Oleh: Martin Simamora
Ketika
Nabi Perjanjian Lama Menunjukan Keilahian Kristus Jauh Lebih Mulia Daripada Yang Dipahami
Dunia
[Refleksi]
Byzantine Mosaic: burning bush |
Yesus menyatakan
dihadapan publik bahwa dirinya adalah Sang Mesias sebagaimana yang telah dituliskan
dalam Kitab-Kitab Suci dan sungguh dinantikan penggenapannya, seperti
yang dicatat dalam teks ini:
Yohanes
5:39- Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu
menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku
Lukas
24:25-27 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa
lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah
dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk
ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa
yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai
dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.
pengajaran
Yesus pada perihal ini, diteruskan sebagai pengajaran yang teramat fundamental
atau mendasar untuk menjelaskan siapakah Yesus Kritus bukan saja ilahi tetapi
sebagai Dia yang telah ditetapkan Allah dalam kekekalan untuk menggenapi maksud
Allah secara sempurna: “Tetapi dengan
jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankan-Nya dahulu
dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, yaitu
bahwa Mesias yang diutus-Nya harus menderita- Kisah Para
Rasul 3:18; “agar Tuhan mendatangkan
waktu kelegaan, dan mengutus Yesus, yang
dari semula diuntukkan bagimu sebagai
Kristus. Kristus itu harus tinggal di
sorga sampai waktu pemulihan
segala sesuatu, seperti yang
difirmankan Allah dengan
perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di
zaman dahulu” Kisah Para Rasul 3:20-21; “Bukankah telah dikatakan Musa: Tuhan Allah akan membangkitkan bagimu
seorang nabi dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku:
Dengarkanlah dia dalam segala sesuatu
yang akan dikatakannya kepadamu”- Kisah Para Rasul 3:22
Siapakah Yesus
menjadi bukan saja penting, tetapi memang merupakan misi atau eksistensi dirinya di hadapan Allah [yang akan begitu menggoncangkan kemapanan dunia] dalam memasuki dunia ini. Ia berasal dan kemanusiaannya merupakan kehendak kerajaan sorga untuk menggenapi Allah datang atau turun dari sorga untuk membebaskan manusia yang yang dibawa-Nya kepada [Ibrani 2:10-11; Kisah Para Rasul 5:31; Yohanes 6:28-29,35-37, 38-39, 41-44; Lukas 10:21-22] Sang Kristus sehingga menjadi percaya [hidup di dalam dan bagi Kristus] kepadanya, pada penggenapan waktu yang
dikehendaki Allah agar apa yang telah dituliskan oleh para nabi itu berjumpa
dengan pewujudannya di atas bumi- atau berakhirnya penantian itu atau tersingkap secara
sempurna, apa dan siapakah dia yang akan datang menggenapinya: “mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus.”
Yesus bukan sekedar
nabi sebagaimana halnya nabi Musa
sendiri, sebagaimana dikatakannya: “Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara
saudara-saudaramu, sama seperti aku,
akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan”- Ulangan 18:15.
Seorang nabi dari
antara saudara-saudaramu [maksudnya sebangsa dengannya- bangsa pilihan Allah:
Israel]. Ini sebuah kemutlakan karena Musa sendiri adalah pemimpin Israel yang
kekampiunan kepemimpinannya dan pengaruhnya bermula dari rasa persaudaraan
sebangsa yang bergelora kala melihat saudaranya dianiaya dalam ketidakadilan: “Pada waktu itu, ketika Musa telah dewasa,
ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja
paksa mereka; lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya
itu. Ia menoleh ke sana sini dan
ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan
disembunyikannya mayatnya dalam pasir”- Keluaran 2:11-12;
Musa memiliki sebuah keterlibatan yang
bukan saja personal namun bernuansa nasionalisme kebangsaannya sendiri agar
kehidupan saudara-saudara sebangsanya memiliki kehidupan yang bukan saja baik tetapi
memiliki keadilan yang dijunjung tinggi ditengah-tengah penindasan yang sedang
diderita saudara-saudaranya, seperti pada sebuah kasus embriotik yang
menunjukan kepemimpinannya dan pengaruh suaranya dikalangan saudara-saudaranya:
“Ketika keesokan harinya ia keluar lagi,
didapatinya dua orang Ibrani tengah berkelahi. Ia bertanya kepada yang bersalah
itu: "Mengapa engkau pukul temanmu?" Tetapi jawabnya:
"Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami?
Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti engkau telah membunuh orang
Mesir itu?" Musa menjadi takut, sebab pikirnya: "Tentulah perkara itu
telah ketahuan"- Keluaran 2:13-14. Apa yang
hendak saya tunjukan di sini, bahwa Ulangan 18:15 yang sedang membicarakan
seorang nabi masa mendatang itu bukan
saja menunjukan sebuah afiliasi begitu
eksklusif pada genetik Israel yang
begitu mengikat jiwanya sehingga begitu peduli pada kehidupanya, sampai-sampai
memiliki ciri mau membela sebagai sebuah solidaritas yang merisikokan dirinya
untuk mati demi membela saudara-saudaranya. Ulangan 18:15 ketika membicarakan
nabi mendatang itu berasal dari antara
saudara-saudaranya, itu bukan sekedar
bahwa ia harus seorang Yahudi, tetapi bahwa ia memang datang sebagai
saudara-saudaranya dalam makna faktual, bukan
rasisme atau keselamatan berdasarkan ras sama sekali, pada keseluruhan kehendak sorga! Dalam mewujudkan kehendak keselamatan di bumi ini sebagaimana sorga telah menetapkan.
Itulah hal yang
begitu penting, memandang Nabi yang akan datang itu dalam aspek kemanusiaannya-dalam
kehidupannya diantara saudara-saudara sebangsanya. Itu tak hanya berhenti pada
genetik Yahudi dan keterlibatan jiwanya yang begitu penuh hasrat dan kepedulian
yang begitu sensitif, tetapi pengaruh suaranya atas saudara-saudaranya. Dalam
Kitab-Kitab Musa pada bagian yang
menggambarkan kepemimpinan Musa atas saudara-saudaranya maka ada 2 hal yang
mencuat: pertama: bersifat pengakuan yang datang dari saudara-saudara sebangsanya
sebagai pemimpin yang didengarkan suaranya, dan kedua: bersifat pengakuan
yang datang dari Allah atau pengakuan yang divinitas: Keluaran 2:23-25 “Lama sesudah itu matilah raja Mesir. Tetapi
orang Israel masih mengeluh karena perbudakan, dan mereka berseru-seru,
sehingga teriak mereka minta tolong karena perbudakan itu sampai kepada Allah.
Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya
dengan Abraham, Ishak dan Yakub. Maka Allah melihat orang Israel itu, dan Allah
memperhatikan mereka; Keluaran 3:1-12 Adapun Musa, ia biasa
menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika
ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke
gunung Allah, yakni gunung Horeb. Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri
kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan
tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. Musa berkata:
"Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat
itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?" Ketika
dilihat TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari
tengah-tengah semak duri itu kepadanya: "Musa, Musa!" dan ia menjawab:
"Ya, Allah." Lalu Ia berfirman: "Janganlah datang dekat-dekat:
tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu,
adalah tanah yang kudus." Lagi Ia berfirman: "Akulah Allah ayahmu,
Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub." Lalu Musa menutupi mukanya,
sebab ia takut memandang Allah. Dan TUHAN berfirman: "Aku telah
memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah
mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui
penderitaan mereka. Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka
dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu
negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya,
ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan
orang Yebus. Sekarang seruan orang Israel telah sampai kepada-Ku; juga telah
Kulihat, betapa kerasnya orang Mesir menindas mereka. Jadi sekarang, pergilah,
Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar
dari Mesir." Tetapi Musa berkata kepada Allah:
"Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang
Israel keluar dari Mesir?" Lalu firman-Nya:
"Bukankah Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang
mengutus engkau: apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari
Mesir, maka kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini."; Keluaran 4:1-5
Lalu sahut Musa:"Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak
mendengarkan perkataanku, melainkan berkata: TUHAN tidak menampakkan
diri kepadamu?" TUHAN berfirman kepadanya: "Apakah
yang di tanganmu itu?"
