Sesungguhnya
Selama Belum Lenyap Langit Dan Bumi Ini, Satu Iota Atau Satu Titikpun Tidak Akan
Ditiadakan Dari hukum Taurat, Sebelum Semuanya Terjadi
Oleh: Blogger Martin Simamora
A.Kristus dan Kitab Suci
Relasi
Kristus terhadap Kitab suci merupakan sebuah format yang tak terbayangkan
bekerja pada seorang manusia, jika dipikirkan sebagai format relasi ketaatan
terhadap kitab suci maka nampak jelas relasi itu akan menunjukan bahwa
dimensinya hanya diri Yesus Kristus yang mampu menghidupi dalam sebuah format
yang benar-benar divinitas. Dalam catatan injil Matius, Sang Kristus
menyingkapkan format relasi ini sebagai berikut:
Matius
5:17-18 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku
datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak
akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
Spektrum penggenapannya
melampaui eksistensi atau lebih tepat disebut sebagai sebuah eksistensi yang
begitu absolut menentukan kesudahan serta kefinalan dunia dan kefinalan kitab suci sebagaimana
diungkapkan dalam pernyataan ini: sesungguhnya
selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak
akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjad yang sangat
manunggal dengan diri Yesus Kristus serta tujuannya di dunia ini. Ia dan firman tertulis (kitab suci) memiliki relasi
bersifat kekal dalam hal eksistensi-Nya. Kemanusiaan Kristus sedang
membicarakan natur Keilahiannya yang mahamulia sebagaimana Bapa ketika ia
sendiri berkata Aku datang untuk menggenapi hukum Taurat dan kitab para nabi
dalam konteks melampaui segala abad hingga segala abad itu mengalami
kesudahannya di tangannya sendiri sebagaimana ia mendefinisikannya sebagai
berikut: selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun
tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Masalah
dunia adalah: bagaimana memahami “sebelum
semuanya terjadi” dalam sebuah
platform waktu, tempat dan peristiwa. Semakro dan atau semikro apakah isi dari
sebelum semuanya terjadi akan dapat menjadi kepelikan sendiri bagi manusia
untuk memahaminya.
Pernyataan ini lebih dari
sekedar apakah penting, sangat penting
atau terpenting sebab ini bukan terletak di luar diri Yesus dan bahkan
Yesus bukan sekedar sebuah variabel dan atau faktor terhadap kitab suci atau
sebaliknya, sebab bahkan menyatakan sifat relasi dirinya terhadap kitab suci
sebagai sabda yang bekerja menggenapi sabda, Ia bahkan menyebutkan bahwa bahkan
nabi perjanjian lama memang menuliskan mengenai dirinya saja. Mari kita
memperhatikan berikut ini:
Yohanes
5:46-47 Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga
kepada-Ku, sebab ia telah menulis
tentang Aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa
yang Kukatakan?"
Yohanes
3:14 Dan sama seperti Musa meninggikan
ular di padang gurun, demikian juga Anak
Manusia harus ditinggikan,
Lukas
24:27 Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.
Lukas
24:44 Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah
Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua
yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur."
B.Relasi Yang Tak
Terbayangkan
Sang
Kristus menyingkapkan sebuah relasi yang tak terbayangkan bagi siapapun ketika
ia menyatakan harus digenapi semua yang tertulis tentang Aku dalam Kitab Taurat
Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur. Ini melampaui kekuatan kognitif jika
demikian sebab ketika sebuah kitab suci saja menuliskan perihal masa depan yang
eksistensinya belum ada dan ketika sebuah eksistensi menyatakan relasinya lebih
dari sekedar afirmasi tetapi penggenapan, ini adalah hal divinitas yang tak
mungkin didekati dengan belaka kemampuan kognitif manusia selain manusia itu dibawa
masuk kedalam dunia penggenapan yang merupakan dunia Kristus dan dunia kitab
suci. Itu sebabnya Yesus harus melakukan ini:
Lukas
24:45 Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci.
Kemampuan berpikir dan
mengerti,dengan demikian, merupakan sebuah pemberian kasih karunia sebab tak
mungkin ini dimengerti sehingga selaras dengan maksud divinitas yang melekat
dan tersimpan dalam kitab suci tersebut.
