F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Ditinggikan Dari Bumi (2- Selesai):

Oleh: Martin Simamora

Ia Raja Israel? Turunlah Dari Salib Itu, Baru Kami Percaya, Lagian Mengapa “Eli Eli Lama Sabachtani?”

[Refleksi]

Sebelumnya: Bagian 1
Sementara ditinggikan dari bumi, menurut Sang Mesias dari sorga adalah pekerjaan Allah yang harus dilakukannya sebagaimana Musa meninggikan ular di padang gurun sebagai satu-satunya cara Allah agar maut yang datang dari murka Allah terhadap dosa, dapat ditanggulangi, namun  peninggian demikian justru menjadi pangkalan penolakan yang tak tersolusikan dan tak mungkin dikompromikan. Tak ada satupun modifikasi agar peristiwa kelam pada Yesus itu dapat memiliki bagian-bagian yang menenangkan gelombang badai penolakan yang begitu keras itu, sebagaimana serangkaian episode ini menyingkapkannya:

Matius 27:39-42 (39) Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala,(40) mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!"(41) Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata: (42) Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya.


Bagi siapapun manusia baik dahulu kala, apalagi sekarang, penyaliban bukan sebuah kejadian yang membawa kemuliaan dan kemegahan (tetapi membawa penistaan dan penghujatan), itu sungguh sukar untuk diterima bahwa akan seperti inilah peninggian yang dikehendaki olehnya? Perhatikan, ini benar-benar kontradiksi-maksudnya siapakah yang mau percaya melihat Yesus sebagai sungguh Sang Mesias dari Allah dan sungguh Anak Allah, sementara ia bertakhta di atas kontradiksi yang begitu mustahil untuk dipahami- harus dihina, disiksa, dan dibunuh? Sebab memang orang-orang Yahudi menerima pengajaran yang menyatakan Mesias tidaklah seperti ini: "Kami telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya; bagaimana mungkin Engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu?- Yohanes 12:34." 

0 Ditinggikan Dari Bumi (1):

Oleh: Martin Simamora

“Dengan Siapakah Engkau Samakan Dirimu?”
[Refleksi]


Sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang percaya kepada-Nya beroleh hidup kekal (Yohanes 3:14-15), pada kesempatan berikutnya, Sang Mesias kembali  menyatakan apa yang harus terjadi pada dirinya: ”dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku” (Yohanes 12:32). Injil Yohanes menjelaskan apakah maksud Yesus dengan pernyataannya itu sebagai bagaimanakah ia akan mati: “Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati (Yohanes 12:32).” Bagaimana caranya  Anak Manusia harus mati dan  kematiannya memiliki sebuah tujuan agar setiap yang percaya kepada-Nya beroleh hidup kekal. Orang-orang Yahudi memahami sekali peristiwa peninggian ular memang menghasilkan penyelamatan bagi siapa yang memandang kepada ular tersebut: “Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup." Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup”- Bilangan 21:8-9. Musa melaksanakan firman Allah-instruksi Allah tepat seperti yang dikehendaki-Nya dan barangsiapa yang terpagut [akibat pemberontakan terhadap Allah dan Musa, Allah memerintahkan ular-ular tedung ke antara bangsa tersebut untuk memagut mereka hingga banyak yang mati : Bilangan 21:4-6], dan memandang kepada ular itu tidak akan mati- diluputkan dari murka Allah akibat dosa. Memandang ular yang diletakan pada sebuah tiang akan menghasilkan hidup yang menaklukan maut dan memperdamaikannya dengan Allah. Demikianlah Yesus menyatakan bahwa dirinya sendiri akan ditinggikan dari bumi supaya setiap orang yang percaya tidak akan mengalami kematian sebagai keakhiran kekalnya akibat dosa, namun hidup kekal yang datang dari percaya kepadanya.

0 Kambing Kurban Penghapus Dosa

Oleh: Charles L.Feinberg,Th.D.,Ph.D

Dallas Theological Seminary- Department Of Semitics and Old Testament                

Kambing Kurban Penghapus Dosa Di Imamat 16

Memang telah diakui dalam segala aspek bahwa Imamat 16 merupakan salah satu puncak gunung di Kitab Suci. Dengan kejernihan yang cemerlang dan kekuatan seremoni-seromoni dan ketetapan-ketetapan Hari Penebusan yang digambarkan oleh Musa. Delitzsch telah menyebutkannya secara baik bahwa Hari Penebusan dalam Imamat ini merupakan Jumat Agungnya Perjanjian Lama. Tak ada lagi kebenaran-kebenaran yang menonjol  yang mungkin untuk menggugah pikiran orang percaya/pengikut Kristus daripada yang telah disajikan  dalam bab Imamat ini (C.H.Mackintosh, Notes on Leviticus, hal.277-302). Mackintosh menyatakan: Catatan-catatan yang dipaparkan Imamat bab 16 dilingkupi bagian-bagian inspirasi yang paling berharga dan penting…”(ibid., hal.277). Hari Penebusan merupakan yang paling penting di dalam sistem Mosaik, karena pada hari itu penghapusan dosa telah diberikan dalam ekspresinya yang tertinggi. Situasinya dalam cara terbaik telah dapat dijelaskan. Dalam bangsa Israel ada banyak dosa telah dilakukan baik dilakukan dengan sengaja atau penuh kemauan dan dilakukan secara tak sengaja. Untuk yang pertama tidak kurban yang mungkin tersedia untuk dilakukan (Maz 51:16); untuk pelanggaran dan dosa jenis kedua persembahan-persembahan kurban telah dispesifikasikan menurut natur pelanggaran, ketika orang berdosa telah menyadari dosanya. Akan tetapi, manakala orang berdosa tetap tidak menyadari kesalahannya, tidak ada persembahan kurban yang dibawa dan dosa-dosa tersebut tetap ada dalam makna tidak dapat diperhitungkan dalam persembahan kurban tersebut. Jika kondisi ini terus menerus tidak dapat dipulihkan, sistem kurban akan mengalami kegagalan akan tujuan ultimatnya. Untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak dan senantiasa ada dalam Israel Tuhan telah melembagakan Hari Penebusan dengan ritualnya yang impresif (bandingkan dengan Keil dan Delitzsch, The Pentateuch in Biblical Commentary on The Old Testament,II, 394-395). Kellog telah menyatakan dengan kejernihan:“Dalam Hari Penebusan, hukum persembahan-persembahan hewan kurban melanjutkan pencapaian tujuan ekspresi tertingginya; kekudusan dan anugerah seperti yang ada pada Allah Israel, pewahyuan terpenuh dari persembahan-persembahan kurban tersebut. Karena agungnya Hari Penebusan seperti ini, kita menatap peninggian melampaui nilainya dalam diri setiap orang. Jika setiap kurban  telah menunjuk kepada Kristus, inilah hal yang paling dipancarkan dari semua kurban tersebut. Apa yang diungkapkan Yesaya 53 itu terhadap nubuat-nubuat Mesianik, bahwa, kita secara benar berkata, Imamat 16 merupakan keseluruhan sistem tipe-tipe Mosaik—bunga penggenapan yang paling komplit pada simbolisme Mesianik. Seluruh kurban-kurban persembahan telah menunjuk pada Kristus, Sang Imam Besar agung dan Kurban masa mendatang; tetapi kurban satu ini…dengan sebuah keistimewaan yang tidak dijumpai pada jenis-jenis kurban yang manapun”(S.H.Kellogg, The Book of Leviticus, hal.272).

0 Menurut Hukum Itu Ia Memang Harus Mati:

Oleh: Martin Simamora

Sebab Ia Menganggap Diri-Nya Sebagai Anak Allah & Kematiannya Mendatangkan Keselamatan Bagi Banyak Orang Dari Berbagai Bangsa
[Refleksi]


Hukum apakah yang sedang dimaksudkan oleh orang-orang Yahudi itu? Kitab Musa tepatnya Kitab Imamat menjadi dasar legal dan sakral bagi orang-orang Yahudi untuk memutuskan kematian atas  Mesias [ dengan demikian gadungan] itu:

Imamat 24:16 Siapa yang menghujat nama TUHAN, pastilah ia dihukum mati dan dilontari dengan batu oleh seluruh jemaah itu. Baik orang asing maupun orang Israel asli, bila ia menghujat nama TUHAN, haruslah dihukum mati.

