa suara menggelagar. Seperti relasi-relasi semacam ini:

Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa."-, Lukas 5:8

Kalau kita mengabaikan konteks Simon Petrus yang terpotret sedang:
-tersungkur di depan Yesus
-berkata:…, pergilah dari padaku
-aku ini orang berdosa

Apakah pentingnya dan dimanakah titik nalarnya untuk menghakimi diri sendiri “aku ini orang berdosa” dan berkata “pergilah dari padaku?”  Apakah Yesus se-mahakudus itu diantara para manusia? Apakah yang dialami Petrus sehingga  mulutnya harus berkata “aku ini orang berdosa?” Ia seorang nelayan dan seorang pekerja keras, paling tidak ia manusia pekerja keras bukan pencuri dan apalagi penipu. Coba lihat bagaimana Petrus bekerja sungguh-sungguh dalam hidupnya: “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa- Lukas 5:5.” 

0 Karena Segala Sesuatu Diliputi oleh Kegelapan



Oleh: Martin Simamora

Kala  Konflik dan Darah Begitu Perkasa Melukiskan 
Sejarah  Manusia

Sementara kehidupan itu sendiri tak pernah didambakan sebagai sebuah belantara kebencian apalagi konflik dan darah, tetapi hati manusia begitu percaya dengan operasionalisasi kuasa dan kekerasan sebagai solusi-solusi hidup. Ini bukan pada konsepsi atau gagasan tetapi pada natur jiwa manusia sebagaimana Alkitab menyatakannya:

“Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata”- Kejadian 6:5

semata-mata” di sini menunjukan natur jiwa manusia yang menggembalakan seluruh gerak hidup manusia, bukan hendak menunjukan bahwa tangan manusia detik demi detik hanya menikamkan belati di tangannya ke manusia lainnya. Kita harus memperhatikan bahwa "semata-mata" ditautkan dengan apa yang disebut sebagai kecenderungan hati. Apa yang hati manusia paling cintai dan idolakan di dalam pilihan-pilihan hidupnya, bahwa kitab suci  menyatakan bahwa yang dimiliki hati manusia adalah kecenderungan yang membuahkan kejahatan. 

Jikapun hati nuraninya menegurkan kecenderungan yang jahat itu, sekalipun berbuah kemenangan kebaikan, tetapi itu lahir dari hati yang  berkutub baik dan jahat dalam sebuah "ko eksis yang tentram" dan tak bisa disucikan sama sekali oleh kekuatan dan kehendak manusia agar tak berkutub dua seperti itu.

Itulah sebabnya saat Yesus Sang Mesias datang ke dalam dunia ini, realitas kemanusiaan yang ironis kembali digemakan. Suara purba di Kejadian 6:5 digemakan secara sempurna  oleh Sang Mesias:

Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat”- Matius 15:19

Realitas ini universal, tak kecuali pada orang-orang paling dekat dengan kitab suci dan rumah ibadah, membuat, kemudian, agama sebagai hal yang tak kalah menjijikan dengan kejahatan. Dan Yesus tak segan-segan masuk ke tempat suci dengan cambuk bukan dengan kata-kata berlapis religiusitas sebab sudah terlalu nista  tempat itu untuk dikatakan suci, bahkan hanya cambuk saja yang dapat menyucikannya:

0 Sekalipun Dunia Hanya Mencintai Untuk Membuangku Tetapi Aku Percaya Kepada Cinta Tuhanku Bagiku



Oleh: Martin Simamora

Memiliki Cinta Tuhan Yang Mencintai Dari Generasi Ke Generasi Bahkan Memberikan Kehidupan  yang Tak Mungkin Dimiliki

(Ketika Cinta Tuhan Tak Bertara Sedikitpun dengan Apapun yang Dapat Dilakukan Jiwaku)


Seberapa dalam cinta dan seberapa kuatkah  yang diperlukan untuk mencintai sepenuhnya dan seabadinya? Takkah itu begitu aneh ketika mencintai dan cinta adalah pekerjaan  dan perjuangan otot dan stamina jiwa, bukankan jiwa ini sendiri memerlukan cinta? Aku tak tahu apakah memang adalah cinta jika cinta berpaut dengan berkekuatan otot dan jiwa berstamina untuk terus mencintai sementara jiwa itu sendiri belum pernah mengenal dicintai semulia-mulianya? Apakah asupan dan suplemen pengganti cinta sehingga tanpa pernah jiwa ini dikecup dan dipeluk cinta mulia Tuhan dapat menjadi berstamina dan bergizi? Aku bertanya-tanya jika saja ada cinta virtual menggawangi jiwa untuk mengejar cinta yang dari Tuhan?

Begitu sukar, sejujurnya, untuk membicarakan memeluk, mendekap dan mengecup cinta jika cinta adalah pekerjaan  jiwa yang tak pernah memiliki cinta. Ah… betapa mengerikannya  delusi jiwa manusia yang tak pernah dikecup oleh cinta Tuhan namun membusungkan dadanya  dan berkata “aku mengejar dan memperjuangkan cinta Tuhan setiap waktunya!”

Cinta dan mencintai bukan definisi jiwa manusia dan bukan formulasi pikiran dan usaha yang dibangun dari hari ke hari. Sebab mencintai memang adalah kebutuhan jiwa yang tak dapat diasup sendiri oleh siapapun manusia. Manusia begitu gampang untuk merasa sendiri, terkucil, terbuang, terhina, memerlukan kekuatan otot untuk dihormati bahkan dicintai, bahkan membangun konsepsi Allah dan kasih karunia menurut kontemplasi jiwa dan pikiran yang tumpul akan cinta dan kesetiaan dalam kemurnian kudusnya cinta Allah.

0 Aku Datang Membawa Pedang


Oleh: Martin Simamora

Mencintai-Nya Hingga Ke Balik Cakrawala

(Duhai Kristusku Yang Mencintaiku Dengan Tak Bertarak, Tolonglah Aku Untuk Mencintaimu Hingga Aku Berada Di Dalam Pelukanmu Di Balik Cakrawala Cintamu)

Itu adalah pernyataan Yesus Sang Mesias. Memang benar pernyataan ini sangat mengejutkan untuk terucapkan dari mulutnya, tetapi Sang Mesias segera mematahkan dan membungkam setiap protes yang berkecamuk di setiap kepala pendengarnya. Ia berkata:


Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang”- Matius 10:35

Yesus dan pedang? Ini janggal sekali. Bukankah ia kepada Petrus berkata: “Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang” (Matius 26:52; Yohanes 18:11)?


“Aku datang membawa pedang” adalah pernyataan yang sedang memaksudkan dirinya sendirilah adalah pedang, atau kedatangannya  ke dalam dunia akan menciptakan pemisahan yang begitu tegas dan tak dapat disamarkan. Dirinyalah pedang itu: “Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari (Matius 10:35).”


Pedang ketika diayunkan akan menciptakan pemisahan yang sangat keras dan provokatif sebab tidak ada ruang kompromi ketika sebuah pedang diayunkan penuh maksud sebagaimana telah direncanakan, sebagaimana Yesus memiliki maksud sebagaimana telah direncanakan ketika ia mengayunkan dirinya sendiri sebagai sebuah pedang yaitu: “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku (Matius 10:37).”

0 Pemberitaan Injil & Penghakiman Allah

Oleh: Martin Simamora

Jikalau Kamu Masuk Ke Dalam Sebuah Kota Dan Kamu Tidak Diterima


Rasul Paulus adalah salah satu rasul yang memiliki pengaruh dalam pemberitaan injil dan perkembangan jemaat perdana. Tetapi juga mengalami penentangan yang keras akibat pemberitaannya yang berbunyi Yesus adalah Sang Mesias yang begitu lugas di dalam rumah-rumah ibadat Yahudi sebagaimana yang dahulu telah dilakukan oleh Yesus Sang Mesias [Lukas 19:47, 20:1, 21:23, 21:37; Yoh 7:14,Yoh 7:28,Yoh 8:2, Yoh 8:20], mengalami penolakan halus hingga ancaman menyertainya:

Kemudian Paulus meninggalkan Atena, lalu pergi ke Korintus. Di Korintus ia berjumpa dengan seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari Pontus. Ia baru datang dari Italia dengan Priskila, isterinya, karena kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma. Paulus singgah ke rumah mereka. Dan karena mereka melakukan pekerjaan yang sama, ia tinggal bersama-sama dengan mereka. Mereka bekerja bersama-sama, karena mereka sama-sama tukang kemah. Dan setiap hari Sabat Paulus berbicara dalam rumah ibadat dan berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani. Ketika Silas dan Timotius datang dari Makedonia, Paulus dengan sepenuhnya dapat memberitakan firman, di mana ia memberi kesaksian kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesus adalah Mesias. Tetapi ketika orang-orang itu memusuhi dia dan menghujat, ia mengebaskan debu dari pakaiannya dan berkata kepada mereka: "Biarlah darahmu tertumpah ke atas kepalamu sendiri; aku bersih, tidak bersalah. Mulai dari sekarang aku akan pergi kepada bangsa-bangsa lain." Maka keluarlah ia dari situ, lalu datang ke rumah seorang bernama Titius Yustus, yang beribadah kepada Allah, dan yang rumahnya berdampingan dengan rumah ibadat. Tetapi Krispus, kepala rumah ibadat itu, menjadi percaya kepada Tuhan bersama-sama dengan seisi rumahnya, dan banyak dari orang-orang Korintus, yang mendengarkan pemberitaan Paulus, menjadi percaya dan memberi diri mereka dibaptis.”- Kisah Para Rasul 18:1-8

Di Korintus, ia dibenci dan ditolak oleh saudara sebangsanya sendiri karena “ia memberi kesaksian kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesus adalah Mesias.” Pemberitaan demikian mendatangkan kebencian mendalam dan penghujatan yang tak main-main, sehingga inilah hal yang dilakukan oleh Paulus: “ia mengebaskan debu dari pakaiannya.” Tindakan ini begitu keras, sangat keras, sebab diimbuhi dengan sederet kalimat doa penghakiman yang berbunyi “Biarlah darahmu tertumpah ke atas kepalamu sendiri; aku bersih, tidak bersalah. Mulai dari sekarang aku akan pergi kepada bangsa-bangsa lain.”

0 Menurut Hukum Itu Ia Memang Harus Mati:

Oleh: Martin Simamora

Sebab Ia Menganggap Diri-Nya Sebagai Anak Allah & Kematiannya Mendatangkan Keselamatan Bagi Banyak Orang Dari Berbagai Bangsa
[Refleksi]


Hukum apakah yang sedang dimaksudkan oleh orang-orang Yahudi itu? Kitab Musa tepatnya Kitab Imamat menjadi dasar legal dan sakral bagi orang-orang Yahudi untuk memutuskan kematian atas  Mesias [ dengan demikian gadungan] itu:

Imamat 24:16 Siapa yang menghujat nama TUHAN, pastilah ia dihukum mati dan dilontari dengan batu oleh seluruh jemaah itu. Baik orang asing maupun orang Israel asli, bila ia menghujat nama TUHAN, haruslah dihukum mati.

[Versi NIV: anyone who blasphemes the name of the LORD is to be put to death. The entire assembly must stone them. Whether foreigner or native-born, when they blaspheme the Name they are to be put to death

JPS Tanakh 1917 – And he that blasphemeth the name of the LORD, he shall surely be put to death; all the congregation shall certainly stone him; as well the stranger, as the home-born, when he blasphemeth the Name, shall be put to death]

Ia harus mati dan tak boleh lolos  dari kematian hanya karena pemeriksaan berdasarkan hukum atau konstitusi penguasa Romawi: “Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia. Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka memakaikan Dia jubah ungu, dan sambil maju ke depan mereka berkata: "Salam, hai raja orang Yahudi!" Lalu mereka menampar muka-Nya. Pilatus keluar lagi dan berkata kepada mereka: "Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya." Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: "Lihatlah manusia itu!" Ketika imam-imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Dia, berteriaklah mereka: "Salibkan Dia, salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Ambil Dia dan salibkan Dia; sebab aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya. Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: "Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah-Yohanes 19:1-7." Sebuah ketegangan hukum yang akan menentukan mati atau hidupnya seorang manusia telah berubah menjadi sebuah laga yang tak seimbang, hukum Allah dan hukum manusia ketika berada di tangan para manusia dalam pelukan maut, bahkan menggentarkan orang yang  memiliki kuasa atas negeri yang penduduknya sedang dijajah: “Ketika Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia” - Yohanes 19:8.

Perseteruan sengit  antara Sang Mesias dengan pihak Yahudi (saudara sebangsanya sendiri) memang menjadi benang merah menyala-nyala yang membakar kebencian dalam jiwa mereka. Ini bukan perseteruan sengit sebagaimana lazimnya yang dapat dibayangkan manusia, sebab secara keseluruhan lahir atau bersumber dari penghakiman Sang Mesias atas mereka, sebagaimana diperlihatkan pada sebuah episode yang membuat Israel kehilangan hak istimewanya dalam sebuah penghakiman yang sangat mereka pahami:

0 Keselamatan Dari Allah Menurut Sang Mesias:

Oleh: Martin Simamora

Bukan Kesempurnaanku Tetapi Kesempurnaan-Nya Yang Menyelamatkanku & Menuntunku Di Jalan Yang Benar

Yesus Sang Mesias ketika disebut sang Juruselamat yang datang dari Allah tidak dapat sama sekali diletakan atau dibingkaikan sebagai sebuah jalan yang berwujud ketentuan-ketentuan atau instruksi-instruksi oral yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh diri manusia itu sendiri sehingga ia dapat memiliki keselamatan dari Allah itu oleh perjuangan untuk memenuhi ketentuan-ketentuan tersebut. Untuk menjadi diselamatkan atau dilepaskan dari dunia yang dinaungi oleh maut, tidak demikian caranya dari satu-satunya Juruselamat itu. Bahkan bukan sebuah kolaborasi atau korporasi/kerjasama antara Yesus dengan orang-orang yang mau diselamatkan.


Mengapa dikatakan demikian? Hal tunggal saja yang menjelaskannya, yaitu karena mengenai perihal itu ternyata merupakan sebuah perbuatan atau karya yang harus dilakukan pada pihak Allah untuk kepentingan manusia-manusia di dunia manusia sebagai pihak yang berkuasa penuh untuk melakukannya. Ia,Sang Mesias, datang untuk melakukan apa yang dikehendaki Dia yang mengutusnya. Jikapun kita hendak meninjau bahwa keselamatan itu adalah sebuah korporasi yang melibatkan dua pihak yang mana Allah sebagai pemilik kehendak atau pemilik ketetapan dan pada pihak lainnya, manusia sebagai yang harus melakukan apa-apa yang menjadi kehendak dan ketetapan Allah, maka relasi semacam ini atau korporasi semacam ini memang ada bahkan terjadi begitu kokoh, namun pada Allah dan Manusia Yesus Kristus. Ini satu hal yang begitu menonjol dan begitu mudah-seharusnya- kedua mata ini untuk mendapatkan hal tersebut.

Sekarang perhatikan ini: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah” – Yohanes 6:29, maka kita akan berjumpa satu kehendak saja, yaitu yang datang dari  Bapa. Bukan itu saja, dalam apa yang Yesus nyatakan sebagai kehendak Bapa, maka hanya akan dijumpai satu pihak saja yang ditetapkan untuk melakukannya atau pelaksana kehendak, yaitu Yesus Kristus: “Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia- Yohanes 6:38.” Kita melihat, di sini, ada kehendak Allah terkait kehendak-Nya di bumi yang harus diwujudkan, namun dalam hal ini Allah telah menetapkan tak ada manusia yang dapat melakukan kehendak-Nya sehingga pelaksanaan dan penuntasannya memuaskan  Allah, sempurna. Jika tak ada manusia yang mampu melakukannya dalam pandangan Allah, lalu siapakah yang mampu dan pantas dalam pandangan-Nya? 

0 Keselamatan Berdasarkan Hanya Pada Keberimanan Kepada Yesus:

Oleh: Martin Simamora

Satu-Satunya Pekerjaan  Yang Dikehendaki Bapa Dari Manusia
[Refleksi] 

Mengapa Yesus dinyatakan dalam Injil Yohanes dengan pernyataan seperti ini: “Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia–Yoh 1:4?” Apakah yang sesungguhnya terjadi pada manusia-manusia yang menjadi tujuan kedatangannya sehingga Sang Kristus dinyatakan sebagai Sang Pemilik Hidup: “dalam Dia ada hidup?” Apakah semua manusia tak memiliki nyawa atau nafas kehidupan, sampai perlu kedatangan Yesus membawa kehidupan? Siapakah dia hingga bisa membawa kehidupan bagaikan pemilik hidup? Dan memang  hidup pada Yesus yang  sedang dinyatakan di sini adalah hidup yang begitu berbeda dengan apa yang dipahami manusia. Dikatakan:”dan hidup itu adalah terang manusia.” Menyatakan bahwa manusia-manusia di dunia ini, sekalipun hidup namun hidup yang diliputi kegelapan. Manusia secara total dalam kegelapan atau hidup dalam kegelapan. Kehidupan demikian bukanlah kehidupan yang memiliki Allah sama sekali.

Dan memang Injil ini menunjukan sebuah kegelapan total  sedang menguasai dunia dalam ia memasuki dunia ini: “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya”–Yohanes 1:5. Terang manusia, jauh lebih menarik lagi dinyatakan bersinar di dalam kegelapan dan tak dapat ditaklukan oleh kegelapan yang meliputi dunia. Sehingga memang Sang Firman yang adalah Allah (Yoh 1:1-2) saat masuk ke dalam dunia ini mengambil rupa manusia: “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita- Yohanes 1:14,” maka Ia adalah terang manusia yang bersinar di dalam kegelapan . Ia diam di antara kita dan sebagai terang yang masuk ke dalam kegelapan. Pada hakikatnya dengan diamnya Sang Terang Manusia itu di antara manusia maka sedang menunjukan  fakta atau realitas manusia itu: berada dalam penguasaan kegelapan!

