Oleh: Martin Simamora
Perkataan–Ku
Menghakimimu Di Sini Dan Setelah Ini-6
Bacalah lebih
dulu: “Bagian 9”
Apa yang telah
diperbuat Yesus, sehingga baik perkataan dan tindakannya tidak pernah berharmoni
dengan dia adalah manusia sebagaimana semua manusia adalah manusia
saja. Atau “Firman itu telah menjadi
manusia”(Yohanes 1:14), ternyatakan pada kehidupan Yesus yang melembaga dalam perkataan dan tindakannya, dan pada momen-momen itulah kemanusiaan manusianya mengalami konflik
yang begitu keras di hadapan manusia. Bukan saja pada makna semantik yang terkandung dalam kata
“manusia”, tetapi juga pada eksistensi manusianya dihadapan
manusia dan dalam hubungannya kepada sesama manusia dan kepada Tuhan-dalam pandangan manusia. Coba, misalkan, perhatikan bagaimana Alkitab menggambarkan eksistensi
Yesus Kristus di hadapan manusia di dunia ini dan dihadapan Allah:
Matius
10:29-32 “Bukankah burung pipit dijual
dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar
kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamupun
terhitung semuanya. Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga
dari pada banyak burung pipit. Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan
Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa
menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan
Bapa-Ku yang di sorga."
Jika anda ingin
mengetahui kemanusiaan Yesus Sang Mesias di dunia ini dalam relasinya terhadap manusia atau sesamanya manusia
sekaligus di hadapan Bapa, maka satu kali pun, kita tidak akan menemukan
kemanusiaan Yesus akan berposisi sama dengan kemanusiaan semua manusia.
Sebaliknya Ia Sang Mesias menempatkan dirinya sebagai dasar penghakiman
yang kekal bagi sesamanya manusia
berdasarkan pada dirinya sendiri.
Bagaimanakah kedudukan Yesus di hadapan sesama manusia
akan seperti ini:
► Setiap
orang yang mengakui Aku di depan
manusia, Aku juga akan
mengakuinya
►Tetapi barangsiapa
menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya
Yesus, di sini,
menyatakan bahwa dirinya adalah sebuah neraca
yang menentukan atau menyingkapkan kecenderungan senantiasa hati setiap manusia
itu terhadap keselamatan dalam ketetapan
Allah [bandingkan dengan Yohanes
3:19] akan seperti apakah, tepat di hadapan manusia sesamanya. Setiap penolakan atau ketidakpercayaan-sekalipun
santun atau tanpa kekerasan- akan menemukan respon Yesus seperti ini: Aku
juga akan menyangkalnya. Demikian juga bagi yang menerima atau
mengakui Yesus - akan menemukan respon Yesus seperti ini: Aku juga akan mengakuinya.
Pengakuan Yesus atau penyangkalan Yesus terhadap
manusia yang mengakuinya atau menyangkalinya,adalah tindakan Yesus
yang dikatakannnya sebagai tindakannya: di
depan Bapa-Ku di sorga, sementara ia di bumi [bandingkan dengan
Yohanes 1:18] Pernyataan Yesus ini bukan
sebuah kebenaran yang tertutup atau
berlaku hanya bagi para murid Yesus saja, tetapi sebuah kebenaran yang berlaku
bagi semua penduduk bumi ini di segala abad. Perhatikan pernyataan Yesus ini:
“tetapi
sekarang Aku pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku, dan tiada seorangpun di
antara kamu yang bertanya kepada-Ku: Ke mana Engkau pergi? Tetapi karena Aku
mengatakan hal itu kepadamu, sebab itu hatimu berdukacita. Namun benar yang
Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab
jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu
tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia
kepadamu. Dan kalau Ia datang,
Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa,
karena
mereka tetap tidak percaya kepada-Ku;- Yohanes 16:7-9
Ia
akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan
kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku. Segala sesuatu yang Bapa
punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia
akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku."-
Yohanes 16:14-15
Kita
baru saja melihat kekekalan dan keglobalan sabda Kristus yang berbunyi:“Setiap
orang yang mengakui Aku di depan
manusia, Aku juga akan
mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga"
terjadi
di dalam pekerjaan yang harus dilakukan
oleh Roh Kudus atau Penolong itu di
dunia pada sepanjang dunia ini di katakan ada. Penolong itu bahkan melakukannya berdasarkan mandat Kristus
sehingga pekerjaan-Nya sama dengan pekerjaan Kristus di dunia ini, memberitakan
dirinya adalah satu-satunya sumber keselamatan.
Kedudukan Yesus
sebagai manusia bukan saja di
hadapan sesama manusia adalah menjadi
hakim atas “kebenaran-kebenaran” diri
yang dijunjung setiap manusia sesamanya
di hadapan Bapa,--baik sebagaimana saat Ia dahulu di bumi dan Ia hingga saat
ini sebagaimana diberitakan oleh Roh Kudus kepada segenap dunia-- tetapi
juga di hadapan iblis yang
memiliki pemerintahan atas manusia,
sehingga Kristus menyatakan dirinya berkuasa penuh menaklukan iblis dan
bahkan berkuasa penuh dalam keabsolutan untuk melakukan pembebasan atas segenap
jiwa manusia dari perbudakan iblis menjadi anak-anak Allah atau anak-anak
tebusan Kristus. Sebagaimana yang ditunjukannya ini:
Lukas
11:14-20 Pada suatu kali Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang
membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka
heranlah orang banyak. Tetapi ada di antara mereka yang berkata: "Ia
mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan." Ada pula yang
meminta suatu tanda dari sorga kepada-Nya, untuk mencobai Dia. Tetapi Yesus
mengetahui pikiran mereka lalu berkata: "Setiap kerajaan yang
terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti
runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri,
bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir
setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa
Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu
merekalah yang akan menjadi hakimmu. Tetapi
jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan
Allah sudah datang kepadamu.
Yesus sang Mesias,
tidak memerlukan kedatangan Kerajaan
Allah baginya sendiri, seolah ia sendiri membutuhkan pembebasan dari Kerajaan
Allah- pembebasan dari perbelengguan iblis, sebaliknya ia menyatakan dirinya
sebagai Sang Pembebas [bandingkan dengan
Yohanes 8:36] bagi segenap manusia dalam
sebuah institusisasi kehendak-Nya
yang melembaga didalam perbuatan dan perkataan atau sabdanya:
jika
aku mengusir setan dengan kuasa Allah; maka sesungguhnya Kerajaan
Allah sudah datang kepadamu. Semacam ini, bahwa perkataan
dan perbuatannya adalah melembaganya atau genapnya segenap kehendak
atau sabda Allah pada dan melalui dirinya sendiri di dunia ini, telah sejak
semula di dalam rumah ibadat dinyatakannya dihadapan para jemaat:
Lukas
4:17-21
Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas,
di mana ada tertulis: Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah
mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia
telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan,
dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang
tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." Kemudian
Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan
mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai
mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu
mendengarnya."
Tetapi secara kritis, Lukas 4:17-21 ini
harus ditegaskan sebagai betapa kedudukan Yesus Sang Mesias dalam
kemanusiaanya di hadapan Sabda Allah-Kitab Suci begitu berbeda dengan segenap
manusia. Ia adalah penggenap
Kitab Suci, Ia bukan sosok yang
harus tunduk terhadap firman sebagai seorang hamba yang membutuhkannya sebagai pelita atau penerang bagi kakinya [Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang
bagi jalanku- Maz119:105]. Tak heran ia bersabda begini: ”Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak,
kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan
berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup- Yohanes
8:12” yang hendak menyatakan bahwa dirinya
adalah Firman Allah itu sendiri, atau Ia
adalah Sang Sabda yang datang untuk
menggenapi [hanya dia yang
dapat melakukan ini, situasi ini dapat dibandingkan dengan Wahyu 5:1-4] seluruh sabda Allah yang telah
diberikan Allah kepada dunia melalui nabi-nabi-Nya sebelum Sang Mesias,
sebagaimana Ia sendiri bersabda:
Janganlah
kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan
hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk
meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau
satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya
terjadi.- Matius 5:17-18
Ketika anda memahami
ini maka anda akan melihat bahwa “perbuatan-perbuatan baik” yang dilakukan
Yesus dihadapan Allah dan di hadapan manusia, bukan sama sekali untuk
menunjukan bahwa ia layak menjadi Tuhan atau layak menjadi Anak Allah, atau
supaya Yesus sendiri layak menjadi yang sulung (Roma 8:29- karena Yesus menjadi yang sulung
berdasarkan penetapan Allah: “untuk
menjadi serupa dengan gambaran
Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi
yang sulung di antara banyak saudara”]
bagi semua orang beriman kepada Yesus Kristus, tetapi semua perbuatan baik itu
telah dilakukannya untuk menunjukan bahwa
ia adalah sebagaimana Ia katakan bahwa Ia telah diutus Bapa ke dalam dunia.
Perhatikan ini:
Kalau
Aku
bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak
benar;… Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada
kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku,
supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu
juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi
kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang
mengutus Aku.- Yohanes 5:31,36
Perhatikan bahwa “Aku bersaksi tentang diri-Ku
sendiri” terkait dengan segala sesuatu yang telah dinyatakannya pada Yohanes 5:19:30.
Itu sebabnya peneladanan manusia terhadap
Yesus, dan bahkan para murid pada Yesus dalam hal perbuatan baik,
sekalipun dapat dilakukan hanya akan
terbatas pada memiliki nilai-nilai kehidupan sebagaimana yang diajarkan Yesus
yang merupakan nilai-nilai Kerajaan Surga
yang menjadi sendi-sendi kehidupan setiap
murid Kristus sekalipun masih di dunia ini (Matius 5-7), tanpa sama sekali mengindikasikan itu adalah jalan
keselamatan [itu bukan sama sekali, sebagaimana Yesus utarakan: “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena
merekalah yang empunya Kerajaan Sorga- Mat 5:3” atau “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah
yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah
kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala
yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab
demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu." -
Mat 5:10-12] pada para pengikutnya. Nilai divinitas atau tepatnya memiliki
keselamatan dari Allah, hanya dapat dimiliki oleh manusia kalau seseorang beriman pada segenap
sabda dan memiliki persekutuan dalam apakah yang menjadi kehendak Allah melalui
dan dalam Yesus sehingga manusia yang berkenan padanya itu dapat
melembagakannya dalam perbuatan sehari-hari di dunia ini. Tepat, sebagaimana
yang diutarakan Yesus kepada seorang perempuan Samaria saat ia melintasi menuju
kawasan dimana tidak terdapat gembalaan-Nya para domba Israel, tetapi seorang
Samaria yang mengenal begitu baik betapa perihnya hidup dalam diskriminasi dan
permusuhan beradab-abad dengan bangsa Israel (sebuah peristiwa sejarah purba
yang secara alami akan mendatangkan konsekuensi yang akan diungkapkanya dalam
kepedihan hati mendalam dan terucapkan begitu kuat kepada Yesus):
Yohanes
4:3-10 Iapun meninggalkan Yudea dan kembali lagi ke Galilea. Ia
harus melintasi daerah Samaria. Maka sampailah Ia ke sebuah kota di
Samaria, yang bernama Sikhar
dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf. Di situ terdapat
sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir
sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. Maka datanglah seorang perempuan
Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: "Berilah Aku
minum." Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli
makanan. Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang
Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.).
Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia
Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu:
Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan
kepadamu air hidup."
Yohanes
4:10-15 Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi,
tetapi
barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk
selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi
mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada
hidup yang kekal." Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan,
berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke
sini untuk menimba air."
Yesus sang Mesias
sebagai manusia dihadapan sesama manusia, menjadi problem bagi semua manusia,
sebab ia bukan saja terlalu megah tetapi menunjukan sekalipun ia adalah manusia
tetapi ia berkuasa untuk memberikan kehidupan kekal sampai kepada hidup yang
kekal. Jika semua manusia mencari hidup kekal, maka Yesus adalah Sang Pemberi.
Dan kebenaran ini adalah kebenaran global atau melintasi domain Israel sebab Ia
berdiam di Sikhar. Di Sikhar ia
bukan sekedar memberitakan kabar baik tetapi memberikan kehidupan kekal kepada
seorang Samaria. Dan sebuah revival
atau kebangunan rohani dari perbudakan iblis terjadi di Sikhar, Samaria dan bukan di Yerusalem:
Maka perempuan itu meninggalkan
tempayannya di situ lalu pergi ke kota
dan berkata kepada orang-orang yang di situ: Mari, lihat! Di sana ada seorang
yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia
Kristus itu? Maka merekapun pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus.-
Yohanes 4:28-30
Dan banyak orang Samaria dari
kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena
perkataan perempuan itu, yang bersaksi: "Ia mengatakan kepadaku segala
sesuatu yang telah kuperbuat." Ketika orang-orang
Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta kepada-Nya, supaya Ia tinggal
pada mereka; dan Iapun tinggal di situ dua hari lamanya. Dan
lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataan-Nya, an
mereka berkata kepada perempuan itu: "Kami percaya, tetapi bukan lagi
karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan
kami tahu, bahwa Dialah
benar-benar Juruselamat dunia."-
Yohanes 4:39-42
Di
Sikhar, Samaria, Sang Kristus disebut Ia benar-benar
Juruselamat dunia. Ya.. dunia, termasuk dunia
manusia yang dipandang sebelah mata dan dipandang penuh diskriminasi
bahkan untuk sekedar menjamukan secangkir atau segelas minumpun telah dinilai
oleh sebuah agama dan bangsa sebagai hal yang tak boleh sama sekali dilakukan.
Sebuah kepedihan dunia telah disembuhkan. Pernyataan yang berbunyi: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta
minum kepadaku, seorang Samaria?" telah berubah menjadi: sebab
kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia.
Kedudukan Yesus Sang
Mesias dalam mengajarkan apa yang kita kenal sebagai perbuatan baik, sungguh
berbeda, karenanya. Tak pernah sekalipun nilai perbuatan baik itu untuk
kemuliaan manusia dan jalan untuk
mencapai hidup kekal. Sebaliknya perbuatan baik adalah hasil persekutuan dengan
Kristus dan pendisiplinan atau pembaruan terus-menerus yang harus dilakukan dan
dialami oleh manusia dalam kuasa persekutuan dengan Anak dan firman Tuhan. Perhatikanlah hal ini:
Akulah
pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku
yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting
yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.
Yohanes 15:1-2
Bagaimana seorang
murid Kristus menjadi memiliki
perbuatan-perbuatan baik, itu hanya terjadi dengan terlebih dahulu menjadi
kepunyaan Anak dan Bapa, sebab telah dikatakannya bahwa Ialah yang mengusahakan
agar setiap murid Kristus dapat memiliki perbuatan-perbuatan baik atau mampu
mengeluarkan pada dirinya perbuatan-perbuatan baik sebab ia sebagai
ranting harus melakukan kehendak pokok
anggur yang telah memberikan kehidupan kekal baginya. Jika ia terlihat sebagai ranting tetapi tidak
memiliki persekutuan atau bukan seorang pengikut sejati, pada akhirnya ia akan
dibuang. Tak mungkin ada ranting tak menerima kehidupan dari pokok pohonnya.
Sehingga posisi atau
kedudukan Yesus dihadapan manusia sebagai sesama
manusia terkait perbuatan baik adalah, saya dan anda harus memiliki persekutuan
sejati dengan Anak yang diusahakan oleh Bapa ( Yohanes 15:1 “Bapa-Kulah
pengusahanya”) sehingga anda dan saya memiliki buah-buah
dan perbuatan baik yang bertaut secara langsung dengan memuliakan Bapa.