[Versi NIV: anyone who blasphemes the name of the LORD is to be put to death. The entire assembly must stone them. Whether foreigner or native-born, when they blaspheme the Name they are to be put to death

JPS Tanakh 1917 – And he that blasphemeth the name of the LORD, he shall surely be put to death; all the congregation shall certainly stone him; as well the stranger, as the home-born, when he blasphemeth the Name, shall be put to death]

Ia harus mati dan tak boleh lolos  dari kematian hanya karena pemeriksaan berdasarkan hukum atau konstitusi penguasa Romawi: “Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia. Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka memakaikan Dia jubah ungu, dan sambil maju ke depan mereka berkata: "Salam, hai raja orang Yahudi!" Lalu mereka menampar muka-Nya. Pilatus keluar lagi dan berkata kepada mereka: "Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya." Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: "Lihatlah manusia itu!" Ketika imam-imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Dia, berteriaklah mereka: "Salibkan Dia, salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Ambil Dia dan salibkan Dia; sebab aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya. Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: "Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah-Yohanes 19:1-7." Sebuah ketegangan hukum yang akan menentukan mati atau hidupnya seorang manusia telah berubah menjadi sebuah laga yang tak seimbang, hukum Allah dan hukum manusia ketika berada di tangan para manusia dalam pelukan maut, bahkan menggentarkan orang yang  memiliki kuasa atas negeri yang penduduknya sedang dijajah: “Ketika Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia” - Yohanes 19:8.

Perseteruan sengit  antara Sang Mesias dengan pihak Yahudi (saudara sebangsanya sendiri) memang menjadi benang merah menyala-nyala yang membakar kebencian dalam jiwa mereka. Ini bukan perseteruan sengit sebagaimana lazimnya yang dapat dibayangkan manusia, sebab secara keseluruhan lahir atau bersumber dari penghakiman Sang Mesias atas mereka, sebagaimana diperlihatkan pada sebuah episode yang membuat Israel kehilangan hak istimewanya dalam sebuah penghakiman yang sangat mereka pahami:

0 Keselamatan Dari Allah Menurut Sang Mesias:

Oleh: Martin Simamora

Bukan Kesempurnaanku Tetapi Kesempurnaan-Nya Yang Menyelamatkanku & Menuntunku Di Jalan Yang Benar

Yesus Sang Mesias ketika disebut sang Juruselamat yang datang dari Allah tidak dapat sama sekali diletakan atau dibingkaikan sebagai sebuah jalan yang berwujud ketentuan-ketentuan atau instruksi-instruksi oral yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh diri manusia itu sendiri sehingga ia dapat memiliki keselamatan dari Allah itu oleh perjuangan untuk memenuhi ketentuan-ketentuan tersebut. Untuk menjadi diselamatkan atau dilepaskan dari dunia yang dinaungi oleh maut, tidak demikian caranya dari satu-satunya Juruselamat itu. Bahkan bukan sebuah kolaborasi atau korporasi/kerjasama antara Yesus dengan orang-orang yang mau diselamatkan.


Mengapa dikatakan demikian? Hal tunggal saja yang menjelaskannya, yaitu karena mengenai perihal itu ternyata merupakan sebuah perbuatan atau karya yang harus dilakukan pada pihak Allah untuk kepentingan manusia-manusia di dunia manusia sebagai pihak yang berkuasa penuh untuk melakukannya. Ia,Sang Mesias, datang untuk melakukan apa yang dikehendaki Dia yang mengutusnya. Jikapun kita hendak meninjau bahwa keselamatan itu adalah sebuah korporasi yang melibatkan dua pihak yang mana Allah sebagai pemilik kehendak atau pemilik ketetapan dan pada pihak lainnya, manusia sebagai yang harus melakukan apa-apa yang menjadi kehendak dan ketetapan Allah, maka relasi semacam ini atau korporasi semacam ini memang ada bahkan terjadi begitu kokoh, namun pada Allah dan Manusia Yesus Kristus. Ini satu hal yang begitu menonjol dan begitu mudah-seharusnya- kedua mata ini untuk mendapatkan hal tersebut.

Sekarang perhatikan ini: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah” – Yohanes 6:29, maka kita akan berjumpa satu kehendak saja, yaitu yang datang dari  Bapa. Bukan itu saja, dalam apa yang Yesus nyatakan sebagai kehendak Bapa, maka hanya akan dijumpai satu pihak saja yang ditetapkan untuk melakukannya atau pelaksana kehendak, yaitu Yesus Kristus: “Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia- Yohanes 6:38.” Kita melihat, di sini, ada kehendak Allah terkait kehendak-Nya di bumi yang harus diwujudkan, namun dalam hal ini Allah telah menetapkan tak ada manusia yang dapat melakukan kehendak-Nya sehingga pelaksanaan dan penuntasannya memuaskan  Allah, sempurna. Jika tak ada manusia yang mampu melakukannya dalam pandangan Allah, lalu siapakah yang mampu dan pantas dalam pandangan-Nya? 

0 Keselamatan Berdasarkan Hanya Pada Keberimanan Kepada Yesus:

Oleh: Martin Simamora

Satu-Satunya Pekerjaan  Yang Dikehendaki Bapa Dari Manusia
[Refleksi] 

Mengapa Yesus dinyatakan dalam Injil Yohanes dengan pernyataan seperti ini: “Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia–Yoh 1:4?” Apakah yang sesungguhnya terjadi pada manusia-manusia yang menjadi tujuan kedatangannya sehingga Sang Kristus dinyatakan sebagai Sang Pemilik Hidup: “dalam Dia ada hidup?” Apakah semua manusia tak memiliki nyawa atau nafas kehidupan, sampai perlu kedatangan Yesus membawa kehidupan? Siapakah dia hingga bisa membawa kehidupan bagaikan pemilik hidup? Dan memang  hidup pada Yesus yang  sedang dinyatakan di sini adalah hidup yang begitu berbeda dengan apa yang dipahami manusia. Dikatakan:”dan hidup itu adalah terang manusia.” Menyatakan bahwa manusia-manusia di dunia ini, sekalipun hidup namun hidup yang diliputi kegelapan. Manusia secara total dalam kegelapan atau hidup dalam kegelapan. Kehidupan demikian bukanlah kehidupan yang memiliki Allah sama sekali.

Dan memang Injil ini menunjukan sebuah kegelapan total  sedang menguasai dunia dalam ia memasuki dunia ini: “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya”–Yohanes 1:5. Terang manusia, jauh lebih menarik lagi dinyatakan bersinar di dalam kegelapan dan tak dapat ditaklukan oleh kegelapan yang meliputi dunia. Sehingga memang Sang Firman yang adalah Allah (Yoh 1:1-2) saat masuk ke dalam dunia ini mengambil rupa manusia: “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita- Yohanes 1:14,” maka Ia adalah terang manusia yang bersinar di dalam kegelapan . Ia diam di antara kita dan sebagai terang yang masuk ke dalam kegelapan. Pada hakikatnya dengan diamnya Sang Terang Manusia itu di antara manusia maka sedang menunjukan  fakta atau realitas manusia itu: berada dalam penguasaan kegelapan!

0 Menghakimi Keilahian Kuasa Kristus Didalam Pikiran Para Manusia:

Oleh: Martin Simamora

Ketika Penghakiman Mendatangkan Penghakiman Absolut “Siapa Yang Tidak Bersama Aku Melawan Aku”
[Refleksi]

Ketika Yesus datang ke dunia ini sebagai penggenapan apa yang telah dipersiapkan Allah sebelumnya dalam kekekalan, maka kedatangannya  juga mendeklarasikan sebuah hukum bagi bangsa-bangsa, hukum yang absolut mengikat semua manusia dari segala bangsa dan yang secara  absolut  bekerja pada Sang Kristus [“Aku menaruh roh-ku ke atas-Nya” sebuah pengurapan yang berlangsung di surga dengan roh Allah sendiri dalam ia masuk ke dalam dunia ini], sebagaimana telah difirmankan oleh nabi Yesaya yang menuliskan (Matius 12:17) mengenai dia Sang Kristus:


Matius 12:18 Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa.

Hukum yang menjadikan ia sendiri adalah pengharapan bagi banyak bangsa:

Matius 12:21 Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap.