Jawab Musa: "Tongkat."
Firman TUHAN:
"Lemparkanlah itu ke tanah." Dan ketika dilemparkannya ke tanah, maka
tongkat itu menjadi ular, sehingga Musa lari meninggalkannya. Tetapi firman
TUHAN kepada Musa: "Ulurkanlah tanganmu dan peganglah ekornya" --Musa
mengulurkan tangannya, ditangkapnya ular itu, lalu menjadi tongkat di tangannya
--"supaya mereka percaya, bahwa TUHAN,
Allah nenek moyang mereka, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub telah
menampakkan diri kepadamu."
Nabi seperti Musa?
Saya akan menunjukan
bahwa tak cukup hanya bahwa ia harus seorang Yahudi dan bahwa ia memiliki belas kasihan yang begitu membara pada
saudara-saudaranya tetapi ia nabi mendatang yang disabdakan Allah pada Musa itu
bahkan seperti Musa itu pada substansinya adalah divinitas kenabiannya, bagaimana ia tampil menjadi seorang nabi agar dapat
dikatakan memang seperti Musa, sebuah fitur begitu tajam dan tak dapat
diduplikasi jika bukan memang ialah yang dimaksudkan oleh Allah yang bersabda
kepada Musa akan nabi di masa mendatang dan menjadi penantian begitu panjang
bagi Israel: nabi yang membebaskan umat Allah.
▀Pengutusan
atau Kenabiannya dilakukan langsung oleh Allah secara personal di kediaman
Allah yang kudus
Nabi Musa pada
dasarnya bukanlah nabi yang menunjukan bahwa ia datang sebagai nabi bagi sebuah
kaum dalam sebuah kejauhan yang begitu tinggi dalam pengutusannya, sebaliknya
ia nabi yang datang kepada sebuah kaum dalam sebuah pengutusan di dalam hadirat
Allah atau di dalam kehadiran Allah yang begitu suci sekalipun di atas tanah
bumi ini:
“Sekali,
ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia
ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. Lalu Malaikat
TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang
keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi
tidak dimakan api. Musa berkata: "Baiklah aku menyimpang ke
sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar
semak duri itu?" Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa
menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri
itu kepadanya: "Musa, Musa!" dan ia menjawab: "Ya, Allah." Lalu
Ia berfirman: "Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat,
di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang
kudus." Lagi Ia berfirman: "Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah
Ishak dan Allah
Yakub." Lalu Musa menutupi
mukanya, sebab ia takut memandang
Allah”
Dimana TUHAN ada-berada
disitulah pengudusan dan kekudusan
bertakhta, kekudusan bagaikan di
sorga, hadir di hadapan Musa sebab kehadiran-Nya yang begitu penuh tanpa sebuah
peredupan yang bagaimanapun dan berbahaya bagi manusia berdosa
untuk berdiri di atas kekudusan Tuhan
tanpa perkenanan dan perilaku yang
mengacu pada kehendak-Nya: ”Janganlah
datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah
tanah yang kudus.” Kenabian Musa adalah kenabian yang terjadi didalam
kemuliaan Allah yang direpresentasikan dalam: “semak duri itu menyala, tetapi
tidak dimakan api” dan “janganlah datang
dekat-dekat:tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, dimana engkau
berdiri itu, adalah tanah yang kudus.”
Di tanah yang kudus [ini bukan disebut kudus karena pernah
terjadi sebuah peristiwa ajaib sehingga diziarahi atau dikunjungi untuk sebuah
tujuan devosi, tetapi karena Allah satu-satunya itu datang dari sorga untuk
hadir di hadapan Musa, didalam kemuliaan-Nya begitu penuh]. Itu sebabnya Musa tak boleh datang
dekat-dekat, coba perhatikan peristiwa Musa berikut ini untuk memahami ini: “Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Juga
hal yang telah kaukatakan ini akan Kulakukan, karena engkau telah mendapat
kasih karunia di hadapan-Ku dan Aku mengenal engkau." Tetapi jawabnya:
"Perlihatkanlah kiranya kemuliaan-Mu kepadaku."
Tetapi firman-Nya: "Aku akan melewatkan segenap kegemilangan-Ku dari
depanmu dan menyerukan nama TUHAN di depanmu: Aku akan memberi kasih karunia
kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang
Kukasihani." Lagi firman-Nya: "Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup”.-
Keluaran 33:17-22].
Apa yang menakjubkan,
di tanah kudus itu atau di kediaman Allah itu, yang hadir bukanlah Allah yang
tak mengenali siapakah yang sedang dikunjunginya dalam kemuliaan penuh-Nya itu.
TUHAN mengenal Musa dan menjalinkan sebuah hubungan personal yang begitu
spesial, ungkapan berikut ini terlampau mulia
bagi manusia untuk dilakukan
TUHAN yang begitu penuh kemuliaan sebab sementara tak ada satupun yang
dapat begitu dekat dan bebas mendekati-Nya dalam kemuliaan-Nya sebagai manusia berdosa, Tuhan bukan sekedar
menunjukan bahwa Ia sayang tetapi memiliki memori yang dipegangnya teguh bagi
keturunannya, inilah kasih karunia yang dimaksudkan dalam Keluaran 33:17-22
yang terungkap begitu mulia sejak perjumpaan di bumi antara Musa dengan TUHAN, dinyatakan-Nya dalam
sebuah kasih-Nya yang begitu mesra dan personal: “Akulah Allah ayahmu.”
Begitu kasih-Nya dan begitu diingatnya baik-baik manusia-manusia berdosa yang
mendapatkan kasih karunia-Nya, bukan saja diperhitungkannya kasih-Nya kepada
keturunan orang yang dikasihi itu tetapi ia mengunjunginya. Omong kosong
mengasihi tanpa mengunjungi sekali saja untuk memperkenalkan diri bahwa “aku mengenal
ayahmu” dan Aku mengingatmu sebagaimana Aku mengingat ayahmu. Jadi, berbicara nabi seperti Musa, haruslah
berbicara mengenai kedatangan Allah dan kasih Allah atau Allah yang mengenalnya secara personal
dan intim.
Kenabian Musa adalah
kenabian yang berprosesi dalam sebuah
kehadiran muka dengan muka: “Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.”
▀Pengutusan
Musa dan Kenabian Musa Bukan kisah pengutusan Musa dan Kenabian Musa itu
sendiri, tetapi Allah dalam kekudusan yang penuh, datang atau masuk ke dalam dunia
ini untuk berjumpa dengan seorang pilihannya untuk memimpin umat kepunyaannya
di bumi dalam kehendak Sang Pengutus seutuhnya:
Ini jauh lebih
mustahil lagi untuk terjadi dalam dunia manusia. Musa dalam pengutusan dan kenabiannya berlangsung dalam pemerintahan kehendak Allah
di dalam kenabian dan pengutusannya yang berlangsung secara tatap muka dan
berlangsung di kediaman Allah di bumi.
Apakah kehendak Allah itu?
Perhatikan hal ini:
Apakah kehendak Allah itu?
Perhatikan hal ini:
“Sebab
itu Aku
telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan
menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas”
Kehendak
Allah, misi Allah, pekerjaan Allah atas bumi ini dengan cara Allah sendiri telah turun atau masuk ke
dalam dunia ini untuk melepaskan mereka. Allah bertindak langsung di
bumi ini melalui pengutusan dan kenabian beserta perbuatan-perbuatan kenabian
Musa. Jadi ketika Musa diutus dalam kenabian yang berlangsung di tempat kudus
TUHAN oleh-Nya secara tatap muka. Apakah Musa yang melepaskan mereka? Tidak!
Allah sendiri.
▀Kenabian
dan pengutusan Musa adalah kehadiran TUHAN yang menyertai dirinya dengan kuasa
yang meneguhkan pengutusannya, bahwa memang
oleh TUHAN , tak pernah Ia meninggalkannya sendirian:
Kenabiannya bukanlah
kenabian tanpa pengunjukan kasih setia
Tuhan pada diri sang nabi Israel itu, sebaliknya kasih setia-Nya sebagai SANG
KUDUS menyertainya begitu dekat untuk kepentingan keotoritasannya sebagai
nabi yang datang dari Allah di tempat yang kudus, sebab siapakah yang
bisa menyaksikan sebuah pengutusan di tempat dan di waktu yang dikhususkan dan
dikuduskan oleh pengudusan yang datang dari DIRINYA sendiri? Tentu tak ada,
sehingga tantangan yang akan dihadapi
oleh Musa bukan perkara ringan, perlawanan dan penentangan, bahkan
pemberontakan akan menjadi warna
pelayanannya. Itu sebabnya kenabiannya yang datang dari Allah yang turun ke
bumi menjumpainya merupakan kenabian yang disertai oleh kehadiran Allah yang
datang ke bumi untuk membebaskan umatnya dari penindasan perbudakan dan
perbelengguan yang tak ada satupun berdaya membebaskannya, selain Allah sendiri
harus turun untuk mengatasi ketakberdayaan total manusia-manusia yang
dibelenggu perbudakan! Sehingga beginilah
sabda Allah yang datang ke dunia ini dalam kemuliaan penuh:
“Bagaimana
jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku,
melainkan berkata: TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu?" TUHAN
berfirman kepadanya: "Apakah yang di tanganmu itu?" Jawab Musa: "Tongkat." Firman
TUHAN: "Lemparkanlah itu ke tanah." Dan ketika dilemparkannya ke tanah,
maka tongkat itu menjadi ular, sehingga Musa lari meninggalkannya. Tetapi
firman TUHAN kepada Musa: "Ulurkanlah tanganmu dan peganglah ekornya"
--Musa mengulurkan tangannya, ditangkapnya ular itu, lalu menjadi tongkat di
tangannya --"supaya mereka
percaya, bahwa TUHAN, Allah nenek moyang mereka, Allah Abraham,
Allah Ishak dan Allah Yakub telah menampakkan diri kepadamu.”
Sehingga memang,
seorang nabi dari antara saudara-saudaramu yang sepertimu, pada dasarnya
menekankan bahwa ia harus:
▬a.datang
dari tempat kudus Allah,
▬b.memiliki
relasi yang begitu intim dengan Allah bahkan sebelum kelahirannya di bumi ini:
“Akulah Allah ayahmu.”
▬c.Allah
menyertai dalam sebuah kefaktualan pelayanan kenabian yang disertai tanda-tanda
yang tak dapat dilakukan nabi-nabi manapun tanpa sebuah pengutusan dari tempat
kudus Allah untuk menunjukan “ Allah
datang atau masuk ke dunia ini dan ia sendiri adalah yang diutus oleh Allah
yang telah masuk ke dalam dunia ini: Lalu sahut Musa: "Bagaimana jika
mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku,
melainkan berkata: TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu?" TUHAN
berfirman kepadanya: "Apakah yang di tanganmu itu?" Jawab Musa: "Tongkat." Firman
TUHAN: "Lemparkanlah itu ke tanah." Dan ketika dilemparkannya ke tanah,
maka tongkat itu menjadi ular, sehingga Musa lari meninggalkannya. Tetapi
firman TUHAN kepada Musa: "Ulurkanlah tanganmu dan peganglah ekornya"
--Musa mengulurkan tangannya, ditangkapnya ular itu, lalu menjadi tongkat di
tangannya --"supaya mereka
percaya, bahwa TUHAN, Allah nenek moyang mereka, Allah Abraham,
Allah Ishak dan Allah Yakub telah menampakkan diri kepadamu”
Yesus sendiri oleh
dirinya sendiri dan oleh para rasulnya
telah menyatakan dan dinyatakan sebagai dialah nabi yang seperti Musa itu dari
saudara-saudaranya- bangsa Yahudi-seperti
yang telah saya kemukakan pada bagian awal refleksi ini . Ia berasal dari
keturunan Abraham [Lukas1:1], Ishak dan Yakub [Lukas1:2].
Sekarang mari memperhatikan Yesus itu sendiri:
▀Yohanes
6:38-39 Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan
kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku Dan inilah kehendak Dia
yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah
diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada
akhir zaman.
Nabi
Yohanes Pembaptis menjadi satu-satunya nabi yang datang dari janji Allah yang
dicatat dalam Kitab Suci yang menunjuk secara tajam pada diri Yesus sebagai
datang dari sorga atau tempat kudus Allah di sorga penuh dengan otoritas dan
kuasa sorga mengatasi bumi [bukan
di bumi seperti pada Musa]:
Yohanes
3:31 “Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal
dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas
semuanya.”
