Oleh : Keith Krell, Ph.D
Jauh beberapa tahun lampau, seorang koresponden The London Times yang biasa mengakhiri artikel-artikelnya dengan kata-kata “what is wrong with the world Today?”[Apa yang salah dengan dunia hari ini?]. Pada akhirnya, seseorang menanggapi kata penutup semacam itu, G.K. Chesterton (1874-1936), penulis dan apologet Kristen terkemuka, menuliskan tanggapannya sebagai berikut, “Dear Editor, What’s wrong with the world? I am. Faithfully yours, G.K Chesterton [Editor yang terhormat, apa yang salah dengan dunia ini? Sayalah yang salah. Hormat saya, G.K. Chesterton]. Dalam kalimat yang tidak panjang tersebut, Chesterton dengan cantiknya merangkumkan pengajaran Alkitab terkait problem sentral duni ini. Masalahnya adalah orang! Lebih spesifik lagi, masalahnya adalah apa yang ada didalam diri kita—manusia batiniah kita atau pribadi kita [ Dwight Edwards, Revolution Within (Colorado Springs: Waterbrook, 2001), 41. Pada tahun 1948, Albert Einstein menggaungkan berbagai ekspresi hati Chesterton ketika dia berkata , “The problem lies in the hearts and thoughts of men. It is not a physical but an ethical one. What terrifies us is not the explosive force of the atomic bomb, but the power of wickedness in the human heart”(= Permasalahan itu terletak didalam semua hati dan pikiran umat manusia. Bukan hal yang bersifat fisik tetapi yang bersifat etika. Apa yang menakutkan kita bukan kekuatan ledakan bom atom, tetapi kekuatan kejahatan didalam hati manusia (see Edwards, Revolution Within, 43). Sebagaimana yang dikatakan Pogo seorang teolog besar, “Kita telah bertemu dengan musuh dan dia adalah kita [Pogo adalah karakter kartun].”
Saya benci
menjadi pembawa berita buruk, tetapi saya tidak oke atau baik-baik saja dan
tidak juga dengan anda. Singkatnya, kitalah yang menjadi masalah didalam dunia
hari ini. Kita sendirilah musuh terburuk kita. Sama berdosanya seperti halnya Setan itu sendiri, masalah
dosa kita demikian mengerikannya dan
meliputi semuanya sehingga kita berada didalam permasalahan yang teramat
pelik yang kita miliki sendiri. Tidak perlu ada klaim yang berbunyi, “Iblislah
yang membuatku melakukannya[ ini perkataan yang dilontarkan comedian Flip
Wilson]!” Kita memang berbuat dosa
dengan iblis atau siapapun juga
yang menggoda kita untuk
melakukan dosa (bandingkan dengan Yakobus 1:14 “Tetapi tiap-tiap orang dicobai
oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya”). Kita memang secara menjijikan penuh dengan dosa oleh
karena diri kita sendiri. Dalam Roma 3:9-20, kita secara telak diperhadapkan dengan realita dosa kita
melawan Tuhan dan terhadap sesama [Paulus
menggunakan kata benda “hamartia” (=dosa) sebanyak 48 kali didalam kitab Roma.
Dalam konteks ini Paulus terlihat sedang membicarakan “domain, kenyataan atau kuasa dosa.” Harold W. Hoehner, “Romans”
in The Bible Knowledge Word Study (Colorado Springs: Victor, 2006), 144.]. Teks ini merupakah sebuah klimaks yang
selaras dengan keseluruhan bagiannya ( Roma 1:18-3:20) dan berfungsi
seperti pelempar (pitcher) pengganti
yang hebat dalam olah raga baseball yang
menggantikan pitcher utama. Pada ining ke delapan atau ining ke Sembilan(terakhir), Si “penutup”
masuk untuk menggantikan siapapun yang sedang melempar dan
dengan cepat berupaya “menuntaskan permainan” bagi timnya. Nah, Paulus menutup
argumennya disini dengan determinasi dan otoritas yang sama. Teks ini merupakan penentu, penutup, pada bagian ini
dalam kitab Roma. Bagian kitab suci ini,
tidak seperti bagian lainnya, akan memberitahukan kepada kita kebenaran atau
fakta mengenai umat manusia. Pada intinya adalah ini: Saya tidak oke, anda
tidak oke juga. Paulus menyingkapkan tiga kebenaran-kebenaran mengenai
kemanusiaan yang menghujam dalam.
1. Kita Secara Universal Berdosa (3:9)
Paulus memulainya dengan sebuah tuduhan legal formal : Semuanya berada dibawah kuasa dosa [Morris secara jitu menyatakan: “…kecuali ada sesuatu yang dapat diselamatkan , menjadi sia-sia untuk mengkhotbahkan keselamatamat .” Leon Morris, The Epistle to the Romans (Grand Rapids: Eerdmans, 1988), 163.]. Paulus menulis, “Lalu Apa? [Paulus menggunaka frasa ti oun (lalu apa) sebelas kali dalam surat Roma; 3:1,9 ; 4:1; 6:1,15 ; 7:7; 8:31; 9:14,19,30; 11:7).Apakah kita lebih baik daripada mereka? [lihat BDAG-Bauer-Danker Lexicon (kamus Alkitab Yunani) s.v. proecho 1.] Tidak sama sekali; karena kita telah didakwa [ kata kerja proaitiaomai (“kita sudah didakwa”) hanya muncul disini dalam Perjanjian Baru. BDAG mendefinisikan terminologi ini sebagai “untuk sampai pada sebuah dakwaan bersalah yang telah ada lebih dulu , yang telah lebih dahulu menuduh.] bahwa baik orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani semuanya berada dibawah dosa.” Mengacu pada pemaparan Paulus terdahulu mengenai orang-orang Yahudi ( Roma 2:1-3:8), seorang penentang bertanya apakah dia dan saudara-saudara Yahudinya lebih baik daripada orang-orang bukan Yahudi [Catatan Moo : “ Manakala pertanyaan-pertanyaan ringkas yang membuka ayat 9 mengaitkannya dengan dialog dalam ayat-ayat 1-8, juga jelas bahwa Paulus sedang bergerak maju menuju rangkuman dan aplikasi pengajaran yang telah dia bangun mulai pada Roma 1:18.” Douglas J. Moo, The Epistle to the Romans. New International Commentary of the New Testament (Grand Rapids: Eerdmans, 1996), 198.].
Paulus telah menegaskan bahwa orang Yahudi memiliki “keunggulan-keunggulan” yang pasti ( Roma 3:2; bandingkan dengan Roma 9:4-5) [=Moo, The Epistle to the Romans, 200-1; Alan F. Johnson, Romans. Everyman’s Bible Commentary (Chicago: Moody, 2000), 61.] yang memungkinkan pertumbuhan rohani. Akan tetapi, disini, Paulus kembali menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan Yahudi—“semua berada dibawah dosa.” Tidak seorangpun dibebaskan dari penghakiman, bahkan juga tidak pada orang-orang pilihan Tuhan [George R. Knight, Exploring Romans: A Devotional Commentary (Hagerstown, MD: Review and Herald, 2010), 78. Stott menulis , “jika dia memaksudkan keistimewaan dan pertanggungjawaban, maka orang-orang Yahudi sangat istimewa karena Tuhan telah mempercayakan pewahyuannya kepada mereka . Tetapi jika Paulus memaksudkan kefavoritan/sikap pilih kasih , maka orang Yahudi sama sekali tidak ada, karena Tuhan tidak akan mengecualikan mereka dari penghakiman.” John R. W. Stott, Romans: God’s Good News for the World (Downers Grove: IVP, 1994), 99. Moo menulis , “ Paulus sedang membuat poin-poin komplementari-bersifat melengkapi, bukan kontradiksi. Orang-orang Yahudi memiliki keunggulan sejarah keselamatan yang tidak dapat disangkal : Tuhan telah berbicara kepada mereka dan Tuhan telah memberikan kepada mereka janji-janji yang tidak dapat dibatalkan (ayat 1-2). Tetapi sebagaimana berulangkali ditekankan oleh Paulus dalam Roma 2, orang Yahudi tidak memiliki keunggulan sama sekali ketika bangsa ini dibawa kepada penghakiman Tuhan yang adil atas setiap orang :menurut perbuatannya masing-masing, pria dan perempuan.” Moo, The Epistle to the Romans, 201.].
Paulus mengulangi kembali pemikirannya kembali untuk kesimpulan ini dengan kalimat, “kita sudah didakwa.” Ini merupakan pesan yang sedang atau masih berlangsung, yang telah dia sampaikan, dimulai dengan Roma 1:18 dan dilanjutkan hingga pada titik ini ( yaitu bahwa orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan Yahudi keduanya sama-sama berada dibawah kuasa dosa).
Bersambung : Bagian 2
I’m NOT Okay, You’re NOT Okay! (Roma 3:9-20) | Diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
1. Kita Secara Universal Berdosa (3:9)
Paulus memulainya dengan sebuah tuduhan legal formal : Semuanya berada dibawah kuasa dosa [Morris secara jitu menyatakan: “…kecuali ada sesuatu yang dapat diselamatkan , menjadi sia-sia untuk mengkhotbahkan keselamatamat .” Leon Morris, The Epistle to the Romans (Grand Rapids: Eerdmans, 1988), 163.]. Paulus menulis, “Lalu Apa? [Paulus menggunaka frasa ti oun (lalu apa) sebelas kali dalam surat Roma; 3:1,9 ; 4:1; 6:1,15 ; 7:7; 8:31; 9:14,19,30; 11:7).Apakah kita lebih baik daripada mereka? [lihat BDAG-Bauer-Danker Lexicon (kamus Alkitab Yunani) s.v. proecho 1.] Tidak sama sekali; karena kita telah didakwa [ kata kerja proaitiaomai (“kita sudah didakwa”) hanya muncul disini dalam Perjanjian Baru. BDAG mendefinisikan terminologi ini sebagai “untuk sampai pada sebuah dakwaan bersalah yang telah ada lebih dulu , yang telah lebih dahulu menuduh.] bahwa baik orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani semuanya berada dibawah dosa.” Mengacu pada pemaparan Paulus terdahulu mengenai orang-orang Yahudi ( Roma 2:1-3:8), seorang penentang bertanya apakah dia dan saudara-saudara Yahudinya lebih baik daripada orang-orang bukan Yahudi [Catatan Moo : “ Manakala pertanyaan-pertanyaan ringkas yang membuka ayat 9 mengaitkannya dengan dialog dalam ayat-ayat 1-8, juga jelas bahwa Paulus sedang bergerak maju menuju rangkuman dan aplikasi pengajaran yang telah dia bangun mulai pada Roma 1:18.” Douglas J. Moo, The Epistle to the Romans. New International Commentary of the New Testament (Grand Rapids: Eerdmans, 1996), 198.].
Paulus telah menegaskan bahwa orang Yahudi memiliki “keunggulan-keunggulan” yang pasti ( Roma 3:2; bandingkan dengan Roma 9:4-5) [=Moo, The Epistle to the Romans, 200-1; Alan F. Johnson, Romans. Everyman’s Bible Commentary (Chicago: Moody, 2000), 61.] yang memungkinkan pertumbuhan rohani. Akan tetapi, disini, Paulus kembali menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan Yahudi—“semua berada dibawah dosa.” Tidak seorangpun dibebaskan dari penghakiman, bahkan juga tidak pada orang-orang pilihan Tuhan [George R. Knight, Exploring Romans: A Devotional Commentary (Hagerstown, MD: Review and Herald, 2010), 78. Stott menulis , “jika dia memaksudkan keistimewaan dan pertanggungjawaban, maka orang-orang Yahudi sangat istimewa karena Tuhan telah mempercayakan pewahyuannya kepada mereka . Tetapi jika Paulus memaksudkan kefavoritan/sikap pilih kasih , maka orang Yahudi sama sekali tidak ada, karena Tuhan tidak akan mengecualikan mereka dari penghakiman.” John R. W. Stott, Romans: God’s Good News for the World (Downers Grove: IVP, 1994), 99. Moo menulis , “ Paulus sedang membuat poin-poin komplementari-bersifat melengkapi, bukan kontradiksi. Orang-orang Yahudi memiliki keunggulan sejarah keselamatan yang tidak dapat disangkal : Tuhan telah berbicara kepada mereka dan Tuhan telah memberikan kepada mereka janji-janji yang tidak dapat dibatalkan (ayat 1-2). Tetapi sebagaimana berulangkali ditekankan oleh Paulus dalam Roma 2, orang Yahudi tidak memiliki keunggulan sama sekali ketika bangsa ini dibawa kepada penghakiman Tuhan yang adil atas setiap orang :menurut perbuatannya masing-masing, pria dan perempuan.” Moo, The Epistle to the Romans, 201.].
Paulus mengulangi kembali pemikirannya kembali untuk kesimpulan ini dengan kalimat, “kita sudah didakwa.” Ini merupakan pesan yang sedang atau masih berlangsung, yang telah dia sampaikan, dimulai dengan Roma 1:18 dan dilanjutkan hingga pada titik ini ( yaitu bahwa orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan Yahudi keduanya sama-sama berada dibawah kuasa dosa).
Bersambung : Bagian 2
I’m NOT Okay, You’re NOT Okay! (Roma 3:9-20) | Diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment