Oleh: Martin Simamora
“Aku”
Diantara Kemuliaan Sorga &
Kegelapan Dunia, Akankah Aku Memeluk dan Menyembah-Nya?
Kisah Mulia Ketiga Di Hari Itu
[Refleksi]
Bacalah
lebih dulu: Kisah Mulia Kedua Di Hari Itu
Dan demikianlah Yesus
meninggalkan mereka begitu saja tanpa dapat diikuti oleh mata kemana perginya: “tetapi Ia
lenyap dari tengah-tengah mereka-Lukas 24:31,” hanya saja kepergian
Yesus dari tengah-tengah mereka tidak lagi meninggalkan kemuraman dan kegusaran
yang bagaimanapun, sebab kini mereka dipenuhi oleh sebuah sukacita kala tiba di
Yerusalem dan berjumpa dengan 11 murid utama Kristus: “Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati
kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman
mereka. Kata mereka itu: "Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah
menampakkan diri kepada Simon." Lalu kedua orang
itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka
mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti-
Lukas 24:33-35.” Kini mereka melupakan:“Padahal kami dahulu
mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi
sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi”- ayat 21,
kematian iman semacam ini telah diakhiri oleh Yesus dengan menampakan dirinya
kepada beberapa murid. Tak hanya 2 murid itu saja, tetapi 11 murid itu memiliki
cerita yang sama berdasarkan apa yang
dialami Petrus seorang diri, peristiwa yang jelas terjadi setelah apa yang
dialami oleh para perempuan, namun bukan saat Petrus pergi ke kubur untuk
membuktikan kabar gembira para perempuan, namun pasti telah dialami oleh
Petrus, sebelum ketibaan 2 murid tersebut. Sehingga memang hingga saat itu,
masih merupakan peristiwa yang dialami
secara sporadis. Kelompok 2 murid ini, tak meneruskan perjalanan ke kampung Emaus, namun
kembali ke Yerusalem, untuk menceritakan
kabar sukacita itu, dan di Yerusalem mereka disambut juga dengan kabar sukacita!
Pertama,di
sini untuk pertama kalinya dalam derajat tertentu, sebagian murid mengalami
percaya karena melihat tanpa senantiasa bersama-sama dengannya, dan pada sebagian
lagi bahkan percaya bukan karena telah melihat secara langsung, namun percaya
karena mendengarkan pemberitaan kabar baik itu. Inilah untuk pertama kali
percaya walau tak melihat mulai menjadi karakteristik yang melingkupi kehidupan para murid. Kedua, yang sama pentingnya, sangat
jelas bahwa fondasi kabar baik ini adalah Yesus yang bangkit dari antara orang
mati, dan penampakan dirinya kepada para murid dengan sebuah berita tunggal
saja: aku telah bangkit!
Penggenapan
hanya oleh Yesus dan Yesus sendiri saja yang dapat menghadirkan bukti utama
kebangkitan itu. Ini sebuah kontradiksi yang amat tajam, karena sementara penangkapan, penghinaan, penyiksaaan,
penyaliban dan kesengsaraannya hingga kematian
tersaji sebagai bukti yang terbuka lebar dihadapan banyak pasangan mata,
maka kebangkitan tidak tersaji dalam
wujud yang sama sebagaimana kematian: tubuh atau mayat Yesus pada peristiwa
kematian, dan pada kebangkitan, tubuh Yesus yang telah bangkit pada peristiwa
kebangkitan tidak dapat disajikan sebagai bukti yang dapat disajikan oleh
manusia siapapun juga, selain kubur yang
kosong itu. Walau kubur kosong itu sendiri telah menjadi hal yang paling kokoh bahkan bagi para penjaga
Romawi, namun dengan motif untuk mencegah kebenaran tersebar, harus dikemas
ulang menjadi kabar yang menguburkan kebenaran, berdasarkan rencana para imam
dan ahli Taurat:
Matius
28:11-15 Ketika mereka di tengah jalan, datanglah
beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi
itu kepada imam-imam kepala. Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka
mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu
itu dan berkata: "Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya
datang malam-malam dan mencuri-Nya
ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami
akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa."
Mereka
menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada
mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi
sampai sekarang ini.
Pengeksposan
kebangkitan Kristus berlangsung dengan
dampak yang sangat dramatis, satu pihak mengalami dan melihat
buktinya dan memberitakannya, namun fakta itu kemudian harus dikemas dalam
berita bohong yang harus dibayar dengan sejumlah uang, karena para tua-tua
membutuhkan alat-alat penguasa yang berotoritas dan berkekuatan politis, untuk menyatakan bahwa Yesus tidak bangkit.
Sekalipun mereka tak dapat membuktikan ketakbangkitan yang mereka kabarkan,
kekuatan politis dari para prajurit Romawi sudah sangat cukup untuk memenuhi
tujuan para pemimpin agama Yahudi. Sebuah konspirasi antara penguasa dan
tokoh-tokoh agama Yahudi untuk memecahkan problem paling pelik yang tak dapat
ditangani oleh mereka, yaitu bagaimana
mendapatkan mayat Yesus sebagai bukti ultimat ia tak pernah bangkit.
Ketimbang melakukan pembuktian dengan cara demikian, maka pilihan paling
strategis dan berdampak cepat adalah melakukan propaganda untuk membungkam
fakta.
Sementara itu di
pihak lain, para murid Yesus sekalipun tak semua
mengalami perjumpaan langsung, namun pada akhirnya menerima kebenaran itu.
Penerimaan bukan karena melihat namun
karena percaya. Poin ini sendiri, kelak akan diungkapkan kepada Tomas oleh
Yesus dalam sebuah penekanan yang begitu mulia. Yesus kini harus
berhadapan dengan propaganda yang digelar oleh prajurit-prajurit Romawi
bayaran untuk melaksanakan agenda
politik para pemimpin agama Yahudi, untuk kepentingan para domba-Nya.
Jadi kelompok 2 murid
dan kelompok 11 murid adalah orang-orang yang bersukacita dengan kebangkitan
Yesus dalam sebuah komposisi yang
menarik: percaya karena melihat dan percaya walau tak melihat, yang mana bagian “percaya
walau tak melihat” adalah karakteristik global
para pengikut Kristus sejati saat ini.
Ditengah-tengah
Sukacita yang berlangsung itu, kelompok 2 murid dan kelompok 11 murid itu, mengalami untuk
pertama kali penampakan Yesus yang dialami sekaligus oleh mereka:
Lukas
24:36-37 Dan sementara mereka
bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah
mereka dan berkata kepada mereka: "Damai sejahtera bagi
kamu!" Mereka terkejut dan takut dan
menyangka bahwa mereka melihat hantu.
Entah bagaimana
terjadinya, namun jelas kemampuan optik mata dan kemampuan persepsi mereka tak
sanggup memberikan sebuah rasionalitas atas apa yang terjadi dihadapan mereka,
selain sebuah penggambaran yang menunjukan bahwa demikianlah pemahaman yang
sanggup dihasilkan oleh diri mereka: “Yesus tiba-tiba berdiri di
tengah-tengah mereka.” Yesus,secara total, tak dapat lagi mereka ikuti
dan pahami dengan kemampuan diri. Nampak sekali dalam derajat yang lebih
rendah, hal yang disabdakan Yesus ini, sedang berlangsung:
Yohanes
13:33 Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama
kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada
orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku
mengatakannya sekarang juga kepada kamu
Satu hal begitu menyolok,
sekarang harus dialami oleh para murid Sang Mesias, kini mereka harus belajar
untuk jauh dari Yesus secara fisik, sebab tak
senantiasa lagi mereka dapat menggelayutkan iman mereka kepada Yesus secara
kasat mata. Penampakan Yesus semacam ini, sebagaimana yang terjadi dengan
para perempuan, dengan 2 murid yang sedang melakukan perjalanan ke Emaus, dan
kini di Yerusalem-di hari itu- pada
kelompok 2 murid dan kelompok 11 murid telah menjadi pola Yesus bagi para
muridnya. Dan ini tak mudah. Bagaimanapun juga pengalaman yang begitu
menyedihkan dan penuh tragedi berdarah adalah sebuah bagian dalam jiwa dan
perjalanan hidup yang akan senantiasa mewarnai kehidupan mereka. Kematian Yesus
adalah fakta yang begitu kuat dan lebih menyerap kedalam sel-sel otak dan jiwa
mereka, mereka sama sekali tak memiliki ekspektasi apapun akan kebangkitan
Yesus, sebab sel-sel otak mereka tak pernah mampu menyimpan keping memori
perkataan Yesus: aku akan bangkit pada hari yang ketiga.
Penampakan Yesus, akan selalu
menjadi hal yang jauh lebih buruk bagi mereka, sebab kebangkitan orang mati di
era modern [kala itu] sebuah hal yang jauh dari gapaian jiwa manusia, kecuali
itu adalah fenomena mistik atau fenomena
supranatural yang spiritisme? Mengapa
demikian? Sebab sekalipun kelompok 2 murid itu telah berjumpa dan berjamu
dengan Yesus Sang Mesias yang telah bangkit, namun kerasnya realita kematian
dan bayang-bayang maut dalam jiwa mereka
yang begitu lamanya diperbudak
maut, bukanlah makanan jiwa mereka, artinya kuasa kebangkitan Allah didalam
Kristus sekalipun disaksikan oleh beberapa murid yang berjumpa dengan Yesus,
bukanlah sebuah makanan jiwa yang sanggup mereka telan.
Lihatlah
hal ini:
Lukas
24:38 Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Mengapa
kamu terkejut dan apa sebabnya
timbul keragu-raguan di dalam hati kamu?
Yesus tahu bahwa
semua, terkejut dan keragu-raguan masih bertakhta gemilang. Ini sungguh sukar
untuk membalikan kedukaan dan kekecewaan begitu saja dengan cara sekedar
menampilkan dirinya dihadapan mereka. Ekspektasi mereka kepada Yesus sekarang
penuh keraguan, dan kecurigaan akan: benarkah ini Yesus yang sama? Siapakah yang
dapat membuktikan ini memang benar Yesus yang sama? Bagaimana jika Yesus yang bangkit dari dunia orang mati,
bukanlah Yesus yang sama yang mereka
kenali? Yesus sendiri pernah berkata: hanya seketika lagi saja Aku bersama-sama
dengan kamu. Ini bukan mengenai Yesus yang akan pergi meninggalkan
mereka karena telah takluk dengan musuh utama dan abadi kemanusiaan: maut atau
kematian. Bukan! Tetapi karena: ia harus
pergi ke tempat di mana tak ada satupun manusia dapat menjumpainya. Mau mencari
sekeras dan segigih apapun, tak ada yang berkuasa melakukan. Setelah kebangkitannya, maka melulu
yang akan terjadi Yesus yang mencari, menjumpai dan memberikan kehidupan,
sementara para murid hanya dapat percaya
kepadanya sementara tak dapat melihatnya dan tak pernah mengetahui
kapankah ia akan meneguhkan iman mereka di saat-saat kritis mereka.
Yesus, pada satu
sisi, melakukan apa yang akan mematahkan ketakberdayaan-ketakberdayaan semacam
ini pada para muridnya, hal yang mustahil untuk dilakukan oleh para murid itu
sendiri. Sebab kenyamanan jiwa para murid
sebetulnya ini: menyetujui informasi
yang disampaikan oleh mata dan pikiran bahwa Yesus sudah mati dan dia gagal untuk memenuhi kebenaran Taurat akan siapakah
Mesias itu. Sekarang, mari kita lihat apa yang dilakukan oleh Yesus Sang
Mesias yang telah bangkit dari antara orang mati:
Lukas
24:39-40 Lihatlah tangan-Ku
dan kaki-Ku: Aku sendirilah
ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya,
seperti yang kamu lihat ada pada-Ku." Sambil berkata
demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka.
Hei kawan…. Ini Yesus yang sama!
Lihatlah kedua tangan dan kedua kakiku. Yesus memperlihatkan kaki dan
tangannya. Untuk apa? Untuk
memperlihatkan sebuah bukti arkeologis yang merekam secara sempurna dan kekal
sejarah Allah dalam menggenapi rancangan keselamatan-Nya di bumi sebagaimana Ia
telah berencana di sorga! Rekaman sejarah itu ada di tubuh Yesus, dunia boleh
hancur dan kubur Yesus boleh dihanguskan, namun bukti terpuncak atau terutama
ada pada tubuh Yesus. Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku, itu adalah momentum yang
paling kritikal bagi para murid, sebab jika tak seperti yang telah mereka
saksikan sendiri, maka seketika akan berkata: ENGKAU PENIPU! Yesus berkata penuh empatik dari jiwanya yang
paling terdalam, berdiri begitu dekat dengan mereka sambil membuktikan dengan
cara menyodorkan kebenaran yang dapat dilihat dengan mata, hal yang tak akan
pernah saya dan anda alami, selain tak melihat namun percaya. Bukan sekedar lihatlah
tetapi rabalah! Yesus memerintahkan mereka menggunakan 2 jenis indera
untuk menghasilkan pembuktian yang memuaskan jiwa mereka, ini bukan sekedar
perintah tetapi sebuah pemberian otoritas dan kuasa kepada mereka agar indera
mata dan perasa pada kulit manusia yang fana itu dapat mengidentifikasi
kebenaran yang telah dihasilkan Allah pada Kristus. Ini membuat saya dapat
memahami mengapa rasul Yohanes dalam epistelnya memberikan sebuah introduksi
yang sukar untuk dipahami begitu saja, untuk apa ia menuliskan sedemikian:”
Apa yang telah ada sejak semula,
yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami
saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman
hidup--itulah yang kami tuliskan kepada kamu”- I Yoh 1:1.
Yesus hendak
menegaskan bahwa dirinya adalah Yesus yang sama sebelum kematiannya, Ia tidak
menjadi hantu setelah kebangkitan dari kematian dan ia bukan sekedar roh Yesus
yang bangkit sebab ia bertubuh dan bertulang, bahkan masih bertubuh sama dengan
manusia pada umumnya: “rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak
ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku.” Bukan
hantu! Hanya saja, ia dapat berada di sebuah tempat dalam sekejab mata dan
meninggalkannya, juga dalam sekejab mata, pada pandangan mata manusia fana.
Mengapa
mayat Yesus tak dapat ditemukan oleh para murid dan tak dapat ditemukan oleh
penjaga-penjaga Roma? Bukan karena dicuri para murid, sebab
siapakah yang dapat menaklukan pasukan penjaga Roma yang perkasa tanpa sebuah
pertarungan berdarah, untuk sekedar mendekati kubur dengan maksud mencuri?
Tetapi, karena Yesus yang mati dan
diletakan di kubur itu telah mengalami kebangkitan dari kematiannya sebagaimana
telah dijanjikannya sendiri kepada para murid, menggenapi apa yang telah
dituliskan dalam Kitab Suci.
Hanya Yesus yang
dapat membuktikan hal itu, dan hanya Yesus yang dapat membangkitkan iman
berdasarkan kebenaran ini, bahwa kebangkitannya adalah kebangkitan tubuh yang
sempurna, sehingga bukanlah hantu atau roh Yesus belaka!
Tetapi Yesus tahu,
bahwa walau demikian itupun tak serta merta dapat memulihkan kepercayaan mereka
terhadapnya, mengingat kematian dan kemudian bangkit, membutuhkan lebih dari
sekedar iman yang dapat dibangun oleh manusia dan memang manusia tak dapat
membangun imannya sama sekali untuk memenuhi kehendak Yesus, percaya kepadanya
selaras dengan kesaksiannya sendiri, kesaksian berdasarkan tubuhnya sendiri!
Perhatikanlah situasinya ini:
Lukas
24:41-43 Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran,
berkatalah Ia kepada mereka: "Adakah padamu makanan di sini?" Lalu
mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka.
Yesus harus
membuktikan untuk sebuah tujuan: membangkitkan iman mereka dari kematian untuk masuk kedalam hidup yang
menaklukan maut yang sekarang dimilikinya. Ini sebuah realita yang tak terpikirkan dan terbayangkan oleh mata
mereka, sebab realita ini tak pernah sebelumnya diceritakan Yesus secara penuh.
Dan sebagaimana tadi, lihatlah dan rabalah tangan dan kakinya, maka untuk
maksud yang sama dan untuk kepentingan kerja indera mata para murid, Yesus
melakukan ini: “Adakah padamu makanan di
sini? Lali mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya
dan memakannya
di depan mata mereka. Makan
didepan mata mereka? Untuk apa? Membuktikan bahwa Ia bukan hantu dan bahwa Ia
adalah Yesus yang sama. Yesus dihadapan
2 murid dalam perjalanan ke Emaus juga bersentuhan dengan makanan, roti,
tetapi itu untuk membagikannya kepada mereka, sehingga itu membangkitkan kuasa
di dalam diri mereka untuk mengenali siapakah Dia!
Ini bukan soal Yesus
yang kelaparan dan menggantungkan kehidupannya pada makanan dunia semacam ini.
Bukan! Tetapi bagaimana ia memberikan
otoritas pada mata mereka untuk memahami sebuah tindakan tanpa perkataan
sehingga melalui mata, mereka dapat memahami Yesus sebagaimana yang dikehendaki
Yesus tanpa melenceng sedikitpun.
Setelah mereka secara sempurna tak lagi meragukannya Ia adalah Sang Mesias yang sama sebelum
kematian- Sang Mesiaslah yang memastikannya, pada poin itulah ia melakukan hal
yang sama sebagaimana dilakukannya kepada 2 murid yang sedang melakukan perjalanan ke Emaus.
Mengajarkan hal teragung yang harus dilakukannya dalam kunjungan-Nya ke dunia
dan sebagai dasar kudus dari Allah bahwa
demikianlah harus terjadi:
Lukas
24:44-48 Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah
Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus
digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab
nabi-nabi dan kitab Mazmur." Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti
Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian:
Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang
ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa
harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi
dari semuanya ini.
Setelah Yesus
memulihkan mata dan iman mereka pada dirinya adalah Mesias yang sama sebelum
kematian, kini Yesus memulihkan apa yang paling penting dari semuanya bahwa
dirinya adalah dia yang dimaksudkan oleh Kitab Suci: Lalu Ia membuka pikiran mereka,
sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Hanya Yesus yang dapat
membangkitkan iman di dalam diri manusia, bahkan bagaimana sel-sel otak manusia
dapat memahami kehendak kudus Tuhan, pun berada di dalam kekuasaan Yesus: Ia
membuka pikiran mereka untuk mengerti Kitab Suci, sebagai satu-satunya solusi
untuk melenyapkan kekecewaan dan ketakpercayaan semacam ini:
Lukas
24:19-21 “…Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan
di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan
pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka
telah menyalibkan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang
datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga
hari, sejak semuanya itu terjadi.
Mengikut Yesus adalah
sebuah kepengikutan yang bukan saja hidup berdasarkan apakah sabdanya bagi saya dan anda yang harus dituruti tetapi sebuah kehidupan kebenaran bagi saya dan anda dari Tuhan yang bersumber dari kebenaran tunggal ini: Ia
adalah penggenap rencana atau keselamatan Allah di bumi ini, bahwa kehendak
Allah atas segenap dunia dan isinya hanya terjadi di dalam Kristus.
Kurang sedikit saja dari kebenaran ini, maka bukanlah kebenaran. Dengan kata
lain, pengimanan kebenaran ini sungguh-sungguh datang dari tindakan kasih
karunia Allah sebagaimana telah didemonstrasikan pada 2 murid dan 11 murid
tadi. Setelah semuanya berjalan sebagaimana kehendak Sang Mesias maka mereka
semua dapat menjadi saksi dari semuanya ini, yang harus disebarkan mulai dari Yerusalem.
Bersambung
ke: Kisah Mulia Keempat Di Hari itu
Segala
Pujian Hanya Bagi Tuhan
No comments:
Post a Comment