Aspek inilah yang kemudian
terlihat dalam sejumlah catatan penting dalam injil. Perhatikan sejumlah hal
berikut ini:
Lukas
22:37 Sebab Aku berkata kepada kamu,
bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi
pada-Ku: Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak. Sebab apa
yang tertulis tentang Aku sedang digenapi."
Lukas
22:61 Lalu
berpalinglah Tuhan memandang Petrus.
Maka teringatlah Petrus bahwa Tuhan
telah berkata kepadanya: "Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau
telah tiga kali menyangkal Aku."
Yohanes
19:11 Yesus
menjawab: "Engkau tidak mempunyai
kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa
itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan
Aku kepadamu, lebih besar dosanya."
Yohanes
19:28 Sesudah
itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia--supaya genaplah yang ada tertulis
dalam Kitab Suci--:"Aku haus!"
Yohanes
19:36 Sebab hal itu terjadi, supaya
genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: "Tidak ada tulang-Nya yang
akan dipatahkan."
Yohanes
19:37 Dan ada pula nas yang
mengatakan: "Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka
tikam."
Yohanes
20:9 Sebab selama itu mereka belum
mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara
orang mati.
C.Penggenapan
Kitab Suci: Bertakhtanya Pemerintahan Kristus di Bumi Sebagaimana Di Sorga
Dalam sebuah dialog yang
sangat menegangkan antara Kristus dan para muridnya, kita juga diperlihatkan
bahwa karakteristik penggenapan Kitab Suci olehnya tak memerlukan faktor kehendak
bebas sebagai sebuah variabel penentuan
keberhasilan Yesus menjelankan misi menggenapi kitab suci sebagaimana
maksudnya:
Yohanes
6:58-61 Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang
dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia
akan hidup selama-lamanya." Semuanya ini dikatakan Yesus
di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat. Sesudah mendengar
semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup
mendengarkannya?" Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya
bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: "Adakah perkataan itu menggoncangkan
imanmu?
Kesanggupan manusia,
dimanakah posisinya sebagai sebuah utilitas bagi faktor iman?Sementara manusia
tak berdaya sepenuhnya terhadap kebenaran untuk dapat menerimanya, Yesus tahu
dan bahkan tidak mereduksinya hingga ke level akseptasi manusia. Ia menyatakan
kebenarannya dalam kemuliaan seutuhnya, sementara kemuliaan itu tidak menyinari
seperti sinar matahari, namun jelas jiwa-jiwa manusia tak mampu dan tak
berdaya. Itu nyata dalam pernyataan Yesus berikut ini: dan bagaimanakah, jikalau kamu
melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?
(Yohanes 6:62).
Jika dikatakan bahwa
kehendak bebas manusia bukan faktor dan atau variable untuk menanggapi sabda
atau pemberitaan injil, lalu apa yang tersisa pada manusia dengan demikian?
Terhadap bahwa manusia tak berdaya sama sekali untuk memiliki kekuatan pada
dirinya sendiri kekuatan untuk menanggapi iman, jawabannya ada pada bagaimana
Ia menggenapi kitab suci yang bergantung sepenuhnya pada dirinya saja dan bukan
sama sekali ada elemen kontribusi manusia:
Yohanes
6:65 Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada
seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau
Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya."
Sehingga apapun yang terjadi
pada setiap pendengar Yesus terkait apakah merespon secara positif atau negatif,
itu semua ditentukan oleh apakah Bapa mengaruniakannya atau tidak. Pada momen
tersebut, inji mencatat respon negatif semacam ini:
Yohanes
6:66 Mulai dari waktu itu banyak
murid-murid-Nya mengundurkan diri
dan tidak lagi mengikut Dia.
Juga pada saat yang sama
injil mencatat respon positif semacam ini:
Yohanes
6:67 Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: "Apakah kamu tidak mau pergi juga?"
Yohanes
6:68 Jawab Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, kepada siapakah kami akan
pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan
hidup yang kekal;
Premisnya adalah: kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya,
adalah dekrit. Dan ketika Yesus berkata apakah kamu tidak mau pergi juga,
sementara Yesus nampaknya mempertanyakan aspek kehendak bebas pada semua
muridnya, jelas kehendak bebas baik pada murid yang tetap bertahan dan pada
murid yang pergi meninggalkannya berada dibawah dekrit: kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.
