Oleh: Martin Simamora
Keabsolutan
Kebenaran-Nya dan Berita Pertobatan-Nya Bagi Dunia
[Refleksi]
Apakah Yesus sebelum
kematian dan setelah kebangkitannya mengalami perubahan? Misalkan saja, tidak
akan terlampau menekankan kesentralan dirinya sebagi satu-satunya keselamatan,
belajar dari tragedi yang dihasilkan oleh kekerasannya kepada bangsa Yahudi
bahwa Ia adalah satu-satunya penggenap Taurat dan kitab Nabi-Nabi–Matius5:17?
Yesus sendiri didalam kekerasannya menyatakan dirinya sebagai satu-satunya
jalan menuju Allah Pencipta langit dan bumi (Yohanes 14:6), juga menekankan
perbuatan baik dalam sebuah penekanan memberi
kepada sesama manusia bagaikan seorang
bapak yang secara alamiah kala memberi kepada anak, pastilah memberikan yang
terbaik dari dirinya, sekalipun ia bapak di dunia ini yang dikuasai kegelapan.
Perlu diperhatikan,sebagaimana Yesus menekankan keselamatan hanya bersumber
pada dirinya, maka demikian juga dengan perbuatan baik yang begitu menekankan memberi
kepada orang, bersumber dari pola tindakan Allah kala memberi, sebagaimana
direfleksikan nas ini:“Segala
sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian
juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan
kitab para nabi”- Matius 7:12. Jika
ini: “Segala sesuatu yang kamu
kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada
mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” adalah perbuatan baik, maka ini bukanlah perbuatan baik yang nilainya akan dapat dijumpai dimanapun
juga di dunia ini, sebab pada hakikatnya perbuatan baik yang sedang dibicarakan di sini adalah: “itulah isi seluruh hukum Taurat
dan kitab para nabi.” Bagaimana bisa perbuatan baik di sini adalah seluruh bukan saja hukum Taurat tetapi kitab
para nabi? Bagaimana mungkin ada kesempurnaan divinitas [karena dikatakan:
itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi] yang totalitas pada
perbuatan baik? Apakah semua manusia mengakui kitab-kitab yang Yesus maksudkan?
Sehingga memang 2 hal yang mencuat ketika Yesus berbicara mengenai perbuatan baik:(a.) perbuatan baik itu harus berakar atau tumbuh
dari kebenaran Kitab suci, dan b.Kitab Suci yang sedang dibicarakan Yesus itu, telah digenapinya sempurna
tanpa cela. Itu sebabnya ia menyatakan dirinya sebagai Penggenap kitab suci. Ini semakin menempatkan perbuatan baik hanya diakui Yesus dalam definisi Kitab Suci yang menuliskan tentang dirinya.
Sekarang,Apakah
Yesus pasca kebangkitannya masih berbicara hal yang sama, bahwa segala sesuatunya harus bertaut pada dirinya dan kehendaknya, ataukah telah menjadi lebih lunak?
Untuk
menjawab ini, maka sabda Yesus sendiri yang akan menjawabnya:
Lukas
24:27 Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam
seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab
nabi-nabi.
Lukas
24:44-46 Ia berkata kepada mereka:
"Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih
bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis
tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur."
Lalu
Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya
kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit
dari antara orang mati pada hari yang ketiga,
Membacanya,
sedikitpun tak ada pergeseran dengan penekanan absolut oleh Yesus pada dirinya
dalam hubungan dengan Kitab Suci, sebab pasca kebangkitan tetap menautkan dirinya
sebagai Sang Penggenap Kitab Suci: “menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis
tentang Dia dalam seluruh Kitab
suci,” dan demikian juga pada peristiwa kematian dan kebangkitannya dalam
hubungan dengan Kitab Suci:”Lalu Ia
membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada
mereka: "Ada tertulis demikian:
Mesias harus menderita dan bangkit.”
