Oleh: Martin Simamora
Tetapi
Kita Beroleh Kebangkitan dari Antara Orang Mati Sebagai Orang yang Mengenal Dia
dan kuasa kebangkitan-Nya dan Persekutuan Dalam Penderitaan-Nya
Dalam
Pemikiran Sang Kristus
Mengapa
dan apakah tujuannya sehingga harus terjadi sebuah peristiwa kematian dan
kebangkitan Yesus Sang Kristus? Dalam
lingkup situasi yang demikian, menjadi sangat penting bagi setiap orang yang mempercayai Yesus Sang
Kristus sebagai Sang Juruselamat yang mengerjakan keselamatan dari Allah itu didalam
dan melalui kematian di Salib dan kebangkitannya, untuk melihat sejauh apakah
peristiwa itu merupakan hal yang sungguh menjadi pemikiran tertinggi Sang Mesias
itu sendiri. Mari kita perhatikan catatan yang diajukan oleh Injil Markus
berikut ini:
▀Markus
8:27-32 Kemudian Yesus beserta murid-murid-Nya berangkat ke kampung-kampung di
sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya,
kata-Nya: "Kata orang, siapakah Aku
ini?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada
juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para
nabi." Ia bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku
ini?" Maka jawab Petrus: "Engkau adalah Mesias!" Lalu Yesus
melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapapun
tentang Dia. Kemudian mulailah
Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak
penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat,
lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga
hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang
Sang
Mesias harus mendeklarasikan siapakah dirinya dan apakah tujuan kedatangannya.
Ia memulai hal ini sebagai sebuah pengajaran yang terpenting. Ini adalah
pengajaran tentang Siapakah dirinya. Maka pertanyaan yang diajukan Sang Mesias
adalah: “Kata orang, siapakah Aku ini?”
Apa yang menjadi pondasi pengajaran Yesus adalah siapakah dirinya adalah sebagaimana yang dijawab Petrus: Engkau adalah
Mesias! Ini adalah jawaban yang sangat penting terkait
kebenarannya yang dibenarkan oleh Sang Mesias dalam sebuah peringatan agar
kebenaran ini tidak disebarluaskan, Yesus melarang mereka dengan keras supaya
jangan memberitahukan kepada siapapun tentang Dia.
Kematian
dan Kebangkitannya sejak semula merupakan pemikirannya dan juga merupakan
pemikiran Bapa. Ketika ia bertanya: kata orang, Siapakah Aku ini? Maka jawaban
banyak orang tersebut merupakan pengharapan yang begitu megah akan pengharapan dan pemulihan
yang harus segera berlangsung di dunia ini. Tetapi jelas Mesias yang dicari
oleh orang banyak tidak dijumpai pada Mesias Yesus. Mengapa Yesus melarang
keras para murid untuk memberitahukan bahwa Ia adalah Mesias? Itu karena apa
yang harus terjadi padanya: bahwa Anak
Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua,
imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga
hari, bukanlah tipe mesias yang dikehendaki.
Semua
ini disampaikan Yesus secara terus terang. Artinya ini adalah hal yang bukan
sekedar ada dalam pemikirannya, tetapi merupakan tujuan hidup yang harus dilakukannya dan para murid
sejak semula harus tahu secara terang benderang. Tidak ada awan misterius
terhadap peristiwa kelam yang akan terjadi pada dirinya, sebab Ia sejak semula
telah mengemukakan pikirannya secara terus terang: dibunuh dan dibangkitkan sesudah tiga hari!
Sejak
semula juga, Sang Mesias kepada para muridnya telah mengutarakan bahwa walau
bagi manusia hal ini seharusnya dapat dihindarkan karena bagaimanapun
ekspektasi mesianik tidak seharusnya dibingkai dalam peristiwa dibunuh dan
dibangkitkan sesudah tiga hari, dalam sebuah jalan yang begitu buruk dan
mempermalukan dirinya sendiri:”Anak
Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua,
imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat,” Sang Mesias ini menegaskan bahwa ini
adalah tujuan divinitas yang bersemayam
dalam dirinya yang memiliki kuasa untuk mewujudkannya. Ia bahkan
mendeklarasikan bahwa hidup kekal akan bersumber atau berakar dari dirinya yang
akan mengalami dibunuh dan dibangkitkan sesudah tiga hari! Mari perhatikan
penjelasan Yesus melalui injil Markus:
Markus
8:33 … sambil
memandang
murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus,
kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau
bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang
dipikirkan manusia."
Sang
Mesias menunjukan secara terus terang, bahwa kematian dan kebangkitan sesudah 3
hari harus dipandang sebagai apa yang dipikirkan Allah.
Sehingga,
sekalipun kita dapat menemukan hal ini
sebagai pemikiran Yesus, namun ini sekaligus adalah apa yang dipikirkan Allah.
Sang Mesias sejak semula ingin menyatakan bahwa nanti sekalipun dalam peristiwa
sejarah, jalan menuju kematian dan kebangkitan itu harus melalui tangan-tangan
dan kuasa-kuasa manusia yang akan menghasilkan:” Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh
tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat,” Sang Mesias sejak dini
memperingatkan bahwa jalan semacam itu bukan semata pemikirannya tetapi juga
merupakan pemikiran Allah. Ia menyatakan dirinya berkuasa untuk mewujudkan
pemikiran Allah secara jitu tanpa meleset dalam kesejarahan manusia. Ini juga
pada satu aspek lainnya menunjukan bahwa dinamika kesejarahan manusia yang masih
akan berlangsung dengan beragam probabilitasnya tidak akan mampu melencengkan
apa yang menjadi pemikiran Allah yang telah diposisikan sebagai sebuah
kepastian dalam kemutlakan semacam ini: “bahwa
Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua,
imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.”
Deklarasi
Publik
Sekarang
Yesus membuka kebenaran dirinya kepada publik.
▀Markus
8:34-35 Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan
berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul
salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa
yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku
dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.
Ia memanggil banyak
orang tetapi bukan untuk menyampaikan kabar yang berbeda sebagaimana Ia telah
mengajarkan 12 muridnya. Sekarang Ia mengajarkan hal yang tak diduga yaitu:
Siapakah dirinya dan tantangan dan kesukaran sehubungan dengan mengikut dirinya,
sekaligus meletakan dirinya adalah sentral kehidupan Allah di tengah dunia yang
tak memiliki kehidupan dari Allah. Mari kita memperhatikannya:
Setiap orang
yang mau mengikut Aku
|
→
|
ia harus
menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku
|
→
|
ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena
Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya
|
Baik pengajaran
kepada para murid dan kepada publik memiliki sentralitas yang sama: siapakah dirinya dan apakah tujuannya. Apa yang menarik,
kepada orang banyak ia menunjukan bahwa menyangkal
dirinya dan memikul salibnya sebagai hal integral pada wujud mengikut Aku yang secara langsung dikaitkan
dengan kehidupan kekal: “barangsiapa
kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelematkannya.”
Tanpa Sang Mesias mengajarkan ,untuk saat itu, bahwa dirinya akan mati dan bangkit sesudah 3 hari. Tetapi
jelas sekali kepada publik, Yesus
menunjukan nilai dasar mengapa orang harus menyangkal dirinya, memikul salibnya
dan mengikutnya sangat erat dengan kepastian keselamatan karena Sang Mesia dan karena
Injil atau kabar baik yang dilandaskan
pada Diri Yesus yang berkuasa untuk
memberikan keselamatan bagi siapa yang mau mengikutinya dalam kebenarannya.
menyangkal
dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku
|
↔
|
barangsiapa
kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya
|
Pengajaran Sang
Mesias di hadapan publik ini, menunjukan siapkah
Yesus dan apakah tujuan kedatangannya
dalam bingkai “dibunuh dan bangkit setelah 3 hari!”
menyangkal
dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku
|
→
|
►Yesus
adalah sentral dan kehidupan itu sendiri bagi setiap pengikut Kristus
►Hidup
kita, dengan demikian, bukan lagi bersumber dari hikmat, kebenaran dan
kekuatan yang bersumber dari diri tetapi Yesus. Kita harus memahami bahwa menyangkal
diri dan memikul salib bukan sama sekali upaya pematian diri sehingga
mati selera atau rasa dengan dunia ini sampai-sampai tidak mampu membangun
produktivitas dan bercita untuk menjadi yang terbaik. Menyangkal diri dan
memikul salib merupakan wujud jiwa yang menyerahkan diri secara total dalam
kesadaran penuh kepada kebenaran karena Ia memiiki kehidupan baru dari Sang
Mesias. Ikut Yesus akan menjadi permulaan bagi: segala hikmat, kebijaksanaan,
kekuatan, semangat hidup dan segenap totalitas diri bagi Tuhan.
►Yesus
dengan demikian menjadi sumber dan kekuatan perubahan hidup dan pembangunan
diri dalam Tuhan sementara kita masih harus hidup di dunia ini.
|
Sang Mesias terus
bergerak membawa mereka yang mau menjadi pengikutnya bukan sekedar mengenal dirinya sebagai sumber
segala sumber kehidupan dan pembangunan kehidupan yang bernilai dan bertujuan
di dunia ini, tetapi membawa setiap
mereka yang mau menjadi pengikut dirinya untuk mengenal dirinya adalah sumber
kehidupan sejati yang benar-benar berkuasa untuk memberikan hidup yang tak
dapat direbut dan dibahayakan oleh penguasa dunia ini yang dapat menghilangkan
nyawa para pengikutnya:
barangsiapa kehilangan nyawanya
karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya
|
Kebangkitan Kristus Lebih Agung Dari Sekedar Agar Hidup Kekal
Siapakah
Yesus dan apakah tujuannya menjadi
begitu benderang pada kematian yang berakhir dengan kebangkitannya dari antara
orang mati. Bahkan pengajaran ini sendiri:
Setiap
orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul
salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa
yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku
dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya
pasti akan
terjerembab pada pemahaman bahwa menyangkal diri dan memikul salib,
keberhasilannya digantungkan pada perjuangan diri sendiri hingga kesudahan,
jika saja Yesus tidak menautkannya dengan apa yang tak dapat diberikan dunia dan
oleh dirimu sendiri! Perhatikan ini:
▀Markus
8:36-37 Apa gunanya seorang memperoleh
seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena apakah yang dapat
diberikannya sebagai ganti nyawanya?
Ajakan yang berbunyi Setiap
orang yang mau mengikut Aku, ia
harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku akan memberikan
sebuah perubahan yang keberlangsungannya tidak berada dalam otoritas manusia. Yesus berkata apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia.
Ini bukan soal orientasi hidup dan bukan soal dunia ini tidak berharga sama
sekali bagi hidup saat ini dan bagi kesaksian kebenaran Kristus kepada dunia
ini, tetapi soal dimanakah kebenaran itu berada dan siapakah yang menjadi
sumber kebenaranmu. Ini jelas demikian maksudnya, karena setelah Yesus berkata demikian, ia melanjutkannya dengan statement ini apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia,
ia menautkannya dengan: tetapi ia
kehilangan nyawanya, yang akan memberikan konteks penting bagi menyangkal diri, memikul salib yang secara total berbicara soal kehidupan dalam Kristus sementara masih berada dalam dunia ini.
Kalau kita melihat realitas lahiriahnya atau kasat
matanya: dunia dan segala kesuksesan
dapat memberikan kebahagiaan, dan kalau anda menggunakan jiwa dan pikiranmu
untuk membangun sebuah karakter yang baik dan moralitas kudus yang baik, maka
dalam hal ini jiwa dan pikiran sebagai bagian dari produk dunia ini masih
merupakan hal yang tidak dapat dipahami sebagai sama sekali tidak
diperhitungkan dapat memberikan keselamatan, atau dengan kata lain, sekalipun
memiliki kebenaran diri sendiri, ia kehilangan nyawanya??
Tetapi Yesus ketika
berkata demikian, sedang menunjukan bahwa kehilangan nyawa adalah sebuah
keadaan dan destini yang hanya dapat ditanggulangi oleh diri-Nya.Dengan
demikian, juga tidak mungkin oleh perjuangan diri sendiri untuk dapat menyangkal diri dan memikul salib senantiasa
bertaut dengan Yesus dalam kematian dan kebangkitannya. Ini semua bukan
tentang perjuangan diri dengan kekuatan diri sama sekali untuk mencapai
kelayakan menjadi anak Tuhan melalui penebusan-Nya. Bukan. Karena problem yang
membuat seorang itu tak layak menjadi anak Tuhan atau layak menerima penebusan,
sama sekali bukan dalam domain manusia
untuk menanggulanginya. Mari perhatikan apa yang diujarkan oleh Yesus Sang
Mesias:
▀Markus
8:38 Sebab barangsiapa
malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun
akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya,
diiringi malaikat-malaikat kudus."
Yesus kembali mengaitkan mengikut dirinya secara oposisi terhadap memperoleh seluruh dunia: “Sebab
barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku
di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun
akan Malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi
malaikat-malaikat kudus.”
Seluruh dunia ini
dimana kita ada dan hidup, telah digambarkan oleh Yesus begitu terkutuk dalam ungkapan “di tengah-tengah angkatan yang tidak setia
dan berdosa ini.” Semenjak ini adalah problem yang membutuhkan Yesus dalam
keotentikan yang personal dan ia adalah satu-satunya kebenaran dan keselamatan
yang hidup di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, maka
kita dapat memahami mengapa menyangkal diri dan memikul salib bukan bersumber
dari kuasa diri dan dedikasi diri, sementara itu adalah instruksi yang harus
dilakukan. Apakah yang bisa diharapkan oleh Yesus pada manusia yang
dikatakannya tidak setia dan berdosa?
Ia bukan saja mengajarkan tujuannya untuk mati
dan bangkit setelah 3 hari, tetapi sekaligus tujuannya mati dan bangkit setelah
3 hari adalah untuk memberikan hidup yang
memberikan pembebasan dan kehidupan yang memisahkan setiap muridnya dari
tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini.
Pada poin ini, Yesus
bahkan tidak sekedar menunjukan bahwa Ia datang untuk mati dan bangkit demi
sebuah tujuan: memberikan hidup kepada manusia yang percaya kepadanya, tetapi
Ia akan datang kembali untuk menghakimi dunia yang digambarkannya sebagai
angkatan yang tidak setia dan berdosa. inilah yang telah Ia tunjukan bahwa Ia
akan menghakimi dosa dan mengakui siapa
yang memang benar benar adalah
tebusan-Nya:
Ia
Mati
|
→
|
Ia
Bangkit
|
→
|
Ia akan datang kembali dalam
kemuliaan Sebagai HAKIM
“Anak Manusiapun akan malu
karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi
malaikat-malaikat kudus”
|
Yesus melalui
kematian dan kebangkitannya, bukan sekedar agar siapapun yang percaya kepadanya
memiliki kehidupan kekal, tetapi sejak semula agar memiliki hubungan yang
personal dalam percaya yang totalitas sehingga menggerakan orang percaya untuk menyerahkan kehidupannya dalam sebuah pengimanan
yang tak terbayangkan untuk membentuk karakter yang terpuji, perilaku yang
menyaksikan karya Yesus yang menebus hidupnya dari angkatan yang tidak setia
dan berdosa, cara pandang hidup yang terbangun di atas mengenal kebenaran dan
kuasa kebangkitan Yesus Kristus, yang kesemunya itu berlangsung selama hidup di
dunia ini hingga mata menutupkan pandangannya dari dunia ini selamanya. Semua
dimulai dengan panggilan Yesus:
Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul
salibnya dan mengikut Aku
|
Untuk
berakhir dalam sebuah hubungan dalam kekekalan kala ia datang kembali ke dunia ini, untuk menjumpai mereka
yang telah hidup dalam kehidupan yang
diberikan Sang Mesias:
barangsiapa
malu karena Aku
dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan
berdosa ini, Anak
Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan
Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus
|
Apa yang terpenting
adalah apakah seorang itu memiliki relasi dengan Kristus sementara ia masih
tinggal di dunia di antara angkatan yang tidak setiap dan berdosa ini.
Satu-satunya kekuatan seorang pengikut Kristus untuk bertahan dalam kesetiaan
terhadap Yesus dalam dunia semacam ini adalah: hidup di atas dasar kebenaran
perkataan Yesus yang berbunyi: Setiap orang yang mau mengikut Aku,
ia harus menyangkal dirinya, memikul
salibnya dan mengikut Aku. Ini bukan sekedar gaya hidup dan orientasi
hidup, tetapi hidup berdasarkan firman. Itu sebabnya Yesus mengaitkan tidak
malu terhadap Yesus bukan saja terhadap dirinya tetapi juga perkataannya. Kini kita dapat melihat kalau menyangkal diri dan
memikul salib dan mengikut Yesus menjadi
satu-satunya kehidupan yang diinstruksikan Yesus yang akan menghasilkan
pemisahan diri seorang pengikut Yesus dari angkatan yang tidak setia dan
berdosa ini. Ini terjadi karena Yesus telah mati dan bangkit sebagaimana
diajarkannya. Coba perhatikan ini:
Setiap orang
yang mau mengikut Aku, ia
harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku
|
||
Ia
Mati
|
Ia
Bangkit
|
Ia akan datang
kembali dalam kemuliaan Sebagai HAKIM
“Anak
Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan
Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus”
|
Setiap pengikut
Kristus sanggup hidup dalam kesetiaan untuk menyangkal
dirinya dan memikul salibnya di
atas landasan: kuasa Kristus dalam
kematiannya, kuasa Kristus dalam kebangkitannya. Karena itulah kematian dan
kebangkitan Yesus senantiasa bertautan dengan jati diri manusia di hadapan
Tuhan: tidak setia dan berdosa. Itulah natur manusia yang menyebabkan pada
dirinya tidak terdapat kesempurnaan berdasarkan perjuangan jiwanya sendiri.
Ia Mati dan Bangkit Bagi Manusia Kala Tidak Satupun Didapatinya
Dalam Keadaan Setia dan Tidak Berdosa Sehingga Layak Menerima Hasil dari Karya
Kematian dan Kebangkitannya
Jika anda percaya
bahwa seorang dapat menjadi anak-anak Tuhan karena terlebih dahulu memiliki
kepantasan dan kelayakan untuk diangkat Bapa menjadi anak-anaknya, maka itu
sebuah kesalahan yang begitu fatal.
Yesus sejak semula
sudah mengemukakan keadaan dunia beserta isinya yang jahat akan menjadi bagian
penting yang menorehkan fakta itu pada tubuhnya yang akan dia bahwa masuk ke
dalam kematian dan dalam Ia membawa tubuh dan darahnya sendiri untuk
dipersembahkan kepada Bapa sebagai genapnya kasih Allah yang begitu besar
kepada dunia ini. Yesus sejak semula menyatakan bahwa Bapa mengasihi dunia pada
saat dimana tidak satupun anak manusia didapati layak untuk menjadi anak-anak
Bapa.
Bukankah ketika Ia memilih
12 muridnya Ia telah mengetahui sejak masa yang
jauh lebih purba bahwa tak satupun akan setia kepadanya? Tidak ada
satupun kelayakan yang akan dijumpai bagi manusia untuk menjadi anak-anak-Nya. Sejak masa yang jauh lebih purba menunjukan
begitulah hakikat manusia itu sebagai manusia berdosa. Perhatikan ini:
▀Markus
14:27 Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Kamu semua akan tergoncang imanmu. Sebab ada tertulis: Aku akan
memukul gembala dan domba-domba itu akan tercerai-berai.
Markus
14:29-31 Kata Petrus kepada-Nya: "Biarpun mereka semua tergoncang imannya,
aku tidak." Lalu kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya pada hari ini, malam ini juga, sebelum ayam berkokok dua kali,
engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Tetapi dengan lebih
bersungguh-sungguh Petrus berkata: "Sekalipun aku harus mati bersama-sama
Engkau, aku takkan menyangkal Engkau." Semua yang lainpun berkata demikian
juga.
Markus
14:43 Waktu Yesus masih berbicara, muncullah Yudas, salah seorang dari kedua
belas murid itu, dan bersama-sama dia serombongan orang yang membawa pedang dan pentung,
disuruh oleh imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua.
Markus
14:50 Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri.
Sang Mesias, bukankah
telah berkata tentang murid-muridnya itu sebagai yang begitu dikasihinya dengan
kasih yang begitu besar yaitu menyerahkan nyawanya? Perhatikan ini:
Yohanes
15:13,15 Tidak ada kasih yang lebih
besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.
Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat
oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan
kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.
Bisakah anda
membayangkan Ia telah menyebut 12 murid itu sebagai sahabat-sahabatnya. Ini
bahkan bukan sembarang sahabat karena ia berkata: tidak ada kasih yang lebih
besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk
sahabat-sahabatnya.
Sang Mesias
memberikan kasih terbesar itu kepada mereka yang sebetulnya sama sekali tak
layak untuk disebut sahabat dan terlampau mahal dan menghina diri sendiri untuk
mengasihi mereka dengan memberikan nyawanya!
Jika kematiannya
demikian, maka kebangkitannya dari
antara orang mati pun untuk memberikan keselamatan kepada manusia yang bahkan
sama sekali tak layak untuk diselamatkan, menjadi anak Bapa, dan apalagi
untuk menjadi seorang rasul yang terpandang dan menjadi tokoh penting dalam
perkembangan pemberitaan injil! Mari perhatikan ini:
►Kisah
Para Rasul 26:10-20 Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam
penjara, setelah aku memperoleh kuasa
dari imam-imam kepala, tetapi aku
juga setuju, jika mereka dihukum mati. Dalam rumah-rumah ibadat aku sering menyiksa mereka dan memaksanya untuk menyangkal imannya dan
dalam amarah yang meluap-luap aku
mengejar mereka, bahkan sampai ke kota-kota asing." Dan dalam keadaan
demikian, ketika aku dengan kuasa penuh dan tugas dari imam-imam kepala sedang
dalam perjalanan ke Damsyik, tiba-tiba, ya raja Agripa, pada tengah hari bolong
aku melihat di tengah jalan itu cahaya yang lebih terang dari pada cahaya
matahari, turun dari langit meliputi aku dan teman-teman seperjalananku. Kami
semua rebah ke tanah dan aku mendengar suatu suara yang mengatakan kepadaku
dalam bahasa Ibrani: Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?
Sukar bagimu menendang ke galah rangsang. Tetapi aku menjawab: Siapa Engkau,
Tuhan? Kata Tuhan: Akulah Yesus, yang kauaniaya itu. Tetapi sekarang,
bangunlah dan berdirilah. Aku menampakkan diri kepadamu untuk menetapkan engkau
menjadi pelayan dan saksi tentang segala sesuatu yang telah kaulihat dari
pada-Ku dan tentang apa yang akan Kuperlihatkan kepadamu nanti. Aku akan
mengasingkan engkau dari bangsa ini dan dari bangsa-bangsa lain. Dan Aku akan
mengutus engkau kepada mereka, untuk membuka mata mereka, supaya mereka
berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah,
supaya mereka oleh iman mereka kepada-Ku memperoleh pengampunan dosa dan
mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan. Sebab
itu, ya raja Agripa, kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak pernah aku
tidak taat. Tetapi mula-mula aku memberitakan kepada orang-orang Yahudi di
Damsyik, di Yerusalem dan di seluruh tanah Yudea, dan juga kepada bangsa-bangsa
lain, bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu.
Bisakah anda
menunjukan satu saja hal yang akan membuat Paulus memiliki kualifikasi pantas
atau layak untuk sekedar menjadi anak Bapa, apalagi untuk membuka mata mereka, supaya
mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah?
Anda tidak akan menemukan.
Manusia manapun tidak
akan pernah memiliki kualifikasi itu. Tidak pada 12 murid dan juga tidak pada
Paulus. Satu-satunya yang membuat manusia layak untuk menjadi anak-anak Bapa
adalah kasih karunia dalam Yesus Kristus dalam kematiannya, kebangkitannya dan
kedatangannya kelak! Paulus tentang dirinya berkata seperti ini:
1Korintus
15:9-10 Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, sebab aku telah
menganiaya Jemaat Allah. Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah
sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku
tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka
semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.
Rasul Paulus tidak
pernah menemukan satupun kebenaran pada dirinya yang membuat dirinya
pertama-tama layak untuk diselamatkan dan layak untuk menjadi anak Bapa,
apalagi menjadi rasul!
Tidak ada
satupun kebenaran dari dirinya yang
memberikan pada dirinya secercah kecemerlangan yang membuat dirinya dapat
berkata aku memiliki kebenaran karena itu aku layak untuk berdiri di hadapan
Bapa. Sebaliknya ia berkata ini tentang kebenaran diri:
Filipi
3:8-9 Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya.
Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah,
supaya aku memperoleh Kristus, dan berada
dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat,
melainkan dengan kebenaran karena
kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan
kepercayaan.
Kebangkitan
Kristus adalah kebenaran
bagi setiap pengikut Kristus dan dasar dan sumber kekuatan untuk
menyangkal diri dan memikul salib sebagai sebuah kehidupan yang memisahkan
mereka dari angkatan yang berdosa ini sementara mereka bekerja dan
mengembangkan kehidupan di antara mereka! Paulus meneladankan kepada kita
kehidupan yang menyangkal diri dan memikul salib dalam mengikut Yesus sementara
ia masih hidup dan bekerja di dunia ini:
▀Filipi
3:10-12 Yang
kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam
penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam
kematian-Nya, supaya
aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati. Bukan
seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku
mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus
Yesus.
Kebangkitan
Kristus bukan sekedar Yesus bangkit dari antara orang
mati karena Ia berkuasa melakukannya! Kebangkitan Kristus dari antara orang
mati membuktikan kasih-Nya yang begitu besar dengan memberikan nyawanya atau
kehidupannya, sehingga setiap orang yang percaya kepadanya beroleh juga
kebangkitan dari antara orang mati sebagai orang yang mengenal Dia dan kuasa
kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya. Inilah yang dimaksudkan
dengan menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya.
Kebangkitan
Kristus menjadi dasar bagi setiap orang yang beriman
kepada Yesus Kristus untuk memiliki pada akhirnya kebangkitan dari antara orang mati. Dan itu sendiri adalah sebuah
kehidupan yang bersumber dari instruksi Yesus bagi setiap pengikutnya untuk menyangkal diri dan memikul salib sebagai sebuah kehidupan
yang diberikan ganti kehidupan yang bersumber dari dunia dan tak dapat
memberikan kehidupan kekal. Dalam kehidupan semacam ini, maka inilah yang
seharusnya menjadi tujuan dan pengejaran hidup kita semua:
►Mengenal
Dia
►Mengenal
Kuasa Kebangkitan-Nya
►Memiliki
Persekutuan dalam Penderitaannya
Mengapa ini mungkin
untuk dilakukan? Karena Paulus telah ditangkap Kristus, sama seperti semua 12 murid itu:
Yohanes
15:16 Bukan kamu yang memilih Aku,
tetapi Akulah yang memilih kamu.
Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan
buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku,
diberikan-Nya kepadamu.
Bagaimana dengan saya
dan anda? Tentu saja untuk memiliki kehidupan
menyangkal diri dan memikul salib
harus bermula dari kehidupan yang diberikan oleh Bapa dalam Yesus Kristus. Perhatikan
sabda Yesus ini:
Yohanes
10:11,14-15 Akulah gembala yang baik. Gembala
yang baik memberikan nyawanya bagi
domba-dombanya; Akulah
gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal
Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan
nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.
Kekuatan dan
kesetiaan kita dalam mengiringi Tuhan atau melakukan kehendak Tuhan, harus
dimulai dari menerima pemberian hidup dari Allah. Yesus berkata: Gembala yang baik memberikan nyawanya
bagi domba-dombanya. Mengapa? Karena
dunia ini bukan tandingan saya dan anda,
sebesar-besarnya anda tidak akan membuat anda dapat mengontrol segala
sesuatunya agar berjalan dalam kehendakmu sehingga anda dapat lebih enak untuk
menjadi anak-anak Tuhan yang baik. Hal
yang sama sangat pentingnya, adalah, dengan kematian (memberikan nyawa) dan kebangkitannya, ini
justru menjadi sumber kehidupan persekutuan kita dengan Anak dan Bapa, karena
itulah dasarnya sebagaimana telah diutarakan Yesus: Aku mengenal domba-domba-Ku
dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal
Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku
bagi domba-domba-Ku.
Selamat memiliki dan
menjalankan kehidupan yang telah diberikan Bapa melalui dan dalam Kematian,
kebangkitan dan kedatangannya yang akan terjadi untuk kedua kalinya. Apakah pada
akhirnya kita akan memperoleh kebangkitan dari antara orang mati sebagai yang
mengenal Dia, ataukah tidak mengenal dan tidak dikenal Dia?
Soli Deo
Gloria
No comments:
Post a Comment