Oleh : Martin Simamora & Pdt.Steidy Suwuh
KASIH .
Baiklah. Problemnya adalah
kebanyakan orang Kristen ketika membaca kasih maka dimaknai sebagai bentuk
terlemah dari ekspresi atau perwujudan iman Kristen. Bahkan hingga yang paling
negatif : hanya kasih maka tak memperhatikan mana yang salah dan mana yang benar. Dengan kata lain, kalau saya
memuliakan kasih atau mengasihi Tuhan sebagai sentral keberimanan saya kepada Tuhan
Yesus, maka akan dimaknai bahwa saya tak menggubris larangan dan aturan/menyampahkannya.
Benarkah? Jawabnya: Salah sama sekali! Kita BUKAN memandangnya sebagai sampah, namun bukan
merupakan dasar atau fondasi hubungan
saya atau anda dengan Kristus!
Perhatikan hal ini, yang dikemukakann pendeta Steidy Suwuh dalam sebuah grup di facebook dimana saya berkesempatan berinteraksi di dalamnya:
Kekristenan tidak didasarkan pada larangan-larangan dan peraturan-peraturan. Sesungguhnya, Kekristenan didasarkan kepada suatu hubungan kasih dengan seseorang, yaitu Yesus Kristus. Dasar-dasar fundamental dari kehidupan Kristen yang sejati adalah diringkaskan dalam dua perintah agung yang diberikan oleh Kristus dalam Matius 22:37:
"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Bagaimana anda menanggapi perintah Yesus ini? Setinggi apakah anda mengapresiasinya? Apakah ini
bermakna bahwa dengan demikian Yesus anti terhadap hukum atau aturan atau
larangan? Yesus penganut amoralitas dan penganjur anti hukum negara dengan demikian? Tidak sama sekali.