Oleh: Martin Simamora
Yesus
Di Kota Nain: Seorang Nabi Besar Telah Muncul Di Tengah-Tengah Kita
Yesus Di Kota Nain
Hari
itu, Ia ada memasuki kota Nain. Itu adalah sebuah hari sebagaimana hari-hari
biasanya bagi Yesus untuk menjalankan apa yang menjadi misinya sebagaimana
telah dikumandangkannya sendiri dihadapan jemaat Tuhan di Nazaret, di rumah
ibadat: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh
sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang
miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada
orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan
orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."
(Lukas 4:18-19). Diikuti banyak orang yang begitu takjub dengan pengharapan
yang mereka sendiri belum dapat memastikannya, Yesus tetap menjadi magnet yang
begitu besar dalam pengaruh dan kuasa. Yesus menjadi figur yang begitu penting
untuk diikuti agar dapat dilihat apakah yang dikatakan dan dilakukannya dan
kali ini kota Nain menjadi salah satu
tempat yang begitu penting untuk menyatakan siapakah Yesus dan apakah klaimnya
yang berbunyi seperti ini di Nazaret: "Pada
hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." (Lukas 4:21)
adalah benar?
Inilah
yang Yesus lakukan di kota Nain
sebagaimana injil Lukas mencatatkannya bagi kita:
Lukas
7:11-16Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya
pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya
berbondong-bondong. Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya
yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu. Dan
ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu
Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!" Sambil menghampiri usungan
itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu,
bangkitlah!" Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai
berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. Semua orang itu ketakutan
dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: "Seorang nabi besar telah
muncul di tengah-tengah kita," dan "Allah telah melawat
umat-Nya."
Di
kota Nain ada orang mati, bukan peristiwa yang mencengangkan karena kematian
pasti menghampiri setiap manusia. Tak ada manusia yang tak mengenali satu
takdir kesudahannya di muka bumi ini yaitu tak ada satupun manusia yang akan
kekal hidupnya. Tak hanya dahulu, bahkan hingga era nuklir dan penjelajahan
angkasa luar kini, pun manusia mengakui tak ada satu teknologi apapun yang
sanggup menghadang hari kematian seorang manusia. Tetapi di kota Nain, apa yang
mencengangkan adalah adanya seorang manusia yang begitu saja berkata kepada
kematian yang telah menguasai seorang manusia dari kehidupannya di muka bumi
ini sebagai yang berkuasa atas kematian itu sendiri. Perhatikanlah ucapannya
ini: Hai anak muda, Aku berkata kepadamu,
bangkitlah!
Kematian
bukanlah argumen yang dapat dipatahkan
oleh argumen. Kematian, sebaliknya adalah sebuah kebinasaan badaniah dari
kehidupannya di muka bumi ini yang mengecualikan dirinya dari peradaban
manusia-manusia yang masih hidup dalam sebuah cara yang begitu membusukannya.
Coba bandingkan dengan hal ini untuk memahaminya: “Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati” (Yohanes
11:39). Tetapi bagaimana mungkin Yesus terhadap kematian berkata Hai anak muda, Aku berkata kepadamu,
bangkitlah! Di tengah-tengah tangisan kedukaan seorang ibu terhadap
anaknya?
Kematian
bukan sekedar kesedihan karena duka mendalam ditinggal pergi ke tempat yang
bahkan tak mungkin untuk dikunjungi oleh kedua belah pihak, tetapi karena
kematian itu sendiri telah dimengerti
dan dipahami sebagai sebuah kuasa yang tak dapat diatasi oleh manusia dalam
cara yang bagaimanapun juga. Tetapi Yesus datang menghancurkan belenggu takdir
yang dikekangkan maut atas setiap manusia dalam sebuah cara sebagai Yang Hidup
bertitah atau bersabda kepada maut agar melepaskannya berdasarkan kehendak
Yesus sendiri: Hai anak muda, Aku
berkata kepadamu, bangkitlah! Bisakah anda melihat bahwa tidak ada argumentasi
sama sekali antara Yesus dengan maut selain Ia memanggil anak muda itu untuk
keluar dari pemerintahan kematian: Hai
anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah! Bagaimana mungkin orang mati dibangkitkan
dalam cara bersabda demikian?
Ini
telah menjadi peristiwa yang penuh makna mulia bagi orang banyak. Dari dalam
hati mereka, dengan melihat peristiwa tersebut segera meluncur dari dalam jiwa
mereka sebuah pengakuan yang berbunyi: "Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan
"Allah telah melawat umat-Nya."
Di
kota Nain, Yesus secara tak langsung menyatakan kepada orang banyak melalui
pekerjaan ajaibnya bahwa Ia adalah nabi besar yang kedatangannya berada dalam
penantian kudus yang menyatakan bahwa Allah telah melawat umat-Nya.
Di
kota Nain, Yesus secara langsung menyatakan kepada orang banyak melalu
pekerjaan ajaibnya bahwa Ia secara ilahi dan kudus telah menggenapi apa yang
telah dikatakannya di Nazaret: "Pada
hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." (Lukas 4:21).
Di
kota Nain, bangsa Yahudi menautkan nabi besar dengan perbuatan ajaib yang
bahkan berkuasa atas maut. Di kota Nain, bangsa Yahudi menautkan nabi besar
yang berkuasa atas maut adalah Allah sendiri sedang melawat umat-Nya untuk
melepaskan mereka dari belenggu kematian.
Seorang Nabi Besar Telah Muncul Di Tengah-Tengah Kita
Nubuat
purba di dalam Kitab Musa berkata begini: Seorang
nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku,
akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan
(Ulangan 18:15), yang telah menjadi semacam misteri bukan saja teramat besar,
tetapi teramat mulia untuk dinantikan penggenapannya. Kalau kita mau mundur ke
belakang pada titik permulaan setelah kelahiran Yesus, terkait penantian ini,
pun menjadi catatan penting dalam injil:
Lukas
22:22-24 Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka
membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada
tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua
anak laki-laki sulung harus dikuduskan
bagi Allah", dan untuk mempersembahkan
korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang
burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.
Bayi
Yesus genap berumur 8 hari (Lukas 2:21) pun harus tunduk kepada ketentuan
pentahiran berdasarkan hukum Taurat Musa (Lukas 2:21).
Jika
demikian, apakah dengan demikian berarti Yesus pun adalah manusia berdosa
menurut ketentuan hukum Taurat Musa? Apakah
Nabi Besar itu pada dasarnya juga manusia berdosa sama seperti kita?
Apakah mungkin bagi manusia yang pada hakekatnya berdosa dapat berkata kepada
seorang yang telah mati untuk bangkit?
Menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut, injil memberikan sejumlah catatan yang teramat
fundamental karena akan menjelaskan hakekat kemanusiaan Yesus terhadap dosa.
Perhatikanlah ini:
Kesaksian
Simeon yang saleh dan benar di Yerusalem
Lukas
2:25-35 Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan
saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan
kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia
melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh
Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan
kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan
menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu
ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari
pada-Mu, yang telah Engkau sediakan
di hadapan segala bangsa, yaitu terang
yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi
umat-Mu, Israel." Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa
yang dikatakan tentang Dia. Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada
Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan
atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang
menimbulkan perbantahan --dan suatu pedang akan menembus jiwamu
sendiri--,supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang."
Kesaksian
nabi perempuan Hana anak Fanuel dari suku Asyer di
Yerusalem
Lukas
2:36-38 Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari
suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun
lamanya bersama suaminya, dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat
tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan
berpuasa dan berdoa. Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap
syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang
menantikan kelepasan untuk Yerusalem.
Saya
akan mengajukan tabel yang akan membantu kita untuk memahami hakekat
kemanusiaan Yesus
Siapakah
Yesus menurut
|
||
Simeon
|
Nabi
perempuan Hana
|
|
►Ia
keselamatan dari Allah
Mataku telah
melihat keselamatan yang dari pada-Mu
|
►Ia
adalah yang dinantikan semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem
|
|
►Ia
Keselamatan yang disediakan Allah di hadapan bangsa-bangsa
|
||
►Terang
yang menjadi pernyataan bagi bangsa-bangsa lain
|
||
►Kemuliaan
bagi umat Tuhan, Israel
|
Memperhatikan
tabel tersebut maka menjadi jelas bahwa memang benar kalau pemenuhan ketentuan hukum
Taurat tersebut bukan sama sekali menjelaskan bahwa Yesus pada hakikatnya juga
adalah manusia berdosa, bahkan dibuktikan dengan pemenuhan ketentuan hukum Taurat
Musa. Terkait hal ini, maka sangat penting dan mutlak untuk memperhatikan
penjelasan Yesus terkait relasi dirinya terhadap hukum Taurat yang bukan
sekedar bahwa dirinya tak dapat dipisahkan dari hukum Taurat, tetapi Ia datang untuk
menggenapinya hingga kesudahannya. Perhatikan pernyataan Yesus ini:
Janganlah
kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para
nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini,
satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum
semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum
Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang
lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga;
tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum
Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. (Matius
5:17-19)
Sehingga
memang Yesus memiliki dasar yang teramat fundamental di hadapan siapapun untuk
berkata sebagaimana pada Matius 5:17-19 sebab sejak usia 8 hari, ia sendiri
sudah mulai melakukan perjalanan penggenapan sebagaimana yang sedang
dimaksudkannya tersebut.
Seorang
nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita, dengan demikian, bukan sekedar nabi sebagaimana nabi-nabi lainnya
karena nabi besar di sini terkait erat dengan setidak-tidaknya 2 aspek:
Pertama:
Aspek bangsa Israel: bahwa Yesus adalah kemuliaan bagi bangsa Israel
Kedua:
Aspek bangsa-bangsa lain: bahwa Yesus adalah terang dan keselamatan bagi
bangsa-bangsa lain di muka bumi ini
Secara
total keseluruhan, maka Yesus nabi besar yang telah muncul di tengah-tengah
kita adalah: keselamatan dari Allah dan keselamatan yang disediakan Allah di
hadapan bangsa-bangsa.
Itu
sebabnya pentahiran dengan kurban yang dilakukan orang tua Yesus bagi anak
mereka tidak serta merta membuktikan bahwa Yesus pada kemanusiaannya juga turut
berada dalam pengaruh pemerintahan dosa di muka bumi ini. Bahwa sebagaimana
semua manusia berada dalam dosa, maka Yesus pun demikian sebagai konsekuensi
alamiah ia telah menjadi manusia sama seperti manusia lainnya.
Seorang Nabi Besar Seperti Musa Berhadapan dengan Kematian
Jika
seorang nabi besar harus dapat membuktikan kenabiannya berdasarkan kuasa
terhadap kematian, apakah pentingnya dan signifikansinya terhadap seorang yang
dapat menggenapi Ulangan 18:15?
Setiap
upaya untuk menjawab ini maka siapapun harus berhadapan dengan satu aspek yang
begitu eksklusif dan hanya ada pada diri Musa karena nubuat ini secara kuat
menautkan dengan diri Musa. Bisakah anda melihatnya di sini:
Seorang
nabi
dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku,
akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN,
Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan.- Ulangan 18:15
Seperti Musa? Apa
yang menarik di Kota Nain adalah pernyataan seperti ini "Seorang nabi
besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan "Allah telah melawat
umat-Nya", terjadi setelah Yesus berkata Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah! Dan setelahnya,
inilah yang terjadi: Maka bangunlah orang
itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya
(Lukas 7:15).
Pada Musa,
adakah satu peristiwa yang sangat signifikan dan terkait dengan kematian? Jika
ada, bagaimanakah hal itu terjadi? Jawabannya ada! Bagaimana hal itu terjadi,
maka kita mutlak memperhatikan pada Kitab Musa sendiri:
Bilangan
21:4-9 Setelah mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau
untuk mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di
tengah jalan. Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: "Mengapa
kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini?
Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini
kami telah muak." Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa
itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati. Kemudian
datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: "Kami telah berdosa,
sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN,
supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami." Lalu Musa berdoa untuk
bangsa itu. Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan
taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia
melihatnya, akan tetap hidup." Lalu Musa membuat ular tembaga dan
menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia
memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.
Jadi
memang pada Musa ada satu peristiwa yang
sangat signifikan dan terkait dengan kematian sebagaimana tercatat dalam Kitab
Musa. Pada poin inilah kita menemukan salah satu aspek yang menunjukan mengapa
profetik nabi besar atau mesias yang akan datang itu mengemuka dalam pemikiran
banyak orang yang menyaksikan Yesus menaklukan kuasa kematian atas seorang yang
telah meninggal dunia.Sekarang yang penting adalah bagaimana hal itu terjadi
pada Musa yang akan saya sajikan dalam tabel yang akan mendampingkannya dengan
Yesus berdasarkan peristiwa di kota Nain tadi. Mari kita memperhatikan tabel berikut
ini:
Bagaimana
Kematian ditaklukan oleh
|
||
Nabi Musa
|
Nabi Besar
Seperti Musa: Yesus
|
|
►Tuhan
berfirman kepada Musa
|
►Nabi
Besar Yesus bersabda kepada yang telah mati: "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!"
|
|
►Musa
mentaati firman Tuhan: Buatlah ular
tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang
|
►Yang
mati mendengarkan sabda Yesus dan bangkit seketika berdasarkan sabda yaitu
instruksinya:
Maka
bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus
menyerahkannya kepada ibunya- Lukas 7:15
|
|
►Tuhan
yang melakukan penyelamatan atau pembebasan dari Maut:
maka setiap
orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup
|
||
►Tuhan
melakukan penyelamatan sebagaimana sabda-Nya yang dikerjakan oleh Musa: Lalu Musa membuat ular tembaga dan
menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia
memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup
|
Selain
melihat adanya satu relasi yang begitu eksklusif pada apa yang dilakukan oleh
nabi Musa terhadap kematian, sekaligus kita dapat melihat bahwa Yesus bukan saja menggenapi ulangan
18:15 tetapi Ia adalah Dia sendiri yang berdaulat atas kematian itu sendiri.
