Oleh: Martin Simamora
“Aku”
Diantara Kemuliaan Sorga & Kegelapan
Dunia,
Akankah Aku Memeluk dan Menyembah-Nya?
Kisah Mulia Lainnya
Setelah Hari Pertama Pada Minggu Itu (2)
[Refleksi]
Bacalah
lebih dulu: Kisah Mulia Lainnya Setelah Hari Pertama Munggu Itu (1)
Penampakan
Yesus kali ini akan memulihkan kehancuran atau kegagalan iman yang mematikan,
sebuah kemelesetan atau keluncasan iman yang hanya Allah dapat memperbaikinya
sebagai Sang Pemelihara atas kehidupan mereka. Yesus tampil saat matahari mulai meninggi setelah
semalaman mereka menjala ikan, Ia bahkan menjamu mereka dengan sebuah jamuan ikan dan
roti bakar yang telah dipersiapkannya terlebih dahulu, sebuah momen untuk makan siang yang pas,
karena para muridnya pasti letih dan lapar setelah semalaman mencari ikan di pantai Tiberias. Namun kunjungan Sang
Mesias yang telah bangkit dari kematian kepada mereka untuk berbincang-bincang
dengan mereka, adalah peristiwa yang begitu jauh dari antisipasi
hati dan pengharapan para murid. Kehidupan mereka pada dasarnya adalah kehidupan
sediakala sebelum Yesus memanggil mereka (inilah substansi kemelesatan dan keluncasan dari sasaran yang sudah
ditargetkan Yesus bagi mereka), kini mereka sedang melakukan pekerjaan lama
mereka sebagai nelayan. Mereka jelas-jelas telah kehilangan arah yang semula
begitu jelas bagi mereka kala sebelumnya bersama dengan Yesus, kemanapun Yesus
pergi mereka ikut dan tak perlu pusing berpikir mau apa dan harus kemana pergi.
Yesus senantiasa menjadi penentu agenda utama kehidupan mereka. Namun sejak peristiwa
kematiannya, kebangkitannya dan kehadiran atau penampakan dirinya yang tidak
senantiasa bersama-sama dengannya, telah
membuat mereka berpikir dan yakin bahwa inilah saatnya untuk kembali bekerja di
dunia ini, mengejar nafkah penghidupan. Era melayani Tuhan sudah selesai,
kini saatnya untuk bekerja demi kehidupan dan demi diri sendiri. Pernahkah anda
berpikir bahwa melayani Tuhan itu tidak mungkin hingga kesudahan hidupmu,
hingga momen kematianmu? Renungkanlah sementara Yesus memberikan sebuah pengajaran akbar terkait hal ini, kepada
Petrus dan kepada semua muridnya!
Beginilah peristiwa itu dicatat
untuk menjadi refleksi saya dan anda:
Kemudian Yesus menampakkan diri
lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri
sebagai berikut (Yohanes 21:1):
Yohanes
21:2-2 Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus,
Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya
yang lain. Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku
pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami
pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa.
Bukan perkara gampang
untuk beriman bahwa Yesus Sang Mesias telah hidup dan telah menampakan diri
bagi mereka. Maksudnya
sekalipun sudah melihat, mereka tetap terkurung dalam “melihat dan percaya,”
belum sanggup untuk “percaya sekalipun tak melihat.”
Mereka membutuhkan seorang pemimpin aktual yang ada didepan mata mereka dalam
keseharian, bahkan mereka membutuhkan pemimpin yang dapat menentukan kehidupan
mereka sehari-hari. Keseharian mereka kini memang begitu hampa, tanpa Yesus
sungguh membuat kehidupan mereka benar-benar tak berarah selain sekedar hidup
saja. Mereka berkumpul di pantai, tak tahu apa lagi yang harus diperbuat.
Dibenak Petrus hanya ada apa yang paling mahir dilakukannya untuk mencari
nafkah agar bisa hidup-bisa makan. Lalu ia
berkata kepada rekan-rekan mantan pengikut Sang Mesias:“Aku
pergi menangkap ikan,” dan ini seperti petunjuk bagi para murid lainnya
terkait apa lagikah yang harus kami lakukan sementara
Yesus yang telah bangkit dari kematian itu tak senantiasa bersama dengan kami
dan tak sedikitpun memberikan petunjuk apa yang harus kami lakukan. Jadi
apalagi selain ikut saja Petrus.
Petrus
tak tahu apa yang sedang terjadi dan apa yang seharusnya dilakukan. Pada
dasarnya ia tak bergantung sama sekali kepada Dia yang sekarang harus
diimaninya sekalipun tak bersamanya secara jasmaniah. Ah…sukar sekali untuk percaya bahwa hidupnya
memiliki tujuan yang tetap dalam ketetapan Allah sekalipun situasinya kini sangat tak menunjang untuk
tenang dan apalagi tetap percaya. Ia bekerja keras seolah kini hidup dan
kehidupannya ada di genggaman tangannya, dan hasilnya hampa! Bukan hanya dia
tetapi semua murid lainnya. Mantan nelayan namun seekor pun tak dapat?
Mereka
masih bekerja keras sementara malam sudah berlalu dan matahari menyeruak kembali, dan dalam momen itulah Yesus
menampilkan dirinya, sebuah interupsi yang sangat menyedot perhatian mereka:
Yohanes
21:4 Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu,
bahwa itu adalah Yesus.
tetapi
tetap gagal mengenali Yesus sekalipun ini bukan pertemuan pertama. Bukan karena
Yesus masih jauh dari pandangan mata, sebab taklah terlalu jauh jaraknya. Mereka
memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengenalinya sekalipun Yesus sudah mulai
berkomunikasi dengan mereka:
Yohanes
21:5-6 Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?"
Jawab mereka: "Tidak ada." Maka
kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah
jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh."
Lalu mereka
menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya
ikan.
Ini
bukan interupsi biasa, sebab interupsi ini sebuah pengambil-alihan kuasa
kepemimpinan dari tangan Petrus kedalam tangan-Nya sendiri. Mereka tetaplah domba-domba
dan Yesus adalah Sang Gembala Agung. Petrus tak tahu apa yang sedang dilakukannya
dan yang kemudian diikuti para murid yang lain, adalah hal yang tak seharusnya dilakukannya:
bertindak berdasarkan kehendaknya sendiri
seolah Yesus bukan lagi Sang Gembala
atas hidupnya: Aku pergi
menangkap ikan. Yesus mengambil alih kehidupan yang sia-sia itu dengan sebuah
perintah penuh otoritas dan penuh kuasa atas alam semesta dan segenap ciptaan
di dalamnya dengan berkata: “Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu,
maka akan kamu peroleh.” Apakah yang bisa dilakukan oleh seseorang yang
baru saja bangkit dari kematian? Bukan itu yang penting, tetapi ia yang bangkit
dari kematian adalah dia yang memiliki otoritas dan kuasa atas alam semesta.
Hingga semalam-malaman dan sampai matahari menyeruak mengusir malam, tak juga
mendapatkan hasil, seekorpun? Untuk sekedar lauk-pauk tak ada? Tebarkanlah!
Dan kala mereka menebarkannya maka mereka tidak dapat menariknya lagi,
karena ikannya begitu banyak! Bagaimana bisa ikan begitu banyak didalam jala
mereka, sementara semalam-malaman hingga matahari menyeruak tak seekorpun ikan
mau datang ke jala mereka? Ini bukanlah sekedar pemberian lauk-pauk, ini adalah
sebuah akuisisi atau penguasaan kembali
oleh Yesus atas mereka-pada semua dombanya dengan sebuah otoritas dan kuasa
yang menaklukan alam semesta, dan itu membangkitkan ingatan salah seorang
murid:
Yohanes
21:7 Maka murid yang dikasihi
Yesus itu berkata kepada Petrus:
"Itu Tuhan." Ketika
Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab
ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau.
Yang
pada akhirnya memulihkan memori Petrus.
Seharusnya
Petrus dapat lebih tanggap mengenali Yesus tepat pada momen jala disesaki oleh
ikan, sebab peristiwa semacam ini pernah terjadi sebelumnya dan menentukan
kehidupannya dalam sebuah penetapan semacam ini: “aku akan menjadikanmu penjala manusia”:
Lukas
5:1-6 Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang
banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. Ia melihat dua perahu
di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. Ia
naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia
supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan
mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah
ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan."
Simon
menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja
keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku
akan menebarkan jala juga." Dan setelah mereka melakukannya,
mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak.
Petrus
bukanlah seorang murid yang baik, kerap ia beragumentasi dengan Yesus. Inilah
murid yang nyaris serupa dengan Yudas, karena karakternya yang berani
menyanggah Yesus. Yang membedakannya dengan Yudas, Petrus melakukannya secara
terbuka dan frontal dihadapan Yesus, dan ia pada momentum terakhir paling
kritikal menyadari dan mematuhinya [seperti
pada kasus ia menghunuskan pedang dan
memotong telinga Malkhus di Getsemani, Petrus akhirnya mematuhi Yesus untuk
menyarungkan pedangnya- Yohanes 18:10-11]. Dia perlu berargumentasi dulu
dengan Yesus: “Guru telah sepanjang malam
kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau
menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.”
Ayat
7 Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya
mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama
mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. Ketika Simon
Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata:
"Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa."
Petrus
menyadari
kesalahannya setelah melihat- ia percaya ia salah karena melihat! Di sini kita mendapatkan sebuah
pedoman yang begitu kongkrit bahwa bagi para murid ”percaya sekalipun tidak melihat” bukanlah kesukaan jiwa ini, terlampau
menyakitkan untuk hidup dalam iman sementara
faktanya tak ada satupun ikan
ada di jala ini. Percaya bahwa Yesus berkuasa penuh atas kehidupan
mereka sekalipun jala ini tak juga menangkap ikan!
Kepercayaan
muncul setelah mata menyaksikan; kepercayaan muncul setelah jiwa dipuaskan;
kepercayaan muncul setelah realita mengecewakan disingkirkan. Itu tak
terbendung melimpah dari jiwa manusia (seperti halnya semua manusia):
Lukas
5:9-10 Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena
banyaknya ikan yang mereka tangkap; demikian juga Yakobus dan Yohanes,
anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon:
"Jangan takut, mulai dari sekarang engkau
akan menjala manusia."
Sementara
jiwa mereka dipuaskan dan percaya, Yesus mengeluarkan ketetapan-sebuah dekrit- atas Simon mewakili para murid yang lain: “jangan takut, mulai dari sekarang engkau
akan menjala manusia.” Ini adalah momen pengakhiran ikatan dunia oleh
Yesus atas kehidupan simon dan para murid lainnya- sebuah arah atau target hidup
atas diri Petrus telah ditetapkan Allah untuk dijalaninya. Tetapi
mengapa Yesus berkata: “jangan takut.”
Semenakut apakah sebuah kehidupan yang sama sekali tak menjala ikan itu? Renungkanlah ini dalam kehidupanmu
saat ini, apakah yang paling engkau
takutkan dalam mengikut Yesus sementara anda hidup di dunia ini?
Peristiwa
tersebut telah mengubah secara dramatis kehidupan mereka, sebuah pengikutan totalitas
seolah-olah kehidupan dunia ini dengan segala pesonanya tak ada nilai apapun
yang berarti untuk dipertahankan. Ini sebuah hal yang dapat saya katakan
sebagai manusia modern menanggapi tanggapan positif para murid:” wajar saja karena Yesus didepan mereka, aku
pun demikian. Kalau sekarang, kan Yesus tidak bersamaku, sungguh gila kalau
memiliki pemandangan demikian juga.”
Benarkah
Yesus tidak ada di depanmu sekarang ini? Benarkah Yesus tidak bersamamu
sekarang ini? Benarkah Yesus dengan saya atau anda tidak sedekat dengan Petrus
karena tak dapat saya lihat? Renungkanlah dan
buatlah keputusan yang paling mahal di dunia ini terkait percaya kepadanya!
Apa
yang terjadi pada para murid-bukan hanya Petrus!- adalah ini:
Lukas
5:11 Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, merekapun
meninggalkan
segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.
Dialog
dengan Petrus adalah dialog bagi semua murid lainnya, dengan kerja otoritas dan
kuasa yang mengikat semua sementara Yesus berkata kepada Petrus: mulai
sekarang engkau akan menjala manusia,
maka semua yang dikehendakinya menjadi murid adalah para penjala manusia.
Sekarang,
Yesus -setelah kebangkitannya-
kembali menemui mereka yang telah ditetapkan menjadi penjala manusia, namun
kini sedang berjuang keras kembali untuk menjadi penjala-penjala ikan. Apakah
Yesus gagal dalam penetapannya? Apakah para murid telah kehilangan
panggilannya? Apakah para murid telah luncas dari target yang telah ditetapkan
Bapa dalam Yesus Kristus? Apakah mereka akan kehilangan keselamatannya karena
keluncasan atau kemelesetannya untuk memenuhi panggilan Allah atas kehidupan
mereka.
Pada dasarnya, Yesus Sang Mesias
yang telah hidup kembali sedang menjumpai para murid yang telah luncas dari
maksudnya dalam sebuah wujud yang paling keras:
kembali ke dalam cara hidup dunia ini
dalam kehendak diri sendiri. Bukan dalam makna dosa yang begitu menyolok di
siang hari, sebab mana ada dosa karena berupaya hidup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, sebab faktanya pelayanan rohaninya telah hancur berantakan dalam
pandangan dan pengalaman mereka. Namun, apa yang
kelihatan benar di mata manusia dalam teriknya matahari, bagi Yesus adalah
sebuah kesalahan hebat yang harus
dikoreksinya, ditariknya kembali kedalam alur yang ditetapkannya dan harus
dihidupkannya kembali agar panggilan itu tetap hidup dan kemelesetan itu tidak
menjadi kemelesetan hingga pada akhirnya-hingga mati. Kita
akan melihat bagaimana Allah memelihara perjalanan rohani setiap dombanya agar
selamat dan tidak satupun yang hilang [kita harus memahami kasus Yudas-yang
hilang- sebagaimana doa Yesus menjelaskannya:” Selama
Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang
telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang
binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya
genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci- Yoh 17:12 yang
telah terjadi sebagaimana dinyatakan pada Yohanes 6:64 Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya." Sebab Yesus tahu dari
semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia;
Yohanes 6:70-71 Jawab Yesus kepada
mereka: "Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini?
Namun seorang di antaramu adalah Iblis." Yang dimaksudkan-Nya ialah Yudas,
anak Simon Iskariot; sebab dialah yang akan menyerahkan Yesus, dia seorang di
antara kedua belas murid itu.]
Semua,
kini, bergegas menjumpai Yesus:
Yohanes
21:7-8 "Itu Tuhan." Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan,
maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam
danau. Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari
darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh
ikan itu.
Ketika
mereka begitu dekatnya dengan Yesus, mereka melihat sebuah pemadangan yang tak bisa
mereka cerna begitu saja, sebab Yesus menerima kedatangan mereka akibat kembali
dapat mengenalinya dengan makanan. Yesus tahu pasti, hari itu adalah hari yang
melelahkan setelah mereka berjuang dengan kekuatan diri sendiri untuk mencari
dan menemukan makna hidup dan tujuan hidup dalam pekerjaan yang penuh dedikasi
di dunia ini, namun gagal sepenuhnya-sia-sia [sebab mereka lupa bahwa mereka bukan lagi penjala ikan tetapi menjadi
penjala manusia].
Sajian ikan dan roti bakar oleh
Yesus:
Yohanes
21:9 Ketika mereka tiba di darat, mereka
melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti.
Darimanakah
ikan dan roti itu? Siapakah yang memberikannya ikan? Bukankah mereka baru saja
mendapatkan ikan? Apakah dia secara diam-diam memancing sendiri? Jika ya,
bagaimana ia bisa lebih dahulu mendapatkannya sementara mereka begitu kesusahan
menebar jala tanpa hasil? Tidak ada yang tahu dan tidak juga dijelaskan, apa
yang terjadi: tersaji ikan dan roti di atas api dan arang. Ikan dan roti bakar
buatan Yesus. Kali ini Yesus tidak
menunjukan tubuhnya, tetapi ia menunjukan bahwa dirinya memang manusia dengan
menyantap ikan dan roti bersama dengan murid-muridnya. Ia bahkan meminta ikan
hasil tangkapan para murid untuk mencukupkan jumlahnya [ini seperti versi
lain Yesus melipatkan gandakan ikan dan roti agar cukup bagi banyak orang]:
Yohanes
21:10-12 Kata Yesus kepada mereka: "Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu
tangkap itu." Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu
ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan
sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak. Kata Yesus kepada mereka:
"Marilah dan sarapanlah." Tidak ada di antara murid-murid itu yang
berani bertanya kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Sebab mereka tahu,
bahwa Ia adalah Tuhan.
Ini
adalah sarapan yang begitu sunyi, tak ada percakapan selain suara alam yang
mengiringi sarapan yang sungguh
spektakuler itu karena Yesus memberikan 153 ekor ikan ke dalam jala Petrus agar bisa
memberikan beberapa ikan yang ditangkapnya untuk sarapan bersama.
Tangkapan yang didapatnya berdasarkan perintah Yesus yang berotoritas dan
berkuasa penuh atas alam-atas ikan-ikan yang sebelumnya entah bersembunyi
dimanakah?
Hari
itu, Yesus melayani para muridnya yang sudah begitu letih dan frustrasi karena
apakah yang harus diperbuat tanpa Yesus tidak
lagi pernah selalu bersama mereka seperti sedikala. Ini sebuah pengikutan dan pengimanan yang terlampau keras bagi mereka.
Namun
inilah yang hendak dipancangkan oleh Yesus; inilah cara Yesus memelihara mereka
atau mengamankan mereka agar tidak lepas dari keamanan yang pernah
dikumandangkannya:
Yohanes
10:27-29 Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan
mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka
pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut
mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih
besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari
tangan Bapa.
Para
dombanya hidup di dunia ini dalam iman, percaya sekalipun tak melihat. Ini
sebuah percaya yang begitu gampang untuk dilumat oleh realita keras dunia yang
siap menerkam jiwa manusia dan menyeretnya dalam pusaran-pusaran keputus-asaan,
ketakberdayaan, kebingungan, tipu muslihat rohani dan kebenaran-kebenaran palsu
yang memang realistis. Ya…tepat seperti Petrus berkata: aku pergi mencari ikan! Sebuah
kemelesetan yang menyeret semua murid lainnya untuk lari dari panggilan Sang
Mesias: kamu adalah penjala manusia. Jaminan Yesus tak lantas membuang risiko, ancaman,
risiko ketersesatan, risiko kebingungan, risiko keputus-asaan, risiko frustrasi,
dan pengunduran diri dari keyakinan rohani bahkan secara prinsipil. Tepat
seperti ke-11 murid tersebut. Tetapi tepat dikatakan Yesus, kunci keamanan
mereka selama di dunia ini, tidak didalam tangan mereka tetapi di tangan Bapa.
Kehendak
Bapa atas mereka agar tak hilang digenapkan oleh Yesus yang tak lagi senantiasa
bersama mereka dan bahkan pada akhirnya sama sekali tak bersama mereka secara
jasmaniah, selain bersama mereka di dalam iman- percaya sekalipun tak melihat.
Beginilah
Yesus melakukan penjagaan iman mereka secara korektif melalui Petrus:
▀Yohanes
21:15-17 Sesudah sarapan Yesus
berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah
engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab
Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku
mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon,
anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus
kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau."
Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah
domba-domba-Ku." Kata Yesus kepadanya untuk ketiga
kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka
sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia
berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau
tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.
Sarapan
usai dan kesunyian dipecahkan oleh Yesus tanpa basa-basi, ia menatap Petrus dan
kata-katanya menyergap jiwanya hingga jiwanya bersih dan terlepas dari
ketakpercayaan, hingga jiwanya kembali ke pangkuan panggilannya: engkau
menjadi penjala manusia!
Ini
adalah dialog yang begitu mencengkram jiwa tak hanya Petrus tetapi juga para murid yang lain. Ini
pertanyaan yang membuat semua jiwa terisolasi dari muslihat dunia dan segala kecerdikan
realita dunia untuk memenjarakan jiwa mereka. Tetapi yang lebih mulia lagi
dibandingkan saat pertama kali mereka menangkap ikan begitu limpah karena
perintah Yesus, adalah: ini adalah
pertanyaan mengenai mengasihi Yesus
sekalipun kamu tak akan lagi senantiasa bersama denganku? Ini
adalah beriman yang penuh kasih bukan sekedar beriman konspetual dan doktrinal,
karena dalam hal ini Yesus sedang mempertahankan keamanan keselamatan mereka
berdasarkan mengasihi-Nya yang bekerja aktif di dalam diri setiap murid.
Pemeliharaan Allah atau keamanan keselamatanmu oleh tangan Bapa yang perkasa
bukanlah sebuah operasi meninabobokanmu
atau memanjakanmu dengan penikmatan kedaginganmu, bukan! Ini adalah
pemeliharaan Bapa yang secara konstan menopangmu di dunia sementara kamu dan
saya hidup di tengah dunia ini. Petrus dan semua murid, baru saja berpikir dan
bertindak untuk menjala ikan. Tak
berpikir sedikit saja Yesus akan mendatangi mereka dan memberikan mandat. Tak
ada gelagat jiwa untuk berkumpul dan menantikan penuh harap agar Yesus datang dan
memberikan perintah atau mengajak mereka untuk melakukan sesuatu. Tak ada, jiwa
mereka benar-benar terpukul oleh 2 realita yang saling berkait: pertama:
kematian Yesus dan kedua: kebangkitan yang diiringi penampakan diri namun tak
senantiasa bersama dengan mereka.
Sungguh
sukar untuk dapat mencintai dengan segenap jiwa, hati dan pikiran dalam situasi
seperti itu. Sementara Yesus pernah berkata kepada mereka: Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan
menuruti segala perintah-Ku- Yoh 14:15. Adalah lebih mudah mematuhinya sementara mata dapat melihat.
Bagaimana dengan jika mata tak melihat, bahkan akan selamanya mata
jasmani ini tak akan melihatnya lagi? Mengasihinya lebih daripada yang
sangat dikasihi sekalipun tak melihat diri ini sedang dikasihi Allah tetapi tersendirikan
dalam kesedihan dan kekecewaan, itu begitu meremukan jiwa untuk dapat
melakukannya. Itulah
yang dimintakan oleh Yesus, mengasihinya sementara Ia telah lebih
dulu memberikan kasih yang tak ada lebih besar daripada apa yang telah
dilakukannya [Yohanes 15:12-14 Inilah
perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi
kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar
dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang
Kuperintahkan kepadamu.].
Sekalipun
kamu tak lagi dapat melihat-Ku, masihkah
mempercayai dan masihkah mengasihi? Dan masihkah mengasihimu itu
sungguh-sungguh, bukan sekedar emosional belaka tetapi bekerja melakukan apa
yang diinginkan oleh Dia yang tak lagi bersamamu secara jasmaniah?
Jiwa
pertanyaan Yesus kepada Petrus lebih menyeret Petrus untuk menyelami jiwanya sebelum
berkata “ya?” Tahukah kamu bahwa mengikut Yesus bukanlah sebuah iman yang
emosional dan meledak-ledak? Tahukah kamu bahwa beriman kepada Yesus itu sebuah
pengimanan yang kokoh sekalipun jiwamu terluka dan terhempas oleh realita dunia
ini? Ini bukan semata soal cinta sampai mati bagaikan orang lagi mabuk cinta.
Ini kisah yang menyeret jiwa untuk berpikir sebelum berkata dan benar-benar
tahu dengan apa yang dikatakannya! Ini adalah dialog yang menunjukan bagaimana
Allah membentuk jiwa-jiwa manusia seturut kehendak-Nya sementara itu dapat
mengakibatkan rasa sakit didalam jiwa ini. Bagaimanapun juga, jiwaku dan jiwamu
perlu belajar keras untuk mengenakan dan hidup di dalam cinta atau kasih yang
Yesus maui. Kasih itu akan menggempur segala apapun yang kita pertahankan
mati-matian untuk tetap ada sementara berkata “aku mengasihi Tuhan.”
Lihatlah
bagaimana Yesus mengajak jiwa Petrus untuk berpikir dan mengambil sikap dalam
kesadaran diri penuh sementara jiwanya digempur dengan kehendak kasih Allah
yang akbar itu: Simon Yohanes, apakah engkau mengasihiku? Saya tak berani membayangkan hal itu terjadi
pada jiwaku, aduh…. apakah jiwaku sanggup mengasihi sebagaimana Yesus kehendaki?
Dia begitu mengasihi Simon dan murid-murid sekalipun sedang didapati tidak
melakukan perintahnya. Bukankah Ia pernah berkata jika engkau mengasihiku maka
engkau melakukan perintahku? Apa yang sedang tidak dilakukan mereka semua?
Mereka tidak menjadi penjala manusia, tetapi kembali menjala ikan! Tetapi Yesus
tetap mengasihi mereka dan sedang memulihkan keadaan mereka agar jangan ada
satupun yang hilang sebagaimana kehendak Bapa. Yesus adalah pemasti keselamatan
setiap orang percaya.
Inilah
jawaban Petrus:
▀ Benar
Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau
▀Benar
Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau
▀Tuhan,
Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau
Petrus
tidak berdusta, namun bukan itu masalahnya. Tetapi, apakah Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya untuk menjala manusia,
bukan menjala ikan! Pernahkah anda membuat statistik yang menggambarkan
berapa kali anda pikir bisa mengasihi Tuhan tepat seperti yang dipikirkan dan
dimaui Tuhan, dan berapa kali gagal? Kalau anda jujur maka tak ada statistik yang menyenangkan Allah. Namun di sini, Yesus
tak sedang berstatistik dengan pertanyaan yang berulang itu, bukan sama
sekali. Ia sedang memulihkan
Petrus dan juga semua muridnya. Ia tak sedang berstatistik tetapi sedang
memancangkan sebuah bentuk mengasihi dirinya yang ajaib: sekalipun tidak dapat dilihat namun tetap dikasihi dengan
penuh iman yang aktif mengisi hidup dan mewarnai hidup selaras dengan target yang
telah ditetapkan atas setiap murid-Nya. Bagaimana kehidupan
saya, dan juga anda? Kalau saya, harus
saya katakan berulang kali diselamatkan kasih setianya agar terus berjalan
menuju sasaran hidup yang telah dituliskannya dalam kehidupanku secara nyata;
berulang kali kekuatan-Nya memberikan kekuatan bagi saya untuk setia saat jiwa ini
merasa letih dan kadang frustrasi untuk berbuat dan untuk terus bekerja bagi kemuliaan
nama-Nya sekalipun tidak dapat melihat dia dan tidak dapat mendengar suara-Nya
secara langsung seperti Yesus berdiri dihadapan para murid-Nya. Saya berulang
kali ditolong-Nya untuk tetap setia kepada firman-Nya sekalipun banyak pendeta
yang mencoba mengajarkan dan melokalisasi
firman Yesus bahwa dia bukan satu-satunya jalan, bukan satu-satunya kehidupan Allah
dan bukan satu-satunya Sang kebenaran, seolah pendeta itu sedang menyatakan dirinya adalah
mesias yang mengoreksi Sang Mesias yang telah bangkit itu!
Jika
benar Petrus mengasihi-Nya maka lakukanlah perintah-Nya, yaitu: gembalakanlah
domba-domba-Ku. Ini adalah perintah yang jauh lebih definitif dan memberikan
dasar yang lebih kokoh untuk mempersiapkan para muridnya untuk memberitakan
kebenaran-Nya sementara Ia tak akan lagi bersama-sama dengan mereka. Ini adalah
pemberitaan kebenaran: sekalipun tak melihat namun percaya atau
beriman.
Para
rasul Kristus kini memasuki era baru sebagai penjala manusia, kini mereka
menjala tanpa Yesus secara jasmaniah namun menjala dalam perintah-Nya sebagai
tanda mengasihinya sebagaimana telah dinyatakan kepada Sang Kristus.
Pada
siang itu, Yesus tak berhenti di situ tetapi juga menunjukan realita sebuah
pengajaran yang tak mudah dipahami: tentang siapakah mereka sesungguhnya. Mengapa
Yesus berulang kali menampakan diri kepada mereka; mengapa Yesus memulihkan dan
mengamankan panggilan mereka sekalipun mereka pada saat-saat itu sedang
luncas-meleset dan tak berdaya sama sekali memulihkan diri? Inilah penjelasan
Yesus sebagaimana yang pernah
diajarkannya kepada mereka sebelum peristiwa penangkapan dan penyalibannya:
Yohanes
15:15-16 Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang
diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah
memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan
kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah
menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu
tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya
kepadamu.
Sejak
semula, dasar tindakan Yesus untuk mengasihi dan mengamankan keselamatan mereka
bukan berdasarkan tindakan positif yang akan mereka perbuat, tetapi ketetapan
Allah atas setiap muridnya: BUKAN KAMU YANG MEMILIH AKU, TETAPI AKULAH YANG
MEMILIH KAMU. Jika pilihan ini berdasarkan perbuatan yang dapat dihasilkan para
murid, maka Yesus sudah berapa kali dikecewakan sebab mengenalnya saja tidak,
bahkan dalam pikiran dan tindakan sudah menunjukan hal terburuk pada diri
mereka: tidak percaya pada sabdanya bahwa ia akan bangkit pada hari ke-3!
Itulah
sebabnya, Yesus memulainya dengan pertanyaan yang memulihkan mereka semua: apakah
kamu mengasihiku?
Problemnya,
ini bukan membicarakan kasih universal dalam nilai dunia yang nir kehendak
Yesus, tetapi bersentral pada diri-Nya sehingga mengasihi Allah adalah
mengasihi Yesus yang harus memiliki wujud bukan saja menjadi pengikut Kristus
tetapi melaksanakan apa yang dikehendaki Yesus sementara Ia tak lagi di dunia
ini.
Gembalakanlah
domba-domba-Ku! Lakukanlah itu, bukan lagi menjala
ikan. Jalalah manusia dan gembalakanlah domba-domba-Ku. Ini adalah tentang orang-orang
percaya masa mendatang sementara ini dibicarakan. Sementara ini
dibicarakan, Yesus sedang menyatakan ada banyak manusia yang belum terjala yang
merupakan domba-domba Yesus menurut pilihan Allah. Mereka harus dijangkau oleh para murid berdasarkan sabda Yesus untuk
menggenapi kehendak Bapa. Ini ajaib: sementara
Yesus telah menggenapi segala kehendak Bapa di dunia ini, kini Yesus memberikan
mandat penuh otoritas dan kuasa dari
Allah kepada diri-Nya untuk
didelegasikan kepada 12 murid untuk menjangkau semua orang dari segala bangsa
untuk menjadi domba-dombanya untuk menggenapi kehendak Bapa [ini indikator keberimanan
kepada Yesus untuk mengalami keselamatan dari Allah, hanya pada Yesus dan tidak ada
cara lain], berdasarkan pemilihan Bapa yang akan tergenapi melalui
pemberitaan injil yang tak hanya oleh para murid utamanya namun kelak oleh para
pemberita injil pada generasi-generasi setelah berlalunya para rasul,
sebagaimana diindikasikan dalam doa Yesus sendiri:
Yohanes
17:20 Dan bukan
untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya
kepada-Ku oleh pemberitaan mereka;
Keberimanan
kepada Yesus yang tak lagi berdasarkan
melihat maka percaya, bukanlah sebuah keimanan yang sugestif apalagi
konsepsional intelektual, tetapi merupakan kuasa Yesus atas kehidupan
orang-orang percaya sementara Ia tak lagi bersama-sama dengan mereka secara jasmani
di sepanjang abad:
▀Yohanes
17:23-24,26 Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna
menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa
Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku. Ya Bapa, Aku mau
supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku,
mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku
yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum
dunia dijadikan…. (27) dan Aku telah memberitahukan nama-Mu
kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku
ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka."
Mengapa
Petrus sanggup mengasihi Yesus sekalipun tak selalu dapat memadangnya dan pada
akhirnya selama hidupnya tak akan lagi melihatnya secara jasmaniah?
Jawabannya: Karena Allahlah yang memberikan kasih yang
penuh kuasa itu sebagaimana kasih yang telah diberikan kepada Yesus dari Allah[
bandingkan dengan Yohanes 5:20 Sebab Bapa
mengasihi Anak; Matius 17:5 "Inilah
Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia."].
Itu sebabnya rasul Yohanes terkait ini menuliskan dalam epistelnya seperti ini:
Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi
kita- 1 Yoh 4:19.
