Oleh: Martin Simamora
Kuburannya
Masih Ada Pada Kita Sampai Hari Ini, Bukti Kasih-Nya yang Telah Ditolak Tak
Dapat Digagalkan
Intro:
Mesias yang
Aneh
Kebencian sebagaimana
kesukaan adalah hal yang begitu alami
bagi manusia. Tak perlu harus bersebab apalagi berempatik. Kadang kala atau
bahkan kerap kali, menyukai atau membenci bisa datang menyandera sehingga indra-indra paling dasar pemberian
Sang Khalik membuta untuk sekedar dapat menjadi diam dan tenang merenungkannya
dan memeriksanya secara cermat. Saya
berpendapat, Alkitab secara jitu memotretkannya bagi kita, manusia-manusia yang
memiliki kesempatan yang agung telah menggunakan momentum paling penting bagi
penghuni bumi ini, dengan kebencian yang membuahkan kubur. Ini bukan kebencian
1 orang, 2, 5,10, 100 atau lebih. Ini adalah kebencian semua orang,
sedikit-dikitnya 5000 orang laki-laki saja yang telah menikmati jamuan makan
bersama Yesus, Sang Mesias yang pada akhirnya ditolak dalam kebencian yang
melahirkan pengelu-eluan seorang kriminal yang bahkan belum tentu mampu memberi
makan bagi 10 orang saja. Mari kita melihat manusia-manusia yang sungguh
mengalami kemurahan Yesus, Sang Mesias yang pada akhirnya mereka serahkan ke dalam kubur.
Markus
6:32-44 Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke
tempat yang sunyi. Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat
mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah
datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka. Ketika
Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah
hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang
tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.
Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan
berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah mereka
pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung
di sekitar ini." Tetapi jawab-Nya:
"Kamu harus memberi mereka makan!"… Lalu Ia menyuruh orang-orang
itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. Maka
duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh
orang. Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke
langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya
kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu
juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang…. Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki. [Matius 14:13-21; Markus 6:30-44; Lukas
9:10-17; Yohanes 6:1-15]
Begitulah Yesus
menjadi sebuah pengharapan yang besar dan mulia, bahkan lebih dari sekedar Sang
Pemberi Makan, tetapi semua menjadi yakin bahwa dialah Sang Mesias yang
dinantikan. Jika Ia sanggup menjadi Sang Pelepas Kelaparan hanya dengan
mengangkat makanan dan mengucap syukur, maka dialah Mesias yang akan membebaskan mereka melalui pemulihan Israel
secara total. Ini dapat dimengerti, ketika Yesus memang benar-benar mengadakan
mujizat yang menunjukan siapakah Ia. Jadi kalau seperti ini pengharapan mereka: Ketika
orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata:
"Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia."
(Yohanes 6:14). Yesus, tak terelakan, menjadi begitu popular dan paling
disukai. Bisakah anda membayangkan diri anda sangat disukai dalam sebuah
kepopuler tanpa tanding, seperti Yesus yang hanya mengangkat makanan dan
mengatakan sesuatu kepada Langit, dan kenyanglah semua ribuan orang. Para saksi
mata yang sangat kenyang.
Tetapi akankan para
saksi mata yang begitu kenyang perutnya, akan tetap menjadi saksi-saksi setia
yang akan berdiri dan memberitakan kebenaran-Nya sebagaimana kehendak-Nya?
Masihkah kala mereka tidak akan pernah setiap hari mendapatkan mujizat
sespektakuler demikian ! Apalagi, Yesus secara teguh dan penuh maksud tidak
memenuhi ekspektasi publik agar kemesiasannya tampil secara total untuk
menaklukan para penguasa dunia, sehingga dipulihkanlah takhta Daud itu. Siapa
yang dapat memahami ini?
Yesus, kalau dia
adalah Mesias itu, Ia adalah Mesias yang aneh. Begitu aneh karena sementara ia
memiliki basis konstituen dan rakyat yang begitu menghormatinya sebagai mesias
yang adidaya, namun beginilah perilaku Mesias itu:
Yohanes
6:15 Karena Yesus
tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa
untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.
Siapa yang dapat
mendikte tujuan yang harus dicapai Sang Mesias? Rakyat, peguasa-penguasa dunia
ini, Mahkamah Agama? Tidak. Dalam sebuah dialog yang sungguh mencengangkan bagi
para ahli atau pakar agama, Yesus
menunjukan bahwa dirinya memang Mesias yang aneh bagi pemikiran teologis dan
ekspektasi pada umumnya:
Lukas
20:40-44 Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Bagaimana orang dapat
mengatakan, bahwa Mesias adalah Anak Daud? Sebab Daud sendiri berkata dalam
kitab Mazmur: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi
tumpuan kaki-Mu. Jadi Daud menyebut Dia
Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?"
Sementara orang-orang
Israel memahami Mesias adalah Sang Pembebas yang akan menaklukan musuh-musuh
Israel, mereka pada saat yang sama kalau Mesias bukanlah Mesias yang datang dan berasal dari dunia ini, sementara Ia
adalah memang keturunan Daud: jadi Daud
menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula? Ini
adalah relasi yang tak terpahami. Ini adalah poin besar yang membuat Yesus jika
ia Mesias, menjadi begitu janggal. Walau kitab suci menyatakan kalau Daud
menyebut keturunannya itu adalah Tuannya! Hubungan yang sangat aneh! Ini bukan
satu kali, Yesus menunjukan kemesiasan yang aneh yang akan menjadi konflik bagi
bangsa Israel. Ia juga berkata begini
tentang mesias itu-dirinya:
Yohanes
3:12-13 Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal
duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan
kamu tentang hal-hal sorgawi? Tidak
ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun
dari sorga, yaitu Anak Manusia.
Kemanusiaan Mesias
cukup mudah dimengerti bahwa Ia harus
keturunan Daud, dan berkuasa untuk menaklukan kuasa-kuasa dunia ini.
Tetapi keilahian Mesias bahwa Ia adalah
yang telah turun dari sorga, akan
menjadi hal yang begitu aneh kala
membicarakan Mesias! Dan bentrok terbesar antara pengharapan mesianik yang populer
dengan pengharapan mesianik yang dibawa Dia yang telah turun dari sorga,
semacam ini:
Yohanes
3:14-15 Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak
Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.
Para pembaca yang
budiman dimanapun anda berada saat ini. Sebetulnya Yesus tidak pernah sedikit
saja mengingkari kemesiasannya pada
aspek kuasa yang integral pada dirinya. Ia tetap menunjukan bahwa Ia
adalah Mesias yang berkuasa penuh sebagaimana pengharapan mesianik yang
menggelora pada orang Israel. Sang Mesias menyambut gelora ekspektasi itu,
hanya saja tak seperti yang dipikir, tak terselami jika Mesias berkuasa untuk
memberikan yang kekal dalam cara yang akan membuat semua begitu sukar memandang
Ia adalah mesias. Yesus bahkan meletakan dirinya sebagai penuh kuasa sumber
hidup Allah bagi manusia pada tindakan penghandiran Allah akan kuasa hidup-Nya
yang membebaskan manusia dari kematian karena maut yang lahir dari dosa, pada
peristiwa tongkat Musa: sama seperti Musa meninggikan ular di padang
gurun, demikian juga Anak
Manusia harus ditinggikan, supaya
setiap
orang yang percaya kepada-Nya beroleh
hidup yang kekal. Mari kita bandingkan dengan apa yang terjadi pada
peristiwa Musa tersebut sebagaimana Yesus merujukan dirinya:
Setelah
mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk
mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di
tengah jalan. Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: "Mengapa
kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini?
Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini
kami telah muak." Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu,
yang memagut mereka, sehingga banyak
dari orang Israel yang mati. Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa
dan berkata: "Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata
melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya
ular-ular ini dari pada kami." Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. Maka berfirmanlah
TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang;
maka setiap
orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup." Lalu Musa
membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang
dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup-
Bilangan 21:4-9
Harus diperhatikan,
bahwa Yesus secara sangat berhati mengintroduksi dirinya sebagai mesias
sementara pengharapan mesianik yang
dipegang erat menentangnya. Sang Mesias nampak memahami penolakan ini,
karena ia sendiri secara langsung menerima penolakan kemesiasan yang bertolak
belakang dengan kebenaran yang diajarkan para guru kitab suci mereka. Mari kita
memperhatikan ini:
Yohanes
12:32-33 dan Aku, apabila Aku ditinggikan
dari bumi, Aku akan menarik semua
orang datang kepada-Ku." Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan
mati.
Yohanes
12:34 Lalu jawab orang banyak itu: "Kami
telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya; bagaimana mungkin Engkau
mengatakan, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia
itu?"
Pada poin inilah,
ekspektasi mesianik pada Yesus telah
runtuh walau mereka tahu siapakah Yesus terkait kuasa dan otoritas yang tanpa
tanding! “Siapakah Anak Manusia?” ini adalah pertanyaan soal jati diri Mesias,
mengapa harus dikaitkan dengan Anak Manusia harus mati? Ini menjadikan Yesus
adalah Mesias yang aneh dalam pengharapan bangsa Israel: mesias tetap hidup
selama-lamanya. Kini ia bicara kematian??
