Oleh: Martin Simamora
“Aku”
Diantara Kemuliaan Sorga & Kegelapan Dunia, Akankah Aku Memeluk dan
Menyembah-Nya?
Kisah
Mulia Kedua Di Hari Itu
[Refleksi]
Bacalah
lebih dulu: Kisah Mulia Pertama Di Hari Itu
Para
perempuan itu pada akhirnya memberitahukan kepada para murid-Nya sebagaimana
yang diperintahkan oleh malaikat dan juga Yesus Kristus yang telah bangkit,
namun sebagaimana para perempuan itu sebelumnya yang datang dengan membawa
rempah-rempah untuk merempahi mayat Yesus, datang dalam kepupusan iman hingga
tak berdaya, pun demikian respon mereka pada kabar yang seharusnya menyukakan itu sebab, jika
mereka ingat dan mereka memahaminya pada saat itu, mereka niscaya
mengantisipasi janji Sang Mesias bahwa ia akan bangkit pada hari ketiga. Maka beginilah situasinya:
Lukas
24:9,11 Dan setelah mereka kembali dari kubur, mereka menceriterakan semuanya
itu kepada kesebelas murid dan kepada semua saudara yang lain. Tetapi
bagi
mereka perkataan-perkataan itu seakan-akan omong kosong dan mereka tidak
percaya kepada perempuan-perempuan itu.
Tidak
tersimpan sama sekali di dalam benak mereka, pengajaran Yesus bahwa ia pada
akhirnya akan bangkit pada hari yang ketiga (Matius 20:17-19;Markus 10:32-34;
Lukas 18:31-34). Apapun juga dan bagaimanapun juga, pengajaran ini bahkan
ketika disampaikan oleh Yesus sendiri bukanlah sebuah konsumsi yang dapat
dimakan penuh kenikmatan oleh kekuatan jiwa-jiwa manusia, dan inilah yang
terjadi sekalipun diajarkan: Akan tetapi
mereka sama sekali tidak mengerti semuanya itu; arti perkataan itu
tersembunyi bagi mereka dan mereka tidak tahu apa yang dimaksudkan- Lukas
18:34. Sehingga bagi mereka, kabar suka dari para perempuan itu seakan-akan
omong kosong, mereka tak percaya kepada
perempuan-perempuan itu, sebab memang fakta kebangkitan Yesus adalah sebuah
peristiwa tersembunyi bagi jiwa mereka. Walau demikian, kabar itu tetaplah
magnet yang begitu besar bagi Petrus dan bergegas pergi ke kubur Yesus untuk
membuktikan kebenarannya, dan yang
dilihatnya hanya kain kapan saja. Ia kemudian meninggalkan kubur dalam
kebingungan. Tak ada malaikat yang menampakan diri dan tak ada Yesus yang
menampakan diri kepadanya, dan tak juga ia tahu kemanakah harus mencari Yesus,
sebab memang Yesus setelah kebangkitannya tak segera bersama-sama dengan mereka
seperti sebelumnya. Hingga pada malam di
hari itu, yang akan kita lihat setelah kisah mulia kedua ini:
Sementara
Petrus hanya melihat kain kapan saja yang tergeletak di dalam kubur, tanpa
malaikat yang menampakan diri kepadanya
untuk menyampaikan pesan, berangkali, atau Yesus sendiri, pada hari itu di
tempat lain, Yesus malah menampakan diri pada dua murid yang sedang melakukan
perjalanan. Perjalanan yang dibebani dengan tragedi yang tak terpahami dan
begitu disesalkan, mari perhatikan hal ini:
Lukas
24:13-14,18 Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah
kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari
Yerusalem, dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu
yang telah terjadi… (18) Seorang dari mereka, namanya Kleopas…
Ini
kisah 2 orang murid Yesus yang sedang melakukan perjalanan dari Yerusalem ke sebuah kampung bernama Emaus,
sambil asik berbincang-bincang mengenai segala sesuatu yang telah menimpa orang
yang sangat mereka kasihi dan sangat mereka andalkan, Yesus Sang
Mesias/Kristus.
Ditengah-tengah
diskusi atas peristiwa yang telah begitu
memukul jiwa mereka, tiba-tiba saja Yesus melintas dan masuk ke tengah-tengah
mereka, begitu saja terlibat dalam pembicaraan dengan mereka tanpa dapat
dielakan. Perbincangan yang penuh kekecewaan terhadap Sang Kristus, kini
dihadiri Dia yang sungguh telah
mengecewakan pengharapan-pengharapan
mereka:
Matius
24:15-17 Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah
Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. Tetapi
ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal
Dia. Yesus berkata kepada mereka: "Apakah
yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" Maka berhentilah
mereka dengan muka muram.
Dua
murid sedang begitu serius bertukar pikiran mengenai segala sesuatu yang telah menimpa Sang Mesias dalam sebuah tragedi
yang memilukan dan memukul mundur pengharapan mereka, Yesus mendatangi mereka
begitu saja namun mata mereka tak dapat
mengenalinya, mereka melihat namun tak mengenalinya tepat sebagaimana apa yang
telah terjadi dengan iman mereka yang tak pernah berkuasa untuk memahami bahwa
Yesus harus mati. Tak memahami sebab memang peristiwa itu tersembunyi, kematian
itu apa maksudnya tersembunyi, maka demikian juga dengan kebangkitan dan Yesus
yang telah bangkit itu juga.
Diskusi
itu kini menjadi diskusi 3 orang, 2 murid berdiskusi dengan dia yang sangat
mereka kenali namun sekarang begitu sukarnya
retina mata mereka untuk mengidentifikasi wajah dan perawakan Sang Mesias yang telah
bangkit itu, telinga mereka pun sama sekali tak mengenali suaranya. Tetapi
sekalipun demikian, Yesus tak menjadi kecewa, tak juga menjadi marah kepada mereka sebab ia tahu apa yang
menjadikan ketakberdayaan iman mereka untuk
memeluk dan menyembah dirinya yang telah bangkit dari antara orang mati.
Kini
diskusi itu telah berubah menjadi diskusi yang diselenggarakan di sepanjang
perjalanan mereka dari Yerusalem menuju Emaus; pertanyaan Yesus yang tak
dikenali mereka itu telah menghenyakan jiwa mereka dan menyingkapkan realita
gelap jiwa mereka yang berhenti mempercayai Yesus, mereka berhenti dengan
kemuraman yang tajam memancar:
Yesus
berkata kepada mereka: "Apakah yang
kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" Maka berhentilah mereka
dengan muka muram.
Pertanyaan
Yesus telah menghentikan langkah mereka, sesaat lamanya dalam keputusasaan
dihadapan Yesus yang tak mereka kenali
sama sekali.
Dan
dialog itu menjadi terang benderang yang
menunjukan jiwa-jiwa mereka begitu terpukul dan remuk oleh peristiwa tragis
yang menimpa dia yang begitu mereka kagumi dan menjadi sandaran
pengharapan-pengharapan mereka:
Lukas
24:18-21 Seorang dari mereka, namanya
Kleopas, menjawab-Nya: "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di
Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan
ini?" Kata-Nya kepada mereka: "Apakah itu?" Jawab mereka:
"Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi,
yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan
seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah
menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. Padahal
kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa
Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi.
Sekarang
mereka mengisahkan kepada Yesus yang tak dapat mereka kenali mengenai Yesus
yang dapat mereka kenali, sebelumnya. Bahkan ini sebuah ketakmengenalan yang begitu fatal sebab optik mata mereka yang
sehat tak sanggup menggugah otak mereka untuk merangsang memori-memori dalam
otak mereka akan Yesus; akan wajahnya, akan suaranya, akan gerak-geriknya, akan
kasihnya, akan bagaimana ia melakukan keajaiban-keajaiban, bahkan akan semua
pengajarannya yang menegaskan bahwa ia harus ke Yerusalem, untuk dibunuh
dan kemudian bangkit pada hari yang ketiga. Sehingga dengan penuh kejengkelan
dan penuh rasa heran beginilah dikatakan kepada Yesus: "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di
Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan
ini?"
Hei…
orang asing, kemanakah engkau gerangan dan darimanakah engkau ini, masakan tak
tahu bahwa beberapa hari belakangan ini ada sebuah peristiwa tragis di
Yerusalem? Yesus tak menjadi
marah dan kecewa bahwa murid-muridnya ini memang sungguh tak mengenalinya,
bahkan kini menyebutnya sebagai orang asing di Yerusalem yang begitu “kuper” atau kurang pergaulan atau tak mengikuti
peristiwa-peristiwa terkini. Sebaliknya Yesus menanggapi mereka dengan berkata:
“apakah itu?” Dan jawaban mereka
adalah sebuah ringkasan peristiwa pilu dan tragis yang menimpa “orang asing” di
hadapan mereka: “Apa yang terjadi dengan
Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan
perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam
kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan
mereka telah menyalibkan-Nya.” Mereka tak salah, dan Yesus pun tahu sekali
sebab dia sendiri yang sedang mereka
ceritakan sementara mereka sama sekali tak mengenalinya.
Kepada
Yesus yang tak mereka kenali, diungkapkanlah kekecewaan yang berujung pada
kelumpuhan iman yang tak tersembuhkan selama-lamanya oleh kekuatan mereka sendiri. Perhatikanlah
pengakuan mereka di hadapan Kristus yang tak mereka kenali:
Lukas
24:21 Padahal kami dahulu
mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan
bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu
terjadi.
Pengharapan
mereka tak berjumpa dengan realita, pikir mereka! Mereka berharap Yesus akan
membebaskan Israel, tetapi kenapa harus mengalami tragedi dan malahan
disampaikan oleh Sang Mesias sebagai sebuah pengajaran? Pada dasarnya ini
problem semua Israel, problem semua manusia!
Sebagaimana
murid-Nya, pun semua Yahudi punya problem sama terhadap Yesus:
Yohanes
12:32-33dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua
orang datang kepada-Ku." Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan
bagaimana caranya Ia akan mati. Lalu jawab orang
banyak itu: "Kami telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup
selama-lamanya; bagaimana mungkin Engkau mengatakan, bahwa Anak
Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu?"
Pada
keseluruhan manusia di bumi ini, tak akan pernah ada yang dapat mendengar,
menerima dan melihat realita itu sebagai sebuah kebenaran Ilahi sebagaimana
memang dimaksudkan. Tak kecuali pada perempuan-perempuan yang datang ke kubur;
tak kecuali pada Petrus, dan juga tak kecuali pada murid-murid yang sedang
berdiskusi di tengah-tengah perjalanan menuju Emaus! Para murid Yesus, pada
hakikatnya tak dapat mengenali Yesus sekalipun optik matanya begitu sempurna
memandang pada tubuh Yesus, namun masih memanggilnya: “orang asing.”
Seolah-olah segala memori di dalam otak mereka tak sedikitpun dilecutkan oleh;
suara yang didengar oleh telinga dan penglihatan atas wajah dan postur tubuh
Kristus oleh mata.
Mengapa?
Injil Yohanes memberikan penjelasan yang benar-benar menempatkan manusia pada sebuah bidang
ketakberdayaan yang bukan saja total, mutlak, atau absolut sekalipun, namun sebuah
bidang ketakberdayaan yang dilahirkan dari ketakmampuan manusia untuk memandang
Allah dengan segenap kemuliaan-Nya, sampai Allah sendiri melakukan sesuatu pada
manusia itu:
Yohanes
12:37- 40Dan meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata
mereka, namun mereka tidak percaya kepada-Nya, supaya genaplah firman yang
disampaikan oleh nabi Yesaya: "Tuhan, siapakah yang
percaya kepada pemberitaan kami? Dan kepada siapakah tangan
kekuasaan Tuhan dinyatakan?" Karena itu mereka tidak dapat percaya,
sebab Yesaya telah berkata juga: Ia telah membutakan
mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan
menanggap dengan hati, lalu berbalik, sehingga Aku menyembuhkan mereka.
Siapakah
yang percaya kepada pemberitaan para perempuan yang telah mengunjungi kubur
Yesus pagi-pagi benar? Petrus? Petrus yang begitu hebat dalam membela Yesus? dalam
sebuah cara yang begitu nekat:
Matius
16:22 Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya:
"Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan
menimpa Engkau."
Yohanes
18:10-11Lalu Simon Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu,
menetakkannya kepada hamba Imam Besar dan memutuskan telinga kanannya. Nama
hamba itu Malkhus. Kata Yesus kepada Petrus: "Sarungkan pedangmu itu;
bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?"
Tidak,
sebab ia pun tak percaya sekalipun para perempuan itu telah menyaksikan apa
yang telah dilihat mereka? Para perempuan itu? Jelas tidak! Bukankah, sebelum
malaikat menunjukan tempat mayatnya yang dibaringkan yang telah kosong dan
Yesus yang mendatangi mereka sementara mereka berlari untuk mengabarkan
sukacita itu, mereka membawa rempah-rempah untuk merempahi mayat Yesus?
Semua,
tanpa kecuali, sekalipun murid dan sekalipun
begitu dekat dengan Yesus, sekalipun melihat begitu dekat berbagai
mujizat yang diselenggarakan Yesus, sama sekali tak menjadi sumber kekuatan
pada diri mereka untuk dapat beriman, membangun kehidupan iman itu, dan
mempertahankan kehidupan iman itu agar tetap hidup dan tetap memuliakan Yesus.
Iman mereka pada kematian Yesus telah berujung pada rempah-rempah untuk merempahi mayat Yesus,
telah berujung pada tak percaya dengan kabar suka dari para perempuan, dan di bagian ini berujung pada tak mengenali
Yesus dengan memanggilnya orang asing! Mengapa? Karena sekalipun melihat namun
buta dan hati mereka didegilkan. Jika demikian, siapa yang dapat menolong
manusia jika realita manusia yang
sepenuhnya didalam naungan maut [Yoh 1:5, 3:10-12,19] sehingga memang tak
dapat berbuat apapun juga dengan matanya, dengan telinganya dan dengan jiwanya
untuk menanggapi Yesus dan melakukan apapun yang dimaui Yesus! Sampai Yesus menyembuhkan mereka!
Bahkan,
kedua murid yang sedang bertukar pikiran dengan Yesus yang mereka panggil
sebagai orang asing ini melihat dengan
telinga mereka kemuliaan kebangkitan Yesus yang disaksikan perempuan-perempuan yang mendatangi kubur di
pagi-pagi buta itu, sebagaimana penjelasan mereka sendiri kepada Yesus:
Lukas
24:22-24 Tetapi beberapa perempuan
dari kalangan kami telah mengejutkan
kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur, dan tidak menemukan
mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada
mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan,
bahwa Ia hidup. Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur
itu dan mendapati, bahwa memang benar yang
dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat."
Lihatlah, ada lebih dari 2 saksi
mata
baik perempuan dan laki-laki yang dengan mata kepala sendiri mendapatkan fakta
yang sama, namun apakah itu membuat para murid-selain para perempuan yang telah
menerima Salam dari Yesus- menjadi percaya? Tidak! Apalagi mencari! Apa yang
ada dan terjadi pada 2 murid itu ketimbang bersemangat mencari dia yang
dikatakan telah hidup kembali dari kematian, sebaliknya mereka dipenjara oleh
rasa kecewa yang tajam karena Yesus tak seperti yang mereka harapkan, agar tak
berujung pada kematian. Mereka bahkan tak sama sekali dapat mendengar dan melihat dalam kenangan kepala mereka
akan perkataan Yesus aku akan bangkit
pada hari yang ketiga? Sudah rusak
semuakah otak para murid Yesus, kemanakah
keping memori perkataan Yesus yang menyatakan bahwa ia akan bangkit
pada hari yang ketiga? Mengapakah otak mereka begitu sempurna menyimpan keping pengajaran dirinya harus mati di Yerusalem sementara otak mereka
tak sanggup menuliskan ke dalam sel-sel otak mereka sebagai memori yang sama
tingginya, sama mulianya, sama pentingnya untuk disimpan, yaitu: aku akan
bangkit pada hari yang ketiga, sehingga pada dasarnya Sang Mesias memang
menggenapi Taurat: Mesias hidup selama-lamanya.
Oh…. wahai manusia- manusia betapa malangnya dan
betapa tak berdayanya, dan lebih ironi lagi masih berdiri di hadapan Sang
Mesias sebagai orang pintar dengan berkata bahwa Mesias harus hidup selama-lamanya dan tak perlu mengalami kematian yang begitu nista, padahal
bodoh!
Lihatlah
perkataan Yesus ini:
Lukas
24:25-26 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu
tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias
harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?"
Hei…
siapakah dia ini? Orang asing namun memiliki pengetahuan yang begitu sempurna
atas targedi yang terjadi belakangan
ini, bahkan dapat begitu saja berkata
kepada para murid Mesias ini: “hai kamu orang bodoh, betapa lambanya hatimu, sehingga kamu
tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!”
Mereka
tak percaya segala sesuatu! Hanya
percaya bahwa Taurat berkata Mesias hidup selama-lamanya, namun tak percaya Taurat
juga berkata ia harus mati dan kemudian bangkit pada hari ketiga! Bahkan para
nabi berkata demikian, mengapa kamu tak percaya. Manusia-manusia dalam naungan
atau peraduan maut sungguh malang, bukan saja bodoh namun sama sekali tak
berdaya untuk memeluk dan menyembah pada Sang Mesias.
Bukankah
kebodohan ini adalah kebodohan yang juga masih terjadi dan mengglobal? Tepat seperti perempuan yang memberitakan
injil Yesus yang bangkit dari kematian
kepada para murid-murid namun tak percaya, bukankah ini adalah fenomena yang
sama? Fenomena ini hanya dapat ditanggulangi Sang Mesias jika Ia mau
menyembuhkannya. Pada poin ini, Sang Mesias yang telah bangkit belum
menyembuhkan kedua murid ini, sebagaimana telah dilakukannya pada
perempuan-perempuan itu sehingga memeluk dan menyembahnya.
Setelah
itu, kepada para murid yang disebutnya bodoh itu, ia mengajarkan mereka. Tahukah anda bahwa sebelum kematian dan
sesudah kebangkitan, mengajarkan kebenaran Bapa adalah pekerjaan Allah yang tak pernah stop
dilakukannya, namun kali ini sungguh berbeda, kali ini, ia mengajarkan sebuah
pengajaran yang telah digenapi secara sempurna. Kali ini ia adalah Guru Taurat
yang sedang mengajarkan apa yang telah
secara sempurna digenapinya, kemuliaan
pengajaran yang penuh kemuliaan melingkupi mereka:
Lukas
24:27 Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam
seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.
Perhatikan!
Mereka
masih belum mengenali Yesus dan bagi mereka ia tetap orang asing
dan bagi Yesus mereka tetaplah orang-orang bodoh untuk memahami kemuliaan pada
hari itu, hari kebangkitan-Nya itu. Pada hari itu, secara khusus Yesus
mengajarkan peristiwa mulia yang menjadikannya sebagai Sang Penggenap Taurat
dan Kitab Para Nabi. Tak tahu berapa lama, tetapi jelas ini adalah sebuah
pengajaran yang begitu panjang dan begitu sempurna sebab datang dari Sang
Mesias yang telah melalui kematian dan dunia kubur dalam kuasa penaklukan yang
begitu mulia. Siapakah yang tak akan terpesona, jiwanya, walau belum
mengenalinya. Ah… betapa sukarnya mengenalinya sekalipun ia mempesona jiwaku dan sekalipun jiwa
ini berjuang menahannya untuk tak pergi
meninggalkannya:
Lukas
24:28-29 Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah
hendak meneruskan perjalanan-Nya. Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya:
"Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam
dan matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama
dengan mereka.
Mereka
belum sampai di Emaus, namun mereka
memutuskan untuk berhenti dahulu di
sebuah tempat yang tak jauh dari Emaus, karena hari menjelang malam dan
matahari hampir terbenam. Dan orang asing itu bersedia.
Tetapi
Yesus
tak membiarkan domba-dombanya buta lebih lama lagi, sebab, bukankah ia
pernah berkata bahwa ia mati bagi sahabat-sahabatnya? Sebab ia pernah berkata: Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan
nyawanya untuk sahabat-sahabatnya- Yohanes 15:13.
Jenis
kasih yang tak dapat anda tandingi bagaimanapun juga bagi siapapun manusia sebab pada kasih yang Yesus sedang maksudkan, ada
kuasa yang berdaulat atas pemberian
nyawa, yaitu nyawanya sendiri kepada Bapa yang tak dapat anda dan saya
hasilkan. Sebuah kematian yang memiliki perjalanan pasti yang telah ditetapkan
dan diajarkannya sendiri: pada hari
ketiga aku akan bangkit. Sehingga, kini orang asing itu menjamu mereka
dalam sebuah cara yang akan menyembuhkan
mereka:
Lukas
24:30-31 Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia
mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya
kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun
mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka.
Betapa
mahalnya untuk dapat memandang Yesus tanpa sebuah kebutaan akibat dosa dan
betapa tak mungkinnya aku untuk mengenali
siapakah Dia sebagaimana dimaui Bapa kalau bukan Dia sendiri yang
memilih untuk berada di dalam diriku:
Yohanes
6:51,53-56 Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan
dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah
daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia."… (53) Maka kata Yesus
kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak
makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di
dalam dirimu.(54) Barangsiapa makan daging-Ku dan minum
darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada
akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah
benar-benar makanan dan darah-Ku adalah
benar-benar minuman. Barangsiapa makan
daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.
Lukas
22:15- Kata-Nya kepada mereka: "Aku sangat rindu makan Paskah ini
bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita. Sebab Aku berkata kepadamu:
Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerajaan
Allah." Kemudian Ia mengambil sebuah cawan, mengucap syukur, lalu berkata:
"Ambillah ini dan bagikanlah di antara kamu. Sebab Aku berkata kepada
kamu: mulai dari sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur
sampai Kerajaan Allah telah datang." Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur,
memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya:
"Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku."
Apa yang begitu istimewa dan spesial
dalam perjalanan menuju Emaus dan apa yang begitu
mulia dan terjadi jauh dari Yerusalem
dan dekat dengan sebuah kampung yang mendadak begitu terkenal hingga kini di
dalam Alkitab adalah tindakan Yesus didepan 2 orang murid yang memanggilnya
orang asing, duduk bersama mereka sambil mengambil roti lalu mengucapkan
berkat, lalu memecah-memecahkannya dan memberikannya! [tindakan ini sendiri bukanlah sebuah perjamuan sebagaimana yang dimaksudkan Yesus, namun tindakan Yesus: "mengambil roti lalu mengucapkan berkat, lalu memecah-memecahkannya dan memberikannya” telah secara unik dan membangkitkan kenangan akan perbuatan yang telah dilakukan Yesus- tindakan itu sendiri membukakan pada benak mereka pengenalan akan Sang Mesias] Ia baru saja
menggenapi janjinya bahwa Ia mati bagi
para sahabat-sahabat-Nya sebagai sebuah tindakan kasih yang tak ada lebih besar
daripada ini; ia baru saja mempersembahkan tubuhnya kepada para murid-Nya; ia
baru saja memberikan kehidupan yang menaklukan maut dan kuasa kubur kepada
mereka; ia baru saja memindahkan mereka dari kekuasaan maut ke dalam terang-Nya
yang ajaib yang memberikan kehidupan kekal bersama-Nya dan Bapa.
Apakah yang dihasilkan oleh
tindakan Yesus itu?
Dikatakan:
ketika itu terbukalah mata mereka dan mereka pun mengenali Dia! Hanya oleh
tindakan Anak saja maka seseorang dapat mengenali siapakah Anak sebagaimana
Bapa mengenalinya, sebuah otentikasi yang begitu mahal lagi mulia akan sebuah
kejadian yang begitu janggal dan begitu keras untuk dipahami:
Matius
11:25-27 Pada waktu itu berkatalah Yesus: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa,
Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak
dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah
yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan
tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa
selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.
Beriman
bukan sekedar mengenal Kristus, tetapi mengenal siapakah Anak sebagaimana Bapa satu-satunya mengenali Anak. Lihatlah bahwa kebutaan manusia dalam memandang Yesus bukan
karena lemahnya optik pada mataku dan anda, tetapi karena mengenal dia berpatok
sebagaimana Bapa mengenal Anak di sorga! Jika demikian, siapakah yang tak
akan buta dan tak akan tuli dan tak akan bodoh! Semua buta, semua tuli dan
semua bodoh, tanpa
Allah menyembuhkan saya dan anda dengan
cara memberikan tubuhnya kepada saya dan anda sebagai sebuah tindakan Allah
menebus anda dari kuasa kematian dengan
kehidupannya yang berkuasa atas maut! Maka siapakah yang akan
berdaya atau dapat melepaskan diri dari
ketakberdayaan yang memastikan maut sebagai pemerintahmu!
Dan
setelah mereka dapat mengenali siapakah Yesus, maka inilah yang terjadi:
Lukas
24:31-32 tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. Kata mereka seorang kepada
yang lain: "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan
kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?"
Sang
Mesias lenyap dari tengah-tengah mereka, namun kini mereka tak lagi gusar,
frustrasi dan muram! Kini kehidupan dari Allah memerintah atas mereka sebab
kemustahilan untuk beriman pada kematian
dan kebangkitan sebagai sebuah kehendak Allah telah dilepaskan dan kelegaan
jiwa telah mereka terima dalam sebuah pengenalan akan dia yang sempurna tanpa
perbantahan pada setiap kata-Nya: “Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika ia
berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika ia menerangkan Kitab Suci
kepada kita?”
Bagaimana
dengan anda, wahai para pembacaku yang budiman? Adakah
anda percaya dengan apa yang kusampaikan ini? Adakah hati anda berkobar-kobar membaca kembali
kesaksian ini? Andaikata ya, saya percaya Ia yang memulainya akan membawa dan
menuntun anda kepada kesempurnaan pengenalan akan Sang Mesias Tuhan dan
Juruselamat, sebagaimana Bapa mengenali-Nya.
Ia
dengan tindakannya memecahkan roti dan
membagikannya kepada mereka, telah menjadi momentum bagi mereka untuk menggenapi
perintah Yesus ini: perbuatlah ini menjadi peringatan akan daku! Dan inilah yang
menjadi sentral pemberitaan injil kepada semua orang dari segala bangsa itu.
Peristiwa
itulah yang menjadi sentral pemberitaan injil oleh 2 orang tersebut:
Lukas
24:35 Lalu kedua orang itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan
dan bagaimana mereka mengenal Dia pada
waktu Ia memecah-mecahkan roti.
Bersambung
ke: Kisah Mulia Ketiga Pada Hari Itu
Segala
Pujian Hanya Bagi Tuhan
No comments:
Post a Comment