Tentu saja ini adalah sebuah
komplikasi yang hebat bagi setiap manusia, dan apalagi jika pertanyaannya
adalah semakro dan semikro apakah penggenapan yang dilakukan oleh Yesus dalam
garis lintasan waktu, tempat dan peristiwa individual manusia? Mari perhatikan
ini:
Yohanes
6:69-71 dan
kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah." Jawab
Yesus kepada mereka: "Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang
dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis." Yang
dimaksudkan-Nya ialah Yudas, anak Simon Iskariot; sebab dialah yang akan
menyerahkan Yesus, dia seorang di antara kedua belas murid itu.
Ketika Yesus Sang Kristus
menyingkapkan “Kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya” pada garis yang
lebih mikro maka hasilnya memang sangat menggentarkan jiwa siapapun, perhatikan
ini: Yang dimaksudkan-Nya ialah
Yudas, anak Simon Iskariot; sebab dialah yang akan menyerahkan Yesus, dia
seorang di antara kedua belas murid itu (Yohanes 6:67). Ketika
sebuah Pre-Destinasi ini dinyatakan maka ini adalah sabda yang kelam, hitam dan
akan nampak brutal jika saja ini dilepaskan dari keadaan alamiah manusia yang
secara total memang layak dibinasakan. Semua sudah menerima upah keadilan-Nya
sebagai hasil penghakiman karena dosa, sementara dekrit: kalau Bapa tidak
mengaruniakan kepada-Nya adalah keputusan pemilihannya untuk melepaskan
beberapa diantara sekian banyak orang berdasarkan kasih karuniannya agar penghukuman
dibatalkan dan dikompensasikan sebagai sebuah penebusan total yang kelak
dilakukan Yesus Kristus dalam sebuah Pre-Destinasi yang juga kekal dan kelam
dalam pandangan manusia:
Markus
8:31-32 Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia
harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala
dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang.
Tetapi Petrus menarik Yesus ke
samping dan menegor Dia.
Apakah yang dikatakan Yesus
terhadap semua Pre-Destinasi yang kelam dan brutal dalam pandangan dan
pemikiran manusia? Yesus Kristus menjawabnya secara definitif setelah
kebangkitannya:
Lukas
24:44 Ia berkata kepada mereka:
"Inilah perkataan-Ku, yang telah
Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni
bahwa harus digenapi semua
yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan
kitab Mazmur."
Inilah pemerintahan Kristus
yang bertakhta diatas Sabda, bukan diatas pemerintahan kehendak manusia. Ini
memang keras dan dapat menghempaskan keberimanan seseorang terhadap Yesus.
Masakan Mesias mengajarkan hal demikian. Kita harus tahu bahwa ini ketika
dibicarakan secara mendalam dan serius bukan sama sekali ekspektasi manusia
sebagaimana diungkapkan murid kepada Sang Mesias: padahal kami dahulu
mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel (Lukas
24:41).
Sementara begitu banyak yang akan meninggalkan dirinya,
namun Yesus tetap memberitakan predestinasi yang dapat memahitkan jiwa dan
merontokan iman, namun Yesus tetap melakukannya:
Yohanes
6:59-60 Semuanya ini dikatakan Yesus di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah
ibadat. Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang
berkata: "Perkataan ini keras, siapakah
yang sanggup mendengarkannya?"
Yesus tak mereduksi dan
memodifikasi pengajarannya agar situasi emosional setiap pendengarnya jadi reda
dan beristirahat, namun ia membawa mereka pada sebuah kulminasi pengajarannya
yaitu kemuliaan dirinya sendiri:
Yohanes
6:62 Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat
Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?
Yesus kemudian melihat
sebuah hasil kasih karunia Bapa yang tidak turun pada para pendengarnya
sehingga inilah hasilnya: mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya
mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia (Yohanes 6:66).
Tujuan kedatangannya kedalam
dunia ini adalah untuk menggenapi kitab suci, ini adalah sebuah premis agung
dan mulia yang harus dipegang secara teguh oleh setiap orang yang menjadi murid
Kristus.
SOLI
DEO GLORIA
No comments:
Post a Comment