Marine Insight |
Oleh : Carl Gobelman M.Div
Penenangan
badai oleh Yesus dalam sebuah kisah yang
ditemukan di semua injil synoptik, dan merupakan kisah yang paling
disalahapahami secara universal oleh banyak orang Kristen. Hampir pada semua
khotbah yang saya dengarkan pada kisah
ini dari pelayanan Yesus di bumi berubah menjadi khotbah “Yesus dapat menenangkan badai-badai
kehidupanmu.” Kisah Yesus menenangkan
badai berubah menjadi sebuah metafora : laut menggambarkan kehidupan seseorang,
badai menggambarkan kesulitan-kesulitan yang datang dalam kehidupanmu, dan
Yesus dihadirkan sebagai sosok yang
dapat menghardik kesulitan-kesulitanmu dan
menenangkan dirimu dan memberikan kepadamu ‘damai yang melampaui
pengertian.’ Aplikasinya kemudian adalah sebuah nasehat untuk memilki iman yang
lebih lagi. Hanya jika kita memiliki iman yang lebih lagi kepada Yesus, maka badai-badai dalam hidupmu {sambil
menyebutkan sebuah masalah yang menjadi
situasi yang dialami secara pribadi} akan ditenangkan {atau sesuatu yang sewarna dengan ini}.
Selagi penerapan-penerapan ini dijalankan, maka hal ini bukanlah hal yang mengerikan atau kesesatan, tetapi penerapan semacam ini membuat kisah tersebut kehilangan poin yang terkandung dalam nas firman tersebut sepenuhnya!
Selagi penerapan-penerapan ini dijalankan, maka hal ini bukanlah hal yang mengerikan atau kesesatan, tetapi penerapan semacam ini membuat kisah tersebut kehilangan poin yang terkandung dalam nas firman tersebut sepenuhnya!
Ini adalah sebuah kisah
nyata tentang sebuah badai yang
sungguh-sungguh terjadi yang benar-benar dihardik oleh Yesus. Memperlakukan kisah
ini sebagai sebuah metafora bagi masalah-masalah dalam kehidupan kita berarti meremehkan kisah ini ( pada titik
mengabaikan konteks penebusan historis) dan
memperlakukan teks kitab suci secara keliru. Permasalahan dengan
pemetaforaan kisah Yesus menenangkan
badai yaitu membuat kisah tersebut menjadi terlampau pribadi. Anda
berangkali bertanya, “ Tidakah aplikasi-aplikasi seharusnya menjadi personal?”
Ya, hingga batas tertentu. Seseorang
bisa membuat aplikasi ini dalam studi Alkitab pribadi, tetapi sebagai
sebuah sermon yang dikhotbahkan, tujuannya adalah mengajarkan nas firman
tersebut, dan saya tidak berpikir bahwa Yesus didalam benaknya “menenangkan
badai-badai kehidupanmu” ketika dia menghardik angin dan ombak!
Mari kita
lihat konteks kisah ini. Kisah ini
meliputi setumpuk kisah-kisah lainnya
dimana Yesus melakukan banyak mujizat. Dalam Matius 8:1-4 Yesus mentahirkan
seorang Kusta. Dalam Matius 8:5-13, Yesus menyembuhkan anak seorang prajurit
Roma . Dalam Matius 8:14-17, Yesus tak hanya menyembuhkan ibu mertua Petrus,
tetapi Yesus juga menyembuhkan
penyakit-penyakit yang diidap orang banyak. Dalam Matius 8:28-34, Yesus
mengusir setan legion dari Gadara. Kemudian
didalam bagian nas firman Tuhan kita (Matius 8:23-27), Yesus
menenangkan badai. Apakah tujuan Matius
dengan menempatkan semua kisah ini secara berurutan? Baiklah, apakah tujuan
Matius dalam menuliskan injilnya? Matius ingin mendemonstrasikan kepada pembacanya
yaitu orang-orang Yahudi bahwa Yesus adalah Mesias orang Yahudi yang telah lama ditunggu-tunggu dan pewaris
takhta Raja Daud. Yesus adalah Raja! Khotbah di bukit merupakan manifesto dari
Raja , jika kamu mau. Mujizat-mujizat
pada Matius 8 dimulai dengan
mendemonstrasikan kuasa Raja tersebut.
Saya sudah menyebutkannya sebelumnya dalam blog blogging God’s Word,
tetapi mujizat-mujizat Yesus bukan hanya merupakan trik-trik tanpa arah sekedar
untuk mempesona kerumunan orang banyak. Mujizat Yesus terutama merupakan demonstrasi dari dia yang bernama Anak Allah. Mujizat-mujizat tersebut
mendemonstrasikan klaim-klaim-Nya sebagai Mesias. Namun mujizat-mujizat itu juga
berperan sebagai sebuah tujuan penebusan. Menyembuhkan yang sakit, memulihkan penglihatan yang buta, membuat
yang lumpuh berjalan, mengusir setan-setan dan membangkitkan orang mati kesemuanya merupakan penebusan pada dasarnya. Penyakit, kebutaan, kematian,
bencana-bencana alam, dan lain-lain, kesemuanya ini merupakan efek-efek kejatuhan ciptaan. Dosa manusia
tidak hanya berdampak pada natur kemanusiaannya, tetapi juga pada ciptaannya secara langsung. Semua hal buruk yang pernah terjadi didalam dunia dapat
dilacak kembali hingga ke dosa (bukan dosa-dosa aktual tetapi dosa secara umum).
Dalam surat Paulus kepada orang-orang Roma, dia menuliskan , “Sebab kita tahu,
bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa
sakit bersalin” (Roma 8:22). Badai-badai,
tsunami-tsunami, gempa-gempa bumi, tornado-tornado, dan lain-lain, kesemuanya merupakan efek-efek dosa pada
ciptaan.
Ketika Yesus
melakukan mujizat-mujizat ini, Dia
memulihkan efek-efek dosa dan kerusakan di dunia. Yesus dating menyampaikan
injil Kerajaan, dan itu berarti bahwa
Kerajaan Allah sedang menginvasi dunia ini dan mengklaim kembali teritorinya. Ini merupakan pendahuluan atau perintisan pewujudan Kerajaan ketika Yesus kembali lagi
ke duni ini dala kemuliaan. Pada waktu itu, semua yang terkena dampak kejatuhan
akan disingkirkan; tidak akan ada lagi kematian, tidak ada lagi dosa, tidak ada
lagi kesedihan dan tidak ada lagi kesakitan. Jika kita kehilangan poin ini, kita kehilangan keseluruhan tujuan
bagian tersebut dan pada dasarnya mengalihkan
Kekristenan menjadi sebuah agama “
Datanglah kepada Yesus untuk Perbaikan
Kehidupan.”
Mengapa kita
tidak mendengarkan hal ini dikhotbahkan didalam gereja saat ini? Ada banyak alas an, tetapi
saya pikir yang paling lazim atau umum
adalah : kita menghendaki agar Kekristenan menjadi relevan . Jika orang tidak
dapat membawa pulang sesuatu yang
kongkrit atau nyata, “apakah maknanya ini bagiku,” pesan dari khotbah, maka
kita takut jemaat akan berbondong-bondong meninggalkan gereja.
Dengan konsekuensi terkesan tidak peduli dengan perasaan/kebutuhan personal,
jika orang pergi meninggalkan gereja
karena mereka tidak mendapatkan sesuatu yang personal, hadiah yang dibawa
pulang, sensasi tiap minggu “beginilah nas firman Tuhan ini diterapkan kepada ANDA,’
maka biarkanlah mereka pergi. Kita dating
ke gereja setiap minggu untuk memuji dan
menyembah Pencipta dan Juru Selamat kita dan untuk mendengarkan Dia berbicara
kepada kita melalui firman-Nya. Khotbah bukalah “ perkataan penyemangat” mingguan kita, tetapi
Tuhan berbicara kepada kita melalui
firman-Nya yang dieksposisi atau dijelaskan secara penuh oleh pelayan terpilih.
Aplikasi apapun kepada kita harus membawa pujian yang lebih besar kepada
Tuhan dan Anak-Nya.
Hal penting
yang harus dipertimbangkan : Lalu apakah
maknanya bagi kita bahwa Yesus telah menenangkan badai? Itu bermakna bahwa
suatu hari segera Yesus akan kembali
untuk menyelesaikan apa yang telah Dia mulai. Dia akan sepenuhnya membalikan
semua efek-efek dosa dan akan mencapai kemenangan puncak atas seluruh
musuh-musuh-Nya. Kerajaan Tuhan akan
sepenuhnya TERWUJUD dan kita, subyek-subyek-Nya, kelak suatu hari akan dibuat sepenuhnya siap bagi
kerajaan tersebut—tidak dapat dimusnahkan dan tidak dapat dirusak! Lebih
lanjut, dunia dimana kita tinggal akan diperbarui dan taman asli yang telah hilang di Eden akan
dipulihkan dalam kerajaan tersebut. Sekarang bukankah ini sebuah penerapan yang lebih baik daripada Yesus akan menangani sejumlah hal yang bersifat sesaat, masalah
pribadi jika saya telah memiliki cukup iman?
Soli Deo Gloria!
Kemuliaan Hanya Bagi Tuhan!
Soli Deo Gloria!
Kemuliaan Hanya Bagi Tuhan!
Jesus
Calms the Storm | diterjemahkan oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment