Pit Stop dalam balapan Formula 1 wikimedia.org |
Oleh
: Daniel B. Wallace, Ph.D
Pengantar
Salah satu kerinduan yang teramat mendalam pada diri umat manusia adalah selalu ingin berkomunikasi dengan makhluk yang lebih tinggi. Para imam kepercayaan-kepercayaan kuno sangat disanjung oleh masyarakat umum; kota-kota Yunani telah menciptakan dewa-dewa mereka sendiri; agama-agama misterius telah menjanjikan komuni atau persatuan dengan sebuah ketuhanan melalui ritus-ritus rahasia dalam cara yang luar biasanya persis dengan Masonik dan Mormon.
Pengantar
Salah satu kerinduan yang teramat mendalam pada diri umat manusia adalah selalu ingin berkomunikasi dengan makhluk yang lebih tinggi. Para imam kepercayaan-kepercayaan kuno sangat disanjung oleh masyarakat umum; kota-kota Yunani telah menciptakan dewa-dewa mereka sendiri; agama-agama misterius telah menjanjikan komuni atau persatuan dengan sebuah ketuhanan melalui ritus-ritus rahasia dalam cara yang luar biasanya persis dengan Masonik dan Mormon.
Manusia modern
sedikit lebih canggih, tetapi dia masih merindukan keintiman dengan sebuah makhluk
yang lebih tinggi. Masa kini, “tuhan-tuhan” kita biasanya adalah para selebriti. Kita
berupaya kenal dekat dengan para pemain baseball dan ratu-ratu
kecantikan, bintang-bintang filem, dan presiden-presiden ( yang mana terkadang
satu orang pada saat yang sama).
Tetapi “tuhan-tuhan”
kita itu lemah. Para pahlawan kita telah menjadi para penjahat: para pemain American football menganiaya
isteri-isterinya; dan kala mereka tidak memukuli isteri-isterinya mereka menipunya. Presiden-presiden, para
wakil rakyat dan para penginjil televisi sangat sibuk dari satu ranjang ke
ranjang lainnya. Pahlawan-pahlawan kita mengecewakan kita; mahkluk-mahkluk
super ini memiliki kaki yang terbuat
dari tanah liat.
Akan tetapi Kekristenan memegang teguh janji persekutuan dengan Tuhan yang maha
kuasa, tidak berubah dan sempurna. Kitab
suci menyatakan secara jelas bahwa hanya
ada satu Tuhan—berdaulat atas alam semesta, pencipta segala sesuatu. Dia
tidak terpahamkan, namun dapat
dikenali; transeden, namun hadir dimana saja.
Namun dengan
kemungkinan bersekutu dengan Tuhan yang seperti ini, kita menghadapi dilema:
Bagaimana manusia yang penuh dengan
dosa membangun persekutuan dengan Tuhan
yang kudus? Tentu saja, kata Yunani untuk “bersekutu”, koinwniva bermakna “memiliki
suatu kesamaan.” Dan kesamaan apakah
yang mungkin dimiliki manusia yang penuh
dengan dosa dengan Tuhan yang kudus?
Ketegangan
ini sangat nyata. Ada sebuah kecenderungan, pada sisi kita keseluruhan, baik
untuk menyembunyikan derajat keberdosaan kita, atau mengurangi kemuliaan dan kecemerlangan Tuhan yang kudus.
Bagaimana
dapat manusia yang penuh dengan dosa
memiliki apapun juga yang sama dengan Tuhan yang kudus? Hanya dengan satu
sarana dan satu-satunya sarana: salib Kristus yang terlumuri darah. Karena kematian
Tuhan-manusia yang menggantikan kita, kita
memiliki keberanian—bahkan hak--
untuk memanggil Tuhan alam semesta
dengan “Bapa”!
Salah satu hal luar biasa mengenai Kekristenan adalah persekutuan dengan Tuhan. Kita bahkan tidak membaca persekutuan dengan Tuhan dalam Perjanjian Lama. Perbedaannya bukan pada sebuah standard Tuhan yang diturunkan, tetapi sebuah elevasi atau peningkatan orang percaya: kita dinaikan ke surga pada salib Kristus.
Salah satu hal luar biasa mengenai Kekristenan adalah persekutuan dengan Tuhan. Kita bahkan tidak membaca persekutuan dengan Tuhan dalam Perjanjian Lama. Perbedaannya bukan pada sebuah standard Tuhan yang diturunkan, tetapi sebuah elevasi atau peningkatan orang percaya: kita dinaikan ke surga pada salib Kristus.