Sabdanya sebelum ia
menaklukan kematian dan sesudah menaklukan kematian,sama saja dan tidak ada
pelunakan, seolah setelah kebangkitannya yang mulia [Lukas 24:4-6] itu, Yesus
menjadi lebih baik pengetahuannya, lebih bijak sehingga mengurangi keradikan
sentralitas dirinya bagi dunia ini secara absolut. Keabsolutan penekanan bahwa
penderitaan dan kematiannya memang adalah kehendak Allah sebagaimana telah
dinyatakan Kitab Suci, bahkan diafirmasikan oleh
malaikat-malaikat:
Lukas
24:4-7 Sementara mereka berdiri termangu-mangu karena hal itu, tiba-tiba ada
dua orang berdiri dekat mereka memakai pakaian yang berkilau-kilauan. Sementara
mereka berdiri termangu-mangu karena hal itu, tiba-tiba ada dua orang berdiri
dekat mereka memakai pakaian yang berkilau-kilauan. Ia tidak ada di sini, Ia
telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di
Galilea, yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan
orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga."
Apakah Yesus sebelum
kebangkitan berbeda dengan Yesus pasca
kebangkitan, berbeda? Jelas sama
sekali tidak, bahkan 2 malaikat mengingatkan
para murid untuk memperhatikan apa yang telah dikatakan Yesus. Apakah perkataan Yesus yang telah dikatakan kepada
para murid yang sedang dimaksudkan oleh 2 malaikat tersebut? Inilah pernyataan
mereka: “Anak Manusia harus diserahkan ke
tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang
ketiga.” Pada dasarnya malaikat
tersebut sedang menggemakan kembali apa yang telah dinyatakan Yesus sebelum
penyaliban, kematian dan kebangkitannya, yaitu ini:
Matius
16:21 Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia
harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua,imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari
ketiga.
Matius
17:22-23 Pada waktu Yesus dan murid-murid-Nya bersama-sama di Galilea, Ia
berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan
manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan
dibangkitkan." Maka hati murid-murid-Nya itupun sedih sekali.
Matius
20:17-19 Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas
murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan: Sekarang kita
pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan
ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan
menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia
diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan
dibangkitkan."
Bagaimana
malaikat-malaikat itu menjelaskan kubur yang kosong?
Tak ada yang lain hanya berdasarkan perkataan Yesus atas apa yang harus terjadi
pada dirinya, dan sempurna digenapi. Sebuah penggenapan akan apa yang
dituliskan oleh Kitab Suci mengenai dirinya.
Tak ada perubahan
yang mengindikasikan koreksi atau pelunakan setelah tragedi berdarah itu,
sebaliknya mengingatkan kembali apa yang telah diajarkan olehnya.
Apakah Yesus mengglobal
secara otentik,
bahwa dirinya satu-satunya jalan keselamatan dari Allah sebagaimana pernah
diutarakannya kepada para imam kepala dan orang Farisi sebagaimana telah
dinyatakan Yesus dalam perumpamaan kebun anggur dalam Matius 21:33-41?
Ini penting untuk diketahui, sebab dengan
demikian janji keselamatan yang dibawa Mesias dari Allah tak lagi hanya
diberitakan bagi domba-domba Allah yang berasal dari bangsa Israel namun
domba-domba Allah yang datang dari
bangsa-bangsa lain; dan jika terjadi, maka
sungguh sebuah penggenapan yang begitu dramatis dan mengubah secara total cara
pandang terhadap kemesiasan Yesus yang pada mulanya begitu khusus bagi bangsa
Yahudi, kemudian menjadi begitu terbuka kepada bangsa-bangsa lain, sejauh mereka dipanggil untuk menanggap
atau datang kepada Yesus menjadi orang yang percaya kepada Yesus. Pada Matius
21: 42, Yesus kemudian menyatakan dirinya sebagai batu penjuru yang dibuang
kepada bangsa-bangsa lain:
Matius
21:42-43 Kata Yesus kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab
Suci: Batu yang dibuang oleh
tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari
pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Sebab itu, Aku berkata
kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan
diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan
menghasilkan buah Kerajaan itu.
Untuk kesekian
kalinya, Yesus menyatakan bahwa apa yang akan terjadi adalah penggenapan akan
apa yang tertulis dalam Kitab Suci mengenai dirinya, bahwa ia adalah Batu yang
dibuang oleh tukang-tukang bangunan [Israel] dan telah menjadi batu penjuru, dan
secara bersamaan Kerajaan Allah akan diambil dari pada Israel [bacalah artikel ini, terkait perihal Kerajaan Allah
diambil dari pada Israel] dan akan diberikan kepada orang-orang lain dari
berbagai bangsa untuk menjadi sebuah
bangsa yang menghasilkan buah. Bagaimanakah penggenapannya?
Sama dengan perihal
ini, terkait dengan Roh Kudus yang dijanjikan oleh Yesus:
Yohanes
16:7-9 Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu,
jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang
kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. Dan kalau
Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak
percaya kepada-Ku;
Keabsolutan Yesus
kini tidak lagi dalam bingkai geografi Israel tetapi geografi dunia. Dan
sebagaimana Ia berkata kepada pemimpin-pemimpin Yahudi:
Yohanes
8:24 Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu;
sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa
Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu."
Maka Yesus menyatakan
hal yang sama untuk dunia, hanya saja, kali ini Roh Kudus yang akan menjelajahi
dunia ini untuk menggenapi kehendak Allah tersebut,
bahwa, yang tak percaya kepada Mesias merupakan dosa, akan dihakimi sebagai orang berdosa karena tak beriman
kepada Yesus: “akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku.” Bagaimanakah
penggenapannya?
Bagaimana
penggenapannya, itu dimulai oleh sabda Yesus sendiri setelah kebangkitannya
dari kematian:
Lukas
24:46-47 Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu
akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia,
kamu akan mati dalam dosamu." dan lagi: dalam
nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.
Bagaimana penggenapan
bahwa Yesus juga absolut sebagai penentu keselamatan bagi semua orang
dari berbagai bangsa kalau dia mau mendengarkan dan percaya, kemudian tunduk
melakukan penuh ketaatan? Itu begitu nyata dari pernyataan Yesus sendiri: “dan lagi dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala
bangsa, mulai dari
Yerusalem.”
Perhatikan, bukan
saja memang Yesus sedang memaksudkan
pemberitaan keselamatan itu sudah
melampaui Israel saat berkata mulai dari Yerusalem, tetapi juga dalam sebuah
eksklusifitas bahwa hanya darinya dan
hanya padanya keselamatan itu akan dijumpai, sebab Yesus berkata bahwa berita itu harus
disampaikan dalam
nama-Nya. Dialah yang pertama kali mengumandangkan keeksklusifan
keselamatan dalam wujud “dalam namanya
sendiri” atau “dalam nama Yesus.”
Sehingga dengan demikian kita sekarang dapat memahami darimanakah deklarasi
tersohor ini berasal:
Kisah
Para Rasul 4:11-12 Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang
bangunan--yaitu kamu sendiri--,namun ia telah menjadi batu penjuru. Dan
keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di
bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang
olehnya kita dapat diselamatkan."
Ini berakar dari
sabda dan karya Yesus sendiri dalam menggenapi
segala sesuatu yang dituliskan mengenai dirinya dalam Kitab Suci.
Ingat, Yesus bahkan
dalam sabdanya yang dicatat Lukas 24:47 memberikan penekanan bahwa dalam ia
bersabda demikian, merupakan pekerjaannya
dalam menggenapi apa yang dikehendaki Bapa sebagaimana tertulis dalam Kitab
Suci: “Ada tertulis
demikian… dan lagi….”- Lukas 24:46-47.
Dengan demikian, sebagaimana kepada murid-Nya: “Kata
Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan
kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak
melalui Aku-Yoh 14:6”, maka pun
kepada dunia Ia berkata juga demikian. Ini kokoh, sebab Yesus kepada para
muridnya memerintahkan:
Matius
28:19-20 “Karena itu pergilah, jadikanlah
semua bangsa murid-Ku…. dan ajarlah
mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan
kepadamu”
Tidak ada yang dapat datang
kepada Allah Pencipta langit dan bumi kalau tidak melalui Aku, itu adalah sabda
keselamatan yang akan terjadi penggenapannya sampai orang tersebut beriman
kepada Yesus.
Yesus sendirilah yang
menjadi akar keutamaan diri manusia beriman dalam memberitakan injil kepada
segala bangsa dan mengajarkan segala
sesuatu yang sebelumnya hanya diterima oleh mereka. Yesus satu-satunya
keselamatan. Bahkan Yesus memberikan durasi perintah ajarkanlah mereka
segala sesuatu adalah sampai kesudahannya:” Dan
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai
kepada akhir zaman”-Mat 28:20. Para murid utama
sudah berlalu, namun para murid hasil pemuridan mereka akan menjadi generasi-generasi
pewaris yang melaksanakan amanat agung Sang Mesias. Bukankah Yesus berdoa juga
bagi generasi-generasi pewaris amanat agung ini? Coba perhatikan ini:
Yohanes
17:9-10 Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk
mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu. Aku
berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang
telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu. … (15) Aku
tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau
melindungi mereka dari pada yang jahat… (20) Dan
bukan untuk mereka ini saja Aku
berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang
percaya kepada-Ku oleh pemberitaan
mereka;
Para murid Kristus generasi-generasi mendatang atau dari
generasi ke generasi hingga kesudahan dunia ini adalah obyek doa Yesus,
sehingga memang penyertaan yang
dilangsungkannya berlangsung hingga akhir zaman (Mat 28:20)!
Yesus terlihat
menjadi tak ramah dengan harmoni yang sedang diperjuangkan dunia ini? Ya.. itu
harus diakui, bagaimanapun juga. Pernyataannya di pasca kebangkitan sebelum
kenaikannya telah mewarisi atau
meninggalkan di dunia ini sebuah sabda atau firman yang akan terus bekerja
hingga genap maksud si Sang Firman yang telah menjadi manusia itu. Kala itu
genap, maka sekali lagi itu adalah puncak segala puncak kerasnya keabsolutan
dirinya atas keselamatan bagi dunia ini:
Yohanes
5:22-25 Bapa tidak menghakimi siapapun,
melainkan telah menyerahkan penghakiman
itu seluruhnya kepada Anak, supaya
semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia
juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia. Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa
mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia
mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari
dalam maut ke dalam hidup. Aku
berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan
sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan
mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan
hidup.
Jika tak ada
perbuatan yang disebut baik dapat sedikit saja terlepas dari Kitab Taurat dan
Kitab para nabi, sehingga dikatakan perbuatan baik itu merupakan penggenapan
SELURUH KITAB, maka betapa yang sedang
dibicarakan itu sebuah kekudusan. Adakah
di dunia ini perbuatan baik senilai
penggenapan kitab suci? Tidak ada, karena Yesus saja yang berkata
bahwa ia datang untuk menggenapi kitab suci.
Akar keabsolutan
Yesus dalam keselamatan, bukanlah sebuah retorika, karena pertama-tama Yesus
telah lebih dulu menunjukan kesempurnaannya sebagai satu-satunya yang
menggenapi Kitab Suci. Tak ada yang dapat
disebut perbuatan baik jika tidak dilakukan oleh seseorang yang sungguh suci-
suci sehingga ia tak berkesusahan menggenapi semua kehendak kudus Allah
sebagaimana dinyatakan Kitab Suci. Perbuatan
baik dengan demikian adalah sebuah totalitas, tidak bisa anda hanya baik di
satu sisi dan lemah di sisi lainnya. Kitab Suci tak memberi ruang yang
demikian, sebagaimana dinyatakan oleh
salah seorang murid Yesus: rasul Yakobus menyatakannya:
Yakobus2:8-
Akan
tetapi, jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci:
"Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri", kamu berbuat baik. Tetapi,
jikalau kamu memandang muka, kamu berbuat dosa, dan oleh hukum itu menjadi
nyata, bahwa kamu melakukan pelanggaran. Sebab barangsiapa menuruti seluruh
hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap
seluruhnya. Sebab Ia yang mengatakan: "Jangan
berzinah", Ia mengatakan juga: "Jangan membunuh". Jadi jika kamu
tidak berzinah tetapi membunuh, maka kamu menjadi pelanggar hukum juga.
