F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

Showing posts with label Tujuan Kematian Kristus. Show all posts
Showing posts with label Tujuan Kematian Kristus. Show all posts

0 Jumat Agung: Memandang Kematian yang Terpampang Begitu Vulgar



Himne-Himne Sinisme Kala Memandang Kematian: “Mengapa Harus Mati Jika Ada Pilihan Untuk Hidup?”
Oleh : Blogger Martin Simamora

A. Kematian Bukan  Hal yang Disimpan Di Lemari Kecil Berdebu
Apalagi untuk menjadi sebuah tujuan! Namun sebetulnya kematian adalah natur umat manusia entah bagaimana kematian itu menghampirinya. Hari ini orang Kristen atau para pengikut Kristus mengenang kematian Mesias yaitu Yesus. Kematian Sang Kristus adalah integral dan substansial bagi iman Kristen sebab bersama-sama dengan kebangkitannya, kematiannya adalah sebuah pondasi yang tegak berdiri pada kedalaman alam kubur/pemerintahan maut yang menjulang tinggi melampaui kehidupan fana bumi pada satu persekutuan kekal dengan Bapa dalam kematian dan kebangkitan Sang Logos yang telah menjadi daging untuk mengerjakan pekerjaan Allah dalam alam maut. Inilah kompas tunggal dalam pengenangan kematian Sang Mesias tersebut. Tetapi perlu kita camkan bahwa kematian tetaplah sebuah hal yang begitu kelam, gelap, dan membutakan jiwa sebab siapapun tak akan mampu melihat hingga menembus dunia kematian untuk sekedar memandang dari kejauhan apa yang sedang terjadi di alam sana.

Kematian, karena itu, oleh manusia akan disimpan oleh semua individu dalam sebuah kamar terkecil, paling sudut dan paling berdebu oleh sebab tak didambakan. Air mata kesedihan dan kedukaan adalah hal yang paling melukai kebahagiaan dan karena itu sanggup meruntuhkan sukacita jiwa dalam sekejap. Tetapi hari-hari saat ini tidak lagi demikian. Kematian bukan lagi bayang-bayang samar, tetapi kini dapat dilihat oleh seluruh dunia sekaligus secara masif dihindari dalam sejumlah protokol bernama: social distancing dengan sejumlah derivatif atau turunannya. Dalam ukuran tertentu terlihat membantu, namun kala kematian via Covid-19 semakin brutal  untuk menandai hampir seluruh penduduk suatu negara maka Lockdown atau kini ada nama lain untuk itu yaitu: Circuit Breaker sebagaimana pemerintah Singapura memberlakukannya  pada hari ini pun terpaksa dilakukan. Tak pernah diantara kita untuk bertatapan muka secara langsung dengan maut dalam sebuah kegentaran yang rasional (bukan dalam ketakutan irasional) sehingga sudah menjadi mode prokotokol untuk mempertahankan jiwa untuk menggunakan: masker, mencuci tangan, menjaga jarak minimal 1 meter, menjaga jarak 10-20 meter kala jogging, isolasi mandiri kala gejala berindikasi Covid-19 di rumah, dan seterusnya. Tak pernah sebelumnya dalam generasi saya dan anda, namun suka tak suka kita dipaksa untuk belajar secara rasional menghadapinya. Maut dengan demikian tidak lagi berada dalam kamar terkecil, paling sudut dan paling berdebu namun dia adalah prime talk dan prime basis of our conduct of life, bahwa kematian yang mengitari bola bumi via Covid-19 telah melahirkan begitu banyak budaya dan mekanisme pertahanan untuk sebisa mungkin maut tidak begitu mudah menyantap jiwa-jiwa manusia.

0 Pengharapan Dunia Dalam Maut yang Mengamuk Di Siang & Malam Hari



Sekalipun Aku Berjalan Dalam Lembah Maut: Kristus Telah Menaklukan Maut dan Memberikan Hidup Kepada Domba-domba-Nya


Oleh: Blogger Martin Simamora

A.Kematian Dalam Angka-Angka: Bukan Sekedar Angka Tetapi Problem Maut Yang Belum Dapat Diselesaikan Manusia
Kemanusiaan umat manusia, saat ini,  dapat dikatakan mengalami momentum yang jarang untuk mengalami sebuah situasi dalam dekapan maut yang begitu nyata sebagai sebuah pengalaman yang berlangsung secara bersamaan dan bersifat global. Negara maju dan berkembang menjadi tak ada bedanya sama sekali jika maut mendekap dunia dengan tangan-tangannya yang menebarkan kematian yang tak dikenali oleh kemajuan peradaban dan teknologi kedokteran. Akibatnya adalah parade kematian dalam angka-angka yang bisa seperti ini:


Tetapi ini bukan sekedar angka kematian tetapi ini adalah problem yang mengepung umat manusia hingga kadang menyudutkannya pada sudut-sudut yang amat tajam sehingga pilihan-pilihan yang sangat sukar dan memiliki problematik moralpun telah menjadi jalan keluar terbaik pada akhirnya! Siapakah yang harus diselamatkan dan siapakah yang harus dibiarkan mati.
 
