Oleh: Martin Simamora
Kuburannya
Masih Ada Pada Kita Sampai Hari Ini, Bukti Kasih-Nya yang Telah Ditolak Tak
Dapat Digagalkan
Intro:
Mesias yang
Aneh
Kebencian sebagaimana
kesukaan adalah hal yang begitu alami
bagi manusia. Tak perlu harus bersebab apalagi berempatik. Kadang kala atau
bahkan kerap kali, menyukai atau membenci bisa datang menyandera sehingga indra-indra paling dasar pemberian
Sang Khalik membuta untuk sekedar dapat menjadi diam dan tenang merenungkannya
dan memeriksanya secara cermat. Saya
berpendapat, Alkitab secara jitu memotretkannya bagi kita, manusia-manusia yang
memiliki kesempatan yang agung telah menggunakan momentum paling penting bagi
penghuni bumi ini, dengan kebencian yang membuahkan kubur. Ini bukan kebencian
1 orang, 2, 5,10, 100 atau lebih. Ini adalah kebencian semua orang,
sedikit-dikitnya 5000 orang laki-laki saja yang telah menikmati jamuan makan
bersama Yesus, Sang Mesias yang pada akhirnya ditolak dalam kebencian yang
melahirkan pengelu-eluan seorang kriminal yang bahkan belum tentu mampu memberi
makan bagi 10 orang saja. Mari kita melihat manusia-manusia yang sungguh
mengalami kemurahan Yesus, Sang Mesias yang pada akhirnya mereka serahkan ke dalam kubur.
Markus
6:32-44 Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke
tempat yang sunyi. Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat
mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah
datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka. Ketika
Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah
hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang
tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.
Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan
berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah mereka
pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung
di sekitar ini." Tetapi jawab-Nya:
"Kamu harus memberi mereka makan!"… Lalu Ia menyuruh orang-orang
itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. Maka
duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh
orang. Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke
langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya
kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu
juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang…. Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki. [Matius 14:13-21; Markus 6:30-44; Lukas
9:10-17; Yohanes 6:1-15]
Begitulah Yesus
menjadi sebuah pengharapan yang besar dan mulia, bahkan lebih dari sekedar Sang
Pemberi Makan, tetapi semua menjadi yakin bahwa dialah Sang Mesias yang
dinantikan. Jika Ia sanggup menjadi Sang Pelepas Kelaparan hanya dengan
mengangkat makanan dan mengucap syukur, maka dialah Mesias yang akan membebaskan mereka melalui pemulihan Israel
secara total. Ini dapat dimengerti, ketika Yesus memang benar-benar mengadakan
mujizat yang menunjukan siapakah Ia. Jadi kalau seperti ini pengharapan mereka: Ketika
orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata:
"Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia."
(Yohanes 6:14). Yesus, tak terelakan, menjadi begitu popular dan paling
disukai. Bisakah anda membayangkan diri anda sangat disukai dalam sebuah
kepopuler tanpa tanding, seperti Yesus yang hanya mengangkat makanan dan
mengatakan sesuatu kepada Langit, dan kenyanglah semua ribuan orang. Para saksi
mata yang sangat kenyang.
Tetapi akankan para
saksi mata yang begitu kenyang perutnya, akan tetap menjadi saksi-saksi setia
yang akan berdiri dan memberitakan kebenaran-Nya sebagaimana kehendak-Nya?
Masihkah kala mereka tidak akan pernah setiap hari mendapatkan mujizat
sespektakuler demikian ! Apalagi, Yesus secara teguh dan penuh maksud tidak
memenuhi ekspektasi publik agar kemesiasannya tampil secara total untuk
menaklukan para penguasa dunia, sehingga dipulihkanlah takhta Daud itu. Siapa
yang dapat memahami ini?
Yesus, kalau dia
adalah Mesias itu, Ia adalah Mesias yang aneh. Begitu aneh karena sementara ia
memiliki basis konstituen dan rakyat yang begitu menghormatinya sebagai mesias
yang adidaya, namun beginilah perilaku Mesias itu:
Yohanes
6:15 Karena Yesus
tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa
untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.
Siapa yang dapat
mendikte tujuan yang harus dicapai Sang Mesias? Rakyat, peguasa-penguasa dunia
ini, Mahkamah Agama? Tidak. Dalam sebuah dialog yang sungguh mencengangkan bagi
para ahli atau pakar agama, Yesus
menunjukan bahwa dirinya memang Mesias yang aneh bagi pemikiran teologis dan
ekspektasi pada umumnya:
Lukas
20:40-44 Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Bagaimana orang dapat
mengatakan, bahwa Mesias adalah Anak Daud? Sebab Daud sendiri berkata dalam
kitab Mazmur: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi
tumpuan kaki-Mu. Jadi Daud menyebut Dia
Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?"