Anda
mau tahu aplikasi menjadi orang baik? Menjadi pelaku
kasihilah sesamamu manusia? Dan berdasarkan itu anda jadikan sebagai jalan lain menuju
kehidupan yang akan datang di dunia dan langit yang baru? Anda pikir anda dapat
menjadi orang yang suci seutuhnya? Sebab memang demikian sempurna tuntutan aplikasi
berbuat baik dan mengasihi sesamamu manusia sebagaimana dituntut dalam kinerja hukum Allah yang sempurna:” barangsiapa menuruti seluruh
hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap
seluruhnya. Sebab Ia yang
mengatakan: "Jangan berzinah", Ia mengatakan juga:
"Jangan membunuh". Jadi jika
kamu tidak berzinah tetapi membunuh, maka kamu menjadi pelanggar
hukum juga.” Kesempurnaan semacam ini bukanlah natur manusia sebagaimana kesucian Allah bukanlah sebuah kealamian hidup manusia yang sepenuhnya dalam perbudakan kuasa dosa.
Perbuatan
baik, dengan demikian, bukan sama sekali dalam definisi nilai-nilai luhur dunia
yang mengkompromikan sedikit saja kelalaian. Dan ingatlah, tidak ada fase uji coba
atau fase bertumbuh dalam memegang keselamatan berdasarkan perbuatan baik dan
tanpa Kristus sama sekali.
Lalu, apakah orang percaya kepada Kristus tidak memiliki
jiwa-jiwa perbuatan baik? Ada, namun sama sekali bersentral pada
Kristus dan sepenuhnya kehidupan yang lahir dari penyelamatan yang dilakukan
oleh Kristus. Dengan kata lain, perbuatan
baik saya yang terus saya bangun dari waktu ke waktu, bukan demi keselamatan
diriku tetapi demi kemuliaan Bapa dan Sang Kristus, Tuhanku. Sehingga
kita akan sangat kuat mendengarkan
perintah-perintah seperti ini dari mulut Yesus dalam sebuah relasi yang begitu
kudus antara diriku dan diri-Nya:
Yohanes
14:23-24 Jawab Yesus: "Jika seorang
mengasihi Aku, ia akan menuruti
firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan
diam bersama-sama dengan dia. Barangsiapa tidak mengasihi Aku,
ia tidak menuruti firman-Ku;
dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang
mengutus Aku.
Perbuatan baik di
sini sama sekali bukan nilai-nilai
kemanusiaan dan keluhuran budi pekertimu. Bukan, sebab yang sangat menarik, senantiasa Yesus menyatakan sebuah perbuatan
baik yang asing bagi dunia: “menuruti firman-Ku” sebagai
bukti seseorang itu mengasihi Allah. Sementara yang tidak mengasihi Allah
adalah orang yang “tidak menuruti firman-Nya.” Apakah motif sebuah penurutan firman Tuhan? Kasihku kepada Allah, bukan hukum!
Saya harus melakukan
perbuatan baik, kalau tidak maka omong kosong. Tetapi, saya tidak belajar
kepada dunia dalam berbuat baik itu dan bukan berdasarkan nilai-nilai dunia
tetapi apa yang dikehendaki Yesus bagiku berdasarkan firman-Nya. Saya pertama-tama
harus mau mendengar kepada Yesus dan
perkataannya. Lagi, yang luar biasa, perkataannya adalah firman atau
perintah Allah itu sendiri.
Perbuatan baik,dengan
demikian, bukan saja menuruti firman
tetapi juga memiliki relasi atau keberimanan dengan Yesus sebagai dia Sang
Mesias dan Tuhan atas keselamatan jiwamu. Mengapa demikian?
Sebab memang perbuatan baik bukanlah jalan keselamatan, dan penurutan akan firman Tuhan haruslah
menghasilkan kehidupan yang dari Allah sebagai bukti pendengaran firman Allah itu
adalah kasih
karunia Allah [nanti di bawah
pada kasus orang benar-benar-benar orang benar dalam pengakuan dunia-
masuk neraka akan terkuak mengapa ini penting],sehingga manusia beriman itu
dapat melakukannya dalam ketekunan yang menghasilkan ketaatan yang dikuasai oleh kuasa Tuhan, bukan oleh
kekuatan daging. Sehingga dapat dipahami
kala Yesus berkata:
-
Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama
dengan dia
-
firman
yang kamu dengar itu bukanlah
dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku
Itu sebabnya,
mengasihi sesama manusia yang adalah perbuatan baik, akan senantiasa dibingkai dengan pematuhan terhadap firman Allah.
Dengan kata lain, standard untuk
mengatakan bahwa benar orang tersebut mengasihi sesama manusia bukan pada diri
manusia itu tetapi pada sabda Allah yang
disingkapkan oleh Yesus.
Keabsolutan Yesus
pada perbuatan baik terhadap sesama atau mutlak harus pada relasi seseorang
pada Yesus, tidak bisa semata pada hukum yang totalitas-tak boleh bercela
setitikpun pelaksanaannya- akan terlihat begitu kuat pada sabda Kristus ini:
Matius
25:31-37 Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat
bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu
semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka
seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan
Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di
sebelah kiri-Nya. Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah
kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang
telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu
memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang
asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku
pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu
mengunjungi Aku. Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia,
katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi
Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?
Apakah anda berpikir anda adalah orang benar sekalipun tak beriman pada Kristus, karena berbuat baik pada sesama manusia? Apakah kebenaranmu bernilai dihadapan Anak Manusia? Inilah problem
mautnya yang baru akan anda temukan saat penghakiman akhir nanti, sayangnya!
Sebuah peristiwa yang
mengejutkan mereka tak kepalang tanggung. Anda
berpikir dirimu orang benar karena
anda memang melakukan perbuatan-perbuatan terpuji di mata dunia (jelas saja
mengasihi sesama manusia sekalipun tanpa pengenalan dan pengimanan pada Yesus tidak akan pernah dikecam dunia
sebagai perbuatan terkutuk!!)? Yesus sebetulnya
membawa perbuatan baik itu melampaui kebenaran yang dianut oleh pemikiran
manusia atau dunia. Coba perhatikanlah respon orang benar yang sedang
dihakimi oleh Yesus tersebut: “Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar
dan kami memberi Engkau makan, atau
haus dan kami memberi Engkau minum?”
Bagaimana mungkin mereka dapat menjumpai Yesus di dunia
ini dan melakukan apa yang dimaui-Nya? Orientasi dan dasar orang benar dalam berbuat baik adalah
melakukan kebaikan-kebaikan berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan yang bebas dari kehendak Bapa di
dalam Anak-Nya Yesus Kristus, ini sungguh berlawanan bagi Yesus.
Sebetulnya kasusnya
atau akar masalahnya bukan pada perbuatan baik itu sendiri atau bukan pada mengasihi sesama manusia
itu sendiri, tetapi karena mereka tidak memiliki Yesus sama sekali sehingga mustahil melakukan kehendak Bapa
bagi dunia, sehingga apapun juga
akan menjadi sia-sia dan bernilai sampah bagi Yesus Sang Hakim di penghakiman akhir kelak.Perhatikan saja, memberi
makan dan memberi minum-misalkan saja- kepada orang yang paling hina atau
paling terpinggirkan, bukankah itu begitu janggal untuk “diperebutkan” oleh
Yesus atas manusia-manusia dunia? Tetapi yang membingungkan bagi mereka adalah kapankah mungkin bagi mereka untuk melakukannya bagi Yesus?. Perhatikan,
masalahnya bukan mereka tak pernah beri makan dan beri minum kepada orang-orang paling tak berdaya, tetapi bagi Yesus, mereka tak pernah berjumpa
dengan saudara Yesus yang paling hina (ayat 40) [ saudara Yesus, ini bukan
istilah yang biasa-biasa sebab begitu sukarnya mereka untuk memahami maksud
Yesus. Lalu siapakah yang dimaksud saudara Yesus, Epistel Ibrani dapat membantu
kita: Sebab Ia yang
menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah
sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara-
Ibrani 2:11; kemudian patut dipertimbangkan kala Yesus melakukan identifikasi
diri kepada semua yang lemah sebagai dialami dirinya sendiri, maka harus
dipahami dalam hubungannya dengan: Karena
anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama
dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh
kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut-
Ibrani 2:14, dengan kata lain melakukan kebaikan kepada sesama manusia harus
dilakukan sebagai orang yang telah dibenarkan didalamnya sehingga setiap
perbuatan kita adalah bagi Kristus!]. Sekali lagi, harus diasumsikan mereka
memang berbuat baik sebagaimana dunia sehari-hari kita memahaminya,sebab Yesus
tak mengatakan mereka begitu kejam sampai-sampai tak memiliki hati untuk
menolong yang tak mampu di dunia ini- sehingga bukan masalah kekejaman kemanusiaan yang sedang dihakimi
Yesus tetapi ketiadaan relasi dengan Yesus! Satu-satunya masalah mereka
adalah memenuhi kehendak Yesus agar melakukannya bagi saudara-Nya. Ini jelas
dari tanggapan Yesus untuk kali kedua terhadap kebingungan mereka:
Ayat
45 Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala
sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk
salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.
Sekali lagi,
perbuatan baik dalam ketetapan Allah adalah melakukan firman-Nya. Jika
firman-Nya terkait mengasihi sesama manusia adalah HARUS saudara Yesus dan
HARUS selalu terkait Yesus, maka yang hendak ditekankan di sini adalah: tak
ada satupun perbuatan baik yang bernilai jika itu tak merupakan kehendak Yesus
sendiri.
Kalau anda membaca
ayat 46 : “Dan mereka
ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke
dalam hidup yang kekal,” maka sebuah pukulan hebat sedang melanda orang-orang
benar beserta pengertian dan praktik perbuatan baiknya yang terlepas dari
Kristus akan masuk ke tempat siksaan yang kekal. Jadi kita memang akan
menjumpai dua macam orang benar. Pertama:
menurut kehendak dunia ini
terlepas dari Kritus, dan Kedua: menurut kehendak Yesus yang dinilai oleh dunia sebagai
pemikiran sempit dan picik karena segala sesuatu harus Yesus, harus Yesus dan
kalau tidak ada Yesus sama dengan menuju neraka.
Apapun protes anda,
Yesus berkata banyak hal yang melawan protesmu; apapun protesmu, faktanya
Dialah pemilik kekekalanmu, bukan dirimu. Baginya hanya satu, apakah Yesus ada
di dalam segala perbuatan baikmu sehingga itu adalah hal yang berkenan bagi
Yesus, atau anda membuang Yesus demi kebenaran-kebenaran dunia ini? Itupun
terserah anda, dan selamat menikmati pilihan kita masing-masing sebab nanti di hadapan Anak Manusia semua kita akan
mendengarkan keputusan yang sama sebagaimana telah dilukiskannya tadi.
Kolose
3:16-17 Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara
kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang
lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu
mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. Dan
segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah
semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada
Allah, Bapa kita.
Segala
Pujian Hanya Bagi Tuhan
No comments:
Post a Comment