PILIHAN MUSTAHIL YANG HARUS DIPILIH

Tantangan kehidupan di dunia ini, karena itu, harus dikatakan tak selalu soal  ekonomi, politik, perang dan perdamaian, kesehatan global dan seterusnya. Mengapa demikian? Karena kala struktur dan organik global dunia tak sanggup menanggulangi problem apapun yang menebarkan ancaman dan maut pada siang dan malam tanpa jeda, berskala global, maka ukuran ancaman dan resiko bersifat maut tersebut tak bisa dihadapi secara langsung oleh kemajuan  ilmu pengetahuan dan teknologi umat manusia. Karena itulah, kita dapat menemukan keputusan yang menunjukan ketakberdayaan tersebut sebagaimana yang dikeluarkan oleh panduan medis  yang diterbitkan oleh Italian College of Anesthesia, Analgesia, Resuscitation and Intensive Care yang memandu dunia medis untuk menentukan siapakah yang seharusnya diselamatkan dan siapakah yang harus dibiarkan mati:

0 "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!"

Oleh: Martin Simamora


Pada Kayu Salib Ia Telah Selesai Menggenapi Segala Sesuatu Yang Dikehendaki Bapa Untuk Dibawanya Masuk Kedalam Kematiannya

1.Penyaliban Kristus
Jika anda berpikir bahwa jikalau Yesus adalah Anak Allah dapat mati adalah sebuah kejanggalan, sebab kok kalau ia  adalah Tuhan bisa mati? Maka judul yang merupakan potret sebuah peristiwa adalah sebuah kejanggalan yang mustahil untuk diterima. Sehingga ketika peristiwa ini terjadi:

Lukas 23:33 Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya.

Semakin mengokohkan rejeksi atau penolakan kebanyakan orang Yahudi terhadap kemesiasan Yesus.

Perihal ini dalam derajat tertentu sudah dibicarakan secara terus terang sebelum peristiwa kelabu ini terjadi. Tentu setiap pembaca injil yang setia  tidak akan melupakan percakapan dan tanggapan yang menunjukan bahwa jika mesias pada misinya adalah mati di kayu salib jelas bukan mesias sebagaimana yang dapat dipahami oleh para penganut agama yahudi. Perhatikan hal berikut ini:

Yesus membuka sebuah tabir yang menunjukan apakah yang menjadi tujuan atau misi kemesiasannya di bumi ini. Ia membicarakan sebuah kematian, sebuah topik yang  gelap dan kesudahan yang kental dengan kedukaan, kekalahan dan ketiadaan pengharapan. Tetapi tabir yang disingkapkan oleh Sang Kristus bukanlah kematian yang selama ini memperbudak jiwa manusia sedemikian suramnya, sebaliknya dalam kematian itu sendiri, ia tak hanya menaklukannya tetapi dari jantung dunia kematian itu sendiri, Ia pada dirinya sendiri memberikan hidup kepada siapa Ia mau memberikan sehingga manusia-manusia tersebut lepas dari perbudakan dan lepas dari persekutuan kegelapan untuk memiliki persekutuan dengan kehidupan sang Kristus yang menaklukan sang kematian dalam kematiannya. Mari kita memperhatikan ekspresi atau ungkapan  Yesus berikut ini:

Yohanes 12:23-24Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.

Sejak semula, Yesus sendiri telah mengindikasikan bahwa memang tujuannya adalah kematian. Tetapi yang seperti apakah akan menjelaskan apakah ia sedang membicarakan sebuah fatalisme atau semacam bunuh diri atau kekalahan yang tragis, atau kematian yang bersifat martir  sebagaimana banyak yang disangka atau diduga orang. Apakah hanya setinggi itu nilainya? Atau setinggi-tingginya, kematiannya adalah bukti tertinggi perjuangan Anak Manusia untuk setia dan taat pada kehendak Bapa dengan mematikan ke-aku-annya di kayu salib itu sejak ia nyaris saja gagal disalibkan di Getsemani—karena ia dikira sedang menunjukan kebimbangan yang nyaris membuatnya tergelincir dalam pergumulan hebatnya dalam 3 sesi doa? Demikiankah? Yesus berkata begini: “Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” Ini adalah siapakah Yesus pada hakekatnya sebagai manusia yang dapat mati, bahwa Ia adalah seperti halnya biji gandum, sebuah benih tanaman yang merupakan bahan baku  untuk menghasilkan makanan pokok. Ia adalah pokok kehidupan bagi banyak orang, namun untuk menjadi demikian maka tidaklah berguna jika Ia tetap adalah biji gandum tersebut, dengan kata lain adalah benar bahwa Yesus adalah utusan Allah yang didalam dirinya terdapat hidup  yang dapat memberikan hidup kekal, sebagaimana ia katakana kepada seorang perempuan di perigi/sumur:

Yohanes 4:13-14 Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."

Dan ini adalah siapakah Yesus dengan segenap kuasanya: memberikan hidup yang kekal dalam ia adalah mesias:
Yohanes 4:25-26 Jawab perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami." Kata Yesus kepadanya: "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau."