Apakah hukum yang dimaklumkan atau dikumandangkan kepada bangsa-bangsa? Beginilah bunyinya:

Matius 12:20 Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang


Apa yang akan dilakukan oleh sang Kristus terhadap bangsa-bangsa yang berkenan padanya, itulah hukum  yang dimaksudkan dalam Kitab Yesaya itu, bunyinya:”buluh yang patah terkulai [inilah keadaan bangsa-bangsa di dunia ini] tidak akan diputuskan-Nya [inilah kehendak Allah]” “dan “sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya.’

Sekarang saya mau melihat bagaimana kehendak Allah melalui Sang Kristus itu mengalami pewujudannya di dunia ini,  bukan dalam sebuah sambutan hangat tetapi penuh penghakiman yang pada akhirnya mendatangkan penghakiman dari Sang Kristus itu sendiri.

0 Menghakimi Keilahian Kristus Di Dalam Pikiran Para Manusia:

Oleh: Martin Simamora

Bagaimana Bisa Ia  Manusia Sekaligus Penyelamat &  Sumber Keselamatan Tunggal Kekal?

Yesus telah menjadi subyek pembicaraan, perdebatan hingga pertengkaran [misalkan: “Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan." Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu”- Yoh 6:52-53] mengenai siapakah dirinya.  Sementara bagi Yesus, apapun yang dibicarakan, apapun yang diperdebatkan dan dipertengkarkan mengenainya, fakta-fakta demikian tak sama sekali menunjukan ketiadaan apa yang disebut sebagai kebenaran absolut,sebagaimana tersingkap di kebisingan kesimpangsiuran dirinya dalam pikiran-pikiran para manusia:

Yohanes 6:35 Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.

Yohanes 6:38 Sebab Aku telah turun dari sorga

Yesus bukan saja menyatakan kemutlakan dirinya seolah-olah ia adalah salah satu di antara kebenaran-kebenaran yang dapat dijumpai di dunia ini. Keabsolutannya bahkan bukan berdasarkan interpretasi ayat-ayat suci oleh manusia, tetapi interpretasi oleh dan pada dirinya sendiri sebagai sumber kehidupan atau teks-teks suci itu sendiri, seolah [semua manusia] dalam pandangan Yesus tak memiliki kehidupan. Tetapi itu belum puncak tertingginya, karena tak cukup jika ia hanyalah manusia diantara manusia-manusia ini saja, ia menyatakan dirinya dari sorga yang tinggal diantara manusia-manusia: “sebab Aku telah turun dari sorga.”

0 Menghakimi Keilahian Kristus Dalam Tulisan Suci Nabi:

Oleh: Martin Simamora

Ketika Nabi Perjanjian Lama Menunjukan Keilahian Kristus Jauh Lebih Mulia Daripada Yang Dipahami Dunia
 [Refleksi]
Byzantine Mosaic: burning bush

Yesus menyatakan dihadapan publik bahwa dirinya adalah Sang Mesias sebagaimana yang telah dituliskan dalam Kitab-Kitab Suci dan sungguh dinantikan penggenapannya, seperti yang dicatat dalam teks ini:

Yohanes 5:39- Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku

Lukas 24:25-27 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.

pengajaran Yesus pada perihal ini, diteruskan sebagai pengajaran yang teramat fundamental atau mendasar untuk menjelaskan siapakah Yesus Kritus bukan saja ilahi tetapi sebagai Dia yang telah ditetapkan Allah dalam kekekalan untuk menggenapi maksud Allah secara sempurna: “Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankan-Nya dahulu dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, yaitu bahwa Mesias yang diutus-Nya harus menderita- Kisah Para Rasul 3:18; “agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan, dan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus. Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu” Kisah Para Rasul 3:20-21; “Bukankah telah dikatakan Musa: Tuhan Allah akan membangkitkan bagimu seorang nabi dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku: Dengarkanlah dia dalam segala sesuatu yang akan dikatakannya kepadamu”- Kisah Para Rasul 3:22

Siapakah Yesus menjadi bukan saja penting, tetapi memang merupakan misi atau eksistensi dirinya di hadapan Allah [yang akan begitu menggoncangkan kemapanan dunia] dalam memasuki dunia ini. Ia berasal dan kemanusiaannya merupakan kehendak kerajaan sorga untuk menggenapi Allah datang atau turun dari sorga untuk membebaskan manusia yang yang dibawa-Nya kepada [Ibrani 2:10-11; Kisah Para Rasul 5:31; Yohanes 6:28-29,35-37, 38-39, 41-44; Lukas 10:21-22] Sang Kristus sehingga menjadi percaya [hidup di dalam dan bagi Kristus] kepadanya, pada penggenapan waktu yang dikehendaki Allah agar apa yang telah dituliskan oleh para nabi itu berjumpa dengan pewujudannya di atas bumi- atau berakhirnya penantian itu atau tersingkap secara sempurna, apa dan siapakah dia yang akan datang menggenapinya: “mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus.”

