Oleh: Martin Simamora
“Jikalau Engkau
Anak Allah, Turunlah Dari Salib Itu!”
[Refleksi]
Lukisan Ilustrasi: James Jacques Tissot |
Problem terbesar
orang-orang Yahudi, tak terselesaikan dengan memastikan kematian Kristus bahkan
dalam cara terhina sekalipun. Sebaliknya begitu menggusarkan dan menyusahkan
jiwa mereka sekalipun kesengsaraan terkeras telah dapat dieksekusi berdasarkan
pengadilan yang dipenuhi dengan muslihat dalam putusan pengadilan atasnya. Ini
bukan sekedar kegusaran seperti menantikan sesuatu yang penuh tak kepastian, tetapi
kegusaran atas apa yang dikatakan oleh Yesus dalam pernyataan-pernyataan penuh kepastian dan begitu dinantikan oleh
dirinya, sementara bagi para pemimpin agama, itu hal yang sungguh menggusarkan
dan gila, bahkan untuk sekedar didengarkan. Dan hal itulah yang dihempaskan ke
mulut Yesus sementara ia terpaku di atas kayu salib didalam kesekaratan yang
tak ada satupun manusia mau menyicipi kesakitan tiada henti tergantung di atas bumi di bawah langit: “selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!-
Mat 27:40." Bagi mereka, mustahil Allah membiarkan hal itu terjadi sebagai sebuah realita. Apakah Allah akan membiarkan Mesias-Nya
tewas dalam cara yang begitu menggenaskan, terhina dan bukankah itu bukan kisah
yang membanggakan apalagi mendatangkan pemujaan untuk dikisahkan? Kisah
suci dari sorga?? Maka jelas “Jika Engkau
Anak Allah, Turunlah Dari Salib itu” bukan sekedar oposisional pada seorang
manusia yang ke-Kristusan-nya sedang dipertanyakan, namun juga sebuah gugatan
pada klaim divinitasnya yang berkata “Aku
Anak Allah” sementara ia dipajang di
atas kayu salib menjulang ke langit, menantikan sebuah peristiwa yang akan
menunjukan sungguhkah dikau Anak Allah dan akankah langit akan menjawab
dengan malaikat-malaikat sorgawi yang akan membebaskannya?
Yesus memang pernah
menyatakan dirinya adalah Anak Allah, sementara disaat yang sama,
ia sendiri meninggalkan orang-orang Yahudi dalam sebuah kebimbangan yang paling
mencekam dalam musim dingin sebab mereka tak memiliki kedivinitasan yang begitu diperlukan untuk menerima seorang
anak tukang kayu adalah Anak Allah –
Ia yang datang dan berasal dari sorga?? [“Maka
bersungut-sungutlah orang Yahudi tentang Dia, karena Ia telah mengatakan:
"Akulah roti yang telah turun dari sorga." Kata
mereka: "Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal?
Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?"-Yoh
6:41-42]. Itu bukan musim dingin yang biasa, tetapi musim dingin yang membuat
mereka berada didalam kemencekaman jiwa:
Yohanes
10:22-26 Tidak lama kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Allah di
Yerusalem; ketika itu musim dingin. Dan
Yesus berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo. Maka orang-orang Yahudi
mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: "Berapa lama lagi Engkau
membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias,
katakanlah terus terang kepada kami." Yesus menjawab mereka: "Aku telah mengatakannya kepada kamu,
tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama
Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, tetapi kamu tidak
percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku.
Mereka, bahkan, bukan termasuk bilangan domba-domba
milik-Nya yang jika
terhilang-tersesat akan pasti dicarinya! [“Lalu Ia mengatakan perumpamaan
ini kepada mereka: Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba,
dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan
puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai
ia menemukannya?- Lukas 15:3-4].
Yesus bukan tak mengatakannya, ia
mengatakannya sebagaimana pernyataan sang Kristus: “Aku telah mengatakannya
kepada kamu.” Tetapi problemnya bukan soal apakah Yesus sudah mengatakannya
atau tidak, karena bagaimanapun Yesus sedang menuturkan apa yang tak dapat
didatangi oleh segenap diri manusia, sebab siapakah yang sanggup mendatangi
pikiran atau kehendak Allah semacam ini:
Matius
27:40 mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait
Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu
Sebagaimana
pembuktian yang sedang disodorkannya kala ia secara penuh penghargaan menjawab
apapun yang diperlukan untuk membuktikan bukan saja integeritasnya tetapi
divinitasnya yang hanya bekerja didalam satu-satunya tatanan keselamatan kekal
dari pemerintahan sorga, bahwa ia satu-satunya di dunia ini yang bekerja dalam tatanan itu:
Yohanes
2:18-19 Orang-orang Yahudi menantang
Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami,
bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak
Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan
mendirikannya kembali."
Di
atas bumi di bawah langit, kali ini, itu dilontarkan kembali untuk di saat-saat paling kritikal ia
menunjukan kebenaran “Rombak Bait Allah
ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Ini bukan masalah
linguistik apalagi masalah logika sehingga begitu sukar dimengerti. Mereka mengerti apa yang dimaksudkan Yesus
secara linguitik akan apakah gagasan yang ada di dalam pernyataan
itu,sebagaimana tersingkap dalam respon orang-orang Yahudi: “Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya:"Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau
dapat membangunnya dalam tiga hari?-
Yohanes 2:10." Apa yang tak dapat didekati secara linguistik dan logika
adalah, bagaimana bisa itu harus dialami
seorang Mesias yang seharusnya tak mengalami penderitaan dan kematian yang begitu
hina? Sebab jika bait Allah adalah menunjuk pada tubuhnya, maka sebagaimana
penghancuran bait Allah bukanlah peristiwa yang mendatangkan kewibawaan,
martabat mulia, apalagi pemuliaan, maka pun dengan penghancuran tubuhnya [“Tetapi
yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri- Yoh 2:21]. Tak
dapat dimengerti sama sekali dan mustahil.
Di
atas bumi di bawah langit, para pengolok menantikan
sebuah tindakan korektif yang amat
vital. Bahwa jika ia adalah Mesias apalagi Anak Allah, maka berperilakulah
sebagaimana seharusnya dan jadilah terhormat dan hadirkanlah kemuliaan tergemilang
agar pulih martabat dan kehormatannya di hadapan masyarakat Yahudi. Hal yang
sejak semula dielak oleh Yesus:
Matius
26:53 Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru
kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan
malaikat membantu Aku?
Di dalam dirinya
bekerja secara penuh sebuah tatanan
kehendak pemerintahan Allah pada bagaimana keselamatan dari-Nya harus
berlangsung:
Matius
26:54 Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis
dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?"
Bukan penggenapan
literasi, tetapi penggenapan yang historis didalam ruang dan waktu dunia ini
seturut maksud Allah itu sendiri sejak semula. Siapakah yang sanggup
menghampirinya dan mendekatinya?
Bahkan kala mereka
bukan saja berdiri menyaksikan tetapi berada
tepat di dalam ruang dan waktu “penggenapan yang tertulis dalam Kitab
Suci,” sebaliknya apa yang didemonstrasikan oleh manusia adalah sebuah
keterpisahan yang begitu mustahil untuk dijembatani oleh pihak manusia. Terkait problem ini, Yesus pernah bersabda
demikian:
Matius
13:11-15 Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk
mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa
yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa
yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Itulah
sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun
melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar
dan tidak mengerti. Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi:
Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan
melihat, namun tidak menanggap.
Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan
matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan
mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.
Di
bawah langit di atas bumi, Yesus dihadapan mereka dalam penyajian buah karya kegelapan hati
mereka, sehingga tak mengetahui
apakah sesungguhnya dilakukan oleh Yesus, yang mati-matian mereka tentang
sebagai kebenaran yang divinitas. Bagaimana mungkin Mesias mati dalam
cara demikian, semata menunjukan apapun
yang tertulis di dalam Kitab Suci tak mereka ketahui [“Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya
kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi
kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh
hidup itu - Yoh 5:39-40], bagaikan orang buta sejak lahir sekalipun membaca
bahkan berdialog dengan Sang Kristus, menjadikan apa yang dapat mereka baca menjadi rahasia
yang tak mungkin dipahami, sementara Yesus
sendiri berkata bahwa apa yang sedang terjadi padanya di atas kayu salib itu
sebagaimana telah ditulsikan dalam Kitab-Kitab Suci - di bawah langit di
atas bumi- adalah hal yang dinantikan
oleh para nabi kudus Allah:
Matius
13:17 Sebab Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar,
tetapi tidak mendengarnya.
Yohanes
8:51-59 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia
tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya." Kata orang-orang Yahudi
kepada-Nya: "Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab
Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata:
Barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai
selama-lamanya. Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kita Abraham, yang telah mati!
Nabi-nabipun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?" Jawab
Yesus: "Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu
sedikitpun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa
kamu berkata: Dia adalah Allah kami, padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi
Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah
pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku
mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya. Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan
melihat hari-Ku dan ia
telah melihatnya dan ia bersukacita." Maka kata orang-orang Yahudi itu
kepada-Nya: "Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah
melihat Abraham?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada."
Sejatinya, Yesus
memang begitu diragukan ditengah-tengah pengelu-eluannya. Sejauh Ia selaras dengan kehendak telinga dan mata mereka, maka
pengelu-eluanlah yang dilimpah- ruahkan, namun, manakala Sang Kristus tak
selaras dengan telinga dan mata mereka, maka Yesus tidaklah lebih besar
daripada Abraham, apalagi Sang Mesias yang dinanti-nantikan untuk membebaskan
Israel. Bagaimana bisa membebaskan Israel, jika membebaskan dirinya
saja dari salib tak bisa? Sehingga inilah tantangan terakhir dari mereka bagi Yesus untuk dijawab. Menjawab tantangan orang Yahudi di
Bait Suci:
Yohanes
2:14-16, Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba
dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci
dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar
dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. Kepada
pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini,
jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan."… (18) Orang-orang
Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada
kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" (19) Jawab
Yesus kepada mereka: "Rombak
Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali."
Perilaku Yesus di
Bait Allah, itukah perilaku Anak Allah dan Mesias? Inikah perilaku untuk
seorang yang menyatakan dirinya Anak Allah dan Mesias:” membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci
dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar
dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja
mereka dibalikkan-Nya?” Apakah
otoritas atau wewenang untuk menghancurkan tatanan-tatanan dalam Bait
Allah dalam sebuah cara yang begitu penuh murka dan kekerasan dengan cambuk dari
tali dan penjungkirbalikan meja? Sebuah kebencian yang begitu penuh murka atas apa yang sedang terjadi dalam
pemandangan mata Anak Allah!
Di atas bumi di bawah
langit, Anak Allah sedang menunjukan otoritas yang sedang dipertanyakan oleh
mereka yang berkata kepadanya: “mereka berkata: "Hai Engkau yang mau
merubuhkan Bait Suci dan mau
membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau
Anak Allah, turunlah dari salib itu!- Matius 27:40."
Dibawah langit dan di
atas bumi, para manusia bukan
saja sedang melakukan pemeriksaan divinitas Kristus dalam sebuah cara yang tak
terbayangkan oleh siapapun, meletakannya begitu akrab dengan maut.
Permainan maut sedang dilangsungkan atas diri sang Kristus untuk membuktikan
apakah ia hanya sesumbar akan dirinya begitu Tuhan?? Coba perhatikan hal ini:
Matius
27:41- 43 Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan
tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata: Orang lain Ia selamatkan,
tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia
turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya. Ia menaruh harapan-Nya
pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan
Dia, jikalau Allah berkenan
kepada-Nya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah."
Sejak mula semua
menginginkan Kristus harus mati karena telah begitu menghujat Allah dengan berkata “Aku
adalah Anak Allah”:
Yohanes
10:32-33 Kata Yesus kepada mereka:
"Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan
kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari
Aku?" Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena
suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau
menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja,
menyamakan diri-Mu dengan Allah."… (36) masihkah
kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke
dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak
Allah?
Persidangan Pilatus
begitu penting untuk berjalan dalam kendali dan kehendak mereka agar mereka bisa melakukan
sebuah pengadilan ilahi terhadap
Kristus. Sebuah persidangan yang sebetulnya juga sedang memaksa Allah menjadi
bagian penghakiman mereka sebab berkata: “baiklah
Allah menyelamatkan Dia, jikalau
Allah berkenan kepada-Nya!” Hal yang mustahil terjadi dan tak akan
didengarkan oleh Allah dan dilakukan-Nya dalam cara bagaimanapun termasuk dalam
argumen-argumen “masakan Allah tak menyelamatkannya atau masakan Allah
membiarkan nabi-Nya dinista sedemikian rupa,” karena Sang Kristus telah
bersabda:
Matius
26:53-54 Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia
segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?
Jika
begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis
dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus
terjadi demikian?"
Orang-orang Yahudi menantikan
perkenanan Allah atas Yesus berdasarkan pada apakah Allah akan
membebaskannya dari Salib. Ini
mengingatkan saya akan seorang pendeta terkenal di Jakarta yang berkata bahwa
bukti Yesus berkenan di hadapan Allah jika Ia bangkit dari kematiannya. Terlihat
sebuah keidentikan, bukankah? Hal yang begitu bertentangan dengan apa yang
telah diungkapkan Yesus: “bagaimanakah
akan digenapi yang tertulis dalam Kitab suci, yang mengatakan, bahwa harus
terjadi demikian?” Jika kematiannya adalah sebagaimana yang tertulis di
kitab suci dan harus terjadi demikian, maka kematiannya bukan sama sekali soal
apakah dia berkenan di hadapan Allah atau bukan, sebaliknya itu adalah bukti
bahwa Allah memang berkenan pada Allah.
Epistel Filipi
bertutur mengenai divinitas kematiannya yang menunjukan kesucian Allah:
Filipi
2:8- 10 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia
telah merendahkan diri-Nya dan taat
sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah
sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya
dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas
bumi dan yang ada di bawah bumi,
Kematiannya adalah
sebuah tindakan perendahan dirinya [menunjukan
bahwa ia pada mulanya begitu mulia sebagai milik kepunyaannya sendiri] dan
taat sampai mati [menunjukan bahwa ia
sungguh-sungguh manusia yang sama dengan kita], taat sampai mati di kayu
salib[ menunjukan bahwa kematiannya
adalah sebuah penundukan diri pada kehendak Allah untuk dilakukannya di bumi
ini sebagai manusia yang datang dari dan bekerja untuk menggenapi segenap kehendak
Allah!]. Ini adalah kematian yang begitu mulia. Kematiannya
sendiri adalah sebuah kemuliaan, sebab merupakan penggenapan apa yang telah
dituliskan Kitab-Kitab suci. Sehingga apakah dasar untuk mempertanyakan kematiannya dalam nada-nada penuh
keraguan bagaikan para pemimpin agama Yahudi tadi?
Yesus sendiri setelah
kebangkitannya yang mulia, melakukan penekanan betapa mulianya kematiannya itu sendiri sejak permulaan
dalam kekekalan:
Lukas
24:25-27 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh,
betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para
nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk
masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada
mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari
kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.
Dimanakah terletak
kemuliaan-Nya itu? Harus dimulai dengan penggenapan pada apa yang telah dituliskan
para nabi! Tak ada kaitannya
dengan apakah itu sarana pembuktian bahwa Yesus itu berkenan pada Allah atau
tidak. Hanya orang bodoh yang akan menentang kematian Yesus sebagai hal yang
dikehendaki Allah dan dinyatakan oleh
Yesus adalah hal yang telah dituliskan para nabi!
Lukas
24:44-46 Ia berkata kepada mereka: "Inilah
perkataan-Ku, yang telah
Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni
bahwa harus
digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab
nabi-nabi dan kitab Mazmur." Lalu Ia
membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada
mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari
antara orang mati pada hari yang ketiga,
Yesus adalah
penggenap segenap Taurat dan Kitab Para Nabi [Matius 5:17 Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum
Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan
untuk menggenapinya.] hingga masuk ke dalam kematian yang membelenggu
setiap manusia yang seluhur apapun ia di mata dunia ini. Hanya Yesus yang memiliki keluhuran, kebenaran, kesucian bahkan
di hadapan Sang Maut:
Ibrani
2:9 Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari
pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat,
supaya oleh
kasih karunia Allah Ia mengalami maut
bagi semua manusia.
Ibrani
2:14 Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga
menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya
oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia,
yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut;
Berdasarkan apakah Ia
mengalami maut bagi semua manusia? Berdasarkan kasih karunia! Epistel Ibrani menggemakan
kembali apa yang dikatakan oleh Yesus, bahwa kematiannya adalah apa yang telah dituliskan Allah melalui para
nabi, hal yang harus terjadi berdasarkan kemauan Allah saja tanpa dasar yang
dapat dikerjakan manusia, yang dalam ungkapan lain: “oleh kasih karunia Allah
Ia mengalami maut bagi semua manusia.” Tak ada sama sekali nuansa sebagai proses pembuktian bahwa ia baru dibangkitkan jika terbukti taat atau
lulus ujian yang disematkan Bapa padanya [ingatlah, ini bukan soal bagaimanakah
Yesus berkenan pada Allah sebagai hal yang begitu terisolasi dari perencanaan
Allah dalam kekekalan] seolah ia berbuat dosa seperti manusia; dengan kata
lain: bahkan kematian yang dialami oleh
Yesus itu sendiri adalah kasih karunia Allah sebab kematiannya akan
mendatangkan keselamatan kepada siapa yang menjadi percaya kepadanya:
Yohanes
3:14-15 Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian
juga Anak
Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya beroleh hidup
yang kekal.
Segala Kemuliaan Hanya Bagi Tuhan
No comments:
Post a Comment