0 KEMATIAN



Siapakah yang Mengontrol Kematian?
Oleh: Wayne Jackson
Christian Courier


“Ketika seorang Kristen terkasih meninggal dunia, para sobatnya kerap berkata.”Tuhan telah memanggilnya pulang.” Namun demikian, Kitab suci terlihat mengatakan bahwa iblis memiliki “kuasa atas kematian” (Ibrani 2:14). Siapa yang menyebabkan kematian?

Mari kita pertama-tama mempertimbangkan sejumlah kebenaran umum Alkitab
Allah itu pencipta dan pemelihara hidup (Kisah Para Rasul 17:25,28; 1 Timotius 6:13). Sebab Allah mahakuasa, Ia secara nyata memiliki kemampuan untuk mengakhiri kehidupan manusia, sebagaimana yang telah Ia lakukan dalam kasus Uza:

2Samuel 6:7 Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia di sana karena keteledorannya itu; ia mati di sana dekat tabut Allah itu.

Juga, Ia memiliki kuasa untuk memperpanjang hidup. Ia telah memperpanjang hidup Hizkiah sebanyak 15 tahun (2 Raja-Raja 20:6), baik secara providensia, atau lebih lagi secara ajaib, atau barangkali sebuah kombinasi kedua-duanya.

Ia bahkan dapat merestorasi kehidupan dari kematian, sebagaimana yang telah Ia lakukan dengan membangkitkan Yesus dari antara orang mati (Roma 1:4)

Sementara adalah benar bahwa di era purba Allah terkadang beroperasi secara langsung, dalam mengendalikan untuk menggenapkan maksudnya untuk menyudahi atau merestorasi hidup manusia, peristiwa-peristiwa tersebut adalah supernatural (ajaib) dengan desain-desain yang sangat spesifik. Karena tujuan-tujuan sepesifik tersebut, hal-hal semacam ini tidak untuk dipertimbangkan sebagai sebuah  prosedur divinitas bagi  kekinian:

0 Sang Firman Turun Ke Dunia Menjadi Manusia



Dalam Hidup-Nya Sebagai Manusia
Oleh: Wayne Jackson
Christian Courier

Nas Alkitab yang Menakjubkan
Ini adalah salah satu nas yang paling menakjubkan dalam keseluruhan Surat Ibrani. Sebuah porsi dari ayat tersebut berbunyi demikian:

Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut- Ibrani 5:7

Konteks ayat ini berurusan secara ketat dengan kualifikasi-kualifikasi Kristus untuk berfungsi dalam peran imam besar kita. Dalam artikel yang singkat ini, kita dapat memfokuskan perhatian kita pada sebuah frasa tunggal  “dalam hidup-Nya sebagai manusia.” Betapa berharganya tubuh manusia-Nya itu.

Kemutlakan Tubuh Manusia-Nya
Tak lama setelah Kekristenan lahir, guru-guru palsu telah bangkit oleh keingintahuan lebih jauh dan mendalam terhadap kehadiran yang menakjubkan Yesus sejarah. Namun dalam keingintahuan tersebut, mereka berupaya menggali dan menelitinya dibawah belitan pengaruh delusi-delusi filsafat Yunani tertentu-yang menyatakan bahwa tubuh bernilai intrinsik jahat.

Pada dasarnya, bidat-bidat awal ini telah menyangkal bahwa Kristus pernah memiliki tubuh jasmani. Ia hanya kelihatannya saja menjadi seorang manusia berdaging dan berdarah, ujar mereka. Para pengusung paham ini disebut para Doketis, berasal dari sebuah kata Yunani,  dokeo yang berarti “menampakan” atau ”kelihatan”.

Menyangkal Mesias  telah benar-benar seorang pribadi yang memiliki tubuh daging telah dipandang oleh para penulis yang diinspirasi  Roh Kudus sebagai sesat. Rasul Yohanes telah mendeklarasikan:

Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia- 2 Yohanes 1:7

0 Kata Teragung Dari Manusia Terakbar Pada Hari Termulia


Oleh: P.A.

Tetelestai  “Sudah Selesai”

Embed from Getty Images
 


Satu Kata Teragung
Kata yang dapat diterjemahkan menjadi “sudah dibayar penuh”, dalam bahasa Yunani hanya terdiri satu kata-Tetelestai! Ini adalah kata teragung  yang diucapkan oleh Manusia Terakbar pada hari termulia dalam  segala kekekalan! Satu kata, tetapi tidak pernah ada satu kata dilontarkan yang telah mengubah begitu hebat sejarah dan takdir umat manusia. Dalam bahasa Latin tetelestai diterjemahkan dengan dua kata “consummatum est”  (sudah selesai seutuhnya). Yesus telah mengucapkan 7  perkataan pada salib itu, Tetelestai adalah ucapannya yang secara langsung berdampingan dengan “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.”


Apakah Bapa Berkata Amin Kepada Tetelestai?

0 Ketika Injil adalah Suatu Kebodohan



Oleh: Martin Simamora

Kami Memberitakan Kristus yang Disalibkan!
Apakah yang menjadi sentral iman orang yang mengaku Kristen itu? Apakah Alkitab? Jelas bukan, karena Kitab Suci  kita bukanlah sebuah buku yang diturunkan dari sorga kepada seorang manusia pilihan. Jadi apakah, atau siapakah yang diturunkan dari atas? Jawabnya adalah Yesus Kristus:

Ibrani 1:6 Dan ketika Ia membawa pula Anak-Nya yang sulung ke dunia, Ia berkata: "Semua malaikat Allah harus menyembah Dia."

Ibrani 10:5 Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki--tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku--. 

Yohanes 8:23 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini.

Yohanes 3:13 Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.


Itu sebabnya, adalah Yesus  yang menjadi sentral iman dan kebenaran orang yang mengaku Kristen!

Rasul Paulus pun menyentralkannya pada Yesus Kristus sebagai sentral iman dan kebenaran, sebagaimana suratnya kepada jemaat Korintus:

0 Bukan Semata Kebangkitan dari Antara Orang Mati

Oleh: Martin Simamora

Tetapi Kita Beroleh Kebangkitan dari Antara Orang Mati Sebagai Orang yang Mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan Persekutuan Dalam Penderitaan-Nya

Dalam Pemikiran Sang Kristus

Mengapa dan apakah tujuannya sehingga harus terjadi sebuah peristiwa kematian dan kebangkitan  Yesus Sang Kristus?  Dalam  lingkup situasi yang demikian, menjadi sangat penting  bagi setiap orang yang mempercayai Yesus Sang Kristus sebagai Sang Juruselamat yang mengerjakan keselamatan dari Allah itu didalam dan melalui kematian di Salib dan kebangkitannya, untuk melihat sejauh apakah peristiwa itu merupakan hal yang sungguh menjadi pemikiran tertinggi Sang Mesias itu sendiri. Mari kita perhatikan  catatan yang diajukan oleh Injil Markus berikut ini:

▀Markus 8:27-32 Kemudian Yesus beserta murid-murid-Nya berangkat ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Kata orang, siapakah Aku ini?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi." Ia bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Petrus: "Engkau adalah Mesias!" Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapapun tentang Dia. Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang

Sang Mesias harus mendeklarasikan siapakah dirinya dan apakah tujuan kedatangannya. Ia memulai hal ini sebagai sebuah pengajaran yang terpenting. Ini adalah pengajaran tentang Siapakah dirinya. Maka pertanyaan yang diajukan Sang Mesias adalah: “Kata orang, siapakah Aku ini?” Apa yang menjadi pondasi pengajaran Yesus adalah siapakah dirinya  adalah sebagaimana  yang dijawab Petrus: Engkau adalah Mesias!  Ini  adalah jawaban yang sangat penting terkait kebenarannya yang dibenarkan oleh Sang Mesias dalam sebuah peringatan agar kebenaran ini tidak disebarluaskan, Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapapun tentang Dia.

0 Meneropong Situasi Dunia Dalam Kematian Yesus & Dalam Yesus Di Dalam Kubur:



Oleh: Martin Simamora

Via Yusuf Anggota Majelis Besar, Pilatus, Pajurit Roma , Imam-Imam Kepala dan Orang-Orang Farisi

Yusuf Anggota Majelis Besar

Setelah kematiannya, semua disergap oleh sebuah kejanggalan yang teramat luar biasa. Ya…kejanggalan yang teramat dahsyat berlangsung setelah Ia mati pada kayu salib itu! Perhatikanlah catatan injil Markus yang merekam secara sangat sempurna kejanggalan yang tak  terpikirkan akan benar-benar terjadi:

▬Markus 15:42-43 Sementara itu hari mulai malam, dan hari itu adalah hari persiapan, yaitu hari menjelang Sabat. Karena itu Yusuf, orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka, yang juga menanti-nantikan Kerajaan Allah, memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus.

Bisakah anda memahami  kejanggalan yang harus dihadapinya? Ia yang juga menanti-nantikan Kerajaan Allah, kini harus menjumpai Yesus yang selama ini berseru-seru bahwa dirinyalah Kerajaan Allah itu namun dalam keadaan telah menjadi mayat! Kita tahu melalui catatan injil Markus bahwa Yesus adalah Dia yang memberitakan Kerajaan Allah telah datang: “Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, kata-Nya: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" (Markus 1:14-15). Kita dapat melihat kalau Yusuf yang adalah anggota Majelis Besar yang terkemuka adalah pribadi yang begitu menghormati Sang Mesias, dan salah satu wujud penghormatan terakhir yang dapat dilakukannya adalah tidak membiarkan mayat Yesus tetap mengalami penghinaan yang tiada tara sebagai mayat seorang penjahat yang digantung dan tak satupun yang berkuasa untuk  menurunkannya agar dimakamkan. Itu sebabnya ia memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus! 