0 Menghakimi Keilahian Kristus Dalam Kemanusiaannya:

Oleh: Martin Simamora

Hamba Pilihan Allah Yang roh-Nya Ditempatkan-Nya Diatasnya

(Refleksi berdasarkan firman nabi Yesaya)


Di dalam kemanusiaannya, Kristus menyatakan apa yang bukan hanya tak boleh untuk diucapkan oleh seorang manusia dalam pandangan manusia-manusia, tetapi juga begitu mustahil untuk dikatakan oleh kemanusiaan  lazimnya para manusia.Sebagaimana  terekam dalam episode yang begitu penuh dengan teror dan intimidasi yang datang dari dunia –seorang penguasa dunia:

Lukas 13:31- 33 Pada waktu itu datanglah beberapa orang Farisi dan berkata kepada Yesus: "Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau." Jawab Yesus kepada mereka: "Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai. Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem.


Dialog ini, mengenai Herodes yang berencana untuk membunuhnya, sebuah keinginan seorang penguasa dunia yang akan begitu sukar untuk ditahan oleh siapapun juga, termasuk Yesus sekalipun, demikianlah pandangan para Farisi terhadap Yesus. Berbicara mengenai seorang penguasa dunia yang diberitakan hendak membunuhnya, Yesus menjawab teror dan intimidasi dalam cara pengunjukan diri sebagai seorang penguasa yang kekuasaannya tidak hanya di dunia ini tetapi di dunia lain yang tak terjamah oleh penguasa dunia yang terhebat sekalipun. Yesus berkata: “katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir Setan,” sebuah penggelaran kekuatan dan kekuasaan yang bukan hanya menggentarkan dunia  realitas manusia tetapi juga realitas yang tak terjamah manusia- Yesus berkuasa atas Setan; Yesus berkuasa mengusirnya sementara para Farisi meminta Yesus pergi segera jika ingin selamat. Yesus juga  menyebut si Herodes sebagai si Serigala, menunjukan bahwa ia tak lebih dari seekor binatang yang tak punya kuasa apapun atas dirinya tanpa dikehendaki Tuhan semesta penciptanya.

0 Menghakimi Keilahian Kristus Di Atas Bumi Di Bawah Langit:

Oleh: Martin Simamora

“Jikalau Engkau Anak Allah, Turunlah Dari Salib Itu!”

[Refleksi]
Lukisan Ilustrasi: James Jacques Tissot

Problem terbesar orang-orang Yahudi, tak terselesaikan dengan memastikan kematian Kristus bahkan dalam cara terhina sekalipun. Sebaliknya begitu menggusarkan dan menyusahkan jiwa mereka sekalipun kesengsaraan terkeras telah dapat dieksekusi berdasarkan pengadilan yang dipenuhi dengan muslihat dalam putusan pengadilan atasnya. Ini bukan sekedar kegusaran seperti menantikan sesuatu yang penuh tak kepastian, tetapi kegusaran atas apa yang dikatakan oleh Yesus dalam pernyataan-pernyataan penuh kepastian dan begitu dinantikan oleh dirinya, sementara bagi para pemimpin agama, itu hal yang sungguh menggusarkan dan gila, bahkan untuk sekedar didengarkan. Dan hal itulah yang dihempaskan ke mulut Yesus sementara ia terpaku di atas kayu salib didalam kesekaratan yang tak ada satupun manusia mau menyicipi kesakitan tiada henti tergantung di atas bumi di bawah langit: “selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!- Mat 27:40." Bagi mereka, mustahil Allah membiarkan hal itu  terjadi sebagai sebuah realita. Apakah Allah akan membiarkan Mesias-Nya tewas dalam cara yang begitu menggenaskan, terhina dan bukankah itu bukan kisah yang membanggakan apalagi mendatangkan pemujaan untuk dikisahkan? Kisah suci dari sorga?? Maka jelas “Jika Engkau Anak Allah, Turunlah Dari Salib itu” bukan sekedar oposisional pada seorang manusia yang ke-Kristusan-nya sedang dipertanyakan, namun juga sebuah gugatan pada klaim divinitasnya yang berkata “Aku Anak Allah” sementara ia dipajang di atas kayu salib menjulang ke langit, menantikan sebuah peristiwa yang akan menunjukan sungguhkah dikau Anak Allah dan akankah langit akan menjawab dengan malaikat-malaikat sorgawi yang akan membebaskannya?

