Oleh: Martin Simamora
“Aku” Diantara Kemuliaan
Sorga & Kegelapan Dunia,
Akankah Aku Memeluk dan Menyembah-Nya?
Kisah Mulia Lainnya Setelah Hari Pertama Pada Minggu Itu (5b)
[Refleksi]
Bacalah lebih
dulu: “Kisah Mulia Lainnya Setelah Hari Pertama Pada Minggu Itu (5a)”
Adakah satu saja
diantara para murid itu berdasarkan apa yang telah disaksikannya dapat
menyibakan kelambu-kelambu hitam pekat yang menyelubungi otaknya, sehingga kala
mata memandang semua penampakan Sang Mesias yang telah bangkit dari kematian dan
kala telinga mendengar suaranya, untuk segera saat itu juga berbulat hati dan
bersorak sukacita percaya dengan segenap sabdanya ini: “Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia
harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua,
imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari
ketiga- Matius 16:21?” Tidak! Seperti pada episode ini: “Ketika melihat
Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa
orang ragu-ragu- Matius 28:17”.
Bukankah mata kita
sekalian telah berulang membaca betapa Petrus sangat keras menolak dengan
pengajaran itu-sekalipun melihat dan
mendengar- sehingga begitu emosional “menjambak” tangan Sang Mesias: “Tetapi
Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya
Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau- Matius
16:22." Bukankah mata dan telinga kita sekalian kerap membaca kitab
suci dan mendengarkan khotbah atau
pembacaan kitab suci mengenai mulut Sang
Mesias yang berkata, percaya kepada-Nya
adalah sebuah hal yang begitu mustahil untuk dilakukan, sebagaimana episode
penuh ketegangan ini menunjukannya:
▓Lukas
22:66-71 Dan setelah hari siang berkumpullah sidang para tua-tua bangsa Yahudi
dan imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu mereka menghadapkan Dia ke
Mahkamah Agama mereka, katanya: "Jikalau Engkau adalah Mesias, katakanlah
kepada kami." Jawab Yesus: "Sekalipun Aku mengatakannya kepada kamu,
namun kamu tidak akan percaya; dan sekalipun Aku bertanya sesuatu kepada kamu,
namun kamu tidak akan menjawab. Mulai sekarang Anak Manusia sudah duduk di
sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa." Kata mereka semua: "Kalau
begitu, Engkau ini Anak Allah?" Jawab Yesus: "Kamu sendiri
mengatakan, bahwa Akulah Anak Allah." Lalu kata mereka: "Untuk apa
kita perlu kesaksian lagi? Kita ini telah mendengarnya dari mulut-Nya
sendiri."
Ini, peristiwa yang
tercatat pada Lukas 22:66-71 tersebut merupakan momen termahal bagi segenap
tua-tua bangsa Yahudi dan imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat untuk melakukan
semacam persidangan yang bernilai tinggi terkait apakah yang sedang terjadi pada
segenap janji-janji Mesianik yang begitu mustahil untuk diimani sedang terjadi
saat itu juga dihadapan mereka. Momen ini sebaliknya telah untuk selama-lamanya
menempatkan mereka semua sebagai yang tak mungkin untuk menyatakan pikiran
Allah yang telah berlangsung dan telah genap perwujudannya dalam Yesus Sang
Mesias.
Pengutusan para rasul
tidak cukup dengan membuka pikiran mereka untuk mengerti pikiran Allah
sebagaimana seharusnya (Lukas 24:44-45), sehingga kegagalan mereka sebagaimana
pada segenap tua-tua bangsa Yahudi dan imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat dapat diluputkan oleh Yesus, tetapi oleh Yesus dicamkan sebagaimana mereka
didampingi oleh Yesus maka kelak mereka akan didampingi oleh Roh Kudus.untuk menjamin pemberitaan
mereka tetap merupakan pikiran Allah dan para pendengarnya berdasarkan karya
Roh Kudus dapat menjadi percaya (Yohanes 16:7-11,13-14).
Kehendak Bapa Bagi Manusia Yang Hanya Terjadi Jika Sang
Kristus Menebus Manusia Itu Dari Kuasa Maut
Mengenai Yesus, bahwa
Ia satu-satunya keselamatan dari Allah dinyatakan oleh Yesus sendiri kala ia
menerima kunjungan seorang guru Israel (Yohanes 3:10) yang begitu penuh
keingintahuan akan kebenaran yang diajarkan oleh Yesus Kristus. Beginilah kepada Nikodemus,
Yesus berkata:
Yohanes
3:16-18 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang
tunggal, supaya
setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup
yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi
dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya,
ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah
hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.
Camkanlah
ini: Yesus berkata bahwa kedatangan dirinya ke dunia adalah karunia
Bapa dengan
sebuah maksud agar manusia mempercayainya. Mempercayainya, berdasarkan
kehendak Bapa yang berwujud atau berlangsung dalam karunia Bapa, yaitu
mendatangkan pada diri manusia itu sebuah hasil yang begitu menentukan
kehidupannya: tidak binasa. Yesus
lebih jauh menjelaskan bahwa “tidak binasa” adalah sebuah keadaan manusia yang memperoleh hidup kekal. Ada apakah dengan segenap manusia sehingga
tidak binasa dan beroleh hidup kekal dihadirkan secara demikian? Pada
penjelasan Yesus ini, ada satu kondisi global manusia yang dengan demikian
merupakan kemapanan yang tak tertanggulangi oleh pihak manusia. Sembari
menyatakan percaya kepada dirinya maka manusia itu akan memperoleh hidup kekal,
disibakannya juga kondisi manusia secara global: semuanya telah berada di bawah hukuman dan pasti akan dihukum. Yesus tak hanya menyatakan cara ini sebagai
salah satu opsi, tetapi sebuah jalan tanpa alternatif. Jalan ini tak memiliki
rute-rute lainya entah itu gang, jalan bawah tanah, jalan terowongan bawah
laut, ataupun jembatan-jembatan lainnya, sebab Yesus berkata “telah
berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam
nama Anak Tunggal Allah.”
Bukan hanya kepada
Nikodemus, Ia berkata demikian. Kepada banyak orang pun Ia berkata demikian
dengan sebuah penekanan yang tajam
sekaligus menyibakan kondisi segenap manusia yang telah berada di bawah hukuman, dan hanya
dirinyalah satu-satunya jalan yang dikehendaki Bapa untuk dilakukan oleh
manusia. Perhatikanlah dialog antara Yesus dengan orang banyak ini:
■Yohanes
6:25-29 Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka
berkata kepada-Nya: "Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?" Yesus
menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku,
bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan
roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah,
bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang
bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia
kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya." Lalu kata mereka kepada-Nya:
"Apakah yang harus kami perbuat,
supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?" Jawab Yesus
kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu
percaya kepada Dia yang telah diutus
Allah."
Yesus
berkata kepada mereka ada 2 macam pekerjaan:
►pertama:
pekerjaan yang mendatangkan kehidupan kekal, tak percaya kepada Dia yang diutus
Allah
►kedua:pekerjaan
yang mendatangkan kebinasaan, percaya kepada Dia yang diutus Allah
Di
sini, mengenai dirinya, Ia berkata: “Dialah yang
disahkan oleh Bapa, Allah dengan meterainya.” Jadi tak akan pernah
ada Mesias lainnya selain dirinya. Kala Ia menyatakan dirinya sebagai yang
disahkan oleh Bapa dengan meterainya, ini adalah sebuah deklarasi yang secara
sempurna hendak menyatakan bahwa tak ada satupun permasalahan dengan segala apa
yang dikatakan dan dilakukannya dalam pandangan Bapa!
Kita
melihat bahwa ada satu perintah dari Bapa untuk dilakukan oleh manusia yang jika
dilakukan maka itu adalah perbuatan yang selaras dengan kehendak Bapa
dan berkat keselamatan dari Bapa lahir dari Kristus baginya.
Tetapi,
apakah kala Yesus berkata demikian maka
perintah Bapa bagi manusia untuk dilakukan, dapat dikerjakan manusia?
Tidak dapat, sebagaimana Yesus menyatakannya:
Yohanes
6:36 Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak
percaya.
Sesungguhnya
saat Yesus bercakap-cakap dengan guru
bangsa Israel, Nikodemus, ada satu realita manusia yang mengakibatkan perintah
Bapa ini menjadi begitu diluar jangkauan manusia untuk melakukannya, ini
diungkapkan Yesus dalam sebuah ekspresi yang teramat tragis:
Yohanes
3:19 Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi
manusia lebih menyukai kegelapan
dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.
Ketika
perintah yang merupakan kehendak Bapa
itu disampaikan kepada manusia dan diserahkan kepada kebijakan manusia atau
hikmat manusia atau pengertian manusia untuk melakukan
pertimbangan-pertimbangan yang kemudian
mendasari keputusan dari berbagai pilihan atau kemungkinan-kemungkinan yang dinyatakannya,
maka inilah yang terjadi: “tetapi manusia lebih menyukai kegelapan
daripada terang.”Ini dengan demikian sebuah problem yang begitu
menyudutkan semua manusia di ruang ketidakberdayaan untuk melakukan perintah
Allah itu. Adakah
Allah memberikan sebuah perintah yang tak mampu dilakukan sama sekali oleh
manusia?
Bagaimana Yesus
menjelaskan perihal ini?
Perhatikan
bagaimana Yesus menjelaskan situasi ini dan bagaimana pada akhirnya manusia
dapat melakukan kehendak Bapa:
Yohanes
6:37 Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa
datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.
Bagaimana
seorang manusia yang dikatakan oleh Yesus pasti
akan memilih kegelapan daripada terang dapat datang beriman kepada Yesus,
sebagai satu-satunya yang disahkan Allah dengan meterainya? Itu terletak didalam kekuasaan Bapa untuk mematahkan
kemustahilan itu sehingga sebagaimana Ia berkehendak percaya kepada Yesus tidak binasa,
genap sempurna. Di sinilah Yesus menjadi penggenap kehendak Bapa di sorga untuk
terjadi di bumi, sementara manusia mustahil diharapkan untuk berpartisipasi
pada kebijakan dirinya sendiri untuk melakukan bagian menanggap pemberitaan
Yesus dengan mempercayainya. Yesus menyatakan bahwa terkait “percaya kepada-Nya maka tidak akan binasa,”
manusia membutuhkan dirinya sehubungan ketakberdayaan manusia yang lebih menyukai
kegelapan daripada diri-Nya.
Yesus kemudian menyatakan hal yang menunjukan bahwa
Ia bukan saja datang dari Allah tetapi satu-satunya yang datang dari Allah
untuk melakukan sesuatu yang menaklukan kemustahilan manusia untuk dapat
memiliki kehidupan kekal dari Bapa. Beginilah Yesus menyatakannya:
Yohanes
6:38-39 Sebab Aku
telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi
untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan inilah kehendak Dia
yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku
jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.
Sang
Kristus berjumpa dengan ketakberdayaan manusia itu; Sang Kristus berdialog
dengan ketakberdayaan manusia yang membeliti jiwa manusia-manusia hingga ke
sumsum tulang belakang manusia, terpenjara oleh maut dan memperbudak bukan saja
intelektualitas namun hati nurani yang memberikan pertimbangan-pertimbangan
moralnya. Pada dasarnya tak ada satupun indera kunci untuk dapat mendatangkan
kepercayaan manusia, tak juga sepasang bola mata indah dan sehat luar biasa,
sebuah tragedi manusia yang paling
meremukan jiwa manusia sedang dipancangkan Bapa di hadapan manusia oleh
satu-satunya yang disahkan Bapa dengan meterainya, lihatlah ini:
Yohanes
6:40 Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang
melihat Anak dan yang percaya
kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir
zaman."
“melihat”
sekalipun indera penglihatan, bukan sama sekali perihal apakah anda sekarang bisa
melihat Yesus atau tidak. Tentu saja saya dan siapapun manusia tidak akan
pernah melihat Yesus itu. Ini bukan soal mata melihat, sebab faktanya sekalipun
melihat tak juga melihat:
Yohanes
6:41-42 Maka bersungut-sungutlah
orang Yahudi tentang Dia, karena Ia telah mengatakan: "Akulah roti
yang telah turun dari sorga." Kata mereka: "Bukankah Ia ini
Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal? Bagaimana Ia dapat
berkata: Aku telah turun dari sorga?"
Coba renungkan hal ini: Siapakah yang bisa melihat sorga,
apalagi sekedar memandang para malaikat. Mata kita bisa memandang
bintang-bintang dilangit berkat cahaya-cahaya yang jauhnya begitu jauh masih
mampu ditangkap oleh mata kita. Tetapi ada bintang-bintang yang hanya dapat
ditangkap dengan bantuan alat-alat teleskopik ruang angkasa yang berupaya
menanggap cahaya-cahaya yang bahkan berupa gelombang-gelombang cahaya yang
hanya dapat ditangkap oleh teknologi seperti “ini.”
Yesus
datang dari sorga dan turun ke
dunia dalam rupa manusia (Yohanes 1:1,14), tentu mata manusia dapat melihatnya,
jadi manusia dapat melihatnya. Tetapi hanya dapat melihatnya sebagai: “Yusuf , anak Yusuf, yang ibu bapanya kita
kenal.” Mereka tak dapat melihatnya sebagaimana Ia adanya dari sorga: “Akulah
roti yang turun dari sorga.” Sepasang mata manusia tak akan pernah
dapat melihat dan kemudian mendatangi Yesus sebagai “ Roti yang turun dari
sorga.” Manusia dapat penuh percaya diri untuk mempercayai bahwa Yesus adalah
anak Yusuf. Bahkan tak ada yang percaya bahwa Ia adalah keturunan dan penerus
takhta Daud dalam makna mesianik sebagaimana
pikiran Allah.
Yesus
adalah pembawa atau pengusung pikiran Allah dan pelaksana dan pewujud pikiran
Allah itu. Ia ada sebagai karunia Bapa agar manusia dapat memperoleh hidup
kekal. Tetapi tidak dengan inderawi manusia dalam memutuskannya:
Yohanes
6:43-44 Jawab Yesus kepada mereka: "Jangan kamu bersungut-sungut. Tidak
ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa
yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.
Ketika
Yesus berkata mengenai dirinya terkait keselamatan manusia, maka itu
benar-benar dalam arti bahwa manusia dapat mempercayai dirinya sebagaimana
dia adanya dari sorga yang telah datang ke dunia ini dalam rupa manusia:
Yohanes
6:47 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang
kekal.
Bagaimana
percaya dalam segenap jiwamu bahwa Ia adalah sebagaimana Ia katakan:
Yohanes
6:48 Akulah roti hidup.
Bagaimanakah mungkin harus
seperti itu? Tak bolehkan memandang Yesus sesuai
kemampuan manusia? Tak bolehkah sekedar memandang dan mempercayai Yesus sebagai
hanya salah satu nabi Allah saja? Tak bolehkah sekedar memadang dan mempercayai
Yesus sebagai Guru moral dan Guru teladan hidup baik? Tak bolehkah sekedar
mengagumi manusia Yesus sebagai sosok yang tak mementingkan dirinya sendiri?
Apapun
pertanyaanmu maka jawaban dan argumentasimu bukanlah sabda Allah; apapun
pikiranmu mengenai siapakah Yesus, jelas bukan sama sekali pikiran Allah,
sementara Yesus berkata mengenai dirinya:
Yohanes
12:49 Sebab Aku
berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus
Aku, Dialah
yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku
sampaikan.
Jika anda sebagai pendeta percaya dan mengajarkan bahwa
berupaya berkenan dan selaras dengan Bapa adalah sebuah hal yang harus
perjuangkan, cobalah gugat pernyataan Yesus ini dan jungkirkanlah Ia dari
takhta-Nya. Yesus bahkan tak berani sedikit saja melenceng dari apa yang
menjadi kehendak Bapa-Nya sementara Ia telah ada di dunia dalam rupa manusia.
Juga, bagaimana
mungkin untuk secara pasti dan utuh atau tak melenceng, pengimanan kepada Yesus itu selaras dengan kehendak Bapa
yang telah diungkapkan Yesus?
Maka
inilah jaminannya sebagaimana penjelasan Yesus:
Yohanes
6:65 Lalu Ia berkata: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang
kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya."
Melihat
Yesus bukan sama sekali dalam kerja dan makna inderawi manusia, sehingga sebetulnya
dalam memandang dan mempercayai kehendak atau pikiran Bapa, bahkan seorang yang tunanetra, tuli
sekalipun dapat melihat dan mendengar sabda Kristus jikalau Bapa menghendakinya.
Coba perhatikan apa yang disabdakan oleh Yesus ini:
Yohanes
12:44-45 Tetapi Yesus berseru kata-Nya: "Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia
bukan percaya kepada-Ku, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus Aku; dan barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia,
yang telah mengutus Aku.
Siapakah
manusia yang sanggup melihat Yesus namun
sekaligus melihat Bapa dengan kedua
bola matanya? Bahkan ini merupakan sebuah kesukaran yang memfrustrasikan
kedua bola mata muridnya:
Yohanes
14:7-9 Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang
ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia." Kata Filipus
kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu
sudah cukup bagi kami." Kata Yesus kepadanya: "Telah
sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal
Aku? Barangsiapa
telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata:
Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.
Sebetulnya tak pernah terjadi pada diri murid-murid itu “melihat maka atau
dan percaya,” dan tak juga pada semua orang Yahudi dapat mengalami pengimanan
berdasarkan pikiran Bapa melalui “melihat maka percaya.” Sejak semula yang
terjadi adalah “percaya
walau tak melihat.” Saat Yesus berkata “Barangsiapa telah melihat
Aku, ia telah melihat Bapa,” maka sesungguhnya Bapa yang sedang dibicarakan
Yesus itu tak akan pernah dapat dilihat dan didengar manusia.
sebagaimana
Yesus sendiri menyatakannya:
Yohanes
5:37 Bapa
yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar
suara-Nya, rupa-Nyapun
tidak pernah kamu lihat,
Melihat Yesus,
melihat Bapa? Tapi Ia sama
sekali tidak dapat dilihat! Jadi apa yang ada adalah “percaya walau tidak melihat sebab
Yesus bersabda demikian.” Bagaimana dapat percaya kepada Yesus dan segala
yang disabdakannya? Itu hanya terjadi
jika Bapa memberikan karunia kepadanya.
Inilah
garis perbatasan bagi manusia untuk memahami dan mengerti Bapa yang memiliki pemikiran dan kehendaknya
tersendiri; inilah sebuah garis perbatasan yang memenjarakan bumi beserta
segala kehendaknya untuk dapat melangkah dan memeluk sabda-sabda semacam ini: “melihatku, melihat Bapa.”
Kepada
ke 11 murid-Nya, Sang Mesias yang telah bangkit dari kematian itu telah membawa
mereka melintasi garis perbatasan yang
tak dapat mereka lalui sehingga mereka lepas dari cengkaraman maut; sehingga
mereka lepas dari situasi yang begitu memenjara batin mereka: “Tetapi imam-imam kepala dan
pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka
telah menyalibkan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah
yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat
tiga hari, sejak semuanya itu terjadi”-Lukas 14:20-21.
Siapakah
manusia yang dapat melakukan perintah yang pada hakikatnya merupakan pikiran
Allah? Camkan pikiran Allah bukanlah sebuah humanisme, judaisme dan segala isme
yang menentang kebenaran
pikiran Allah ini.
Siapakah
manusia yang dapat melakukan perintah “percayalah kepada Yesus agar selamat”
sebagaimana pikiran Allah,
bukan semata sebuah perintah Allah yang humanisme? Jika perintah percayalah kepada Yesus maka engkau selamat
adalah perintah Allah yang humanisme, maka mustahil percaya bahwa keselamatan
hanya ada pada Yesus dan mustahil percaya bahwa Ialah yang disahkan
Bapa dengan meterainya.
Para
rasul telah menjadi saksi-saksi untuk memberitakan kebenaran pikiran Allah sebagaimana
sebelumnya Yesus telah mengajarkan kepada mereka untuk dipercayai
dan dan dilakukan, sementara kedua bola
mata tak bisa melihat Bapa di dalam Yesus: percayalah kepada dia yang telah
bangkit dari kematian sesuai dengan Kitab Suci. Kala berkata
sesuai dengan Kitab Suci maka itu bukan sesuai judaisme yang masih
menantikan kedatangan Mesias, tetapi merupakan pikiran Bapa.
Hanya
dengan Roh Kudus yang datang dari janji Bapa dalam pengutusan Yesus kepada para
murid-muridnya, maka para murid dapat menyampaikan berita keselamatan Allah
dalam Yesus, tepat sebagaimana pikiran Allah. Pikiran Allah yang
kekal, yang melintasi segala zaman!
Bersambung ke bagian
6
Segala
Pujian Hanya Bagi Tuhan
No comments:
Post a Comment