Oleh: Martin Simamora
Ketika Penghakiman Mendatangkan Penghakiman Absolut “Siapa Yang
Tidak Bersama Aku Melawan Aku”
[Refleksi]
Ketika
Yesus datang ke dunia ini sebagai penggenapan apa yang telah dipersiapkan Allah
sebelumnya dalam kekekalan, maka kedatangannya juga
mendeklarasikan sebuah hukum bagi bangsa-bangsa, hukum yang absolut mengikat
semua manusia dari segala bangsa dan yang secara absolut
bekerja pada Sang Kristus [“Aku menaruh roh-ku ke atas-Nya” sebuah
pengurapan yang berlangsung di surga dengan roh Allah sendiri dalam ia masuk ke
dalam dunia ini], sebagaimana telah difirmankan oleh nabi Yesaya yang
menuliskan (Matius 12:17) mengenai dia Sang Kristus:
▀Matius 12:18 Lihatlah, itu
Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku
akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada
bangsa-bangsa.
Hukum
yang menjadikan ia sendiri adalah pengharapan bagi banyak bangsa:
▀Matius 12:21 Dan
pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap.
Apakah
hukum yang dimaklumkan atau dikumandangkan kepada bangsa-bangsa? Beginilah
bunyinya:
▀Matius 12:20 Buluh yang
patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak
akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang
Apa yang
akan dilakukan oleh sang Kristus terhadap bangsa-bangsa yang berkenan padanya,
itulah hukum yang dimaksudkan dalam
Kitab Yesaya itu, bunyinya:”buluh yang patah terkulai [inilah keadaan
bangsa-bangsa di dunia ini] tidak akan diputuskan-Nya [inilah kehendak Allah]”
“dan “sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya.’
Sekarang
saya mau melihat bagaimana kehendak Allah melalui Sang Kristus itu mengalami
pewujudannya di dunia ini, bukan dalam
sebuah sambutan hangat tetapi penuh penghakiman yang pada akhirnya mendatangkan
penghakiman dari Sang Kristus itu sendiri.
Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku
Oposisional
atau penentangan terhadap Yesus dalam derajat yang bagaimanapun tak pernah
memiliki sebuah ujung yang manis diantara yang pahit, pada kesudahan dunia ini,
kelak. Dan ini bersumber dari siapakah Yesus dan tanggapan manusia terhadapnya.
Baru
saja, pada waktu itu, Yesus meluputkan diri dari sebuah konspirasi yang
terbungkus begitu rapi dan tak dapat dideteksi siapapun manusia selain Yesus.
Konspirasi jahat yang berdarah:
Matius
12:14-15 Lalu keluarlah orang-orang
Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia. Tetapi Yesus mengetahui maksud
mereka lalu menyingkir dari sana.
Konspirasi
yang lahir dari sebuah rejeksi atau penolakan yang begitu keras terhadapnya sementara ia memberikan atau menjawab pengharapan manusia secara otentik atas kelemahan-kelemahan manusia yang
tak ada satupun manusia, bahkan yang tersuci sekalipun, dapat melakukannya:
Matius
12:9-10 Setelah pergi dari sana, Yesus masuk ke rumah ibadat mereka. Di situ
ada seorang yang mati sebelah tangannya.
Matius
12:13 Lalu kata Yesus kepada orang itu:"Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia
mengulurkannya, maka pulihlah tangannya itu, dan menjadi sehat seperti
tangannya yang lain.
Tetapi
ini bukan hanya ketakberdayaan fisik atau jasmaniah saja yang dihadapi oleh
Yesus Sang Kristus, tetapi juga
ketakberdayaan rohani yang begitu mematikan kala Ia menjawab secara
otentik kelemahan-kelemahan manusia yang kepadanya Yesus hampiri dan kepadanya
Yesus menyembuhkan [kata Yesus:“ulurkanlah tanganmu!” Ia mengulurkannya, maka
pulihlah tangannya, dan menjadi sehat seperti tangannya yang lain].
Ketakberdayaan total rohani manusia yang melahirkan sebuah rejeksi atau
penolakan yang begitu terencana, sistematis dan penuh dengan hasrat yang penuh penguasaan diri dalam upaya mereka
menjatuhkan Yesus:
Matius
18:10 "Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat?" Maksud mereka
ialah supaya dapat mempersalahkan Dia
Dan Yesus
menjawab keberatan penuh kelicikan [supaya dapat mempersalahkannya] ini:
Matius
12:11-12 Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Jika seorang dari antara
kamu mempunyai seekor domba dan domba itu terjatuh ke dalam lobang pada hari
Sabat, tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya? Bukankah manusia jauh
lebih berharga dari pada domba? Karena itu boleh berbuat baik pada hari
Sabat."
Jawaban
Yesus bisa dipandang sebagai jawaban berdasarkan pada akal sehat manusia yang
seharusnya dalam meletakan prioritas pada nilai nyawa. Apakah nilai nyawa
seorang manusia lebih rendah daripada nilai nyawa seekor binatang? Inilah yang
mendasari tindakan Yesus berbuat baik pada hari Sabat. Bagi Yesus, hari Sabat
tidak dapat menjadi ukuran boleh atau tidak menyelamatkan nyawa atau jiwa
seorang manusia. Kalaupun kita melihat pada sudut pandang Taurat, mengenai menyelamatkan atau melindungi nyawa
hewan memang ada diatur dalam Taurat, seperti: “Apabila engkau melihat lembu
musuhmu atau keledainya yang sesat, maka segeralah kaukembalikan binatang itu.
Apabila engkau melihat rebah keledai musuhmu karena berat bebannya, maka
janganlah engkau enggan menolongnya. Haruslah engkau rela menolong dia dengan
membongkar muatan keledainya”- Kel 23:4-5, atau “Apabila engkau melihat rebah
keledai musuhmu karena berat bebannya, maka janganlah engkau enggan
menolongnya. Haruslah engkau rela menolong dia dengan membongkar muatan
keledainya. Dan apabila saudaramu itu tidak tinggal dekat denganmu dan engkau
tidak mengenalnya, maka haruslah engkau membawa hewan itu ke dalam rumahmu dan
haruslah itu tinggal padamu, sampai saudaramu itu datang mencarinya; engkau
harus mengembalikannya kepadanya. Demikianlah harus kauperbuat dengan
keledainya, demikianlah kauperbuat dengan pakaiannya, demikianlah kauperbuat
dengan setiap barang yang hilang dari saudaramu dan yang kautemui; tidak boleh
engkau pura-pura tidak tahu. Apabila engkau melihat keledai saudaramu atau
lembunya rebah di jalan, janganlah engkau pura-pura tidak tahu; engkau harus
benar-benar menolong membangunkannya bersama-sama dengan saudaramu itu"-
Ulangan 22:1-4. Perhatikan, bahwa perintah atau hukum ini dalam praktiknya
memang akan mengabaikan hari Sabat,
sebab tak ada satu kondisi yang mengecualikan, sebaliknya menunjukan kesegeraan
bertindak tanpa penundaan seperti: “maka segeralah,” “maka janganlah engkau
enggan,” “haruslah engkau rela- sebuah kerelaan yang wajib-,”haruslah engkau
membawa hewan itu ke dalam rumahmu,” “haruslah itu tinggal padamu, sampai
saudaramu itu dating,” “demikianlah harus kauperbuat, “demikianlah kauperbuat
dengan setiap barang yang hilang dari saudaramu dan yang kautemui,” “tidak
boleh engkau pura-pura tidak tahu.” Jika begitu penuh kasih terhadap binatang,
Taurat mengaturnya, maka masakan nyawa manusia tak lebih bernilai dari nyawa
binatang? Inilah yang menjadi dasar bagi Yesus menyembuhkan dan inilah jawaban Yesus terhadap mereka –orang Farisi-di bait suci yang
mempertanyakannya.
Jawaban
Yesus tak dapat dibantah, tetapi sekaligus memperlihatkan realita manusia yang
bukan hanya tak berdaya terhadap
kelemahan-kelemahan jasmaniahnya tetapi juga kelemahan-kelemahan rohani-jiwa
manusia yang dikuasai maut:
Matius
12:14 Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia
Demi hari
Sabat (yang datang dari Tuhan) mereka membunuh dalam sebuah cara yang lebih
tinggi menakar nyawa binatang? Pada hari Sabat itu, tepat saat mereka mengecam
Yesus untuk ke sekian kalinya (lebih dulu inilah yang terjadi: Matius 12:1:2)
melanggar hari Sabat, mereka bahkan mengikhtiarkan pembunuhan Yesus karena
hari Sabat!
Sebetulnya
sebagaimana Keluaran 23 dan Ulangan 22 yang saya katakan dalam praktiknya tak
akan terhindarkan harus dilakukan juga pada hari Sabat, mengingat hukum
pelaksanaannya bersifat segera, sehingga tak terhindarkan bisa terjadi
pelanggaran demi nyawa harus dilakukan, Yesus pun lebih dulu telah menunjukan
dan menjadi rujukan saya dalam refleksi kali ini: “Tetapi jawab Yesus kepada
mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka
yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana
mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh
mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? Atau tidakkah kamu baca dalam
kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di
dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?”- Matius 12:3-5
Saya
tidak akan membahas perihal “melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun
tidak bersalah,” pada refleksi kali ini. Namun harus dicamkan perkataan Yesus
ini yang menunjukan posisinya dalam menjawab dan dalam menyembuhkan hari Sabat:
“Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah- Matius 12:6.
Tindakan
Yesus memang kerap mendatangkan penghakiman atas dirinya oleh para pemimpin
agama Yahudi kala itu dan bahkan era kini. Pemikiran Allah bagaimana kehendak
Allah itu mengalami pewujudan kerap
bertentangan dengan apa yang ada dibenak manusia bahkan secara diametrikal atau
saling bertubrukan satu sama lain dalam kecepatan tinggi, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Yesus sendiri:
Matius
12:7 Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas
kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak
bersalah.
Bagi
Yesus ketika ia demi hari Sabat melarang para murid yang kelaparan memetik
bulir-bulir gandum, maka itu adalah tindakan menghukum orang yang tidak
bersalah; bagi Yesus ketika ia demi menghormati hari Sabat tidak menyembuhkan
orang yang ingin disembuhkannya maka itu adalah tindakan menghukum orang yang
tidak bersalah. Tidak bersalah dalam makna bahwa baik dirinya dan yang
disembuhkan tidak melakukan kesalahan, sebagaimana halnya dengan para imam di Bait Suci:
“melanggar hukum Sabat tetapi tidak bersalah.”
Manusia
tak berdaya untuk memahami bukan saja keilahian hukum Taurat itu tetapi juga
keilahian Yesus yang menjulang begitu mulia:” Karena Anak Manusia adalah Tuhan
atas hari Sabat- Mat 12:8."
Problem
maut bagi manusia adalah: dapat mengetahui kehendak Allah namun tak pernah
sukses sedikit saja mengenali atau memahami bagaimana kehendak Allah itu
mewujud di dunia ini. Dalam pandangan manusia, senantiasa satu sama lain bertentangan seperti dua
kereta peluru yang datang dari arah berlawanan pada satu jalur dan bertabrakan
dengan begitu dahsyat? Masakan ia mengatakan melanggar hari Sabat dan tidak
bersalah? Dan itu dapat ditemukan pada aspek lainnya, misal:” bagaimana bisa
Yesus berkata seperti ini “Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh
Kudus dan berkata: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi,
karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai,
tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan
kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada
seorangpun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak
dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu- Lukas
10:21-22," bukankah kehendak Allah agar semua manusia diselamatkan dan tak
ada yang dibinasakan: “Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk
menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia”- Yohanes 3:17?
Mengapa pewujudan kehendak Allah itu dinyatakan oleh Yesus: “tidak ada
seorangpun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak
dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu,” dalam operasinya
terlihat menyempit dan tak seluas dalam kehendak-Nya, dalam pemahaman manusia?
Nabi
Yesaya mengatakan bahwa “Yang Diurapi dengan roh Allah” dalam cara Allah
meletakan roh-Nya atasnya itu memang
mendatangi dunia yang dihuni oleh manusia-manusia yang keadaannya tak
lagi berpengharapan sama sekali, selain ia Sang Kritus menghentikannya atau
menyelamatkannya. Tak mungkin mengharapkan ada manusia dapat memahami kehendak
Allah dan sekaligus mengerti bagaimana kehendak Allah itu diwujudkan dalam
Yesus.
Saya tadi
mengatakan bahwa dalam pandangan manusia-manusia, di dalam Yesus atau pada diri
Yesus, kehendak Allah dan pewujudan kehendak Allah itu terlihat begitu
bertubrukan dalam hantaman yang teramat keras dan menggoncangkan manusia.
Begitulah
pewujudan dari kehendak Allah itu dalam pandangan manusia!
Pada
akhirnya, Yesus begitu sukar diterima sebagai yang datang dari Allah, apalagi
ia adalah dia yang dimaksudkan dalam Kitab Yesaya:
▀Matius 12:17-18 supaya
genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: Lihatlah, itu Hamba-Ku yang
Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh
roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa.
Masakan
ia yang berkata: “melanggar Sabat namun tidak bersalah” atau termasuk juga yang
semacam ini: ”hanya yang kepadanya Anak berkenan menyingkapkannya siapakah ia”
adalah ia sebagaimana yang dinyatakan Yesaya sebagai “Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang
kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan
memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa.?”
Tidaklah
mungkin itu adalah pemikiran-pemikiran, kata-kata atau sabda-sabda Yesus dan
perbuatan-perbuatan Yesus datang dari Allah. Tidak mungkin dan pastilah dari
Setan. Bukan Allah yang menaruhkan roh-Nya ke atas-Nya tetapi pastilah Setan
yang menaruhkan rohnya atas dirinya.
Dan
memang penghakiman atas pemikiran Yesus sebagai Tuhan atas Hari Sabat berbuah
sempurna: menentang bahwa ia adalah sang pewujud atas kehendak Allah di atas
dunia ini. Apapun juga perkataan dan perbuatan Yesus harus dicurigai sebagai
perbuatan sang Setan:
▀Matius 12:22 Kemudian
dibawalah kepada Yesus seorang yang kerasukan setan. Orang itu buta dan bisu,
lalu Yesus menyembuhkannya, sehingga si bisu itu berkata-kata dan melihat.
Kontradiksi
yang begitu diametrik atau begitu ekstrim bertentangan dengan apa yang ada didalam benak manusia atau orang-orang
Farisi bagaimanakah seharusnya pewujudan oleh Yesus itu berlangsung, dan itu segera mendatangkan penistaan pada diri Yesus sebagai sama sekali bukan
“Yang diatasnya Allah menaruhkan roh-Nya’ tetapi Setan belaka di atasnya:
▀Matius 12:24 Tetapi ketika
orang Farisi mendengarnya, mereka berkata: "Dengan Beelzebul, penghulu
setan, Ia mengusir setan."
Tak
sembarangan kesimpulan ini dibuat pada Yesus sebab setelah melalui rangkaian
pemeriksaan secara langsung dan berdasarkan jawaban atau penjelasan Yesus
sendiri yang tak selaras dengan pemikiran mereka, bagaimana seharusnya kehendak
Allah itu terwujud atau bagaimana seharusnya rencana Allah di kekekalan itu
dilaksanakan atau diwujudkan Yesus di dunia ini.
Saya
dalam kesempatan refleksi ini tak akan menjelaskan pikiran atau jawaban Yesus
terkait kuasa-Nya itu dari siapakah. Tetapi anda dapat membacanya pada ayat-ayat selanjutnya,
bahwa ia tetaplah “yang Allah sendiri meletakan roh-Nya diatasnya” sebagaimana
diindikasikannya dalam ayat 25-28.
Tetapi
memang begitulah keadaan manusia yang tak berdaya sama sekali terhadap kematian
jiwanya untuk menerima kehendak Allah dan bagaimana itu dilaksanakan oleh dan
dalam Kritus saja. Terhadap rejeksi yang sedemikian maka inilah penghakiman dan
sekaligus penghukuman Yesus yang segera berlangsung atas mereka:
▀Matius 12:30 Siapa tidak
bersama Aku, ia melawan Aku
Pada
dasarnya Setanlah yang berkuasa atas manusia-manusia yang menggugat, menolak
atau tak menggubris Yesus sebagai Sang Pewujud kehendak Allah. Itulah realita
atau penjelasan Yesus, mengapa banyak manusia sekalipun memiliki Kitab Suci dan
mempelajarinya begitu tekun, tetapi pada akhirnya dalam pengajaran dan pengimanannya
sama sekali bertolak belakang dengan Yesus sebagai Pewujud kehendak Bapa-Nya.
Kepada
siapapun orang yang mengaku Kristen tetapi mempertanyakan kuasa penghakiman Yesus atas segala bangsa
dan mempertanyakan pewujudan keselamatan bagi bangsa-bangsa yang semata-mata
berdasarkan ”yang diserahkan Bapa untuk datang kepadanya tak akan hilang” dan
berkata “melanggar Taurat namun tak bersalah”- pada konteks yang sedang
diperdebatkan antara Yesus dan para Farisi, tadi- harus mencamkan dalam benak
untuk direnungkan sebelum menjadi lawan Kristus dalam kekekalan:
▀Matius 12:31-32 Sebab itu
Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat
terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. Apabila seorang mengucapkan sesuatu
menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus,
ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun
tidak.
Yesus
membicarakan dirinya dan Roh Kudus. Roh Kudus yang akan melayani di dunia ini
setelah ia menuntaskan karyanya di salib, bangkit dan naik ke sorga. Yesus
sedang membicarakan pelayanan Roh Kudus yang akan memberitakan dirinya:
▀Yohanes 16:13-14 Tetapi
apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh
kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi
segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan
memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab
Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.
Hari ini
atau era ini tak akan ada yang dapat menghujat Anak Manusia secara
berhadap-hadapan, sebab ia sendiri sudah berada di tempat Yang Mahatinggi. Apa
yang sungguh berbahaya pada hari-hari ini, adalah, hari-hari ini adalah era
pelayanan Roh Kudus hingga Anak Manusia itu datang kembali dalam kemuliaan, dan
apa yang akan dilakukan oleh Roh Kudus di dunia ini: (1)memimpin setiap orang
percaya ke dalam kebenaran yang berdasarkan pada sabda Allah sebagai
satu-satunya sumber kebenaran, dan (2) Ia akan memuliakan Yesus.
Jika anda
[apalagi] orang Kristen atau malah
pendeta mengklaim memiliki Roh Kudus namun menghina satu saja bagian pengajaran
Yesus dan menggantinya dengan pengajaranmu dan membisukan Kristus yang sedang
dimuliakan oleh Roh Kudus, maka awasilah dirimu agar tidak jatuh kedalam
perbuatan yang menentang Roh Kudus. Sebuah tindakan yang tak terampuni bahkan
di dunia yang akan datang pun tidak.
Segala Kemuliaan Hanya Bagi TUHAN
No comments:
Post a Comment