0 Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita

Oleh: Martin Simamora

Supaya Dalam Dia Kita Dibenarkan oleh Allah

Pernyataan tersebut dapat anda temukan dalam  2 Korintus 5:21 yang merupakan sebuah konklusi yang menakjubkan dari seorang rasul Paulus. Ia menyatakan bahwa Yesus yang tak berdosa sama sekali dalam totalitasnya, telah dibuat oleh Allah menjadi dosa. Tetapi ketakjuban itu tak sampai disitu saja, karena Paulus menunjukan apakah tujuan Allah membuatnya menjadi dosa karena kita, yaitu supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. Inilah satu-satunya manusia yang dijadikan berdosa untuk menghasilkan pembenaran bagi kita dalam sebuah cara yang menunjukan bahwa sekalipun Ia telah dibuat-Nya berdosa, sama sekali tak menjadikan Yesus adalah taklukan dosa, tetapi seorang penakluk dan pembebas manusia dari kuasa dosa, yang dalam bahasa Paulus: dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. Wujud bahwa memang benar Yesus telah dibuat Allah menjadi dosa, sungguh begitu vulgar, dan pasti siapapun akan sulit untuk tidak mengatakan bahwa Dia adalah manusia berdosa, jika tidak mengapa Allah membiarkannya dalam sengsara dan salib? Mari kita perhatikan rentet catatan Alkitab berikut ini yang akan mengantarkan kita untuk mendapatkan gambaran besar pada bagaimana Yesus memasuki sebuah fase kehidupan sebagai seorang pesakitan atau terdakwa dengan dakwaan seorang manusia yang sangat bersalah dan sangat tercela, sekalipun ia terbukti secara publik sebagai manusia tanpa salah sama sekali:

0 Perjalanan yang Tidak Bisa Dilakukan Manusia Berdasarkan Kekuatannya Sendiri

Oleh: Martin Simamora

Ketika Yesus Menyatakan Limitasi Diri Manusia yang Tak Siapapun Dapat Melintasinya Sendirian


Pada satu kesempatan, Petrus menyergap pengajaran Yesus dengan sebuah penentangan yang sangat keras dalam tindakan dan seruan yang tak pernah terbayangkan olehnya sendiri akan dikemukakan terhadap Guru yang begitu dikagumi dan diyakini sebagai penggenap pengharapan mesianik sebagaimana diyakini dalam kepercayaan berdasarkan pemahaman kitab suci yang telah diajarkan oleh  para pengajar bangsa Yahudi. Selama ini kemanapun dan apapun pengajaran yang dikemukakan Yesus kepada para muridnya tidak pernah menimbulkan sebuah argumen yang sekeras ini, melahirkan sebuah emosi yang tak dapat dikuasai oleh tubuh, dan lidah tak kuasa menahan untuk tak menghardik, mengecam Yesus. Tak terbayangkan bagi Petrus untuk meghardik Yesus dan apalagi melihat Yesus yang dalam pandangannya telah melontarkan sebuah pengajaran yang melampaui kebenaran tertinggi yang bagaimanapun yang selama ini diyakini oleh iman bangsa ini sebagai umat Tuhan. Yesus nampaknya terlihat berada di luar kebenaran yang berlandaskan kitab suci, atau setidaknya Yesus telah melakukan tafsir ajaran kitab suci berdasarkan dirinya sendiri sebagai sentralitas kebenaran itu sendiri. Sungguh ini sebuah pengajaran yang asing, sungguh asing dan mustahil untuk dipercayai begitu saja. Mari kita membaca dahulu ketegangan diri Petrus karena tak kuasa mendengar Yesus mengucapkan hal yang sungguh asing untuk diakui sebagai kebenaran, apalagi kebenaran suci-kitab suci:

Matius 16:21-22 Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.  Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."

bandingkan dengan KJV
From that time forth began Jesus to shew unto his disciples, how that he must go unto Jerusalem, and suffer many things of the elders and chief priests and scribes, and be killed, and be raised again the third day. Then Peter took him, and began to rebuke him, saying, Be it far from thee, Lord: this shall not be unto thee.

Ini benar-benar sebuah Limitasi yang dinyatakan Yesus. Bahwa pengikutan terhadap Yesus untuk kali pertamanya melahirkan realita keterbatasan manusia untuk beriman lebih lanjut. Ini benar- benar limitasi yang siapapun tak dapat melintasinya. Ada 2 hal yang gamblang dinyatakan Yesus, yang menunjukan ketidakmungkinan bagi manusia untuk mempercayainya begitu saja. Itu memang kebenaran. Mari kita memperhatikan 2 faktor penting ini:


Apa yang harus dialami: menanggung banyak penderitaan
Sumber atau penyebab: tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat

0 Allah Bukan Manusia

Oleh: Martin Simamora


Siapakah Yesus, Apakah Tujuan “Ia Telah Menjadi Manusia”, Mati & Bangkit dari Antara Orang Mati
Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi –Ibrani 1:3

NatGeo- Sermon on the mount

Ketika siapapun membaca:

Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?- Bilangan 23:19

Lagi Sang Mulia dari Israel tidak berdusta dan Ia tidak tahu menyesal; sebab Ia bukan manusia yang harus menyesal."- 1 Samuel 15:29

Aku tidak akan melanggar perjanjian-Ku, dan apa yang keluar dari bibir-Ku tidak akan Kuubah- Mazmur 89:34

Melalui sabda-sabda semacam ini, Allah ingin menyatakan bahwa sementara Ia menurunkan sabda-sabdanya ke dalam dunia ini melalui dan kepada manusia-manusia yang mampu berbicara dan tidak menepatinya atau berjanji dan tidak melakukannya atau berkata dan bertindak dan kemudian menyesali akan perbuataannya sendiri, Allah tidak demikian sama sekali!  Sabda-sabda diatas menjadi begitu pentingnya untuk diketahui oleh manusia, bahwa:

-Allah bukanlah manusia, sehingga berdusta
-Allah bukanlah anak manusia sehingga Ia menyesal
-Allah berfirman maka pasti dilakukannya
-Allah berjanji maka pasti ditepatinya
-Allah tidak tahu menyesal
-Allah bukan manusia  yang harus menyesali apapun keputusan dan perbuatan dirinya

(sehingga menjadi dasar penting untuk memahami bagian -bagian Alkitab yang menggunakan kosa kata humanis "menyesal" untuk menunjukan maksud betapa apa yang telah terjadi sebuah kedukaan atau kesedihan yang mendalam bagi Allah kala manusia melakukannya)

Dan hal yang sama diucapkan oleh Yesus. Perhatikan serangkaian perkataan-perkataan Yesus berikut ini:

Lukas 21:29-33 Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu."

Jika perkataan Yesus tidak akan berlalu  sementara langit dan bumi akan berlalu, bukankah itu bermakna Allah bukan manusia, sementara Yesus adalah manusia??

0 Ketika Dalam Kematian Telah Lahir Kehidupan:


Oleh: Martin Simamora


Aku Ini... , Bukan Hantu


Betapa kemudian, kerasnya fakta kematian di tangan Yesus bagi manusia-manusia itu tak stop di kubur, sementara kubur adalah fakta kematian dan bukan konsepsi belaka. Itu sendiri tak mendamaikan manusia sebab pada Yesus di kematiannya sendiri merupakan fakta kematian yang mengalahkan kematian itu sendiri, sementara mustahil bagi manusia untuk mengalahkannya. Pada “Kematian Bukan Dambaan” sudah saya tunjukan.  Saya sekarang akan menunjukan sejenak, bahwa sekalipun semua tahu dan melihat sehingga menjadi peristiwa nasional atas seorang manusia yang  proses kematiannya begitu panjang dan di saksikan oleh lautan manusia dan telah dikonfirmasi dalam mekanisme militer Roma yang seperti ini:

Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.”- Yohanes 19:31-34


Tetap saja menjadi bayang-bayang mencekam bagi para pemimpin agama Yahudi dan penguasa politik setempat.

Yohanes 19:31-34 merupakan mekanisme pembuktian kematian yang sangat cepat namun sangat efektif dalam  tata laksana penentuan kematian seorang terhukum tervalidasi. Kalau kedapatan masih  belum benar-benar mati, maka patahkanlah kakinya. Pada Yesus, pematahan kaki tidak dilakukan karena menurut pengamatan para prajurit Roma, ia memang telah mati sempurna. Tetapi ada satu tindakan yang terlihat non prosedural dilakukan pada Yesus, yaitu: “tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.” Peristiwa ini tidak dicatatkan sebagai sebuah kelaziman yang dilakukan oleh prajurit Roma dalam menentukan atau memastikan kematian, tetapi dicatatkan oleh Rasul Yohanes sebagai bertemali dengan Kitab Suci bahwa dalam salah satu momen kematian dan momen kesunyian yang begitu senyap [karena kerumunan orang banyak yang berteriak salibkan dia kini mulai surut setelah kemauannya terpenuhi] dinyatakan: “Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: "Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan." Dan ada pula nas yang mengatakan: "Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam."- Yohanes 19:36-37.

Catatan ini sangat penting karena Kitab Suci sendiri hendak menyatakan setidaknya dua hal terkait keotentikan kematian Sang Kristus:

0 Menghargai Kematian Sebagaimana Kehidupan Dalam Kristus:


Oleh: Martin Simamora

Kematian Bukan Dambaan




Hari ini ketika kita ke gereja sebagai orang-orang Kristen atau lebih tepatnya sebagai para pengikut Yesus Kristus Juruselamat Penebus manusia dari perhambaan kematian seumur hidupnya, seperti dikumandangkan Surat Ibrani ini: “maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut” (Ibrani 2:14-15) maka camkanlah bahwa pengenangan kematian Sang Kristus itu sendiri adalah menyakitkan dan bukan dambaan siapapun manusia. Siapapun juga.

Sementara lagu demi lagu Kidung Jemaat dan Buku Ende dinyanyikan maka episode-episode ini melintas dalam benakku, menarik jiwa ini sedalam-dalamnya untuk mengenali sebuah peristiwa kematian itu sendiri bukanlah sebuah pemikiran atau peristiwa purba dan kuno, sebab hingga sekarang tetap merupakan peristiwa yang tak didambakan oleh siapapun juga sehingga akan bersorak sorai saat yang terkasih menghembuskan nafas terakhirnya. Bahkan Yesus berduka atas kematian yang  dikasihinya. 

Jika dahulu kematian ada, sekarang bahkan anda dan saya menantikan bagaikan sebuah giliran. Episode ini, misalnya, menunjukan betapa kematian sangat tidak didambakan oleh manusia:

“Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."- Matius 16:21-22

Kiranya Allah menjauhkan itu! Sekejab  Petrus menjadi  begitu emosional, sebab ia mengasihinya sebagaimana siapapun yang mengasihi yang dikasihinya akan sekuat mungkin menjauhkan kematian sebagai sebuah tujuan hidupnya. Hidup untuk mati?

Yang benar saja!

0 Kalau Tidak Mati Dahulu

Oleh: Martin Simamora

Memuliakan Kehidupan & Kematian Dalam Iman dan Kebenaran


Membicarakan kematian seharusnya sama pentingnya dengan membicarakan kehidupan itu sendiri, walau memang kesedihan mendalam pasti tak terelakan. Tetapi sebetulnya secara logika, membicarakan kematian haruslah disikapi jauh lebih waspada sebab berbeda dengan  membicarakan masa depan kehidupan, pada masa depan kematian, tidak ada satupun fasilitas semacam “wealth management” yang akan memberikan sebuah prospektif masa depan atas keuangan dan kesejahteraan anda, bahkan bagi anak anda, dan kalau anda cukup kuat kekayaannya bahkan mampu untuk melintasi 3 generasi lebih keturunan anda, jika  tiba saatnya bagi anda untuk meninggalkan dunia untuk masuk ke dalam kematian sendirian. Ayub sendiri secara jitu memberikan deskripsi singkat namun begitu bernas bagaimanakah kehidupan dan kematian bagi seorang  konglomerat yang sangat dekat dengan Tuhan:

"Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!"- Ayub 1:21

Mempunyai tapi tidak memilikinya dan tidak memilikinya dalam mempunyai. Dalam hal itulah ia berkata “TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil.” Sebuah pernyataan yang tegas dan jitu tentang bagaimanakah kehidupan eksistensi manusia itu bermakna. Ada manusia yang tak menyadari sama sekali bahwa Tuhan mengatasi segala eksistensi yang berindikator pada atribut-atribut yang dapat dimiliki manusia. Tak dapat disangkali bahwa eksistensi manusia tak lepas dari apa yang dimiliki dalam ia berkarya di dunia ini, sayangnya tak ada yang dapat melawan “penuaan” atau “bahaya” atau “ancaman-ancaman” selain manusia itu harus melihat kepada Tuhan sebagai sumber eksistensinya, jika ia mengakui-Nya. Itu sebabnya Ayub menunjukan bahwa Tuhanlah penentu eksistensinya: “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil” sambil berpuja-puji: “terpujilah nama TUHAN!”

Masih sanggupkah kita anak manusia berujar sama di hadapan Tuhan?

Masa depan kematian senantiasa akan memiliki 2 kamar pembicaraan. Sebagai orang Kristen kita biasanya mendapatkannya di dalam gereja di mimbar-mimbar pemberitaan firman, atau setidaknya pada perkumpulan-perkumpulan tengah minggu dan renungan-renungan rohani, di sini kita dapat bersikap dalam keseketikaan.  Tetapi kematian bukan hal yang dapat kita akuisisi berdasarkan keinginan dan berdasarkan karena usia sudah lanjut, sebaliknya “kematianlah yang mengakuisisi kehidupan seorang manusia” yang sayangnya tidak ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Itu sebabnya, kematian ketika dibicarakan dan direnungkan sebagai hal yang tak terelakan, manusia itu menjadi susah hatinya dan akan terbuka  dengan sumber-sumber yang datang dari pandangan-pandangan rohani keagamaan lainnya, bahkan ilmu pengetahuan untuk mencari berbagai jawaban tentang hidup dan mati. Inilah kamar kedua yang sangat privat dan tertutup yang sering berbeda dengan apa yang diungkapkannya kepada orang sekitarnya.


Hanya anda dan Tuhan yang tahu bagaimana diri ini memandang kematian. Manusia  hanya akan sanggup menyentuh pertanyaan-pertanyaan semacam apakah yang akan kuhadapi dan bagaimanakah kepastian dalam dunia setelah kematian yang akan kutempuh, dan kemanakah? Atau adakah itu??

0 Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus (10)



Oleh: Martin Simamora 

Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus (10)




Bacalah lebih dulu bagian 9

Pertanyaannya kemudian, apakah, dengan demikian, Yesus lebih besar daripada nabi Musa? Ini  lebih daripada sekedar pertanyaan serius namun sebuah pertanyaan yang berbahaya, sama bahayanya dengan perkataan Yesus sendiri pada eranya, yang  berbunyi seperti ini:
Yohanes 10:30 “Aku dan Bapa adalah satu”

Pernyataan ini  bukan saja kontroversial dipandang ketika diucapkan oleh seorang manusia, namun seketika itu juga telah menimbulkan potensi besar sebuah kerusuhan yang dapat mendatangkan penumpahan darah:
Yohanes 10:31 Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus.

Menjawab pertanyaan besar diatas, walau saya dapat menjawabnya, harus memandang pada bagaimana kitab suci menjawab pertanyaan di atas. Saya tak bisa tidak, harus memandang pada ini:
Ibrani 3:3 Sebab Ia dipandang layak mendapat kemuliaan lebih besar dari pada Musa, sama seperti ahli bangunan lebih dihormati dari pada rumah yang dibangunnya.
KJ For this man was counted worthy of more glory than Moses, inasmuch as he who hath builded the house hath more honour than the house.
Aramaic Bible In Plain English For the glory of This One is much greater than that of Moses, as much as the honor of the builder of the house is greater than his building.

Bukan dalam makna kiasan namun dalam makna yang aktual pada “SIAPAKAH”? Pada siapakah Musa dibandingkan dengan siapakah Yesus itu. Demikianlah Penulis Ibrani memaparkannya dalam sebuah perbandingan yang memperbandingkan kemuliaan tokoh besar nabi Musa terhadap kebesaran Sang Firman yang menjadi manusia!  Ibrani 3:3 secara gamblang membicarakan superioritas Yesus terhadap Musa, menjelaskan tindakan-tindakan Yesus yang dikecam oleh para ahli Taurat sebagai  melecehkan  hukum Taurat hingga sebagai menghujat. Apa yang dinyatakan Ibrani 3:3 sekaligus menekankan bahwa “superioritas” di sini bukan bermakna sebuah amoralitas apalagi penghinaan terhadap hukum Taurat- Kitab Musa dan Kitab nabi-nabi apalagi menghujat Allah. Ini juga yang harus dipahami oleh para penganut “Grace yang Ekstrim, atau lebih tepatnya, Grace jenis ini telah memelintirkannya sehingga terlepas dari apa yang menjadi maksud Yesus pada aslinya.” Grace ekstrim secara sembrono telah menilai: jika Kristen membicarakan moralitas  atau hukum didalam Perjanjian Baru, itu seperti memakan batu dan bukan memakan roti didalam kemurahan/anugerah Tuhan, atau seperti memberangus kemerdekaan yang telah Tuhan berikan di dalam Yesus Kristus Sang Pembebas orang percaya.

0 Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus (9)



Oleh: Martin Simamora 

Kemerdekaan Orang Kristen Di Dalam Kristus (9)

Bacalah lebih dahulu bagian 8

Yesus adalah sang Pembebas, ini bukan sebuah jargon semata atau sebuah nubuat atau pernyataan ilahi omong kosong. Bahkan ketika kita telah menautkan  Pembebasan oleh Dia, dengan hukuman mati yang dilahirkan dari ketakberdayaan manusia untuk memenuhi  tuntutan hukum Taurat, seperti telah terjadi pada perempuan berzinah, maka dalam hal ini telah sekaligus menyatakan bahwa dia adalah Sang Penghapus dosa (Yohanes 1:29).


Semacam ini, telah menempatkan Yesus  bukan hanya hukum itu sendiri, namun perkataan dan tindakan hukumnya telah menahtahkan dirinya pada puncak tubuh hukum Taurat itu sendiri, dia sang mahkotanya yang telah datang.  Dia bukan sekedar pengampun namun sebuah penghapus hukuman mati yang menghasilkan kemerdekaan yang memerdekakan terpidana mati dari ketentuan membayar  atau menyediakan tebusan agar terlepas dari “kurungan penghukuman.” 


Dia memberikan pengampunan yang menghapuskan jejak-jejak pelanggaran dalam sebuah cara yang teramat “superlatif” sampai-sampai para ahli Taurat bukan hanya harus undur diri namun harus melepaskan juga  perempuan tersebut dari hukuman yang harus ditimpakan. Antara Yesus dan para ahli Taurat telah mencapai sebuah konsensus walau dalam sebuah relasi yang superior, menindas kebijakan-kebijakan para hakim ahli Taurat dan yang palunya telah diambil secara paksa oleh Sang Mahkota Hukum Taurat.

Perkataan Yesus  atau vonis bebasnya seketika itu juga sudah menghapuskan dosa dan melenyapkan penghukuman yang  harus ditimpakan, dan telah melahirkan sebuah putusan hukum baru yang mengatasi hukum lama dan melenyapkan konsekuensi-konsekuensinya. Saat vonisnya melepaskan konsekuensi-konsekuensinya, itu tak menjadikan hukum baru ini menjadi kehilangan kemuliaan moralitasnya, malah semakin cemerlang berkemilau saat dia berkata “jangan berbuat dosa lagi mulai sekarang.” Sebuah perkataan yang berkuasa penuh, sama penuhnya dengan perkataannya "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?- Yohanes 8:10"
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9