Mengenai hal ini, Yesus sendiri telah menyatakannya dalam sebuah cara yang
sangat tajam dan tegas. Perhatikan pernyataan Yesus berikut ini:
Yohanes
3:14-15 Dan sama seperti Musa meninggikan
ular di padang gurun, demikian juga
Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.
Bandingkan
dengan:
Yohanes
8:28 Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia,
barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari
diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan
Bapa kepada-Ku.
Yohanes
12:32-33 dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua
orang datang kepada-Ku." Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana
caranya Ia akan mati.
Nabi
besar seperti Musa di sini, dengan demikian adalah Dia yang pada dirinya
sendiri memiliki kuasa dan otoritas penuh yang tak dapat dibantah oleh kematian
itu sendiri.
Tetapi
di dalam hal tersebut, isu terbesar bagi manusia itu bukan pada kematian itu
sendiri tetapi kepada apa yang dapat diatasi oleh manusia dibalik kematian itu
sendiri. Tepat sebagaimana Musa yang begitu bergantung pada tindakan Allah
untuk meluputkan manusia dari kematian akibat dosa, maka pun segenap manusia
tak ada satu pun yang mungkin meluputkan dirinya dari kematian akibat dosa.
Perbuatan dosa memang mungkin dapat ditutupi dengan sebuah perubahan karakter
dari jahat menjadi baik sehingga seseorang dapat membangun sebuah karakter yang
berbudi luhur, bahkan lebih tinggi lagi, memang seorang manusia dapat memasuki
kehidupan religiusitas yang teramat mulia sehingga begitu nyata kekudusan pada
dirinya dan begitu dirasakan kesalehannya bagi banyak umat manusia. Itu sendiri
adalah kebenaran manusia yang saya dan anda harus akui dan renungkan selama di
dunia ini, jika benar ingin membangun sebuah kemanusiaan yang bermartabat
sebagai sesama kita. Namun, pun setiap kita harus merenungkan, bahwa sementara
perubahan dari gelap menjadi terang pada perilaku dan moralitas manusia
memiliki kuasa untuk membawa perubahan signifikan pada kehidupan sosial dengan sesama
manusia, itu sendiri tidak berkuasa untuk melemahkan hingga memadamkan sama
sekali akibat dosa itu sendiri yaitu maut. Kitab ulangan 21:4-9 jika kita
membacanya secara jujur telah menunjukan bahwa akibat yang dilahirkan oleh dosa
itu hanya dapat tertanggulangi oleh kasih karunia Allah saja yang pada Nabi
Musa wujudnya adalah: Lalu Musa membuat ular tembaga dan
menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia
memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup. Itu sebabnya
penting bagi siapapun juga untuk memahami pernyataan orang benar dan saleh
bernama Simeon yang berkata mengenai bayi Yesus bahwa Ia adalah:
►
Keselamatan dari Allah
►
Keselamatan yang disediakan Allah di hadapan bangsa-bangsa
►
Terang yang menjadi pernyataan bagi bangsa-bangsa lain
►
Kemuliaan bagi umat Tuhan, Israel
Dapatkah
anda membayangkan seorang yang dicatat dalam injil sebagai orang benar dan
saleh berkata dalam tuntunan Roh Kudus (Lukas 2:25) berkata bahwa keselamatan
dari Allah, bukan dari kesalehan dirinya? Pikirkanlah seksama dalam doa dan
pergumulanmu bahwa Simeon sekalipun benar, saleh dan Roh Kudus ada di atasnya
berkata bahwa Yesus adalah keselamatan yang disediakan Allah di hadapan
bangsa-bangsa. Lebih jauh lagi, renungkanlah pernyataan Simeon yang menyatakan
bahwa Yesus adalah kemuliaan bagi umat Tuhan, Israel, sementara seharusnya ia
sendiri dapat berkata bahwa kemuliaan dirinya adalah kebenaran dan
kesalehannya.
Simeon
sendiri terkait Yesus dan keselamatan yang terletak pada diri Yesus sendiri pun
menyatakan bahwa kebenaran ini akan menimbulkan banyak perbantahan yang begitu
keras, sebab akan ada penentangan terkait kebenaran keselamatan adalah dari
Allah, bukan dari nilai-nilai kebenaran diri manusia yang tak berkuasa untuk
menaklukan kematian, tepat seperti yang telah ditunjukan nabi Musa sendiri
dalam Kitab Bilangan. Mari kita memperhatikan nubuat Simeon berikut ini:
Lukas
2:34-35 "Sesungguhnya Anak ini
ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan
untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan
-dan suatu pedang akan menembus jiwamu
sendiri--,supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang."
Ini
bukan soal agar menjadi manusia-manusia provokatif secara negatif dalam
kehidupan bermasyarakat tetapi bagaimana Yesus akan menimbulkan begitu banyak
perbantahan yang didalamnya mengandung penghakiman atas hal-hal yang begitu
tersembunyi dalam pikiran hati banyak orang. Coba pertimbangkan
pernyataan-pernyataan Yesus berikut ini:
Yohanes
3:18-19 Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa
tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam
nama Anak Tunggal Allah. Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam
dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab
perbuatan-perbuatan mereka jahat.
Yohanes
5:39-40 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya
kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi
kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh
hidup itu.
Lukas 4:20-28 Kemudian
Ia menutup
kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan
mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai
mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu
mendengarnya." Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan
kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: "Bukankah Ia
ini anak Yusuf?" Maka berkatalah Ia kepada mereka: "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini
kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di
tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di
Kapernaum!" Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
tidak ada nabi yang dihargai di tempat
asalnya. Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman
Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga
tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh
negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan
kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada
seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria
itu." Mendengar itu sangat
marahlah semua orang yang di rumah
ibadat itu.
Nabi
Besar Yesus sebagaimana disaksikan sejak mula oleh Simeon memang akan mengalami
perbantahan-perbantahan keras terhadap diri dan kebenaran dirnya sendiri yang
juga dinyatakan oleh Yesus sendiri. Apakah pusat perbantahan itu adalah tepat
bagaimana manusia tidak dapat mentahirkan dirinya sendiri di hadapan Allah
selain Allah sendiri melakukannya. Bahwa tidak ada satu kebaikan dan kemuliaan
moral diri manusia yang terelgius sekalipun dapat mendatangkan pentahiran atas
dirinya. Hal ini diungkapkan Yesus dalam pernyataan ini: Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada
seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria
itu. Dan inilah pernyataan penutup
Yesus yang mendatangkan murka besar orang terhadap Yesus: Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu.
Kegaduhan hebat terjadi dalam rumah ibadat.
Seorang
nabi menutup kitab bukan sekedar menutu buku, tetapi menutup dalam sebuah makna
Ia adalah penggenap segala janji akan apakah yang akan dilakukan Allah. Bahwa
Ia ada datang ke dalam dunia untuk menggenapi setiap janji Allah secara
sempurna. Ia menutup kitab tersebut agar kini semua mata manusia memandang
dirinya bukan sekedar sebagai penggenap tetapi sebagai kitab terbuka bagi
segenap manusia agar setiap yang mendengar dan percaya kepadanya akan hidup.
Memiliki kehidupan dari Allah berarti menerima pemberian dari Allah yang
seperti ini: Ia telah mengurapi Aku,
untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus
Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan
bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk
memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang yang memang tak akan dimiliki
berdasarkan kebenaran dan kesalehan. Dalam hal ini, seharusnya kita mampu
memahami pernyataan orang saleh dan benar Simeon yang berkata keselamatan datang
dari Tuhan, bukan dari dirinya sendiri. Kita pun harus mengerti bahwa menjadi
orang saleh dan benar merupakan hal yang bukan saja penting tetapi sangat mulia
dalam kitab suci. Kebenaran pada Yesus ini, bukan untuk membuat kita
merivalitaskan nilai kesalehan seorang manusia Kristen terhadap non Kristen
dalam sebuah kontestasi yang berpusat pada keagungan kebaikan atau kemuliaan
karakter seorang manusia yang mengenal Tuhan atau tidak. Yesus Sang Mesias
sendiri tak pernah meletakannya dalam sebuah kontestasi semacam itu, sebaliknya
ia sedang menunjukan betapa keselamatan bukan terletak pada sebuah
pengejaran-pengejaran karakter mulia. Pengejaran-pengejaran karakter mulia
dikejar bukan karena manusia seharusnya menjadi baik tetapi dikejar karena manusia
itu pertama-tama memiliki pengenal akan Tuhan secara benar. Ini tepat
sebagaimana yang ditunjukan Yesus kala mengecam kebaikan dan kemuliaan para
pemuka agama di Israel:
Matius
23:1-3 Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya,
kata-Nya: Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab
itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan
kepadamu, tetapi janganlah kamu
turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.
Bagaimana
mungkin Yesus berkata turutilah dan
lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan tetapi janganlah kamu turiti
perbuatan-perbuatan mereka: mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi tersebut dengan demikian memiliki pengajaran
kitab suci yang lurus tak mengandung kekeliruan, tetapi celakanya tak memiliki
kehidupan dari Allah untuk juga memiliki praktik yang lurus atau tak bercela.
Anda mengerti maksud saya? Ini bukan rivalitas perbuatan baik atau kemuliaan
karakter antara seorang Kristen dan non Kristen dan kemudian menjadi disahihkan
untuk dikatakan berdasarkan pada faktanya maka belum tentu seorang Kristen
pasti masuk surga dibandingkan dengan yang non Kristen. Kita memang harus
menyesalkan realitas yang demikian tetapi dalam hal tersebut sekalipun bukan
sama sekali dasar untuk menciptakan pengajaran bahwa yang non Kristen selama ia
tidak memusuhi atau membenci Kristen dan apalagi berkarakter jauh lebih baik
dari orang Kristen maka ia berpontensi tidak dihukum dalam penghakiman akhir
berdasarkan kesalehan dirinya. Kita harus mewaspadai bahwa sementara ada
menilai kekristenan menghakimi sebelum waktunya, namun disaat yang sama
melakukan penghakiman terhadap pengajaran kekristenan yang berbasiskan pada
kebenaran diri Yesus Kristus sendiri. Baiklah, sekarang kita melihat apakah
problem pada orang-orang yang dinilai masyarakat saleh namun pada mata Yesus
keluar peringatan yang keras: tetapi janganlah
kamu turutu perbuatan-perbuatan mereka:
Matius
23:5-16 dst Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat
orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka
suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah
ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi
kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua
adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena
hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut
pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu
Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi
pelayanmu. Celakalah kamu, hai
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup
pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan
kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk. (Celakalah kamu, hai
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab
kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa
yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih
berat.) Celakalah kamu, hai
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan
dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut
agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua
kali lebih jahat dari pada kamu sendiri. Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin
buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi
bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat. Hai kamu orang-orang bodoh
dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu?
Dst
Hanya
Yesus yang sanggup menghakimi kebenaran pada karakter dan moralitas mereka
hingga pada kedalaman yang tak dapat dilakukan oleh manusia manapun. Ketika
Yesus berkata hai kamu orang-orang munafik maka itu adalah penghakiman atas
perbuatan-perbuatan baik dan kemuliaan moralitas yang terbukti nyata dalam
keseharian mereka, tetapi Yesus menemukan di kedalaman jiwa mereka sebagai tak
memiliki kemuliaan sedikitpun selain sebagai munafik. Jika anda membaca
lengkap, bisakah anda menghitung ada berapa kali Yesus mengatakan munafik terhadap kebaikan dan kemuliaan para
pemuka agama tersebut?
Jika
anda membawa perbuatan baik atau kemuliaan karakter manusia sebagai sebuah
rivalitas yang berbunyi bahwa ada banyak non Kristen yang memiliki kebaikan
yang lebih luhur daripada kita sementara mereka tak mengenal Yesus loh, maka
ini sungguh menyedihkan menemukan fakta seperti ini. Membuktikan bahwa si
pengkhotbah sendiri bahkan tak mengakui keselamatan datang dari Tuhan, tetapi
terletak dan ditentukan oleh dan pada dirinya sendiri. Tetapi sejauh ini
sementara mereka mampu beretorika untuk mengusung bahwa ada keselamatan tanpa
Yesus dan di luar kebenaran Kekristenan berdasarkan injil Yesus, pun mereka tak
juga menunjukan bagaimana perbuatan baik dan moralitas mulia dapat memukul mundur
kuasa maut, tanpa Yesus dan tanpa penumpahan darah Yesus pada salib itu.
Selain harus mengeluarkan sejumlah
pra-asumsi seperti: memang ada keselamatan di luar Kristen dan tanpa Tuhan
karena cukup dengan memiliki perbuatan-perbuatan baik saja.
Yesus Sang Nabi Besar
yang Bahkan Masuk Ke Dalam Kematian Untuk Menaklukan Pemerintahan Maut
Sementara
kita telah melihat apa yang menjadi kesamaan antara Yesus terhadap Musa dan
juga melihat apa yang membedakan Musa terhadap Yesus, ada satu hal yang tak
terpotret secara terang dalam nubuat Kitab Bilangan tersebut, selain bayang-bayang
bahwa dia yang seperti Musa itu adalah dia yang berkuasa atas maut.
Apa
yang tak terpotret secara sempurna itu telah dinyatakan oleh Yesus, bahwa Ia
bukan saja berkuasa atas maut tetapi juga berkuasa untuk memberikan kemerdekaan
bagi setiap manusia yang selama ini dalam perhambaan maut. Mari Kita
memperhatikan pernyataan Yesus berikut ini:
Yohanes
12:23-24 Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia
dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum
tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia
mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
Yohanes
12:27 Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa,
selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam
saat ini.
Yohanes
12:32-33 dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua
orang datang kepada-Ku." Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya
Ia akan mati.
Musa
tidak masuk ke dalam kematian itu sendiri, dan pada waktu Yesus membangkitkan
orang mati di kota Nain, pun itu hanya menunjukan bahwa ia berkuasa atas
pemerintahan maut, namun belum sama sekali membawanya masuk ke dalam
penggenapan: sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan
mati, ia tetap satu biji saja, tetapi jikalau ia mati, ia akan menghasilkan
banyak buah. Ini adalah kuasa Sang Nabi Besar atas maut pada saat ia masuk
kedalam maut itu sendiri dan di dalamnya ia merebut kuk perhambaan maut yang
selama ini menyelimuti bumi, sehingga berlakulah janji Bapa yang sejak semula
diucapkan Yesus kepada Nikodemus:
Yohanes
3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya
setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup
yang kekal.
Kita
harus mengerti bahwa ini seolah-olah hal
yang siapapun dapat mengejarnya..kan tinggal percaya saja dan selesai. Kasih
karunia ini berbunyi dalam kontekstual yang dwinatur: sementara orang percaya itu hidup di dunia namun memiliki
persekutuan dengan kehidupan Bapa: supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Tidak binasa di
sini dengan demikian bukan sekedar tidak berada dalam cengkraman maut dan lalu hiduplah sebagaimana
maumu. Tidak begitu, tetapi beroleh hidup yang kekal. Hidup yang kekal hanya
terjadi jika orang tersebut berada dalam persekutuan dengan Anak Allah, Roh
Kudus dan Bapa selama di dunia ini. Coba perhatikan ini:
Yohanes
17:3 Inilah hidup
yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya
Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.
Yohanes
17:6-8 Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan
kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka
kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu. Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang
Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari pada-Mu. Sebab segala firman yang Engkau sampaikan
kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka
tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah
yang telah mengutus Aku.
Yohanes
17:14 Aku telah memberikan firman-Mu
kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari
dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.
Yohanes
17:16 Mereka bukan
dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.
Yohanes
17:18-19 Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah
mengutus mereka ke dalam dunia; dan Aku menguduskan diri-Ku bagi
mereka, supaya merekapun dikuduskan dalam kebenaran.
Yohanes
17:21 supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam
Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah
yang telah mengutus Aku.
Yohanes
17:23 Aku di
dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi
satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau
mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.
Aku
di dalam mereka, ini adalah doa yang jauh mendahului hari kematiannya dan sekaligus wujud otentik
bagaimana hari kematiannya adalah hari Anak Manusia dimuliakan. Kita harus
mengerti bahwa tujuan Yesus ke dalam dunia ini bukan sekedar menjadi manusia
yang begitu kudus dan berkuasa atas kematian dalam konteks kesejarahan yang
temperal dalam durasi kehadiran dan kehidupannya saja saat di dunia, tetapi
tujuan Yesus ke dalam dunia bersifat kekal sejak ia menyatakan dalam doanya Aku
di dalam mereka dalam bingkai Bapa telah mengutus Aku dan Bapa mengasihi
mereka, sama seperti Bapa mengasihi Yesus. Ini adalah relasi kekal antara
Anak-tebusan tebusan Kristus, dan Bapa. Sehingga, karena itulah, hidup kekal di
sini bukan semata hidup bebas dari maut hanya karena percaya, tetapi dalam
bebas maut, setiap orang percaya itu memiliki kehidupan dari Bapa, yaitu:
►Memiliki
pengenalan yang bersifat ilahi: mengenal
Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus
►Menerima
segala firman yang diucapkan Yesus dan menjadi percaya
►Sehingga
dunia tidak lagi selaras dengan mereka sebab kini mereka bukan lagi berasal
atau tidak lagi selaras dengan dunia ini
►Mereka
menjadi sama tepat seperti adanya Yesus: Mereka bukan dari dunia, sama seperti
Aku bukan dari dunia
►Setiap
orang memiliki kehidupan kekal memiliki dan mengemban misi dari Yesus: Sama
seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah
mengutus mereka ke dalam dunia
►Memiliki
persekutuan dengan Anak, Bapa dan Roh Kudus selama di dunia ini untuk bekerja
bagi-Nya: agar mereka
juga di dalam
Kita, supaya dunia percaya,
bahwa Engkaulah yang telah mengutus
Aku, yaitu mewartakan Yesus Kristus yaitu Dia yang telah diutus Bapa.