Yesus
sendiri menggenapi apa yang dinyatakan oleh Yohanes Pembaptis:
Yohanes
8:21-23 Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Aku akan pergi dan
kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi,
tidak mungkin kamu datang." Maka kata orang-orang
Yahudi itu: "Apakah Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke
tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?" Lalu Ia berkata kepada
mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku
bukan dari dunia ini.
▀Yohanes
8:24-26 Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu;
sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam
dosamu." Maka kata mereka kepada-Nya: "Siapakah
Engkau?" Jawab Yesus kepada mereka: "Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu? Banyak yang
harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku,
adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada
dunia."
Sama seperti
pada era Musa bahwa mereka yang tak mematuhi perintah atau instruksi Allah melalui
Musa sehingga memberontak akan binasa:
1Korintus
10:1-7 Aku mau, supaya kamu mengetahui,
saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan
awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi pengikut Musa
mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut. Mereka semua makan
makanan rohani yang sama dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab
mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu
ialah Kristus. Tetapi sungguhpun demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang
terbesar dari mereka, karena mereka ditewaskan di padang gurun. Semuanya ini telah terjadi
sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita
menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, an supaya
jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang
dari mereka, seperti ada tertulis: "Maka duduklah bangsa itu untuk makan
dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria."
Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang
dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang. Dan
janganlah kita mencobai Tuhan,
seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati
dipagut ular. Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang
dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.
Perlawanan
terhadap kepemimpinan Musa dan suara kenabiannya melahirkan pemberontakan yang
berujung pada pembinasaan oleh Allah.
Pun demikian pada
Yesus terhadap Israel pada era yang jauh lebih
kontemporer, pemberontakan atau perlawanan terhadap kehendak Yesus mendatangkan
kebinasaan:
Yohanes
8:24 Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu;
sebab jikalau
kamu tidak percaya, bahwa Akulah
Dia, kamu akan mati dalam
dosamu."
Pemberontakan
terhadap Allah melalui penentangan kepemimpinan kenabiannya yang datang dari
tempat kudus di bumi dan penyuaraan
sabda Allah melalui mulutnya mendatangkan kebinasaan. Maka demikian juga pada Yesus
yang datang dari tempat kudus di sorga dan menyatakan kehendak Allah bahwa harus percaya
kepada dia:
Yohanes
6:39-40 Dan inilah
kehendak Dia yang telah mengutus Aku,
yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang
hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku,
yaitu supaya
setiap
orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh
hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman."
Pada poin-poin ini saja, yang saya
hadirkan sebagai bahan perenungan atau
refleksi saja, dapat dilihat bahwa Yesus bukan saja nabi yang sama
seperti Musa dalam pengutusannya yang berlangsung di tempat kudus oleh Allah
yang kudus yang bahkan mengenalnya jauh sebelum kelahirannya di bumi, namun
pada dasarnya lebih besar daripada
Musa itu sendiri, seperti yang diperlihatkan oleh Yesus sendiri pada
relasi yang kasih dalam kekekalan dimana di sanalah keeksisannya ada
bersama-sama dengan kekekalan itu sendiri atau tiada akan pernah ada kekekalan
itu tanpa ia sendiri ada, inilah yang membedakan Allah mengasihi atau memiliki relasi dengan
Musa sebelum ia sendiri ada [ Aku adalah Allah ayahmu], bahwa Allah mengasihi
Musa sejak ia sendiri belum ada pada ayahnya sendiri, sementara itu, pada
Yesus, Allah mengasihi Yesus bahkan saat Ia sendiri belum datang ke dalam dunia
ini menjadi manusia dalam ke-eksis-anya dalam kekekalan sebagai yang kekal itu
sendiri pada dirinya sendiri.
Lihatlah hal-hal ini
untuk direnungkan:
Yohanes
1:1,14 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan
Firman itu adalah Allah…. Firman itu
telah menjadi manusia, dan diam di antara kita
Yohanes
5:19-20 Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa
mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Sebab
Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang
dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya
pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi dari pada pekerjaan-pekerjaan itu,
sehingga kamu menjadi heran.
Yohanes
5:21 Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan
menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang
dikehendaki-Nya.
Nabi
Musa tak berani memadang Allah sekalipun begitu dekat dan begitu dikasihinya,
sementara Yesus melihat Allah tanpa perlu menjadi binasa karena kekudusan
Allah. Nabi musa tak dapat berkata sama
seperti Allah demikian juga Aku.
“Sama seperti Musa,” bukan
menunjukan kesetaraan pada hakikatnya. Tetapi memang menunjukan satu hal saja yang sama itu: bahwa pengutusan baik
Musa dan Yesus berlangsung di tempat
Kudus Allah dan oleh Allah sendiri yang ada di sorga dan mau datang ke dalam dunia. Hanya saja, pengutusan
Yesus berlangsung di tempat kudus di sorga, bukan di tanah bumi sebagaimana nabi
Musa; pengutusan Yesus ke dalam dunia
adalah Yesus yang senantiasa
memandang Allah, sementara Musa takut
memandang kemuliaan Allah yang begitu kudus bagi kemanusiaannya.
Kemanusiaan Yesus adalah kemanusiaan yang dapat berdiri dihadapan
kekudusan Allah tanpa sebuah kebinasaan. Jika Musa berjumpa dengan
Allah yang datang ke dunia ini untuk melaksanakan pekerjaan yang menunjukan
pada perkerjaan yang menunjukan kepada dia yang lebih besar daripada
nabi [pernyataan nabi Yohanes Pembaptis: ”melepaskan
kasutnyapun aku tak layak”- Lukas 3:16] , maka Yesus adalah Allah yang
datang ke dunia ini untuk olehnya sendiri
dalam kuasa Allah yang berdiam dalam-Nya, membebaskan umat-Nya dari perbudakan kehendak dunia [bukan belaka manusia
Israel, tetapi manusia-manusia dunia yang menjadi percaya kepadanya] yang tak berdaya untuk diupayakan sendiri [seperti
pada peristiwa Israel yang dijajah atau diperbudak kehendak Mesir yang tak
mengenal Allah yang datang ke dunia untuk menguduskan yang diperkenannya] oleh manusia-manusia yang ada dalam
perbudakan dunia:
Yohanes
8:34-36 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. Jadi apabila
Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar
merdeka."
Apakah yang harus
dicamkan?
Apa yang harus
dicamkan dalam relasi Musa dengan Yesus, sehubungan dengan nabi yang seperti Musa,
adalah sebagai berikut:
Yohanes
3:3 Sebab Ia dipandang layak mendapat
kemuliaan lebih besar dari pada Musa,
sama seperti ahli bangunan lebih dihormati dari pada rumah yang dibangunnya.
Ibrani
3:5-6 Dan Musa memang setia
dalam segenap rumah Allah sebagai
pelayan untuk memberi kesaksian tentang apa yang akan diberitakan kemudian,
tetapi Kristus setia sebagai Anak
yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya
ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada
kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan.
Musa memberitakan
Yesus,di dalam setiap tindakan dan kepatuhannya untuk melaksanakan panggilan kenabiannya di dalam maksud keselamatan
Allah yang harus berlangsung di dunia ini. Dengan kata lain, Musa memang
menuliskan mengenai diri Yesus sebagai satu-satunya
[Sebagaimana Musa adalah satu-satunya
nabi yang dijumpai Allah di dunia sebagai sebuah tindakan Allah yang datang kedalam
dunia ini untuk membebaskan atau menyelamatkan umat-Nya] jalan keselamatan yang datang dari
Allah untuk dipercayai, diikuti, dipatuhi sehingga membuahkan kehidupan
persekutuan dengan Bapa. Ingatlah, Yesus pernah berkata kepada mereka yang
disebut umat pilihan: “Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab
ia telah menulis tentang Aku”-
Yohanes 5:46.
Maukah anda datang kepada Yesus
sebagaimana yang telah dimaksudkan nabi Musa?
Segala
Kemuliaan Hanya Bagi Tuhan
No comments:
Post a Comment