Oleh: Martin Simamora
Via
Yusuf Anggota Majelis Besar, Pilatus, Pajurit Roma , Imam-Imam Kepala dan
Orang-Orang Farisi
▀Yusuf Anggota
Majelis Besar
Setelah kematiannya,
semua disergap oleh sebuah kejanggalan yang teramat luar biasa. Ya…kejanggalan
yang teramat dahsyat berlangsung setelah Ia mati pada kayu salib itu! Perhatikanlah
catatan injil Markus yang merekam secara sangat sempurna kejanggalan yang
tak terpikirkan akan benar-benar
terjadi:
▬Markus
15:42-43 Sementara itu hari mulai malam, dan hari itu adalah hari persiapan,
yaitu hari menjelang Sabat. Karena itu Yusuf,
orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka, yang juga menanti-nantikan Kerajaan Allah,
memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta
mayat Yesus.
Bisakah anda
memahami kejanggalan yang harus
dihadapinya? Ia yang juga menanti-nantikan Kerajaan Allah, kini harus menjumpai
Yesus yang selama ini berseru-seru bahwa dirinyalah Kerajaan Allah itu namun
dalam keadaan telah menjadi mayat! Kita tahu melalui catatan injil Markus bahwa
Yesus adalah Dia yang memberitakan Kerajaan Allah telah datang: “Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke
Galilea memberitakan Injil Allah, kata-Nya: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah
dan percayalah kepada Injil!" (Markus 1:14-15). Kita dapat melihat
kalau Yusuf yang adalah anggota Majelis Besar yang terkemuka adalah pribadi
yang begitu menghormati Sang Mesias, dan salah satu wujud penghormatan terakhir
yang dapat dilakukannya adalah tidak membiarkan mayat Yesus tetap mengalami
penghinaan yang tiada tara sebagai mayat seorang penjahat yang digantung dan
tak satupun yang berkuasa untuk
menurunkannya agar dimakamkan. Itu sebabnya ia memberanikan diri menghadap
Pilatus dan meminta mayat Yesus!
Kita tidak tahu apa
yang berkecamuk dalam diri Yusuf ini, tetapi, sekali lagi, ia berupaya
memberikan penghormatan terbaiknya kepada Dia yang berseru Kerajaan Allah sudah
dekat, namun kini sudah menjadi mayat. Beginilah penghormatan terbaik yang
dapat diupayakannya:
Markus
1:46 Yusufpun membeli kain lenan,
kemudian ia menurunkan mayat Yesus dari
salib dan mengapaninya dengan kain
lenan itu. Lalu ia membaringkan Dia
di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu. Kemudian digulingkannya
sebuah batu ke pintu kubur itu.
Injil Markus
memberikan sorotan yang tajam pada diri Yusuf sebagai seorang yang begitu
bersedih dan begitu mengasihi Yesus dalam sebuah cara yang sangat menyedihkan
hatinya. Perhatikan bagaimana Injil Markus meletakan hubungan Yusuf anggota Majelis Besar ini
terhadap Yesus yang telah wafat dalam tautan yang sangat emosional namun penuh
penghormatan: membeli kain lenan-menurunkan mayat Yesus dari salib-mengapaninya
dengan kain lenan-membaringkan Dia di dalam kubur-digulingkannya sebuah batu ke
pintu kubur.
▀Pilatus
Injil Markus juga
memberikan sorotan yang menarik terhadap Pilatus saat berjumpa dengan Yusuf
anggota Majelis Besar tersebut:
▬Markus
15:43-44 Karena itu Yusuf, orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang
terkemuka, yang juga menanti-nantikan Kerajaan Allah, memberanikan diri
menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. Pilatus
heran waktu mendengar bahwa Yesus sudah mati. Maka ia memanggil kepala pasukan dan bertanya
kepadanya apakah Yesus sudah mati.
Kematian Yesus
merupakan peristiwa yang sama mencengangkannya dengan peristiwa jelang
penghukumannya di kayu salib. Pilatus tidak bisa menerima keterangan kematian
Yesus begitu saja tanpa otorisasi dari pihak yang paling berkompeten untuk
memvalidasikan kematian Yesus: kepala pasukan!
Bagi Pilatus, Yesus
dan kematian bukanlah pasangan yang serasi. Ia memiliki impresi yang kuat atas
Yesus dan dialah yang berupaya membela Yesus dengan kekuatan politiknya. Mari
kita menengok kembali percakapan luar
biasa yang dimiliki oleh Pilatus kala Ia dipaksa untuk menyidang Yesus:
Yohanes
18:33-38 Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan, lalu memanggil
Yesus dan bertanya kepada-Nya: "Engkau
inikah raja orang Yahudi?" Jawab Yesus: "Apakah engkau katakan hal itu
dari hatimu sendiri, atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang
Aku?" Kata Pilatus: "Apakah aku seorang Yahudi? Bangsa-Mu
sendiri dan imam-imam kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku; apakah
yang telah Engkau perbuat?" Jawab Yesus: "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini;
jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku
jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini."
Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Jadi
Engkau adalah raja?" Jawab Yesus: "Engkau mengatakan, bahwa
Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku
datang ke dalam dunia ini,
supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari
kebenaran mendengarkan suara-Ku." Kata Pilatus kepada-Nya: "Apakah
kebenaran itu?" Sesudah mengatakan
demikian, keluarlah Pilatus lagi mendapatkan orang-orang Yahudi dan berkata
kepada mereka: "Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya.
Pilatus memiliki
percakapan yang hebat ini dengan diri Yesus. Ia berjumpa dengan tokoh yang
kebesarannya telah mengagumkan dirinya dan
tak lama kemudian akan menggerakan dirinya untuk mengerahkan kekuatan
politiknya sebagai tindakan yang dapat dilakukannya demi keselamatan Yesus
dalam persidangan yang ia tahu sekali, tak mungkin untuk menemukan kesalahan
pada diri Sang Mesias. Perkataan Yesus
yang merupakan jawaban terhadap Pilatus ini: “Kerajaan-Ku bukan dari
dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan,
supaya Aku jangan diserahkan kepada orang-orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku
bukan dari sini,” bukan saja menunjukan bahwa Yesus adalah seorang Pemimpin
yang besar dan memiliki kendali yang begitu otoratif atas setiap situasi yang
sedang melingkupinya, termasuk memegang kendali atas apa yang bisa dan dan
tidak bisa dilakukan Pilatus, mau sekuat apapun upayanya. Ketika Yesus berkata “Kerajaan-Ku
bukan dari sini” seketika itulah Yesus menyingkapkan jati dirinya dalam ia
sendiri sedang berdiri sebagai terdakwa yang tak sedikitpun berupaya
membebaskan dirinya, ia sedang menggenapi apa yang menjadi kehendak
Kerajaan-Nya. Apa yang menakjubkan dari Yesus adalah ia bukan saja berkata Ia
adalah Raja tetapi Ia sedang hadir di dunia ini dengan segenap Kerajaan-Nya
yang sedang memerintah secara berdaulat agar kehendak Kerajaan-Nya di dunia ini
dalam dirinya terpenuhi!
Pilatus bahkan harus
mengakui kalau Yesus memang benar-benar orang yang sungguh tahu apakah
tujuannya dalam ia sendiri harus disidang secara penuh muslihat demi
kematiannya. Beginilah Sang Mesias menyatakannya kepada Pilatus: Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke
dalam dunia ini. Sejak lahir Ia adalah Raja dan sejak kelahirannya
ia telah memiliki tujuan yang saat ini sedang ia hadapi: mengalami
kematian dalam cara sedemikian ini!
Ketika injil Markus
memberikan sorotan khusus kepada Pilatus dalam sebuah cara yang begitu
emosional atau begitu personal semacam ini: Pilatus heran waktu mendengar bahwa Yesus sudah mati, maka kita dapat belajar untuk memahaminya!
▀ Prajurit Roma
Prajurit Roma adalah pihak yang paling dekat dengan detik-detik penangkapan hingga kematian Yesus.
Merekalah yang menentukan kematian dan memvalidasinya dalam otoritas dan
wewenang yang melekat pada diri mereka sebagai para eksekutor hukuman mati atas
Yesus pada kayu salib itu. Tetapi saya harus menunjukan terlebih dahulu kepada
anda, bahwa merekapun memiliki hubungan yang begitu dekat dan emosional dengan
diri Yesus sekalipun dalam pengalaman yang sangat negatif dan buruk. Mari kita
agak mundur ke belakang agar dapat melihatnya:
Yohanes
18:12 Maka pasukan prajurit serta perwiranya dan penjaga-penjaga yang disuruh
orang Yahudi itu menangkap Yesus dan membelenggu Dia.
Para prajurit Roma
dan para perwiranya adalah saksi-saksi terbaik yang sangat memahami
bentuk-bentuk dakwaan dan penyiksaan yang dialami oleh Yesus:
Yohanes
18:21-22 Mengapakah engkau menanyai Aku? Tanyailah mereka,
yang telah mendengar apa yang Kukatakan kepada mereka; sungguh, mereka tahu apa
yang telah Kukatakan." Ketika Ia mengatakan hal itu, seorang penjaga yang berdiri
di situ, menampar muka-Nya sambil berkata: "Begitukah jawab-Mu
kepada Imam Besar?"
Yohanes
19:1-3 Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia. Prajurit-prajurit menganyam
sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka memakaikan Dia
jubah ungu, dan sambil maju ke depan mereka berkata: "Salam, hai raja
orang Yahudi!" Lalu mereka
menampar muka-Nya.
Lukas
22:63-65 Dan orang-orang yang menahan Yesus, mengolok-olokkan Dia dan memukuli-Nya.
Mereka menutupi muka-Nya dan bertanya:
"Cobalah katakan siapakah yang memukul Engkau?" Dan banyak lagi hujat yang diucapkan mereka
kepada-Nya.
Yohanes
19:23 Sesudah prajurit-prajurit itu
menyalibkan Yesus…
Mereka adalah para
eksekutor yang mengamati secara dekat kesengsaraan hingga kematiannya hingga
pada puncak tugasnya:
Yohanes
19:31-34 Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat
itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib--sebab Sabat itu adalah hari yang
besar--maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya
supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan. Maka
datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki
orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia
telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang
dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir
keluar darah dan air.
Sangat penting untuk
dicatat bahwa para eksekutor ini adalah juga yang mereka yang mengakui dalam
kematiannya bahwa Yesus yang mati itu sungguh Anak Allah:
Matius
27:51,54 Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari
atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, Kepala
pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat
takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu
berkata: "Sungguh,
Ia ini adalah Anak Allah."
Ini adalah pengakuan
yang janggal untuk dilakukan oleh manusia, tetapi sekaligus mereka memahami dan
memiliki pengetahuan siapakah Yesus dan apa yang menjadi pengajarannya selama
ia hidup. Sebagai seorang yang begitu terkenal karena mujizat dan
kontroversinya bagi manusia dunia, tak heran jika Yesus kerap menjadi buah
bibir percakapan di tengah-tengah masyarkat luas.
▀ Imam-Imam Kepala
dan Orang-Orang Farisi
Pasca kematian dan
penguburannya, sementara para murid Yesus menyembunyikan dirinya dan telah
hilang kepercayaan pada Sang Kristus, hal yang berlawanan terjadi pada
imam-imam kepala dan orang-orang Farisi.
Inilah satu-satunya pihak yang begitu takut dengan kuasa dan perkataan manusia
yang telah mereka bunuh dan telah mereka pastikan kematiannya. Inilah
satu-satunya pihak yang semakin aktif dan semakin disibukan oleh karena
kematian Sang Mesias sangat diantisipasi oleh mereka sebagai kematian yang akan
berakhir pada sebuah kebangkitan tubuh dari kubur-dari antara orang mati.
Injil Matius
memberikan kepada kita catatan penting mengenai aktivitas para imam kepala dan
orang Farisi yang semakin meningkat dan semakin waspada terhadap Yesus yang
telah berada dibalik kubur, mengantisipasi kuasa kebangkitan akan benar-benar
bekerja pada diri Sang Mesias sementara Ia telah menjadi mayat di dalam kubur.
Mari kita melihat catatan injil
tersebut:
Matius
27:62-66 Keesokan harinya, yaitu sesudah hari persiapan, datanglah imam-imam
kepala dan orang-orang Farisi bersama-sama menghadap Pilatus, dan mereka
berkata: "Tuan, kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidup-Nya
berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit. Karena itu perintahkanlah untuk
menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga; jikalau tidak, murid-murid-Nya
mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat: Ia telah
bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan yang terakhir akan lebih
buruk akibatnya dari pada yang pertama." Kata Pilatus kepada mereka:
"Ini penjaga-penjaga bagimu, pergi dan jagalah kubur itu sebaik-baiknya."
Maka pergilah mereka dan dengan bantuan penjaga-penjaga itu mereka memeterai
kubur itu dan menjaganya.
Kini kubur Yesus yang
telah dalam keadaan tenang setelah Yusuf anggota Majelis Besar, mendadak
berubah menjadi sebuah lokasi strategis dan vital bagi stabilitas politik dan
keamanan dunia. Batu yang menutup kubur itu kini telah berubah statusnya
menjadi properti negara yang teregistrasi sebagai situs yang dijaga ketat: dengan
bantuan penjaga-penjaga itu mereka memeterai kubur itu.”
Makam Yesus Sang
Mesias milik Yusuf anggota Majelis Besar
itu, kini dijaga ketat dengan kekuatan militer negara adidaya di masanya!
Pilatus telah menjadikan kubur itu menjadi sebuah situs yang dijaga dengan
zonanisasi yang militeristik: Ini penjaga-penjaga bagimu, pergi dan
jagalah kubur itu sebaik-baiknya!
Dengan situasi
seperti ini, siapa dan kekuatan militer manakah yang sanggup berkonfrontasi
dengan adi daya Roma? Tidak ada! Apalagi sekedar pencuri yang jelas-jelas
adalah para pengecut dan penghianat yang telah meninggalkan Yesus Sang Mesias,
sekalipun telah berjanji tidak akan meninggalkannya walau menyabung nyawa: Tetapi
dengan lebih bersungguh-sungguh Petrus berkata: "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal
Engkau." Semua yang lainpun berkata demikian juga (Markus 14:31).”
Para pengecut ini tidak akan sanggup berduel secara jantan dengan para prajurit
Roma yang gagah dan mahir dalam berperang. Mentalitas semacam ini: Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan
melarikan diri- Markus 15:50, jangan diharap dapat melahirkan tindakan heroik
yang membanggakan, apalagi demi sebuah mayat?!
Ia Memerintah dari Balik Kubur untuk Menggenapi Apa yang telah
Ia katakan terkait Kematiannya
Pasca kematian Yesus
Sang Mesias, Yerusalem tidak pernah benar-benar tenang. Tidak pernah
benar-benar tenang karena Mayat Yesus yang telah berada dibalik kubur tersegel
itu, tetap berkuasa dan bahkan lebih menggoncangkan dunia dan beserta
penguasanya. Benarlah apa yang dikatakan Yesus ini terkait kematiannya yang
berbunyi: “Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang
juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar” (Yohanes
13:31).
Dia yang telah mati
dan telah dikuburkan adalah Yesus yang berkuasa. Ia tidak hanya berkuasa dalam
kehidupan, tetapi juga berkuasa di dalam kematian: kubur tidak kuasa untuk
menahannya. Dan bahwa Ia benar-benar
berkuasa dari balik kubur itu, nyata terlihat dengan bagaimana dunia dengan
segala kekuatan yang telah menghakiminya, kini harus mengerahkan segala daya
dan kekuatan untuk menahan kubur itu agar Yesus tidak dapat melintasinya, bukti
bahwa Ia telah menang-bahwa Yesus Telah
Bangkit!
Besok akan menjadi
perayaan Paskah atau Kebangkitannya: Ia telah bangkit bukan sekedar telah
bangkit dari kematian, tetapi dalam kebangkitannya itu Ia menggenapi janjinya
sendiri kepada dunia:
▬Yohanes
12:23-24 Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak
Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum
tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika
ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
Kini kita mengerti
mengapa kematiannya dan ia telah dikuburkan, tidak pernah merupakan masa yang
tenang bagi dunia. Walau ya dan benar merupakan situasi yang menjadi
begitu sunyi, tetapi dibalik kubur yang sunyi itu, anda harus tahu, kalau
kekuatan militer adidaya Roma yang
menjaga kubur Yesus, merupakan simbol kuasa dunia yang begitu gelisah dan
semakin merasakan bahwa Yesus yang telah dikuburkan itu berkuasa atas maut dan
iblis dan segera menaklukan kuasa dunia dibawah kakinya!
Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging,
maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan
mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang
berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang
seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.-
Ibrani 2:14-15
Soli Deo
Gloria
No comments:
Post a Comment