Seperti saya katakan
tadi, Yesus tidak pernah mengingkari
kemesiasannya sebagaimana pengharapan yang tertanam sejak zaman purba. Bahkan
kala ia menyatakan bahwa Anak Manusia harus ditinggikan, dalam peninggian yang
melahirkan kematian, ia begitu menekankan aspek kuasa pada Takhta Daud itu : duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat
musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu. Hanya saja yang tak terpikirkan,
mengapa harus Takhta Daud berurusan dengan Hidup Kekal dari Allah?. Yesus
terkait hal ini menyatakannya dalam sebuah penekanan yang akan menunjukan bahwa
dalam peninggiannya Ia dalam perjalanan untuk menaklukan kuasa-kuasa dunia:
═dalam
kematiannya Ia berkuasa untuk memberikan kehidupan bagi banyak manusia: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau
biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja;
tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah”- Yohanes 12:24
═Nama
Allah dimuliakan dalam kematian-Nya:” Bapa,
muliakanlah nama-Mu!" Maka terdengarlah suara dari sorga: "Aku telah
memuliakan-Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya lagi!"- Yohanes 12:28
═Kematiannya
mengerjakan penghakiman Allah atas dunia dalam wujud penghakiman yang
memperlihatkan kerja kuasa mesianik pada Yesus sebagai pewaris kekal Takhta
Daud: “Sekarang berlangsung penghakiman
atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar”-
Yohanes 12:31
═Kematiannya
adalah kematian mesias yang menggenapkan pengharapan mesianik sebagai pembebas
manusia dalam spektrum yang jauh lebih mulia daripada kelepasan lahiriah tetapi
kemerdekaan dibalik kubur: “dan Aku,
apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang
kepada-Ku." Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan
mati.”- Yohanes 12:32-33
Pengeluan Mahamulia Berganti Pelucutan Kemuliaan:
Kebencian Berbuah Kubur
Karena itulah,
sementara ia belum berjalan menuju salib melalui serangkai peristiwa kelam
seperti penghianatan, penangkapan, penistaan, penyiksaan, pengadilan, vonis
mati salib dalam sebuah pemilihan antara dirinya ataukah seorang criminal untuk
dibebaskan, Yesus tetap diharapkan mau
menggenapi pengharapan dunia yang berdiam di hati bangsa Israel.
Sehingga kita masih dapat melihat ini:
Yohanes
12:12-13 Keesokan harinya ketika orang banyak yang datang merayakan pesta
mendengar, bahwa Yesus sedang di tengah jalan menuju Yerusalem, mereka
mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru:
"Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!"
Tetapi segera setelah
Yesus menggenapi sabdanya sendiri: bahwa Anak Manusia harus ditinggikan, maka
pengeluan mahamulia yang sebelumnya disematkan pada dirinya, kini secara
aklamasi dilucuti
Matius
27:16-17 Dan pada waktu itu ada dalam penjara seorang yang terkenal
kejahatannya yang bernama Yesus Barabas. Karena mereka sudah berkumpul di sana,
Pilatus berkata kepada mereka: "Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan
bagimu, Yesus Barabas atau Yesus, yang disebut Kristus?"
Kekecewaan yang
melahirkan kebencian. Kebencian yang akan berbuah kubur, pada puncaknya. Siapakah
yang dapat membayangkan pengeluan mahamulia berubah menjadi pelucutan kemuliaan
yang disumpahkan oleh mereka hingga ke keturunan-keturunan mereka:
Matius
27:24-25 … ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan
berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu
sendiri!" Dan seluruh rakyat itu menjawab: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami
dan atas anak-anak kami!"
Kebencian nasional terhadap satu orang manusia
sebangsanya. Masihkan ia mesias bagi bangsanya? Ia mesias yang aneh bagi
bangsanya. Tetapi tak sekedar benci, tetapi penolakan atas Hidup Kekal ganti kutuk kematian yang
mereka pilih sendiri, dalam ekspresi: biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami
dan atas anak-anak kami! Ini adalah penolakan nasional yang mereka benamkan untuk beranak-pinak.
Dapat dimengerti mengapa injil begitu
sukar untuk mendapatkan tempat terbaik dalam hati bangsanya sendiri.
Tetapi kebencian yang sekeras ini, dalam cara yang tak terbayangkan dan mereka
tolak, kelak akan menjadi satu-satunya jalan keselamatan bagi mereka, tiada
cara lain, tepat sebagaimana Yesus, tadi, berkata: Dan sama seperti Musa meninggikan
ular di padang gurun, demikian
juga Anak Manusia harus
ditinggikan, supaya
setiap
orang yang percaya kepada-Nya beroleh
hidup yang kekal.
Pada akhirnya, tidak
pernah Yesus menuntut pembalasan kepada Bapa-Nya atas penumpahan darahnya.
Walau sukar untuk kita pahami dan bayangkan, sejauh apa dan sebesar apakah ucapan sumpah seperti ini: biarlah darah-Nya
ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami akan berdampak dan mempengaruhi
perjalanan bangsa ini, sementara Sang Mesias dalam penuh kasih yang begitu
besar dari Bapanya, telah mengucapkan sabda yang megah ini: Yesus berkata:
"Ya Bapa, ampunilah mereka,
sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."- Lukas 23:34.
Mesias yang aneh,
karena sementara Ia pewaris Takhta
Daud, namun Daud memanggilanya Tuan!
Mesias yang aneh, karena sementara ia menaklukan kuasa maut atas manusia, namun
Ia harus mati? Mesias yang aneh bagi bangsa Israel, karena sekalipun Ia adalah
manusia tetapi Ia bahkan berkata dalam
kematiannya akan memberikan kehidupan bagi siapa yang memandang pada dia yang
disalibkan dan menjadi percaya. Mesias yang aneh, karena sekalipun manusia Ia
berkuasa mengampuni dosa di dunia ini: “Tetapi
supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa"
(Markus 2:10).”
Penolakan
Kasih Allah yang Tak Berhasil
Dapatkah anda membayangkan bahwa seharusnya penolakan kasih Allah seharusnya menghentikan Allah
agar tak terus melanjutkan apapun yang telah dijanjikan oleh Mesias kepada
bangsa itu? Mesias yang telah mereka benci hingga mengantarnya ke kubur!
Kebencian yang melahirkan sumpah penolakan hingga ke anak-anak mereka, hingga
ke generasi-generasi mereka.
Ah… sebesar dan seperkasa apakah janji Yesus itu, bahwa Karena begitu besar kasih Allah akan dunia
ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang
yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal
(Yohanes 3:16).
Apakah Bapa tidak menjadi kecewa hingga tersakiti hatinya,
memandang anak-anak pilihannya
menyerahkan Yesus kedalam pusaran kebencian mereka dan telah mereka meteraikan
dengan sumpah dari generasi ke generasi tanpa ada satu imbuhan kapan masa
berlaku segel sumpah itu. Kita harus mengerti ini, bahwa pada bangsa Israel kita sedang melihat cermin
sejati keadaan segenap manusia yang berada dalam belenggu maut.
Dan memang kasih Allah yang besar itu, tidak dapat digagalkan!
Walau Yesus telah
mendapatkan penolakan nasional dalam meterai sumpah penolakan hingga ke
keturunan mereka, tetapi beginilah
ucapan Yesus kepada para murid yang tak kalah mengecewakannya juga:
Kisah
Para Rasul 1:1-5 Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang
segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia
terangkat. Sebelum itu Ia telah memberi perintah-Nya oleh Roh Kudus kepada
rasul-rasul yang dipilih-Nya. Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah
penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia
hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia
berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan
Allah. Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia
melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ
menantikan janji Bapa, yang--demikian kata-Nya--"telah kamu dengar dari
pada-Ku. Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan
dibaptis dengan Roh Kudus."
Mesias
yang aneh! Telah ditolak hingga ke dalam kematian yang
melahirkan sumpah bagi generasi-demi generasi, tetapi masih membicarakan
janji-janjinya yang pernah ia sampaikan, agar kasih Allah genap. Tak peduli Ia
telah ditolak dalam hidup, dalam kematian, dalam kebangkitan dan dalam setelah
kenaikannya. Ia selama selama empat
puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka
tentang Kerajaan Allah! Ia masih membicarakan apa yang jelas-jelas telah
ditolak bangsanya, namun ia tetap mengajarkannya kepada para murid dalam sebuah pengajaran yang jauh
lebih sempurna terkait setiap hal yang telah digenapinya dalam peristiwa
penyaliban, kematian, kebangkitan dan segala dampaknya yang bekerja di dunia
dan semesta ini. Ia bahkan menunjukan, Bapa tak membatalkan janji untuk
mengutus Roh Kudus ke dalam dunia setelah Anak yang diutusnya ke dalam dunia
ini untuk menggenapi karya mesianiknya, naik ke
tempat tinggi untuk duduk disebelah kanan Bapa, menggenapi nubuat purba
yang diucapkan Raja Daud bagi keturunannya itu: duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi
tumpuan kaki-Mu.
Jadi inilah yang kita
lihat, Kasih Allah yang tak dapat ditolak bahkan oleh pembunuhan pada dia yang
diutus Bapa sendiri:
Pentakosta: Kasih Allah yang Begitu Besar Bagi Dunia yang Telah
Menolak dan Membunuh Mesias Terus Berlanjut Tanpa Jeda!
Ketika
tiba hari Pentakosta, semua orang
percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin
keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti
nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu
mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh
Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. Waktu itu di Yerusalem diam
orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. Ketika
turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka
masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata
dalam bahasa mereka sendiri. Mereka semua tercengang-cengang dan
heran, lalu berkata: "Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang
Galilea? Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita
sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: kita orang Partia,
Media,
Elam,
penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia
dan Pamfilia,
Mesir
dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma,
baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta
dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita
sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah."
Pemberitaan Injil Di
dalam Dunia yang Membenci dan Telah Menolak:
Pemberitaan
injil pada momennya yang perdana sejak
Pentakosta, tidak pernah menjadi hal yang mudah. Tidak mudah karena para
pemberita mula-mula harus berhadapan dengan situasi yang cenderung telah
menentang. Bahkan politis agamis, dan secara sengaja dirancang penguasa politik
bersama penguasa agama agar pemberitaan injil: kematian dan kebangkitan Sang
Mesias adalah berita bohong, hoax atau bahkan mitologi. Mari perhatikan ini:
Matius
28:11-15 Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga
itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala.
Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu
memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: "Kamu harus mengatakan,
bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika
kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri,
kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan
apa-apa." Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan
kepada mereka.
Injil Matius, memberikan
catatan penting mengenai “kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang
malam-malam dan mencuri-Nya ketika para
kamu sedang tidur”, realita yang tak diharapkan para penguasa harus dilawan
dengan menjadikannya sebagai berita “hoax.” Penulis injil ini menyatakan bahwa
kisah rekayasa untuk menguburkan kebenaran tersiar di antara orang Yahudi sampai
sekarang ini. Kalau “sampai sekarang ini” adalah saat atau waktu
injil ini dituliskan, maka setidak-tidaknya “hoax” ini telah menyebar dan
diyakini oleh masyarakat Yahudi sebagai kebenaran sesungguhnya sekitar 50- 70
tahun atau lebih sejak Yesus Sang Mesias telah bangkit dari antara orang mati.
Jika mengacu injil ini setidaknya ditulisa pada rentang waktu
tersebut.
Ketika Petrus
menyatakan secara publik:
Kisah
Para Rasul 2:29 Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang
kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya masih ada pada kita sampai hari
ini.
telah secara baik
menjelaskan, betapa Pemberitaan kematian dan kebangkitan Yesus, sedang
berhadapan dengan sebuah keyakinan publik yang telah lama diyakini sebagai
kebenaran, bahwa Yesus tidak bangkit dari antara orang mati, tetapi mayatnya
telah dicuri para murid-Nya. Dan itu pernyataan resmi yang diteguhkan oleh
Mahkamah Agama dan Penguasa Politik saat itu. Ini semakin memberikan tekanan
yang kompleks dalam memberitakan kematian dan kebangkitan, sementara orangnya
tidak bisa ditunjukan dan masyarakat umum memiliki pengetahuan bersama kalau
Yesus sebetulnya tidak pernah bangkit, melainkan para muridnyalah yang mencuri.
Tetapi para rasul, tidak menjadi kurang percaya diri,
bimbang atau bahkan gentar. Malahan secara frontal menunjukan kubur kosong sebagai
bagian terpenting yang dapat ditunjuk
untuk memberitakan Yesus benar-benar bangkit. Tidak main-main, karena di jarak antara pemberitaan Yesus bangkit terhadap konspirasi antara tokoh agama dan
serdadu-serdadu Roma, masih sangat segar.
Petrus, dan juga para
rasul lainnya, secara teguh meletakan dasar
kebenaran pemberitaan Yesus mati dan bangkit pada Kitab Suci (PL yang kita
kenal), sementara menunjuk pada “kuburnya
masih ada pada kita sampai hari ini,” sebagai sebuah kesaksian yang masih
segar. Semua yang menyaksikan peristiwa itu masih ada, dan banyak yang dapat mengenali para rasul
adalah mereka yang bersama Yesus!
Apakah kebenaran yang terkandung dibalik “kuburnya masih ada pada kita sampai hari
ini’? Beginilah Petrus menyatakannya:
Kisah
Para Rasul 2:30-31 Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah
berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang
dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya. Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak
ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami
kebinasaan.
Kisah
Para Rasul 2:29 Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita.
Petrus
memulainya dengan: berkata-kata secara
terus terang tentang Daud, bapa bangsa Israel. Apakah kaitannya dengan Daud
yang telah wafat dalam rentang waktu ke belakang yang begitu jauh! Bagaimana
mungkin orang yang telah wafat menjelaskan masa depan seorang manusia dan
bahkan apa yang terjadi belakangan ini pada era itu?! Petrus melanjutkannya
dengan menyatakan bahwa Daud telah
melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias!
Daud dalam sebuah
miktamnya yang dapat kita membaca hal yang tak lazim untuk dialami oleh manusia yaitu tidak mengalami
kematian:
▀Mazmur
16:10 sebab Engkau
tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.
Kita tahu, Daud
wafat: “Kemudian Daud mendapat perhentian
bersama-sama nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di kota Daud” (1 Raja-Raja
2:10). Jadi Miktam Daud pada bagian tersebut tidak tergenapi pada Daud. Daging atau
tubuh Daud mengalami kebinasaan dalam kematian dan kuburnya! Ketika Petrus di
hadapan publik berkata kuburannya masih
ada pada kita sampai hari ini, ia sedang mengisahkan kejadian
sebenarnya terkait orang yang sebelumnya
dan seharusnya masih ada di dalam kubur itu, tetapi kini tidak ditemukan lagi,
dikarenakan fakta: Allah tidak menyerahkan
Mesias ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Mesias melihat kebinasaan
dirinya!
Petrus pada
pemberitaan Yesus yang dikenal khalayak banyak sebagai orang yang telah wafat
dan kubur itu kosong, dikarenakan telah dicuri oleh para muridnya sendiri, tidak
menjadikan pemberitaan injil menjadi ajang untuk memperdebatkan keyakinan umum
tentang Yesus, namun memanggil perkataan Daud untuk menunjuknya sebagai
penjelas kematian dan kebangkitan Yesus, dan kubur kosong.
Jika kuburan
masih ada pada kita sampai hari ini, lalu, jika bukan dicuri oleh para
muridnya, dimanakah ia berada saat ini? Beginilah Petrus kepada publik
menjelaskannya:
▀Kisah
Para Rasul 2:32-35 Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu
kami semua adalah saksi. Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan
menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat
dan dengar di sini. Sebab bukan Daud
yang naik ke sorga, malahan Daud sendiri berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: Duduklah di sebelah kanan-Ku,
sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu.
Kembali, dihadapan
publik, Petrus ketika menunjuk pada kubur yang kosong dan masih ada pada kita
sampai saat ini, menjelaskan dimanakah keberadaan Yesus saat ini, jika begitu,
berdasarkan kesaksian Daud. Petrus
berkata dalam cara yang menakjubkan:
►bukan
Daud yang naik ke sorga
►Daud
sendiri berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: Duduklah di sebelah
kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu.
Petrus membicarakan
“naik ke sorga” terkait kubur kosong, sekaligus menjelaskan apa yang terjadi
sesungguhnya dengan Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia
orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan, tidak berarti bahwa ia semata tidak takluk kepada kematian atau kepada
maut sehingga kini masih hidup di bumi sebagai manusia abadi bersama-sama
dengan kita, sebaliknya Ia telah naik
ke sorga. Dan bagaimana kedudukan
Mesias yang tidak diserahkan ke dunia orang mati dan tidak mengalami kebinasaan
itu, Petrus mengutip Daud sebagaimana
Allah berfirman kepada dirinya: duduklah
di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu.
Ini sendiri tercatat. Bandingkan dengan mazmur ini:
▀Mazmur
110:1 Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat
musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu."
Dua hal sekaligus
yang Petrus nyatakan kepada publik. Pertama, kubur kosong Yesus adalah
penggenapan nubuat mazmur Daud; Kedua,
kubur kosong Yesus menunjukan bahwa Yesus kini duduk di sebalah Kanan Bapa yang
berkuasa terhadap semua musuh-musuhnya yang penggenapannya telah berada di
tangan Bapa sebagai sebuah kepastian mesianik! Oleh karena itulah, ketuhanan dan kemesiasan Yesus atas keselamatan dan hidup kekal setiap orang yang
percaya kepadanya, bukanlah sebuah
pencapaian karena ia telah berhasil
menggenapi kehendak Bapanya selama di
dunia ini, tetapi sebagai sebuah
kepemilikan pasti yang telah dideklarasikan oleh nubuat-nubuat dalam kitab suci.
Yesus Sang Mesias juga
membicarakan nubuat Daud ini, secara terbuka sebelum ia sendiri berjalan menuju
salib. Perhatikan ini:
▬Matius
22:41-46 Ketika orang-orang Farisi sedang berkumpul, Yesus bertanya kepada
mereka, kata-Nya: "Apakah
pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?" Kata mereka
kepada-Nya: "Anak Daud." Kata-Nya kepada mereka: "Jika demikian,
bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya, ketika ia
berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kanan-Ku,
sampai musuh-musuh-Mu Kutaruh di bawah kaki-Mu. Jadi jika Daud menyebut Dia
Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?" Tidak ada seorangpun yang
dapat menjawab-Nya, dan sejak hari itu tidak ada seorangpun juga yang berani
menanyakan sesuatu kepada-Nya.
Ini
adalah kepelikan yang dijumpai orang Israel dalam kitab suci, kala Yesus
merujukan mazmur Daud tersebut kepada dirinya sendiri. Kepelikan yang secara
langsung diajukan oleh orang-orang Farisi, sebuah uji penerapan nubuat yang tak
main-main, secara langsung oleh mereka yang sangat berotoritas atas kitab suci,
terhadap dia yang menyatakan dirinyalah yang dimaksud Daud. Yesus dan orang
Farisi mengakui bahwa Mesias adalah Anak
Daud – harus keturunan Daud! Tetapi problem yang tak dapat dimengerti oleh
siapapun, kecuali Yesus, adalah ini: jika
Mesias adalah keturunan Daud, mengapa Daud sendiri kepada keturunannya sendiri,
harus memanggil-Nya Tuan-Nya. Ini tidak main-main, karena baik orang Farisi
dan Yesus mengakui bahwa Daud menuliskannya dalam pimpinan Tuhan: “bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat
menyebut Dia Tuan.”
Dalam
hal ini, menjadi jelas perbedaannya. Bagi bangsa Israel, mesias bukan saja
tidak boleh mengalami kematian memalukan dan terhina sebagai taklukan yang tak berdaya
dihadapan penguasa dunia ini, tetapi juga bukanlah seorang mesias yang ilahi.
Tetapi sejak Daud menyebutkan turunannya sebagai Tuan-ku dan menyatakan ia
duduk memerintah di tempat tinggi bersama Bapa, maka jelas, Mesias adalah
Ilahi. Dan itulah yang diperhadapkan Yesus kepada ahli-ahli Farisi: Tidak ada seorangpun yang dapat
menjawab-Nya, dan sejak hari itu tidak ada seorangpun juga yang berani
menanyakan sesuatu kepada-Nya. Tak mungkin dibantah, karena tertulis
demikian dalam kitab suci, sehingga terkait hal ini: sejak hari itu tidak ada
seorangpun juga yang berani menanyakan sesuatu kepada-Nya. (Matius
22:46). Ini sendiri, “mesias yang ilahi”
pada akhirnya menjadi sentral penolakan dan kebencian yang menumpahkan darah
Yesus dari para pemimpin agama:
Yohanes
10:33 Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik
maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan
karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan
Allah."
Yohanes
10:36 masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah
diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku
Anak Allah?
Penjelasan Yesus
terkait “Aku
Anak Allah”:
▬Yohanes 10:37-38 Jikalau Aku tidak melakukan
pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi
jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan
pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa
di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa." Sekali lagi mereka mencoba
menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka.
Non biologis
atau bukan bermakna Allah beranak pinak, tetapi bahwa
Mesias itu sendiri adalah Anak Allah sebagai salah satu pribadi Allah
Tritunggal Suci yang dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan telah hadir
dalam rupa manusia, sama seperti manusia lainnya.
Tentu saja, Petrus
ketika itu tidak bisa berkata :mari kita buka Matius 22:46, karena
setidak-tidaknya, perjanjian baru, baru terbukukan pada sekitar tahun 180 dalam
versi terjemahan dari bahasa Yunani Latin, Syria dan Koptik Mesir yang merujuk
dari manuskrip-manuskrip yang berjumlah sekitar 5600 yang merupakan
salinan-salinan dari Autograph atau tulisan orisinal, yang kini tidak ada lagi.
Apa yang kita masih miliki adalah ribuan manuskrip tersebut. (untuk bacaan
ringan: “History of The Bible: How The Bible Come To Us”). Sehingga kita bisa
memahami mengapa pada satu sisi pada pemberitaan injil perdana, kita tidak
sekalipun menemukan kutipan perjanjian baru, tetapi senantiasa mengutip pada
kitab suci yang kita kenal sebagai perjanjian lama. Tetapi kita harus mengerti
bahwa ketika para rasul merujuk pada kitab suci sebagai otoritas absolut untuk
memberitakan Yesus, ini sendiri sejurus
dengan Yesus Kristus yang berkata:
›Matius
5:17 Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat
atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk
menggenapinya.
›Yohanes
5:39-40 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya
kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi
kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh
hidup itu.
›Lukas
24:35-27 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa
lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah
dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk
ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang
tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan
segala kitab nabi-nabi.
›Lukas
24:44 Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan
kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi
semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi
dan kitab Mazmur."
Tentu saja Petrus dan
para rasul tidak memiliki apa yang kita miliki sekarang. Mereka tidak bisa
seperti saya mengutip Matius, Yohanes dan Lukas. Tidak ada juga semacam
kepustakaan ucapan-ucapan Yesus. Karena
itu ditengah-tengah masyarakat yang
mengetahui bagaimana Yesus diadili, dihina, disiksa, disalibkan, mati pada
salib, dikuburkan hingga insiden kubur kosong, apa yang dapat dilakukan oleh
para rasul adalah sebagaimana yang telah Yesus lakukan dan tunjukan pada
mereka, memberitakan Yesus sebagai penggenap kitab suci (PL). Yesus Kristus
menjadi interpreter tunggal atas kitab suci, bukan
saja berdasarkan: kemampuan tafsir, pengetahuan bahasa Ibrani
dan gramatika serta konteksnya, dan apalagi kritik tekstual, tidak sama sekali,
karena itu semua tidak ada sebagaimana sekarang ini, karena bahasa Ibrani adalah bahasa ibu mereka yang
sangat dikenal baik dan dikuasai dalam cara yang tak akan pernah dapat dimiliki
manusia modern saat in, tetapi
Yesus menjadi interpreter tunggal
berdasarkan dirinya sendiri yang akan mengalami setiap hal yang hanya dapat
diadakan dan digenapi oleh sang Mesias, sebagaimana kitab suci menuliskan
tentang dirinya.
Itu sebabnya, tidak
seperti kita yang telah memiliki perjanjian baru yang terbukukan secara moderen
berkat revolusi industri sehingga kita dapat melihat dan mengutipkan injil,
para rasul dalam memberitakan injil, menggunakan kitab suci (PL) dalam
pengertian baru: telah digenapi oleh Yesus Kristus dan akan terus digenapi
hingga setiap hal yang perlu digenapi pada kesudahannya hanya akan tergenapi
oleh Sang Mesias. Mari kita perhatikan ini:
Kisah
Para Rasul 3;18 Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankan-Nya dahulu
dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, yaitu bahwa Mesias yang diutus-Nya
harus menderita.
tentang
Yesus ada di sorga dan kita menantikan kedatangannya, juga dijelaskan sebagai
sebuah penantian terhadap Yesus yang berkuasa penuh. Bukan sebagai Yesus yang
sedang menantikan genapnya manusia-manusia yang menjadi corpus delicti agar
iblis dapat dihakimi secara adil. Tetapi ini:
Kisah
Para Rasul 3:21 Kristus itu harus
tinggal di sorga sampai waktu pemulihan
segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan
nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu.
Tentang
Mesias yang ilahi dan kebenarannya absolut:
Kisah
Para Rasul 3:22 Bukankah telah dikatakan Musa: Tuhan Allah akan
membangkitkan bagimu seorang nabi dari antara saudara-saudaramu, sama seperti
aku: Dengarkanlah dia dalam segala
sesuatu yang akan dikatakannya kepadamu. Dan akan terjadi, bahwa semua
orang yang tidak mendengarkan nabi itu, akan dibasmi dari umat kita.
Semua
nabi menulis tentang Yesus dan Yesus menjadi kebenaran untuk memahami kitab
suci (PL):
Kisah
Para Rasul 3:24 Dan semua nabi yang pernah berbicara, mulai dari Samuel, dan sesudah
dia, telah bernubuat tentang zaman ini.
Kebenaran
Yesus adalah penggenap kitab suci, tetapi yang jauh lebih menarik adalah:
kebenaran tentang Yesus adalah penggenap kitab suci, merupakan kebenaran yang
telah ada bahkan sejak sebelum apa yang
disebut kitab suci itu ada. Perhatikan ini:
Kisah
Para Rasul 3:25 Kamulah yang mewarisi
nubuat-nubuat itu dan mendapat bagian dalam perjanjian yang telah diadakan
Allah dengan nenek moyang kita, ketika Ia berfirman kepada Abraham: Oleh
keturunanmu semua bangsa di muka bumi akan diberkati.
Sejak
Abraham! Era dimana kitab suci PL belum ada terbukukan sebagaimana dikenal
bangsa Israel era Yesus. Dan ini juga menjadi kebenaran pembuka di Surat
Ibrani:
▀Ibrani
1:1-2 Setelah pada zaman dahulu
Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita
dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman
akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya
Ini
dua era dengan dua titik peristiwa yang sama-sama tidak atau belum tersedia
kitab suci sebagaimana ada saat ini.
Dengan kata lain,
jantung kebenaran kita ada pada Yesus Kristus. Sekalipun kitab suci dirampas
dari tanganmu bahkan dihina dan dirobek-robek, kebenarannya tak pernah menjadi
terhina dan terobek. Bukankah Ia yang menguduskanmu dari cemar-cemar dosa
sehingga celiklah mata ini dan percaya padanya oleh karena kehidupan-Nya telah
memanggilmu dari kegelapan? Kebenaran kita ada pada Sang Kristus; kekayaan dan
kebenaran kita tersimpan rapi di tempat yang tak dapat dimakan ngengat dan
rayap, merupakan kekayaan rohani bagi saya dan anda sebagai pengikut Kristus
yang telah ditebus oleh karyanya di salib itu.
Tetapi
hari Tuhan akan tiba seperti pencuri.
Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur
dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan
hilang lenyap. Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian,
betapa suci dan salehnya kamu harus hidup yaitu kamu yang menantikan dan
mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api
dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya.- 2 Petrus 3:10-12
╬
Lihatlah,
Ia datang dengan awan-awan dan setiap
mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin.- Wahyu 1:7
╬
Matius
24:27,30 Sebab sama seperti kilat
memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat,
demikian pulalah kelak kedatangan
Anak Manusia… Pada waktu itu akan
tampak tanda Anak Manusia di
langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak
Manusia itu datang di atas
awan-awan di langit dengan segala
kekuasaan dan kemuliaan-Nya.
╬
Yesaya
24:19-21 Bumi remuk redam, bumi hancur luluh bumi goncang-gancing. Bumi terhuyung-huyung
sama sekali seperti orang mabuk dan goyang seperti gubuk yang ditiup angin;
dosa pemberontakannya menimpa dia dengan sangat, ia rebah dan tidak akan
bangkit-bangkit lagi. Maka pada hari
itu TUHAN akan menghukum tentara langit di langit dan raja-raja bumi di
atas bumi.
╬
Wahyu
16:17-21 Dan malaikat yang ketujuh
menumpahkan cawannya ke angkasa. Dan dari dalam Bait Suci kedengaranlah
suara yang nyaring dari takhta itu, katanya: "Sudah terlaksana." Maka
memancarlah kilat dan menderulah bunyi guruh, dan terjadilah gempa bumi yang
dahsyat seperti belum pernah terjadi sejak manusia ada di atas bumi. Begitu
hebatnya gempa bumi itu. Lalu terbelahlah kota besar itu menjadi tiga bagian
dan runtuhlah kota-kota bangsa-bangsa
yang tidak mengenal Allah. Maka teringatlah Allah akan Babel yang besar
itu untuk memberikan kepadanya cawan yang penuh dengan anggur kegeraman
murka-Nya. Dan semua pulau hilang lenyap, dan tidak ditemukan lagi
gunung-gunung. Dan hujan es besar, seberat seratus pon, jatuh dari langit
menimpa manusia, dan manusia
menghujat Allah karena malapetaka hujan es itu, sebab malapetaka itu sangat dahsyat.
╬
Soli Deo
Gloria
No comments:
Post a Comment