0 Bukankah Menurut Taurat, Mesias Harus Hidup Selama-Lamanya? Tetapi Mengapa:

Oleh: Martin Simamora

“Ia Diserahkan Kepada Bangsa-Bangsa Yang Tidak Mengenal Allah Untuk Mati?”
(Refleksi)

Ini adalah perkataan Yesus yang berangkali telah terlampau usang di telinga manusia-manusia  yang mengaku pengikut Sang Kristus, sebab terlampau sering didengar dan mungkin di baca, namun malangnya bisa jadi tetap terkurung di dalam ketaktahuan yang begitu kelam dan pekat, seperti yang pernah dialami oleh murid-murid Sang Kristus:

Lukas 18:34 Akan tetapi mereka sama sekali tidak mengerti semuanya itu; arti perkataan itu tersembunyi bagi mereka dan mereka tidak tahu apa yang dimaksudkan.

Ada 2 vonis yang dipalukan oleh Sang Kristus [tentu saja tak semua orang mengaku Kristen mengakui Yesus adalah Sang Kristus yang datang dari sorga, sebab realitanya ada saja yang menyatakan Yesus bukanlah sebagaimana apa yang dinyatakan olehnya sendiri dan para murid, dan bahkan apapun yang tertulis di dalam apa yang disebut sebagai Alkitab tidaklah menunjukan sama sekali Yesus sekalipun Sang Kristus adalah kebenaran tunggal mengatasi kebenaran-kebenaran dunia], yaitu:

Pertama: Pada dasarnya tak ada bangsa yang mengenal Allah, dan sekalipun para murid adalah murid-muridnya, mengenalnya adalah problem yang tak terpecahkan oleh mereka, bagaimanapun. Sebabnya:“arti perkataan itu tersembunyi bagi mereka,” sehingga bagaimanapun dekatnya dan intensifnya mereka bersama Yesus, tetap sama sekali tidak mengerti


Kedua: Yesus adalah kebenaran dan kekudusan divinitas yang absolut dan satu-satunya sekalipun dunia memiliki beragam kebenaran atau spiritualitasnya sendiri yang dijunjung. Semua itu tak diakuinya sebab dikatakan “Ia akan diserahkan kepada bangsa-bangsa yang tak mengenal Allah.” Apa yang begitu tajam melawan semua dunia adalah: keterkaitan diri Sang Kristus itu begitu keras dan begitu mengatasi apapun juga kebenaran dan spiritualitas dunia ini, sehingga dinyatakan “bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.”

Sehingga memang yang menjadi tantangan bagi orang-orang yang mengaku pengiman Kristus adalah kepenuhan dirinya untuk menerima bukan saja kedivinitasannya tetapi juga kemutlakan kebenarannya yang mendatangkan penghakiman final terhadap semua ragam kebenaran dan spiritualitas yang ada di dunia ini. Ini keras dan akan dapat menyudutkan siapapun yang mengaku Kristen untuk menjadikan dia sebagai Mahkota pikiranmu atau bukan sekedar  Pakaian diri belaka;  dengan kata lain: Yesus tak pernah menjadi Tuan pikiran atau perspektif atau wawasanmu, sehingga anda tak mampu menjadikan dia sebagai satu-satunya standard kebenaran berpikir kala memandang dunia sementara  bertoleransi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara penuh saling menghormati dan menghargai eksistensi kemanusiaannya sebagai tetanggamu hingga sebagai sesama anak bangsa
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9