Mengasihinya
hingga sukses atau akhir hidupmu, itu bahkan bergantung pada pemeliharaan Bapa,
atas setiap dombanya. Ini sebuah jaminan tunggal yang akan menopang jiwa
manusia hingga sanggup mengasihinya dalam sebuah cara yang mengalahkan
kehidupan itu sendiri.
Sanggupkah
mengasihi Kristus melebihi kehidupanmu sendiri?
Ini bukan soal kerelaan sebab ini bukan jiwa manusia; ini lebih dari air mata
apalagi rela mengucurkan darah. Ini bukan kerelaan tetapi kedaulatan Allah atas
perjalanan hidup atas domba kepunyannya.
Perhatikan
ini:
Yohanes
21:18-19 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau
mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki,
tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan
orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki."
Dan hal ini dikatakan-Nya untuk
menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan
memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah
Aku."
Apakah ujung kepengikutanku dalam
mengikut Yesus? Aku tak tahu, namun Yesus tahu! Kalau
Allah memilihku dan bukan aku yang memilih, maka simpul akhir hidupku sudah
tersimpul dan berada didalam genggaman tangan-Nya, dan itu tak menyusutkan
betapa aku harus setia dan hidup didalam pengimananku dan bagaimana aku
berjuang menaklukan berbagai muslihat dunia ini, sementara Yesus bersamaku
sekalipun aku tak melihat dan memegangnya secara fisik!
Kepada
Petrus, Yesus menyingkapkan simpul akhir hidupnya: bagaimana
ia mati dan memuliakan Allah. Setelah itu, Yesus berkata
kepadanya: Ikutlah Aku!
Kalau
realitamu seperti ini, maukah engkau menjawab: ya, aku mau mengikutmu. Sekali
lagi, ini bukan cinta buta, sekalipun simpul sudah diikat Allah, namun dalam
hal ini, Yesus tetap membentuk Petrus menjadi manusia yang berkomitmen, penuh
tanggung jawab dan memahami pengorbanan dirinya demi mengasihinya.
Pernahkah anda mengasihi seseorang hingga mengorbankan kenyamananmu? Yesus
sanggup dan berkuasa menjadikanmu manusia demikian tetapi bagi-Nya. Mari lihat
akhir hidup Petrus terkait nubuat kesudahan yang didekritkan oleh Yesus sementara Ia,saat itu, masih belum sama sekali menggembalakan domba-domba-Nya:
2
Petrus 1:13 Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu
akan semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini. Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah
tubuhku ini, sebagaimana
yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan
kita.
Jika
bukan kasih Allah yang dimiliki Petrus maka mustahil baginya untuk bertahan
dalam kesetiaan yang paling keras perwujudannya: dari jauh hari sudah
diberitahukan kematiannya oleh Sang Mesias yang telah bangkit dari kematian!
Begitulah
Yesus Sang Mesias memulihkan panggilan yang telah ditetapkannya dari sebuah
keluncasan atau kemelesatan yang mendatangkan maut, bahkan Ia menyingkapkan
hingga akhir ayat mereka, sementara mereka harus menjalaninya tanpa
Yesus menyertai mereka secara fisik. Pada setiap domba-domba sejati
milik Kristus, kehidupannya sudah ditentukan, hanya saja saya dan anda tak tahu, dan itu bukan urusan kita selain
melakukan apa yang dikehendaki Yesus atas saya dan anda, jika benar
saya dan anda mengasihi Allah. [ini bukan bermaksud menyatakan keselamatan belum pasti, tetapi bagaimanakah wujud otentik predestinasi keselamatan seseorang hingga ia menyudahi hidupnya dan memuliakan Tuhan]
Peringatan
ini diberikan kepada Petrus:
Yohanes
21:21-22 Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus: "Tuhan,
apakah yang akan terjadi dengan dia ini?" Jawab Yesus: "Jikalau Aku
menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi
engkau: ikutlah
Aku."
Apakah
yang menjadi urusan saya dan anda sementara kita telah mengetahui Allah
berdaulat atas kehidupan setiap pengikut Kristus, adalah: MENGIKUT KRISTUS
SAMPAI NYAWA INI DIAMBIL BAPA DARI TUBUH INI.
Inilah
dasar kekokohan iman setiap pengikut Kristus dan inilah dasar keamanan iman
saya dan anda. Seperti Yesus menyelamatkan iman Petrus dan semua murid yang
telah luncas dan meleset, jika sungguh saya dan anda domba kepunyaan-Nya maka
pasti Dia akan bertindak untuk meluputkan kita dari situasi yang dapat membinasakan
kita selamanya.
Jadi
jika mencintai-Nya maka lakukanlah segala firman-Nya. Bangkit dan makinlah
mengasihi-Nya dan tanggalkan segala perbuatan jahatmu!
SEGALA PUJIAN HANYA BAGI TUHAN
No comments:
Post a Comment