Sekarang,
saya dan anda sebenarnya sedang melihat apakah yang hendak dihasilkan oleh Sang
Nabi Besar itu dalam memasuki kematian
itu sendiri? Bukankah jelas di sini terlihat begitu megah apa yang terkandung
dalam percaya maka memiliki hidup kekal! Sekali lagi, perhatikan
poin-poin yang saya kemukakan di atas yang merupakan doa Yesus bagi para murid
termasuk bagi orang-orang yang akan menjadi percaya di masa-masa mendatang: dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa,
tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka-
Yohanes 17:20.
Ia
masuk ke dalam kematian bukan untuk
menjadi babu keselamatan bagi saya dan anda sehingga kita bisa berfoya-foya
didalam keselamatan dan kehidupan kekal itu, sebagaimana ada disangkakan
sejumlah pihak yang bahkan mengaku Kristen dan berani berkata telah menemukan
kekrsitenan yang telah hilang, seolah-olah hanya pada dirinya saja ada
kebenaran di kolong langit ini, dan karena itu datanglah kepadaku, ke gerejaku,
karena gereja yang lain tak menemukan kekristenan yang telah lama hilang. Ia
lupa dan terlalu pongah terhadap Roh Kudus yang akan senantiasa memastikan
kekeristenan sejati tak akan pernah hilang pada gereja semesta/universal:
Yohanes
14:26 tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam
nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan
mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.
Ini
adalah jaminan Yesus bahwa pengajaran Yesus yang sejati tak akan pernah hilang
oleh karena Roh Kudus yang diutus sendiri oleh Bapa dalam nama Yesus Kristus
akan memastikan bahwa kebenaran sejati tidak akan pernah lenyap dari muka bumi
ini.
Sang
Nabi Besar dengan demikian dalam sama seperti Musa juga menunjukan bahwa Ia
lebih besar daripada Musa, sebab Sang Nabi Besar Seperti Musa itu masuk ke
dalam kematian itu sendiri untuk membebaskan manusia dari perhambaan maut
sehingga masuk dalam perseukutan Bapa, Anak dan Roh Kudus untuk memberitakan
Yesus. Sang Nabi Besar memang lebih besar daripada Musa, sebagaimana Surat
Ibrani menyatakan kebenaran tersebut:
Ibrani
3:3-6 Sebab Ia dipandang layak mendapat kemuliaan lebih besar dari pada Musa, sama
seperti ahli bangunan lebih dihormati dari pada rumah yang dibangunnya. Sebab
setiap rumah dibangun oleh seorang ahli bangunan, tetapi ahli bangunan segala
sesuatu ialah Allah. Dan Musa memang setia dalam segenap rumah Allah sebagai
pelayan untuk memberi kesaksian tentang apa yang akan diberitakan kemudian, tetapi Kristus setia sebagai Anak yang
mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai
kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita
megahkan.
Mengapa
Yesus memiliki kemuliaan lebih besar
dari pada Musa? Itu karena Yesus sendiri dalam melakukan pelayanan pembebasan
dari perhambaan maut:
Ibrani
2:14-15… supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan
dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia
membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh
karena takutnya kepada maut.
bukan
sekedar agar saya dan anda memiliki hidup kekal tanpa memiliki kehidupan kekal
itu sendiri. Bukan dan tak pernah seperti itu, sebab dalam ia oleh kematian-Nya
Ia memusnahkan Iblis yang berkuasa atas maut, Yesus sendiri adalah Anak yang
mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita! Ini sendiri adalah
selaras dengan apa yang menjadi misi yang dikerjakan oleh Yesus sendiri kala ia
masuk ke dalam kematian itu sendiri:
Yohanes
12:23-24 Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak
Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum
tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika
ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
Rumahnya
ialah kita! Saya dan anda yang menjadi pengikut Kristus yang memperoleh
keselamatan berdasarkan percaya yang dikerjakan oleh Roh Kudus ( bandingkan
dengan Yohanes 16:8-9), ini berarti kita memiliki dwinatur, bahwa sementara
kita masih hidup di dunia ini dan masih dimiliki oleh dunia ini, namun diri
kita diperintah dan didalam pemerintahan Kristus yang telah membebaskan kita
dari rejim dunia ini. Sehingga dalam kehidupan ini kita yang berada di dalam
Bapa, Anak dan Roh Kudus terus bekerja untuk mewartakan Yesus Kristus beserta
kebenaran-Nya bagi seluruh dunia.
Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia,
tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang
kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau
berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita- Yohanes 17:11
Soli Deo Gloria
No comments:
Post a Comment