Pasangan perbuatan baik dan memuliakan Bapa inilah yang membuat konsep
perbuatan baik dalam Kristus tidak dapat didekati dengan moralitas walau pada property-propertinya
dapat saja diidentifikasikan pada khasanah perbuatan-perbuatan baik dan
membangun karakter luhur. Dalam hal ini, perbuatan baik dan ketaatan Yesus terhadap Bapa, benar-benar
berbeda dalam tujuannya, sebab terkait siapakah
Ia. Sebagaimana telah diutarakannya tadi kepada seorang perempuan Samaria
tadi.
Pola ini:
Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.
Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga
kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.-
Yohanes 15:4
telah ditetapkan
Yesus sebagai standard kebenaran yang melampaui apa yang dikenal dunia sebagai
moralitas manusia dalam karakter dan perilaku. Manusia tidak pernah diajarkan
oleh Yesus dapat mengadakan moralitas dan pembangunan karakter yang dapat berjumpa dengan “Kasih Bapa.”
Perhatikanlah
ini:
Seperti Bapa telah
mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi
kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau
kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti
perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam
kasih-Nya.- Yohanes 15:9-10
Mengapa moralitas
dan pembangunan karakter manusia
tidak akan pernah berjumpa dengan “kasih Bapa”? Karena ada sepasang kebenaran pada Yesus
yang membuat apapun moralitas dan keluhungan jiwa manusia dapat berjumpa dengan
“Kasih Bapa” kalau tidak memiliki atau bersekutu dengan Anak, yaitu:
►Seperti
Bapa mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu;
tinggallah di dalam kasih-Ku itu
►Seperti
Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya
Perbuatan-perbuatan
baik memang
begitu penting bagi Yesus, tetapi tidak akan pernah manusia-manusia
itu yang menentukan baginya sendiri berdasarkan perbuatannya itu, maka ia
bermoral, ia memiliki kehidupan kekal, ia memiliki kepantasan di hadapan Bapa. Mengapa? Sebab tanpa memiliki
persekutuan dengan Anak maka tak ada yang dapat
memiliki hidup dalam relasi “seperti Bapa mengasihi Aku….” Dan “ Seperti
Aku menuruti perintah…” dalam relasi pokok anggur dengan ranting dimana di situ
Bapa sebagai pengusaha secara aktif membersihkan setiap murid Kristus agar
semakin berbuah lebat sehingga memuliakan Bapa.
Jikalau orang Kristen
gagal mengindentifikasi kebenaran ini, maka betapa menyedihkannya melakukan
perbuatan baik didasarkan pada keyakinan tanpa menerima hidup yang memberi kuasa
untuk berbuat baik dari pokok anggur, dan tanpa menerima tindakan pembersihan
Bapa pada jiwanya yang memampukan para
murid untuk semakin lebat dalam perbuatan- perbuatan dan ketaatan pada apa yang
menjadi kehendak Kristus baginya di dunia ini.
Karena itulah Yesus
meletakan perkataannya sebagai hakim bagi dunia:
Aku
telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan. Dan jikalau seorang mendengar
perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, Aku
tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia,
melainkan untuk menyelamatkannya. Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima
perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, yaitu firman yang telah Kukatakan,
itulah yang akan menjadi hakimnya pada akhir zaman.- Yohanes 12:46-48
Perbuatan
baik
pada Yesus dan pada pengajarannya kepada manusia, jangan pernah sekalipun
dikategorikan sama seperti pada manusia memahaminya, walau Yesus adalah manusia dan memang seperti
manusia. Perkataannya menghakimi moralitas dunia ini, melampaui pembangunan
karakter adi luhung yang dapat anda upayakan. Singkatnya, semua itu akan
berdiri dihadapan Hakim Agung yaitu Sabda-Nya!
Kala
ia bersabda Barangsiapa menolak Aku, dan tidak menerima
perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya,
yaitu firman yang telah kukatakan,
maka kita menjadi takjub dengan pembukaan injil Yohanes yang berbunyi: “Pada mulanya adalah Firman” (Yohanes 1:1).
Selesai
Soli
Deo Gloria
Nantikanlah artikel-artikel
selanjutnya. Doakanlah saya agar tetap diberikan kemampuan melakukan pelayanan media semacam ini dan diberikan kesehatan serta kemampuan untuk melakukannya dalam kesetiaan.
No comments:
Post a Comment