Salib
menyediakan akses kepada Bapa:
memberikan kepada kita sebuah kelahiran baru sehingga kita sungguh-sungguh merupakan anak-anak Tuhan. Namun demikian,
orang-orang Kristen masih berdosa. Kita masih manusia yang rusak. Sekalipun kita adalah anak-anak
Tuhan, kita kerap tidak berjalan bersama dengan Tuhan sebagaimana seharusnya.
Dan itu adalah keberdosaan kita yang masih berlangsung, setelah kita diselamatkan, yang menyebabkan kita untuk
menutup-nutupi perbedaan-perbedaan moral antara Tuhan dan diri kita sendiri.
Beberapa
orang telah menjadi Kristen selama
beberapa tahun, bahkan berdekade-dekade. Dan walau begitu masih berjuang
melawan dosa. Apakah yang anda lakukan
dengan dosa itu? Apakah yang anda lakukan ketika anda berdosa?
Rasul Yohanes berbicara mengenai hal ini. Dalam suratnya yang pertama, dia meletak prasyarat dasar untuk persekutuan yang berkesinambungan dengan Tuhan, dalam :
Rasul Yohanes berbicara mengenai hal ini. Dalam suratnya yang pertama, dia meletak prasyarat dasar untuk persekutuan yang berkesinambungan dengan Tuhan, dalam :
1 Yohanes 1:5-10
(5) Dan inilah berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan yang kami sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan. (6) Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran (7) Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa (8) Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. (9) Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan (10) Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita.
Tubuh
Prasyarat pertama untuk sebuah persekutuan yang berkelanjutan dengan Tuhan adalah sebuah pengakuan akan kondisi kita. Yohanes menyatakan dengan sangat jelas dalam teks ini.
Prasyarat pertama untuk sebuah persekutuan yang berkelanjutan dengan Tuhan adalah sebuah pengakuan akan kondisi kita. Yohanes menyatakan dengan sangat jelas dalam teks ini.
A. Penyangkalan adanya kegelapan dalam Tuhan (1:5)
Pertama, Yohanes mendirikan aturan-aturan dasar: Dia yang dengannya kita memiliki persekutuan adalah terang dan didalam dia tidak ada kegelapan sama sekali.
Pertama, Yohanes mendirikan aturan-aturan dasar: Dia yang dengannya kita memiliki persekutuan adalah terang dan didalam dia tidak ada kegelapan sama sekali.
Ada 2
pendapat terkait apakah makna terang dalam teks ini. Apakah kita sedang
membicarakan tentang terang moral atau mengenai
penyingkapan dirinya sendiri? Itu sebabnya, ketika Yohanes berkata bahwa Tuhan adalah terang ,
dia memaksudkan bahwa Tuhan adalah Tuhan yang kudus atau bahwa dia sedang
menyingkapkan dirinya sendiri? Apakah
Yohanes sedang membicarakan esensi Tuhan atau penyingkapan diri-Nya?
Kedua penggunaan semacam ini terkait terang ditemukan dalam Kitab suci. Teophani dalam Perjanjian Lama disertai dengan terang yang besar. Paulus berkata bahwa Tuhan berdiam dalam terang yang tidak dapat didekati. Teks semacam ini membicarakan kekudusan Tuhan. Tetapi Alkitab juga menggunakan terang sebagai idiom untuk penyingkapan diri Tuhan. Yesus Kristus disebut “ Cahaya/kilau kemuliaan Tuhan” dalam Ibrani 1:3. Dengan kata lain dia adalah penyingkapan Tuhan yang inkarnasi. Tentu saja ini tidak untuk menyangkali kekudusan Tuhan, tetapi pada prinsipnya untuk menjelaskan penyingkapan dirinya kepada manusia-makhluk fana.
Kedua penggunaan semacam ini terkait terang ditemukan dalam Kitab suci. Teophani dalam Perjanjian Lama disertai dengan terang yang besar. Paulus berkata bahwa Tuhan berdiam dalam terang yang tidak dapat didekati. Teks semacam ini membicarakan kekudusan Tuhan. Tetapi Alkitab juga menggunakan terang sebagai idiom untuk penyingkapan diri Tuhan. Yesus Kristus disebut “ Cahaya/kilau kemuliaan Tuhan” dalam Ibrani 1:3. Dengan kata lain dia adalah penyingkapan Tuhan yang inkarnasi. Tentu saja ini tidak untuk menyangkali kekudusan Tuhan, tetapi pada prinsipnya untuk menjelaskan penyingkapan dirinya kepada manusia-makhluk fana.
Banyak ahli
yang diyakinkan bahwa dalam 1 Yohanes
1:5,penulis sedang meletakkan aksenstuasi atau penekanan pada atribut-atribut moral Tuhan ketika dia
menggunakan istilah “terang”. Jadi: jika kita ingin memiliki persekutuan dengan
Tuhan, kita pertama-tama harus mengakui bahwa pandangan Tuhan terhadap dosa tidak berubah antara
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dia masih
Tuhan yang sama: tidak ada noda
kecil kegelapan, tidak ada bayangan akan kekaburan moral pada diri Yang Maha kuasa. Menjadi berada didalam terang, maka, berarti
menjadi kudus.
Pandangan
lainnya adalah: bahwa terang Tuhan
merujuk pada penyingkapan diri-Nya sendiri. Dengan kata lain, Tuhan mengalirkan
terang pada dia yang sedang dan, selagi kita melangkah masuk kedalam
terang itu, sebagaimana kita adanya . “Berjalan didalam terang” dalam hal ini berarti menjadi jujur
dengan Tuhan. Ini tidak bermakna untuk menyembunyikan dosa kita—baik dari Dia
atau dari diri kita sendiri.
Permasalahan
dengan pandangan ini. Pertama hanyalah satu hal kecil : pandangan ini tidak sesuai dengan konteksnya [lihat Robert Law, The Tests of
Life, 57-59.]. Pertama dari
semuanya, jika kekudusan Tuhan merupakan
hal yang terutama dalam pandangan ini, kita dapat mengharapkan adanya
pembahasan beberapa macam
dosa—kerakusan,perzinahan, kemabukan, gosip, iri hati, dan lain-lain. Tidak satupun yang
disebutkan. Sebaliknya yang menjadi fokus adalah kebenaran
vs dusta. Dan dusta pada dasarnya
menutupi kebenaran didalam kegelapan. Satu hal yang mendesak disini adalah,
kenyataannya, bukan sesuatu seperti “Jadilah kudus, karena Aku adalah kudus,”
tetapi “akuilah dosa-dosamu.” Dengan kata lain, “jujurlah terhadap kekuranganmu
akan kekudusan, karena kamu tidak dapat menyembunyikannya dariku bagaimanapun
juga.”
Kedua, tema keseluruhan pada 1 Yohanes
berkaitan dengan persekutuan. Dan persekutuan, koinwniva, bermakna “memiliki sesuatu yang sama.” Kesamaan apakah
yang mungkin kita miliki dengan Tuhan yang kudus? Jika kita harus memiliki sesuatu apapun yang sama
dengan Tuhan, yang harus menjadi hal
pertama adalah sebuah kesepakatan dengan Dia mengenai siapakah kita dan
siapakah Dia. Prasyarat pertama untuk bersekutu dengan Tuhan adalag kejujuran.
Ketiga, metafora terang bekerja dengan baik
dengan pandangan ini. Hubungan terang terhadap kecemaran ada dua
hal: pertama, terang
menyingkapkan kecemaran. Tetapi , kedua,
terang tidak dapat dikontaminasi oleh kecemaran. Ketika
Tuhan bersinar atas kita, terang
menyingkapkan dosa kita, tetapi dosa itu
tidak mencemari Tuhan. Ketika
kita sepakat dengan Dia akan dosa, kita sedang berjalan dalam
terang.
-Ilustrasi : isteriku dan aku memiliki sebuah hubungan yang sangat terbuka. Saya jujur terhadapnya tentang perjuanganku sebagai seorang pria. Kita dapat memiliki sebuah persekutuan yang luar biasa sekalipun dengan keberadaanku. Tetapi ketika saya menyembunyikan darinya siapakah dan apakah saya, persekutuan saya menjadi musnah. Kami telah menikah selama dua puluh tahun. Dan satu hal yang saya sukai tentang dia—sangat saya sukai dari dirinya—adalah dia masih terus menerima saya sepenuhnya, walaupun dia mengetahui diriku lebih baik dan semakin lebih baik lagi setiap tahunnya. Saya diyakinkan bahwa dasar sebuah pernikahan yang baik bukan dua orang yang mutlak kudus, tetapi dua orang yang demikian jujurnya [saling terbuka tidak ada yang disembunyikan—red].
Selanjutnya : Pengakuan kebejadan oleh manusia….berjalan dalam kegelapan, mengakui dosa-dosa kita dan dosakita…..
Honest to God! Or, God is not a Pit Stop (1 John 1:5-10)| diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
Honest to God! Or, God is not a Pit Stop (1 John 1:5-10)| diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment