Oleh: Martin Simamora
Hamba Pilihan Allah Yang roh-Nya
Ditempatkan-Nya Diatasnya
(Refleksi berdasarkan firman nabi Yesaya)
Di
dalam kemanusiaannya, Kristus menyatakan apa yang bukan hanya tak boleh untuk diucapkan oleh seorang manusia dalam pandangan manusia-manusia, tetapi juga begitu mustahil untuk
dikatakan oleh kemanusiaan lazimnya para
manusia.Sebagaimana terekam dalam
episode yang begitu penuh dengan teror dan intimidasi yang datang dari dunia –seorang
penguasa dunia:
Lukas
13:31- 33 Pada waktu itu datanglah beberapa orang Farisi dan berkata kepada
Yesus: "Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes
hendak membunuh Engkau." Jawab Yesus kepada
mereka: "Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan
orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai. Tetapi
hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah
semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem.
Dialog
ini, mengenai Herodes yang berencana untuk membunuhnya, sebuah keinginan seorang
penguasa dunia yang akan begitu sukar untuk ditahan oleh siapapun juga,
termasuk Yesus sekalipun, demikianlah pandangan para Farisi terhadap Yesus.
Berbicara mengenai seorang penguasa dunia yang diberitakan hendak membunuhnya,
Yesus menjawab teror dan intimidasi dalam cara pengunjukan diri sebagai seorang
penguasa yang kekuasaannya tidak hanya di dunia ini tetapi di dunia lain yang
tak terjamah oleh penguasa dunia yang terhebat sekalipun. Yesus berkata: “katakanlah kepada si serigala itu: Aku
mengusir Setan,” sebuah penggelaran kekuatan dan kekuasaan yang bukan hanya
menggentarkan dunia realitas manusia tetapi
juga realitas yang tak terjamah manusia- Yesus berkuasa atas Setan; Yesus
berkuasa mengusirnya sementara para Farisi meminta Yesus pergi segera jika
ingin selamat. Yesus juga menyebut si
Herodes sebagai si Serigala, menunjukan bahwa ia tak lebih dari seekor binatang
yang tak punya kuasa apapun atas dirinya tanpa dikehendaki Tuhan semesta
penciptanya.
Herodes
si Serigala tak berdaulat atas Yesus Sang Penguasa atas Setan, sebab waktu dan
ruang ada di tangannya. Bahkan soal kehendak membunuh dirinya pun, Yesuslah
yang menentukan saat dan tempatnya: “Tetapi
hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah
semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem.”
Yesus
sendiri memang secara spesifik dan penuh penekanan menunjukan dua
perlintasan peristiwa –yaitu: dirinya dan manusia-manusia dunia - dalam sebuah titik temu yang begitu janggal untuk
ditemui: “waktu-Ku belum
tiba”- tak ada satupun perlintasan yang bisa diciptakan manusia untuk
menentukan kesudahan Yesus yang bagaimanapun. Yesus berada didalam ruang dan
waktu, namun ia sendiri adalah tuan atas ruang dan waktu, sebuah hal yang begitu
janggal untuk dilakukan manusia sebagai sebuah kemampuan menciptakan sejarah
tanpa perlu meruntuhkan berbagai martabat kehendak [bebas] manusia itu sendiri. Kehendak bebas manusia
ternyata bukanlah tuan atas ruang dan waktu dimana berbagai peristiwa terjadi,
tetapi Sang Kristus adalah tuan atas ruang dan waktu, sementara sang kehendak
[bebas] manusia dikurung di dalam ruang
dan waktu demi ke-eksis-annya.
Mari
kita lihat sejumlah peristiwa yang menunjukan dua perlintasan antara Yesus
dengan manusia-manusia dalam ruang dan waktu namun Yesus adalah tuan atas semua
lintas sejarah yang akan datang itu:
Yohanes
7:3-7 Maka kata saudara-saudara Yesus kepada-Nya: "Berangkatlah dari sini
dan pergi ke Yudea, supaya murid-murid-Mu juga melihat perbuatan-perbuatan yang
Engkau lakukan. Sebab tidak seorangpun berbuat sesuatu di tempat tersembunyi,
jika ia mau diakui di muka umum. Jikalau Engkau berbuat hal-hal yang demikian,
tampakkanlah diri-Mu kepada dunia." Sebab saudara-saudara-Nya sendiripun
tidak percaya kepada-Nya. Maka jawab Yesus kepada mereka: "Waktu-Ku
belum tiba, tetapi bagi kamu selalu ada waktu. Dunia
tidak dapat membenci kamu, tetapi ia membenci Aku, sebab Aku
bersaksi tentang dia, bahwa pekerjaan-pekerjaannya
jahat.
Yohanes
7:30 Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang menyentuh
Dia, sebab saat-Nya belum tiba.
Matius
12:14-16 Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh
Dia. Tetapi
Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana. (12-15b)
Banyak orang mengikuti Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya
Siapakah
Yesus itu sehingga ia bisa mengatasi ruang dan waktu di dalam dunia sejarah
manusia? Perhatikan penjelasan Kitab
Suci:
Matius
12: 17-21 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya:
Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih,
yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan;
Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan
berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di
jalan-jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan
diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya,
sampai Ia menjadikan hukum itu
menang.
Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap."
▀Yesaya
42:1-4 Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang,
orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke
atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia
tidak akan
berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di
jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar
nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan
hukum. Ia sendiri
tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan
hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya.
Siapakah
Yesus? Firman Allah yang keluar melalui Yesaya ini begitu sukar untuk diterima
sebagai sebuah kenyataan sebab bukan
saja dinyatakan dalam kemegahan yang
begitu divinitas sampai-sampai bertara pada Allah itu sendiri: “Aku
akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya” tetapi juga pada ketunggalan
dan kedaulatannya bagaikan pemerintahan Allah itu sendiri “Ia
akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa” yang menjadi kunci
tunggal pengharapan bagi bangsa-bangsa dunia ini dengan berharap
padanya saja. Hukum itu adalah: “Buluh yang patah terkulai tidak akan
diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan
dipadamkan-Nya” yang tak lain merupakan
misi keilahian Yesus yang adalah Sang Firman menjadi manusia di
dalam dunia ini. Untuk memberikan pengharapan nyata kepada setiap orang dari
segala bangsa yang pada hakikatnya tanpa
pengharapan sama sekali sebab realita
mereka di hadapan Allah adalah: “buluh
yang patah terkulai” dan “sumbu
yang pudar nyalanya menantikan kematiannya secara pasti.” Dapat
dipahami bahwa Ia adalah terang manusia:” Dalam
Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia”
- Yohanes 1:4, sebab memang demikianlah keadaan semua manusia, benar-benar
tanpa pengharapan dan tak akan ada yang dapat memperbaikinya oleh kekuatan dan
kemuliaan manusia yang tersisa itu. Itu sebuah hukum yang datang dari Allah dan
hanya dapat bekerja dan sukses bilamana
roh Allah sendiri berada pada diri Yesus:“Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya.” Keselamatan adalah pekerjaan
Allah dalam Yesus Kristus. Apakah tujuan perendahan Sang Firman dengan
masuk ke dalam dunia ini, kita baru saja melihatnya; bagaimanakah relasi Yesus dengan Allah
sehingga ia dikatakan ilahi atau memiliki divinitas yang begitu identik dengan
Allah, itu
dinyatakan oleh nabi Yesaya sebagai relasi yang begitu mulia, semulia adanya
Allah itu sendiri: “Aku akan
menaruh roh-Ku ke atas-Nya.” Sehingga ketika Yesus berkata: “Aku dan Bapa
Satu [ Yoh 10:30], maka memang itu sebuah
kesatuan dalam sebuah kesenyawaan yang tanpa cela atau kelemahan seperti pada manusia
yang dapat memberontak melawan kehendak pemerintahan Allah atasnya;
kuncinya adalah Allah memerintah berdasarkan kasih yang besar dan keberdiaman
Allah atas segenap aspek kehidupan manusia. Sehingga dapat dipahami dalam pesona yang begitu harum “kesenyawaan tanpa cela –
kehendaknya [Sang Kristus] sama sekali memerintah
dalam pemerintahan kehendak Allah” dalam ungkapan Yesus semacam ini:
“Makanan-Ku
ialah melakukan kehendak Dia yang
mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya- Yoh 4:34” dan “Sebab
Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk
melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku”- Yoh 6:38. Dengan
demikian tak terelakan “Hamba” dalam
firman nabi Yesaya di sini dan pada seluruh kehadiran Kristus di dunia
bukan pada tempatnya untuk dijadikan indikasi atau petunjuk untuk menginterpretasi hubungan Allah dengan
Yesus dalam nuansa “kontes kebesaran” bahwa Yesus lebih kecil daripada Bapa
atau Anak lebih rendah daripada Bapa pada keilahiannya,bahkan, sebagaimana diajarkan oleh seorang pendeta
terkenal di Jakarta. Bukan itu
isunya dan bukan sama sekali untuk menekankan kerendahan sebagaimana kata “hamba” dipahami
dalam kerendahan yang bersifat kasta. Bagaimana mungkin Allah mau
meletakan roh-Nya pada seorang hamba yang hina dina sejak semula ,kecuali
ia pada dasarnya memiliki kemuliaan yang semulia Allah[ sebagaimana ditunjukan pada Ibrani 2:16-18 dan “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama,
menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang
walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu
sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan
diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang
hamba, dan menjadi sama dengan manusia- Fil 2:5-7] sehingga tidak binasa dalam kemuliaan roh
Allah? Siapakah manusia yang berdosa dan dapat bertahan senantiasa
dalam “aku menaruh roh-Ku atas-Nya,” begitu personal dan begitu istimewa dan
begitu satu-satunya, bukankah demikian?
Coba
bandingkanlah Yesus dengan kemuliaan Musa yang digambarkan dalam Kitab Musa:
Keluaran:
▀Keluaran
33:17-23 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Juga hal yang telah kaukatakan
ini akan Kulakukan, karena engkau telah mendapat kasih karunia di hadapan-Ku
dan Aku mengenal engkau." Tetapi jawabnya: "Perlihatkanlah kiranya
kemuliaan-Mu kepadaku."Tetapi firman-Nya: "Aku akan melewatkan
segenap kegemilangan-Ku dari depanmu dan menyerukan nama TUHAN di depanmu: Aku
akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan
mengasihani siapa yang Kukasihani." Lagi firman-Nya: "Engkau tidak
tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat
hidup." Berfirmanlah TUHAN: "Ada suatu tempat
dekat-Ku, di mana engkau dapat berdiri di atas gunung batu; apabila
kemuliaan-Ku lewat, maka Aku akan menempatkan engkau dalam lekuk gunung itu dan
Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku berjalan lewat. Kemudian
Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat belakang-Ku, tetapi wajah-Ku
tidak akan kelihatan."
Kemuliaan
seorang Musa tak dapat meluputkan dia dari kebinasaan dihadapan kemuliaan Allah
yang seutuhnya. Sementara Yesus adalah Hamba yang dikatakan oleh nabi Yesaya: “Allah
meletakan roh-Nya di atas-Nya.” Renungkanlah pernyataan Yesus ini:” Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa,
tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku-
Yoh 5:46 dan “Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala
sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang
kudus di zaman dahulu. Bukankah telah dikatakan
Musa: Tuhan Allah akan membangkitkan bagimu seorang nabi dari antara
saudara-saudaramu, sama seperti aku:
Dengarkanlah dia dalam segala sesuatu yang akan dikatakannya kepadamu. Dan akan
terjadi, bahwa semua orang yang tidak mendengarkan nabi itu, akan dibasmi dari
umat kita. Dan semua nabi yang pernah berbicara, mulai dari Samuel, dan sesudah
dia, telah bernubuat tentang zaman ini” - Kisah Para Rasul 3:21-24.
Yohanes
7:3-7 pada dasarnya sedang menunjukan “Hamba
yang roh Allah ada di atasnya” dalam perlintasan yang berlangsung dalam
ruang dan waktu di dunia ini yang membenci Yesus; Yesus bersaksi mengenai dunia ini bahwa pekerjaan-pekerjaannya jahat [bahwa inilah yang dihasilkan oleh segenap ras manusia yang sumbunya dalam
kepastian padam]. Namun bagaimana dunia dapat mengeksekusi
pekerjaan-pekerjaan jahat itu pada diri “hamba”
tersebut, sangat ditentukan oleh penentuan waktu yang bekerja pada diri Yesus [
hal ini tak perlu menjadi sebuah perdebatan pada bagaimana bisa manusia begitu
ilahi sehingga berotoritas atas ruang dan waktu, sebab nabi Yesaya sudah menjelaskan
bahwa “roh Allah ada di atas-Nya.” Sehingga inilah yang menyeruak begitu tajam
dari Yesus kepada salah satu penguasa
kosmos itu, si Herodes yang disebutnya
si Serigala, inilah menyeruak tajam itu: “Aku
mengusir
setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang
ketiga Aku akan selesai. Tetapi hari ini dan besok
dan lusa Aku
harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau
tidak di Yerusalem.”
Apa
yang mencuat pada diri Yesus adalah penentuan waktu dan tempat
yang bukan berdasarkan maksud
atau rancangan manusia yang bahkan memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk
melaksanakannya, tetapi berdasarkan
maksud Allah “yang roh-Nya ada di atasnya” [ini menunjukan bahwa Bapa tak
pernah jauh atau berada di luar diri Yesus sebagai satu-satunya pelaksana
kehendak Bapa, ini sebuah kedekatan yang tak dapat dipisahkan bagaimanapun juga
dalam sebuah relasi yang berkemuliaan sama pada keduanya walau tak dapat
dilihat manusia: “Dan Ia, yang telah
mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri” - Yoh
8:29]. Terhadap berita maut itu, yang
belum waktunya dirinya untuk di bunuh pada tempat yang telah di tetapkan, yaitu
Yerusalem, maka Yesus berkata: “Aku
harus meneruskan perjalanan-Ku” dengan sebuah indikasi kuat pada
kesudahannya: “pada hari yang ketiga Aku akan selesai,” bahwa keberakhiran ada
di dalam tangannya sebagai sebuah kepastian yang memerintah ruang dan waktu:
▀a.
kematiannya harus terjadi di Yerusalem,
▀b.
waktunya: bukan saat itu, dan
▀c.
kematiannya mengerjakan sesuatu yang harus diselesaikan atau dikerjakan (Ibrani
2:14) dalam kurun waktu 3 hari: ”pada hari yang ketiga Aku akan selesai,” sehingga
nubuat Yesaya itu terkait “hamba’
tersebut digenapi dalam peristiwa kematian dan kebangkitan di Yerusalem.
Dan
ini sebuah kemustahilan bagi manusia untuk berkuasa sedemikian kuat, utuh dalam
makna kedaulatan yang menaklukan
kedaulatan bukan saja seorang Herodes, tetapi juga waktu [“belum
saatnya”, “pada hari yang ketiga Aku akan selesai”] dan ruang [di bunuh di Yerusalem]?
Siapakah dia yang sampai-sampai berkata “ tidaklah semestinya seorang nabi
dibunuh kalau tidak di Yerusalem,” dan “pada hari yang ketiga Aku akan selesai?”
Siapakah dia? Orang gilakah?
Dan
kita telah melihat pada refleksi sebelumnya, bahkan Herodes sendiri pada
akhirnya terlibat dalam pembunuhan Yesus di Yerusalem, sebagaimana yang telah
ditetapkan oleh Yesus sendiri harus terjadi demikian.
Dalam
kemanusiaannya, Kristus menyatakan apa yang bukan sekedar tak boleh diucapkan
seorang manusia,tetapi mustahil dimiliki seorang manusia fana:
Yohanes
7:25-29 Beberapa orang Yerusalem
berkata: "Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh? Dan lihatlah, Ia
berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah
pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? Tetapi
tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang,
tidak ada seorangpun yang tahu dari mana asal-Nya." Waktu Yesus
mengajar di Bait Allah, Ia berseru: "Memang Aku kamu
kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun
Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang
benar yang tidak kamu kenal.
Aku
kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku."
Beberapa
orang di Yerusalem berupaya mengidentifikasi seseorang yang begitu menakjubkan
sebab: “Ia berbicara dengan leluasa dan
mereka tidak mengatakan apa-apa kepadanya,” sementara mengetahui pasti
inilah orang yang dikehendaki kematiannya. Sementara beberapa orang itu
sungguh-sungguh mengenal siapakah orang itu, bahwa ia tak lain tak bukan: “Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal?-
Yoh 6:42,” tetapi jika menimbang bagaimana dan apa yang dibicarakannya, takkah
kemungkinan besar ia adalah Sang Kristus/Sang Mesias? Dan, jika Ia adalah
Mesias, siapakah yang tahu darimanakah ia berasal? Dan memang keberasalan Yesus
akan senantiasa menjadi jurang masalah yang begitu besar bagi orang-orang Yahudi:
Yohanes
7:41 Yang
lain berkata: "Ia ini Mesias." Tetapi yang lain lagi berkata:
"Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea!
Di
kalangan orang Yahudi ada yang meyakini
bahwa Ialah Mesias itu, namun yang lain lagi menentangnya karena bagi
mereka: mustahil Mesias datang dari Galilea! Berdasarkan pemeriksaan kitab suci
[ Yohanes 5:39-40] menurut
pengertian mereka:
Yohanes
7:42 Karena Kitab Suci
mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari
kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal."
Mesias
harus berkampung kelahiran di Betlehem. Ini adalah argumen yang berlandas di Mikha 5:2 ” Tetapi
engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari
padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang
permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.”
[Matius 2:3-6 “Ketika raja Herodes
mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. Maka dikumpulkannya
semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan
dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya:"Di
Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah
ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau
sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda,
karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan
umat-Ku Israel."]. Satu hal
teramat penting yang harus menjadi titik
gravitasi dalam memandang keberatan orang Yahudi yang lebih
mengenali Yesus dari Galilea – bukan dari Bethlehem sehingga dinilai tak
memenuhi syarat seorang Mesias yang sedang ditunggu- yaitu, yakni: sudah
sejak teramat dini penguasa dunia ini pun berusaha mengidenfikasi kedatangan
seorang anak yang ditunjukan dalam nubuatan Perjanjian Lama. Dengan
kata lain, sejak teramat dini, ia sudah
dalam pemeriksaan yang sangat cermat
oleh penguasa dunia saat itu: Herodes [dalam hal ini adalah Herodes Magnus
(lat) atau Herodes The Great atau Herodes Agung – “Encyclopedia Britanica”) sang Tiran yang
menggelar eksekusi atas anak-anak seusia Yesus [Matius 2:13-16],
dengan maksud menghancurkan pewujudan nubuat Mikha melalui upaya membunuh Yesus. Injil sendiri secara eksplisit menunjukan
bahwa Yesus lahir di
Bethlehem: “Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah
Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke
Yerusalem- Matius 2:1; Demikian juga
Yusuf pergi dari kota Nazaret
di Galilea ke Yudea, ke kota
Daud yang bernama Betlehem, --karena
ia berasal dari keluarga dan keturunan
Daud-- supaya didaftarkan bersama-sama
dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung. Ketika mereka di situ
tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan
ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung-
Lukas 2:4-7a. Sehingga berdasarkan peristiwa sensus (Lukas 2:1-3) era itu oleh
pemerintahan saat itu, bahkan dapat dipastikan Yesus memang berasal dari
Bethlehem.
Sementara
beberapa orang di Yerusalem tak dapat
memastikan keberasalan Yesus secara pasti dalam geografi dunia, Yesus secara
mengejutkan tak mau terlibat dalam persengketaan asal-usul tanah kelahirannya. “Hamba”
yang
dinubuatkan Yesaya ini, alih-alih menjernihkannya, malah meninggalkan
mereka dalam ketakjelasan asal-usul dunianya, ia menunjukan keberasalannya yang
tak sama sekali ada di dunia ini:
Yohanes
7:33-36Maka kata Yesus: "Tinggal sedikit waktu saja Aku ada bersama kamu
dan sesudah itu Aku akan pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku. Kamu
akan mencari Aku, tetapi tidak akan bertemu dengan Aku, sebab kamu tidak dapat datang ke tempat di mana Aku berada."
Orang-orang
Yahudi itu berkata seorang kepada yang lain: "Ke
manakah Ia akan pergi, sehingga kita tidak dapat bertemu dengan Dia?
Adakah maksud-Nya untuk pergi kepada mereka yang tinggal di perantauan, di
antara orang Yunani, untuk mengajar orang Yunani? Apakah maksud perkataan yang
diucapkan-Nya ini: Kamu akan mencari Aku, tetapi kamu tidak akan bertemu dengan
Aku, dan: Kamu tidak dapat datang ke tempat di mana Aku berada?"
Ini
bukan
hendak menunjukan Yesus sedang mengabaikan asal-usul kelahirannya.
Bukan demikian, tetapi memang ia datang ke dunia ini bukan untuk kebesarannya
yang bernilai kemuliaan-kemuliaan di dunia ini, sementara firman oleh para nabi bekerja dalam peristiwa kedatangannya dari sorga
dalam rupa seorang hamba yang memang benar-benar mengalami persalinan di
sebuah tempat yang sudah lebih dulu ditentukan oleh Allah melalui nabi Mikha:
Lukas
2:4-7 Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di
Galilea ke Yudea, ke kota
Daud yang bernama Betlehem, --karena ia berasal dari keluarga
dan keturunan Daud-- supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya,
yang sedang mengandung. Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki,
anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan
dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah
penginapan.
Siapakah
Pengutusnya dan dimanakah pengutusannya itu berlangsung?Inilah yang terpenting
harus dinyatakan sebagaimana kehendak Bapanya: “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa
mereka mengenal Engkau, satu-satunya
Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. Sebab
segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka
dan mereka telah menerimanya. Mereka
tahu benar-benar, bahwa Aku
datang dari pada-Mu, dan mereka
percaya, bahwa Engkaulah yang
telah mengutus Aku” - Yohanes 17:3-8.
Sama
sekali bukan atribut-atributnya atau kemuliaan-kemuliaan lahiriahnya di dunia
ini yang hendak disabdakan kepada dunia ini dalam” Ia menjadi hamba dimana
Roh Allah ada atau berdiam di atasnya” apalagi menjadikan kegeografisannya
sebagai sabda keselamatan. Keselamatan datang dari Allah, bukan dari apapun dan
bagaimanapun di dunia ini, tetapi ada pada Siapakah keselamatan itu dan
Dimanakah Pengutusannya berlangsung: “Aku akan pergi kepada Dia yang telah
mengutus Aku.” Kesukaran tak sampai di situ saja tetapi kian membesar
untuk diupayakan oleh manusia itu sendiri, karena Yesus pernah berkata bahwa
Sang Pengutusnya sama sekali tak dapat dikenali:
Yohanes
5:37 Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku.
Kamu tidak
pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat,
Penghakiman
atas keilahian Yesus telah berpuncak di salib sebagai sebuah akumulasi keadaan
manusia-manusia dunia yang pada hakikatnya adalah “buluh yang patah terkulai”
dan “sumbu yang pudar nyalanya,” sebuah keadaan dalam bayang-bayang maut tanpa
dapat melepaskan dirinya sendiri, sebagaimana
telah dinyatakan oleh nabi Yesaya sendiri dan telah digenapi Yesus dalam
peristiwa penghinaan, penyiksaan,
kematian dan kebangkitannya sebagai hasil yang dilakukan oleh “Hamba yang roh
Allah ada di atas-Nya” untuk memberikan pengharapan kepada siapa yang menjadi
percaya kepadanya.
Segala Kemuliaan Hanya Bagi
Tuhan
No comments:
Post a Comment