0 Mencari Dan Menakar (Bagaimana) Keselamatan Dari Tuhan:

Oleh: Martin Simamora

Kehendak Allah Versus Pikiran Para Manusia
(Refleksi)
kredit ilustrasi: bethinking.org
Apa yang paling menyolok terkait Yesus kala berinteraksi dengan keragaman pikiran atau pandangan atau nilai atau perspektif atau keyakinan manusia adalah, dia mengetahui segalanya secara sempurna dalam makna yang sangat definitif hingga  bertengger secara kokoh pada poin tak memerlukan verifikasi untuk pemastian akan apakah maksud sesungguhnya yang dimaksudkan para manusia itu; Ia tak memerlukan pandangan ke dua atau ketiga atau  analisa pakar apapun juga untuk menjadi pertimbangan-pertimbangan kritikal bagi dirinya. Ia menempatkan dirinya bukan sekedar tahu akan segala-galanya tanpa sebuah kemelesesatan dalam derajat terkecil sekalipun, tetapi sekaligus ia adalah ultimat atas semuanya, sehingga didalam berinteraksi dengan keberagaman atau kepluralan pandangan akan kebenaran mengenai dirinya dan keselamatan itu tak bersifat dialogis sehingga kebenaran dirinya sendiri beradaptasi dan bertoleransi dengan kebenaran dan nilai divinitas yang diusung manusia-manusia lainnya [memang pandangan publik terhadap Yesus itu sendiri dapat dikatakan sebagai sebuah kepluralan, namun kebenaran-Nya adalah ketunggalan absolut sekaligus ilahi: “Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi." Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga- Mat 16:13-17"].

Kemutlakan dirinya dan kebenaran dirinya di hadapan manusia juga disertai kemutlakan dirinya atas semua manusia yang menjamah segala pengetahuan pada semua diri manusia hingga di kedalaman yang begitu tersembunyi pada diri seorang manusia:

Yohanes 2:24-25 Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.

0 Kasih Yang Kekal & Perkasa:

Oleh: Martin Simamora

Begitu Mencintai Sekalipun Sangat Dibenci Hingga Kesudahan Dunia
(Refleksi)


Membenci adalah kealamian manusia yang tak terduga kedalaman dan keluasannya, bahkan  teramat  kaya, sejatinya. Sebetulnya, sebuah kehinaan yang tak tertanggulangi oleh segenap manusia dihadapan Allah, adalah: tak mampu sama sekali mengasihi sebagaimana manusia itu telah dikasihi! Dan malangnya manusia, itu begitu telanjang dipertontonkan baik dalam perkataan dan perbuatan. Mari kita melihat episode yang mempertontonkan kehinaan manusia yang begitu pekat:

Matius 27:22-25  Kata Pilatus kepada mereka:"Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?" Mereka semua berseru: "Ia harus disalibkan!" Katanya: "Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?" Namun mereka makin keras berteriak: "Ia harus disalibkan!" Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!" Dan seluruh rakyat itu menjawab: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!"

Jika anda membenci seseorang, apakah cukup sukar untuk menemukan perbendaharaan yang begitu kaya untuk apa yang harus dilakukan? Bagaimana jika anda mencintai atau mengasihi seseorang? Pada  episode “Rakyat versus Yesus” sebuah keputusan atas nama darah seseorang yang “kejahatannya tak didapati” telah diputuskan, bukan hanya bagi satu generasi tetapi bagi generasi-generasi yang  bahkan tangannya tak berlumur darah. Perhatikan baik-baik! Ini bukan mengenai darah yang akan membasuh mereka dari segala dosa, apalagi darah Sang Kristus yang mendatangkan pengampunan dan pendamaian. Bukan sama sekali! Tetapi ini lebih sebuah konsekuensi yang begitu diyakini oleh masyarakat Yahudi: “dan itu adalah sebuah gagasan orang-orang Yahudi, bahwa darah orang yang tak bersalah, dan darah dari anak-anak orang yang tak bersalah itu, tidak hanya tersimbah seketika itu juga pada orang-orang yang melakukan, tetapi atas anak-anak mereka hingga kesudahan dunia” (sumber: The Talmud, dalam buku: “Matthew:A Rabbinic Source Commentary And Language Bible”).
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9